Anda di halaman 1dari 16

KOMPONEN ORGANISASI, JENIS DAN FAKTOR-FAKTORNYA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan

kurikulum Semester 4 Kelas 4B PAI

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Rofiatul Hosna, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Aldi NIM 2093044111


2. Umu Intan Aulia NIM 2193044036
3. Habibillah NIM 2193044037
4. Aprilia Rahma Wati NIM 2193044066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY`ARI TEBUIRENG

2023
ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada pembaca umumnya dan kepada penyusun
khususnya, sehingga makalah berjudul “KOMPONEN ORGANISASI, JENIS, DAN
FAKTOR-FAKTORNYA” dapat rampung kami selesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih banyak


kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifat- sifatnya membangun sangat untuk kami sang penulis harapkan, demi untuk
memperbaikinya di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
Rahmat dan karunia- Nya kepada kita semua, dan pada akhirnya mudah-mudahan makalah
ini walaupun sederahana dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi para pembaca
pada umumnya Aamiin Ya Robbal `Alamin.

Jombang, 11 Maret 2023

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum..............................................................................2


B. Jenis-jenis Organisasi Kurikulum..............................................................................3
C. Faktor-faktor dalam Kurikulum.................................................................................4
D. Organisasi Kurikulum PAI........................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................6
B. Saran..........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................8
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya, kurikulum yang ada menetapkan mata pelajaran harus disusun
secara terpisah, dengan waktu yang dibatasi. Akibatnya, terdapat berbagai macam
disiplin ilmu yang tidak akan mungkin seluruhnya dapat dikuasai oleh siswa. Akan
tetapi, model kurikulum tersebut dianggap kurang relevan ketika diterapkan pada
suatu pembahasan tertentu. Sehingga jenis kurikulum kini mulai berkembang dengan
menawarkan konsep yang berbeda. Hingga saat ini terdapat beberapa model
kurikulum dalam pendidikan.
Proses pendidikan dipengaruhi oleh begitu banyak hal, salah satunya bagaimana
pola atau cara penyampaian materi yang disampaikan oleh guru kepada para peserta
didiknya. Bagaimana agar proses pendidikan yang menyenangkan (enjoyable),
efektif, efisien dan mampu mencapai tujuan secara optimal menjadi persoalan
tersendiri yang harus dipecahkan.
Organisasi merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan
kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, karena hal itu untuk
menentukan isis bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan
pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan disiapkan untuk peserta
didik dan menentukan peran pendidik dalam hubungan atau implementasi kurikulum.

Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu, sehingga setiap


organisasi kurikulum mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing baik
yang bersifat teoritis maupun praktis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Organisasi kurikulum?
2. Apa sajaa Jenis-jenis Kurikulum?
3. Apa saja Faktor-faktor dalam Organisasi kurikulum?
4. Apa saja organanisasi kurikulum PAI?
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Organisasi Kurikulum.
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Kurikulum.
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor dalam Kurikulum.
3

BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti konten


kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar yang diorganisasikan menjadi mata
pelajaran, progam lessons, topik, unit dan sebagainya utnuk mencapai efektivitas
Pendidikan. Organisasi kurikulum memiliki ikatan kuat dengan tujuan Pendidikan
yang ingin diraih. Hal ini dikarenakan organisasi kurikulum ikut menentukan aspek-
aspek yang diperlukan dalam proses pembelajaran.1Organisasi kurikulum sangat
terkait dengan pemgaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan
yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai
sosial, aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kerangka-kerangka umum progam pembelajaran yang hendak disampaikan


pada peserta didik merupakan organisasi kurikulum. Dalam rangka kegiatan
pengembangan kurikulum, organisasi memiliki peran sebagai cara atau Langkah
untuk menentukan pemilihan dan pengorganisasian berbagai pengalaman belajar yang
diadakan oleh Lembaga Pendidikan.2 Organisasi Kurikulum merupakan suatu
kelompok sosial yang sifatnya tertutup atau terbuka dari terhadap pihak luar yang
berada di bawah aturan tertentu, dipimpin oleh seorang pimpinan staf adminitratif
yang dapat melaksanakan bimbingan secara tertentu dan bertujuan.3

