Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ORGANISASI KURIKULUM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI


Dosen Pengampu :
Dr. Muhamad Zaini, M. A.

Disusun oleh :
Indana Zulfa Hikmatul Laili
12201193038

SEMESTER 3
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “Organisasi
Kurikulum” dengan baik dan lancar tanpa adahalangan suatu apapun. Sholawat serta salam
semoga senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah, dan semoga kita mendapatkan
syafaat beliau di hari akhir nanti. Aamiin.
Tersusunnya makalah “Organisasi Kurikulum” ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag. selaku rektor IAIN Tulungagung
2. Ibu Dr. Hj. Binti Ma‟unah, M. Pd. I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
3. Bapak Drs. Muhammad Zaini, M. A. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulum
4. Kelompok 3 yang telah berkontribusi penuh atas penyelesaian makalah ini
5. Pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, baik secara moril maupun materiil atas
terselesainya makalah “Organisasi Kurikulum”
Semoga makalah “Organisasi Kurikulum” ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.
Dan kami selaku penulis juga menyadari bahwasanya dalam menulis makalah ini masih
terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya menerima dengan
terbuka saran dan kritik dari para pembaca. Sekian, terimakasih.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Trenggalek, 7 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A.Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B.Rumusan Masalah..................................................................................................... 1

C.Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2

A.Pengertian Organisasi Kurikulum ............................................................................ 2

B.Prosedur Pengorganisasian Kurikulum .................................................................... 4

C.Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum ............................................................................ 7

D.Hubungan Antar Bentuk Kurikulum ...................................................................... 18

BAB III : PENUTUP.............................................................................................................. 21

A.Kesimpulan ............................................................................................................. 21

B.Saran ....................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan peserta didik. Tanpa
kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang
diinginkan. Dengan kurikulum yang sesuai dan tepat, maka dapat diharapkan sasaran dan tujuan
pendidikan akan dapat tercapai secara maksimal. Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam
pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi
kurikulum merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan kurikulum dan bertalian
erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena hal itu untuk menetukan isi
bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk
pengalaman yang akan disiapkan untuk peserta didik dan menentukan peran pendidik dalam
hubungan atau implementasi kurikulum.
Tujuan-tujuan yang dicapai dengan proyek atau unit berlainan dengan apa yang dicapai
dengan kurikulum berdasarkan mata pelajaran yang berpisah-pisah. Demikian pula berlainan
cara penyampaiannya dan isi pelajarannya. Tujuan-tujuan pendidikan mengenai seluruh pribadi
anak dihalang-halangi oleh kurikulum yang disusun untuk memupuk segi intelektual. Tentu saja
subject-curriculum dapat juga membentuk segi-segi lain dari pribadi anak, akan tetapi organisasi
kurikulum tertentu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk pengalaman apakah yang disajikan
kepada anak-anak berdasarkan proyek atau unit dengan sendirinya misalnya menyuruh anak-
anak menyelidiki sendiri, mengadakan karya wisata, mengadakan wawancara (interview),
menggunakan berbagai sumber, dan sebagainya dan tidak terikat pada satu buku pelajaran
tertentu. Selain dari itu organisasi kurikulum menentukan juga peranan guru dalam pembinaan
kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu, sehingga setiap organisasi
kurikulum mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis
maupun praktis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian organisasi kurikulum?
2. Bagaimana prosedur pengorganisasian kurikulum?
3. Bagaimana jenis-jenis organisasi kurikulum?
4. Bagaimana hubungan antar bentuk kurikulum?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian organisasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui prosedur pengorganisasian kurikulum.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi kurikulum.
4. Untuk mengetahui hubungan antar bentuk kurikulum.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan
diajarkan atau disampaikan kepada murid atau merupakan suatu cara menyusun bahan atau
pengalaman belajar ingin dicapai dengan tujuan mempermudah siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dicapai secara efektif. Muhammad Ali menyatakan bahwa organisasi kurikulum
merupakan suatu cara menyusun bahan-bahan atau pengalaman belajar yang ingin dicapai .
Organisasi kurikulum adalah susunan komponen kurikulum, seperti konten kurikulum,
kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program, lessons,
topik, unit, dan sebagainya untuk mencapai efektivitas pendidikan. Pendapat lain, Organisasi
kurikulum adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus disampaikan dan
dilakukan peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan1.
Pengalaman tersebut ada yang langsung dan ada yang tidak langsung, yaitu:
1. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik sebagai hasil
interaksi secara langsung dengan dunia sekitarnya. Misalnya, pengaruh kegiatan
eksperimen di ruang laboratorium, pengaruh keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, dan sebagainya.
2. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik melalui
perantara, seperti pengalaman yang diperoleh dari buku sumber, dan menonton televisi.
Pengalaman tidak langsung tersebut dapat berbentuk pengetahuan baku yang memiliki
sifat dinamis. Pengetahuan baku tersebut memungkinkan untuk berkembang sehingga
memerlukan peninjauan peningkatan dan pemutakhiran sesuai dengan perkembangan
zaman.
Oleh karena itu, dipandang perlu ada reorganisasi kurikulum. Organisasi kurikulum sangat
terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi
sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan
masyarakat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Organisasi kurikulum berhubungan erat
dengan kualitas kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. Organisasi kurikulum harus
dipilih dan diatur sedemikian rupa untuk dikembangkan lebih luas dan lebih mendalam sehingga
peserta didik memperoleh sesuatu yang berharga dari program pendidikan yang telah ditetapkan.
Menurut Jhon D. McNeil tidak ada teori organisasi kurikulum yang dapat dianggap memadai.
Sekalipun demikian, terdapat beberapa konsep dan prinsip yang dapat diterapkan dalam teori dan
praktik. Para pengembang kurikulum diharapkan dapat mengembangkan berbagai program
pendidikan yang lebih bersifat komprehensif, konsisten, dan efektif. Kegiatan belajar di sekolah
tentu berbeda dengan kegiatan belajardi luar sekolah. Di sekolah, semua kegiatan dan