Kurikulum merupakan suatu rencana untuk belajar maka isi dan pengalaman
belajar membutuhkan pengorganisasian sedemikian rupa sehingga berguna bagi
tujuan- tujuan pendidikan. Materi dan pengalaman belajar dalam kurikulum
diorganisasikan untuk mengefeksikan pencapaian tujuan. Namun demikian, perlu
kita sadari bahwa

1
Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: bumi Aksara, 1995), 176.
2
Sukiman, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik pada Pendidikan Tinggi (Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan UIN Sunan Kalijaga, 2013), 75-76.
3
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 136-
137.
4

pengorganisasian kurikulum merupakan kegiatan yang sulit dan kompleks. Kurikulum


yang dimaksud ialah tataran materi, baik yang berkenan dengan bentuk bahan dan
pelaksanaannya. Organisasi juga dapat diartikan pola atau bentuk bahan pelajaran
disusun dan disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting
sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan progam
pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan
pelajaran, urutannya dan cara menyajikan kepada peserta didik.

Organisasi kurikulum adalah struktur progam kurikulum yang berupa


kerangka umum progam pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik ( Nurgiantoro, 1988:111).

B. Jenis-jenis Organisasi Kurikulum

Menurut S. Nasution (1989: 80) organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau
bentuk kurikulum, yaitu:

1. Separated Subject Curriculum ( Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)

Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan dalam
subject atau mata pelajaran yang terpisah. Sehingga banyak mata pelajaran
menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup
bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam
praktek pencapaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing
guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.

Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject
centered, berpusat ada bahan pelajaran dari pada child centered yang berpusat
pada minat dan kebutuhan anak.

2. Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)


Correlated Curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya
suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya tetapi
tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar
mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
5

1) Insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang
satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung
tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
2) Menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika
dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
3) Batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan
batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata
peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran
bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa,
menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
3. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)
Integrated Curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran
dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan
kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid
yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan
disekolah disesuaikan dengan kehidupan anak-anak diluar sekolah, (Drs. S.
Nasution, hal 92). Bebera manfaat kurikulum yang integrated ini dapat disebutkan
sebgai berikut:
1. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan
fakta yang terlepas satu sama lain.
2. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesangupan dan kematangan
murid.
3. Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berfikir sendiri dan
bekerja sendiri, atau bekerja sama dengan kelompok.4

C. Faktor-faktor dalam Organisasi Kurikulum


Menurut Hilda Taba, organisasi kurikulum dapat dipandang sebagai one of the
most potent factors in determining how learning proceeds. Oleh sebab itu, ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum, yaitu:
a. Ruang lingkup (scope).

4
Drs. B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum. (Jakarta, PT. RINEKA CIPTA, 2005). Hal. 1
6

Ruang lingkup kurikulum menunjukkan keseluruhan, keluasan atau


kedalaman, dan batas-batas bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik. Bahan pelajaran tersebut merupakan bahan yang terseleksi karena
dianggap penting dan sesuai dengan tugas-tugas perkembangan peserta didik.
Dikatakan penting karena peserta didik mempunyai kepentingan, antara lain ingin
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, ingin masuk ke dalam dunia
kerja, dapat beradaptasi diri dengan lingkungan, dapat bersosialisasi dan
memecahkan masalah- masalah sosial, menghargai karya dan seni, serta ingin
memiliki nilai-nilai agama yang baik. Ruang lingkup kurikulum tidak dapat
dipisahkan dari kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara. Ruang lingkup bahan pelajaran juga harus dengan visi, misi, dan
tujuan pendidikan nasional, standar kompetensi lulusan, dan standar kompetensi
mata pelajaran yang telah ditetapkan (Idi 2007, 104). Sebagai telah dijelaskan
dalam jenis-jenis organisasi kurikulum bahwa setiap organisasi mempunyai ruang
lingkup bahan pelajaran yang berbeda sehingga kegiatan dan pengalaman belajar
pun juga berbeda. Setelah memilih dan menentukan ruang lingkup bahan
pelajaran, kemudian disusun dalam organisasi kurikulum tertentu sesuai dengan
yang diinginkan.
b. Urutan (sequence).
Urutan bahan pelajaran menunjukkan keteraturan bahan yang akan
disampaikan kepada peserta didik, kapan bahan tersebut sebaiknya disampaikan
terlebih dahulu dan mana bahan yang akan dipelajari kemudian. Hal ini sangat erat
hubungannya dengan tingkat kematangan peserta didik, latar belakang
pengalaman atau pengetahuan, kegunaan bahan, dan tingkat kesulitan bahan.
Urutan tersebut dapat dilakukan dengan cara, antara lain mulai dari yang kecil
hingga yang terbesar, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, mulai
dari keseluruhan sampai dengan bagian-bagian, mulai dari yang mudah sampai
dengan yang sulit, mulai dari tingkat pengetahuan sampai dengan tingkat evaluasi,
mulai dari dahulu sampai dengan sekarang, dan seterusnya (Idi 2007, 105–106).
c. Kesinambungan (Continuity)
Terpadu (Integrated). Faktor ini berangkat dari asumsi bahwa bidang-bidang
kehidupan memerlukan pemecahan secara multidisiplin. Artinya, jika guru
menggunkan subject centered curriculum, maka besar kemungkinan pengetahuan
yang diperoleh peserta didik menjadi terlepas-lepas dan tidak fungsional. Untuk
itu, perlu adanya fokus bahan pelajaran yang terpadu, baik konsep, prinsip
maupun
7