1
Aset Sugiana, “Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum di Indonesia”, el-HIKMAH Vol. 12 No. 01,
2018, hal. 92.

2
pengalaman belajar diatur dan diorganisasikan secara formal, terutama berkaitan dengan kapan
dan di mana kegiatan belajar dilakukan. Sekalipun demikian, apa yang harus dipelajari peserta
didik tetap harus terstruktur, terutama berkaitan dengan mata. Pada prinsipnya organisasi
kurikulum disusun untuk mempermudah proses pembelajaran kepada siswa agar tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan optimal.
Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara tradisional
bertujuan menyampaikan kebudayaan/sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus
diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Implementasi kurikulum dipengaruhi
dan bergantung kepada beberapa faktor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar, dan orang
tua siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa organisasi kurikulum penting
adanya untuk membentuk materi-materi pelajaran apa saja yang nantinya dapat diajarkan serta
diberikan kepada siswa-siswa di sekolah. Organisasi kurikulum dapat dikatakan sebagai konsep
dasar awal untuk mengembangkan materi-materi pelajaran sebagai isi kurikulum.
Isi kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang
diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan. Perencana kurikulum sering kali mengalami
berbagai kesulitan dalam menyusun dan merencanakan isi kurikulum yang relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai. Dapat dirumuskan menjadi beberapa kriteria antara lain:
a. Kriteria yang berhubungan dengan tujuan pendidikan.
1) Apakah isi kurikulum yang direncanakan tersebut signifikan, valid, dan berguna
dalam menafsirkan, memahami (mengerti), dan menilai kehidupan yang kontemporer.
2) Apakah isi kurikulum yang direncanakan tersebut berhubungan dengan masalah-
masalah kehidupan.
3) Apakah isi kurikulum tersebut akan memajukan perkembangan dan pertumbuhan
yang seimbang pada anak-anak, sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan (sikap, kemampuan, kebiasaan, dsb).
4) Apakah isi kurikulum yang diajukan tersebut memang penting, dalam artian
memberikan sumbangan yang berharga pada berbagai peran kurikulum (konservatif,
evaluatif, dsb) serta bermakna bagi pengalaman manusia.
b. Kriteria yang berhubungan dengan sifat para siswa, yaitu apakah isi kurikulum tersebut
berguna dalam memuaskan minat dan keingintahuan siswa.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi kurikulum, antara lain:
a) Konsep, yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep merupakan
definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan adanya hubungan empiris. Hampir
setiap bentuk organisasi kurikulum dibangun berdasarkan konsep, seperti peserta didik,
masyarakat, kebudayaan, kuantitas, dan kualitas, ruangan, dan evolusi.
b) Generalisasi, yaitu kesimpulan-kesimpulan yang merupakan kristalisasi dari suatu analisis.
Kita harus membedakan antara kesimpulan dan rangkuman. Banyak orang yang keliru
dalam menarik kesimpulan karena apa yang dilakukannya adalah membuat rangkuman.
Misalnya, setiap orang baik sebagai subjek maupun sebagai objek
berprilaku secara manusiawi.
c) Keterampilan, yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan digunakan
sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan. Misalnya,
organisasi pengalaman belajar berhubungan dengan keterampilan komprehensif,