masalah-masalah yang perlu dipecahkan sehingga memungkinkan penggunaan


multidisiplin secara pungsional. Keterpaduan ini dapat dilakukan dalam bentuk
kurikulum korelasi, kurikulum bidang studi, atau kurikulum terpadu berdasarkan
bidang-bidang kehidupan. Untuk mencapai pemahaman yang utuh dan
menyeluruh, maka keterpaduan ini bukan hanya dilakukan oleh guru dalam
berbagai mata pelajaran, tetapi juga oleh peserta didik melalui pengetahuan dari
berbagai sumber belajar yang saling berhubungan (Idi 2007, 107).
d. Keseimbangan (Balance).
Faktor keseimbangan yang dimaksudkan di sini adalah keseimbangan isi dan
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik dan keseimbangan
proses pembelajaran. Keseimbangan isi berkaitan dengan seberapa besar
pentingnya suatu bahan pelajaran bagi kehidupan peserta didik. Kalau hanya
berbicara tentang kepentingan tentu semua bahan pelajaran adalah penting, tetapi
Proses Pengembangan Organisasi… (Aset Sugiana) 101 kepentingan tersebut
harus dikaitkan dengan pembentukan pribadi peserta didik secara utuh dan
menyeluruh.
e. Waktu (Times).
Alokasi waktu harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum, dalam arti
apakah suatu mata pelajaran, mislanya, akan diberikan selama 2 jam perlajaran
per hari, satu minggu, satu bulan, satu semester, satu tahun atau tiap tahun. Sering
terjadi perbedaan pendapat tentang alokasi waktu, antara pengembang kurikulum
di tingkat pusat dengan guru mata pelajaran di sekolah. Hal ini biasanya pegangan
bersama, distribusi waktu ditentukan berdasarkan kriteria, antara lain tradisi
pengalaman, pertimbangan para pengembang kurikulum, nilai dan manfaat,
tingkat kesulitan setiap mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran.

D. Organisasi kurikulum PAI


Dalam mencapai sebuah tujuan pendidikan maupun tujuan pembelajaran
tentunya dibutuhkan suatu gambaran umum tentang hal-hal apa saja yang hendak
disampaikan seorang tenaga didik kepada peserta didik. Oganisasi kurikulum
merupakan bentuk program kurikulum yang berbentuk kerangka umum
program pengajaran yang disampaikan kepada siswa dan berguna untuk mencapai
tujuan dari pembelajaran yang sudah ditetapkan (Ghafir, 1993).
Dalam kaitannya dengan kurikulum, para pemikir islam mempunyai perbedaan
dalam hal istilah dan bentuk dari ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan hadis yang
8