3
keterampilan dasar untuk mengerjakan matematika, dan keterampilan menginterpretasikan
data.
d) Nilai-nilai, yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatu yang bersifat absolut
untuk mengendalikan perilaku. Misalnya, menghargai diri sendiri, menghargai kemuliaan
dan kedudukan setiap orang tanpa memperhatikan ras, agama, kebangsaan, dan status sosial-
ekonomi.
Mengorganisasi unsur-unsur berarti memilih tujuan-tujuan yang jelas dan objektif serta
sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik. Jika tujuan kurikulum berkaitan dengan
masalah teknis dan kejuruan, maka keterampilan adalah unsur yang tepat untuk dipergunakan.
Jika tujuan kurikulum berkaitan dengan domain moral dan etika sebagai fungsi dan integratif,
maka nilai-nilai merupakan unsur organisasi yang tepat.

B. Prosedur Pengorganisasian Kurikulum


Pemilihan dan pengorganisasian merupakan dua hal yang sangat sulit untuk
dipisahkan. Mengingat keterkaitan antara keduanya adalah di dalam usaha penentuan
ruang lingkup kurikulum, reorganisasi kurikulum, serta pemilihan materi. Mengorganisasikan
adalah pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai
dengan nilai yang lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya pengalaman
kurikulum. Muhammad Zaini dalam bukunya berpendapat kurikulum terdapat beberapa prosedur
diantaranya2:
1. Prosedur pembelajaran (buku pelajaran)
Di dalam penyusunan (reorganisasi) isi kurikulum adalah didasarkan atas
materi yang termuat di dalam buku pelajaran yang telah di pilih oleh lembaga
tertentu. Dimana pihak tertentu akan memilih sumber belajar yang diyakininya sangat
penting bagi peserta didik untuk dijadikan acuan pengetahuan. Meskipun dapat
diakui, dalam hal ini terdapat beberapa kekeliruan, yakni diantaranya: buku pelajaran
yang tidak disusun sesuai dengan perbedaan individu siswa, dan materi yang sudah
tidak sesuai dengan zaman lagi.
2. Prosedur Survey Pendapat
Mengadakan survey terhadap pendapat dari berbagai kalangan di masyarakat
tertentu. Hal ini juga merupakan bentuk dari reorganisasi kurikulum. Dimana hasil
dari survei nantinya bisa dibentuk dalam organisasi kurikulum. Adapun cara yang
ditempuh adalah dengan mengadakan wawancara atau penyabaran angket terhadap
berbagai kalangan masyarakat, seperti: tokoh masyarakat, pemimpin para ahli dan
juga siswa. Yang kemudian hasil dari survei itulah akan dibentuk sebagai isi dari
kurikulum.
3. Prosedur Studi Kesalahan
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengadakan analisis terhadap kebaikan,
kesalahan, kelemahan, kekeliruan atas pengalaman kurikuler (yang bersangkutan
dengan kurikulum). Prakteknya adalah biasanya dengan melakukan studi kekeliruan,
kelemahan, atau bahkan kesalahan dari proses belajar mengajar. Karena belajar
merupakan proses dasar dari perkembangan hidup anak didik. 13 Maka setelah
2
Rofatayatun dan Afifurrahman, “Organisasi Dan Struktur Kurikulum Pendidikan Islam”, TA‟LIMUNA
Vol. 9 No. 03, 2019, hal. 27.