dimasukkan dalam kurikulum Pendidikan islam. Ibnu kaldum menetapkan tiga


kategori ilmu pengetahuan islam yang harus dijadikan materi kurikulum sekolah.
Pertama, ilmu lisan (Bahasa)yang terdiri dari ilmu lughah, nahwu, Sharaf, balaghah,
maani, bayan, adab sastra. Kedua, ilmu naqli, yaitu ilmu-ilmu yang dinuklikan dari
Al-Qur’an dan hadis dan hadis yang terdiri dari ilmu tafsir, sanad hadis, serta istinbath
tentang fiqih. Ketiga, Ilmu Aqly, yaitu ilmu untuk mengembangkan daya fikir
manusia kepada filsafat dan semua ilmu pengetahuan lainnya, kelompok ilmu ini
antara lain adalah logika (mantiq), Ilmu Alam, Teknologi, ilmu Teknik, dsb (Idi,
2011).
Secara umum, banyak terdapat organisasi kurikulum, dari organisasi
kurikulum yang paling sederhana sampai organisasi kurikulum yang kompleks,
namun dalam pembahasan kali ini, organisasi kurikulum yang disajikan hanya yang
relevan dengan kurikulum Pendidikn Agama slam (PAI). Disini terdapat empat
organisasi kurikulum yang terdapat pada kurikulum PAI yaitu:
1. Kurikulum mata pelajaran terpisah-pisah (Separated Subject Curriculum)
Organisasi kurikulum ini merupakan yang paling tua dan paling banyak
dipakai dalam lembaga Pendidikan Islam hingga saat ini. Organisasi
kurikulum ini terdiri dari mata pelajaran yang terpisah walaupun berada
dalam satu rumpun Pendidikan Agama Islam. Di perguruan tinggi Agama
Islam misalnya pada fakultas Tarbiyah Program Studi Pnedidikan Bahasa Arab
ada mata kuliah Nahwu, Sharaf, Insya’, Khitabah, balaghah, Muhadatsah dan
Muthala’ah. Setiap mata pelajaran berdiri sendiri, seolah-olah tidak ada
keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain. Di
madrasah-madrasah ada mata pelajaran Al Qur’an Hadist, Akidah Akhlak, SKI,
dan Fiqih.

Bentuk kurikulum ini masih dipergunakan dibanyak lembaga


pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi Agama Islam.
Bentuk oraganisasi kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain ;

a. Materi pelajaran tersusun secara logis dan sistematis


b. Kurikulum ini mudah dinilai
c. Kurikulum ini mudah direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi
d. Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, cukup menguasai
satu mata pelajaran
9

Kekurangannya antara lain


a. Pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal ini bertentangan dengan
kenyataan hidup yang sebenarnya.
b. Merupakan subject centered, maka peran peserta didik jadi pasif, tidak
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
c. Materi pelajaran sering berisi pengetahuan dan budaya masa
lalu.d.Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial
yang dihadapi anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari pada masyarakat
(Zaini, 2009).
2. Kurikulum Berkorelasi (Correlated Curriculum)
Organisasi kurikulum ini yang berupaya menghubungkan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran yang lain yang memiliki hubungan erat.
Kurikulum berkorelasi ini merupakan penyederhanaan dari kurikulum
yang terpisah-pisah. Bentuk kurikulum seperti ini lebih efisien dalam pelaksanaan
kurikulum. Dalam kurikulum PAI dapat dikenal dengan mata pelajaran al-
Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Ibadah Syariah,
dll. Mata pelajaran tersebut banyak dipergunakan pada kurikulum madrasah atau
sekolah umum yang berciri khas agama Islam.
Tipe hubungan korelasi antara mata pelajaran tersebut antara lain:
a. Korelasi insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antaramata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya, sebagai contoh dalam
pembelajaran IPA yang dihubungkan dengan pelajaran Geografi dan
Antropologi
b. Korelasi Sistematis artinya hubungan yang telah direncanakan oleh guru
secara sistematis, dengan mengambil suatu pokok permasalahan yang
diperbincangkan dalam beberapa bidang studi. Misalnya pada pembahasan
ibadah haji dalam pelajaran fiqih yang dihubungkan dengan pelajaran
Sejarah Islam.
3. Kurikulum Satu Kesatuan (Broad Field/All in One System)
Kurikulum ini merupakan kurikulum yang menghilangkan batas-batas pada
masing-masing mata pelajaran pelajaran yang ada dalam satu rumpun mata
pelajaran. Organisasi kurikulum ini sering disebut all in one system atau
Nazhariyatul Wahdah ,yaitu bentuk kurikulum yang terdiri berbagai cabang mata
pelajaran disajikan dalam satu mata pelajaran atau satu bidang studi.
1