4
kelemahan dan kesalahan yang terjadi diketahui, maka dilakukanlah perbaikan dengan
materi kurikulum yang baru. Dimana perbaikan kurikulum tidak dilakukan secara
menyeluruh, melainkan hanya sebagiannya saja.
4. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya (tambal sulam)
Prosedur ini bisa disebut juga dengan metode tambal sulam, yakni dengan
mempelajari metode dari sekolah lain, sehingga guru atau pihak sekolah bisa
menetapkan atau menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sendiri agar sesuai
dengan tujuan. Atau dengan menetapkan komponen dari kurikulum yang dirasa
masih layak dan mengganti komponen yang sudah tidak layak dengan komponen
yang lebih bagus. Namun dalam penggunaan kurikulum sekolah lain haruslah tetap
mengadakan evaluasi dan juga modifikasi serta penelaahan secara kritis dan
mendalah. Karena dihawatirkan ada permasalahan yang akan muncul berikut dengan
cara pemecahannya.
5. Analisis kegiatan orang dewasa
Melalui prosedur ini langkah pertama yang harus dilakukan yakni di adakan
studi terhadap aktivitas-aktivitas dalam kehidupan untuk memperoleh kegiatan yang
di perkirakan bermanfaat untuk dipelajari oleh para siswa di sekolah untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Kegiatan yang dianalisis adalah yang berkenaan dengan
pekerjaan atau jabatan dimana hasilnya akan dijadikan bahan pelajaran. Berikut adalah
beberapa contoh analisis tersebut:
 Kegiatan bahasaan dan interkomunikasi sosial
 Kegiatan sosial
 Kegiatan sebagai warga negara
 Kegiatan sosial umum
 Kegiatan pemanfaatan waktu dan rekreasi
 Kegiatan dalam rangka kesehatan mental
 Kegiatan keagamaan
 Kegiatan sebagai orang tua dan
 Kegiatan nonvocational
6. Prosedur fungsi sosial
Dalam Prosedur ini berkaitan dengan prosedur analisis terhadap kegiatan di
masyarakat. Dimana kenyataannya masyarakat melakukan banyak peran sosial dalam
kehidupannya yang beragam bentuknya, dan berada di daerah kehidupan tertentu,
fungsi yang telah di tentukan, di klasifikasikan menjadi sejumlah area of living.
7. Prosedur minat kebutuhan
Di dalam prosedur ini di dasarkan atas minat (keinginan) dan kebutuhan siswa
dan juga berkaitan dengan peran per-individu
Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yakni dalam konteks
manajemen dan dalam konteks akademik. Pengertian dari kata organisasi itu sendiri adalah suatu
kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka dari atau terhadap pihak luar, yang diatur
berdasarkan aturan tertentu, yang dipimpin /diperintah oleh seseorang pimpinan atau seorang
pimpinan atau seorang staf administratif, yang dapat melaksanakan bimbingan secara teratur dan