Pada Kurikulum PAI pada sekolah-sekolah umum seperti: SD, SMP,


SMA/SMK adalah bentuk Broad Field yaitu mata pelajaran PAI tersebut di
dalamnya memuat bahasan tentang ilmu tauhid, al Qur’an dan al Hadist, Fiqih,
Sejarah dan Akhlak. Kelebihan kurikulum ini yaitu:
a. Pembelajaran jauh lebih efisien dibandingkan dengan kurikulum korelasi
karena berbagai cabang menjadi satu pelajaran.
b. Menunjukkkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa.
c. Pengetahuan anak akan lebih utuh tidak terceraiberai.
d. Pembelajaran lebih menarik karena dapat disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan siswa.
e. Lebih mengutamakan pola pemahaman atau pengertian dan prinsip-prinsip
daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.
Kekurangannya antara lain:
a. Memerlukan guru yang benar professional dibidangnya.
b. Kebanyakan diantara guru kurang menguasai berbagai disipilin ilmu
(interdisipliner), sehingga dapat mengaburkan pemahaman siswa. Apabila
seorang guru tersebut keahliannya pada Ilmu Nahwu maka segi lain seperti
Muhadatsah dan Khitabah akan dikesampingkan, dan dipandang sebagai
pelajaran tambahan sehingga daapt menimbulkan kekaburan pemahaman
pada siswa.
c. Yang efisien belum tentu efektif dalam pembelajaran. d.Organisasi kurikulum
nampak kompleks sulit dalam perencanaan dan evaluasi(Zaini, 2009).

Sebagaimana dikemukakan bahwa setiap organisasi kurikulum memiliki


kelebihan dan kekurangannya, hal tersebut untuk menentukan organisasi
kurikulum Pendidikan Agama Islam harus benar -benar dipertimbangkan
sesuai dengan jenis lembaga pendidikan, visi dan misinya, serta tujuan
lembaga pendidikan agar organisasi kurikulum PAI yang kita tetapkan benar-
benar bermanfaat dan dapat mencapai sasaran atau target yang diinginkan dalam
visi dan misi sekolah.
1

BAB III

KESIMPULA

A. Kesimpulan
1. Organisasi Kurikulum merupakan suatu kelompok sosial yang sifatnya
tertutup atau terbuka dari terhadap pihak luar yang berada di bawah aturan
tertentu, dipimpin oleh seorang pimpinan staf adminitratif yang dapat
melaksanakan bimbingan secara tertentu dan bertujuan
2. Organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk kurikulum, yaitu:
a) Separated Subject Curriculum
b) Correlated Curriculum
c) Integreted Curriculum
3. beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum, yaitu:
a. Ruang Lingkup
b. Keseimbangan (Balance)
c. Waktu
d. Urutan
4. Sebagaimana dikemukakan bahwa setiap organisasi kurikulum memiliki
kelebihan dan kekurangannya, hal tersebut untuk menentukan organisasi
kurikulum Pendidikan Agama Islam harus benar -benar dipertimbangkan
sesuai dengan jenis lembaga pendidikan, visi dan misinya, serta tujuan
lembaga pendidikan agar organisasi kurikulum PAI yang kita tetapkan benar-
benar bermanfaat dan dapat mencapai sasaran atau target yang diinginkan dalam
visi dan misi sekolah.
Kurikulum pendidikan agama Islam di sekolah terdiri dari beberapa apek
yaitu, aspek al-Qur'an Hadits, Keimanan atau Aqidah, Akhlak, Fiqh (Hukum
Islam), dan aspek Tarikh (Sejarah).

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, kami sebagai penulis menyadari bahwa
makalah ini sangatlah jauh dari sempurna. Maka dari itu kami sebagai penulis
memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan
1

maupun pencetakan, untuk itu kami mengharap kritik dan saran demi
menyempurnakan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
kitab isa mengambil hikmah yang terkandung didalamnya. Amiin.
1

DAFTAR PUSTAKA

Drs. B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum. (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA). 2005.


Hal. 1

Aset Sugiyono, 2018. Proses Pengembangan Kurikulum di Indonesia: el-HiKMAH


Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam Vol. 12, No. 1, Juni 2018, h. 91-103

Dr. Baderiah, M. Ag. Buku Ajar Pengembangan Kurikulum. (Lembaga Penerbit


Kampus IAIN Palopo). 2018

Nasution. 2006. Asas-Asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara


Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada
Media Group

Anda mungkin juga menyukai