5
bertujuan. Dalam sebuah pengorganisasian kurikulum sangat diperlukan melaksanakan proses
manajemen, yakni3:
a. Organisasi perencanaan kurikulum, yang dilaksanakan oleh suatu lembaga atau tim
pengembang kurikulum.
b. Organisasi dalam rangka implementasi kurikulum, baik padatingkat daerah maupunpada
tingkat sekolah atau satuan lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum.
c. Organisasi dalam tahap evaluasi kurikulum, yang melibatkan pihak-pihak yang terkait
dalam proses evaluasi sebuah kurikulum.
Pada masing-masing jenis organisasi tersebut dilaksanakan oleh suatu susunan kepengurusan
yang ditentukan sesuai dengan struktur organisasi dengan tugas-tugas pekerjaan tertentu.
Secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi,
sebagai berikut4.
a. Kurikulum mata ajaran, yang terdiri dari sejumlah mata ajaran secara terpisah.
b. Kurikulum bidang studi, yang memfungsikan beberapa mata ajaran sejenis.
c. Kurikulum integrasi, yang menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau
masalah tertentu.
d. Core curriculum, yakni kurikulum yang disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan
siswa.
Dalam satu jenis organisasi kurikulum, terdapat susunan kepengurusan yang telah ditentukan
sesuai dengan struktur organisasi dengan tugas-tugas pekerjaannya sekaligus. Adapun bentuk-
bentuk kurikulum akan disusun menurut pola organisasi kurikulum yang dilengkapi struktur,
urutan kegiatan pembelajaran dan ruang lingkup materi tertentu.
Pengorganisasian kurikulum hakikatnya merupakan perpaduan antara dua kurikulum atau
lebih sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh, dan dalam aplikasi pada kegiatan
belajar mengajar diharapkan dapat menggairahkan proses pembelajaran serta pembelajaran
menjadi lebih bermakna karena senantiasa mengaitkan dengan kegiatan praktis sehari-hari
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sejalan dengan hal tersebut masing-masing anak
akan membangun sendiri pemahaman terhadap konsep (pengetahuan) yang baru dan anak
menjadi arsitek dan pembangun gagasan baru tersebut.
Berdasarkan konsep tersebut maka, dalam pengorganisasian kurikulum ada sejumlah faktor
yang harus diperhatikan, yakni:
a. Ruang lingkup (scope). Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang
harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan
pendidikan yang hendak dicapai.
b. Urutan bahan (sequence). Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang
akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan
bahan meliputi dua hal : pertama, urutan isi bahan pelajaran dan kedua, urutan

3
Trianto Ibnu Badar at-Taubany dan Hadi Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah,
(Depok:Kencana, 2017), hal. 54.
4
Prof.Dr. H. Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2008), hal. 137.

6
pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam
menghadapi pelajaran tertentu.
c. Kontinuitas. Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran,
pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang
bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif.
d. Keseimbangan. Merupakan faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata
pelajaran itu mendapat perhatian yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan
diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi
yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses
belajar.
e. Integrasi atau keterpaduan. Berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan
pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan
hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan di sekolah.
f. Waktu. Distribusi waktu dapat ditentukan berdasarkan criteria, antara lain tradisi
pengalaman,
pertimbangan para pengembang kurikulum, nilai atau manfaat, tingkat kesulitan, dan
standar kompetensi mata pelajar.

C. Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum


Menurut Nasution S. dilihat dari organisasi kurikulum, ada empat tipe kurikulum, yakni
separated subject curriculum, correlated curriculum, broadfield curriculum, dan integrated
curriculum.
Organisasi kurikulum beradasarkan dua kategori yaitu:
1. Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject curriculum). Organisasi
kurikulum berdasarkan mata pelajaran dibedakan atas empat pola, yaitu separated
curriculum, correlated curriculum, boradfield curriculum, dan integrated curriculum.
2. Organisasi kurikulum terintegrasi. Organisasi kurikulum pola terintergrasi merujuk pada
pertimbangan nondisiplin ilmu. Pada praktiknya isi dari suatu disiplin ilmu menjadi
bagian yang dipelajari.
Diambilnya pengkategorian ini berdasarkan pertimbangan bahwa: pertama, masih banyak dan
relevannya bidang studi atau pelajaran sebagai pusat perhatian isi kurikulum. Kedua, adanya
kebutuhan alternatif isi kurikulum nondisiplin berdasarkan pada suatu fokus kebutuhan tertentu.
Dalam studi tentang kurikulum dikenal begitu banyak bentuk bentuk organisasi kurikulum. Dari
masing-masing bentuk organisasi kurikulum tersebut memiliki ciri tersendiri, dan nampaknya
mengalami proses pengembangan secara berurutan, sejalan dengan berbagai macam penemuan
baru dalam ilmu kurikulum. Ada berbagai jenis pengorganisasian kurikulum, yang isinya
mengupas bagaimana bentuk bidang studi harus disajikan didepan kelas yang konsekuensinya
akan diikuti oleh tindakan bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan,
mengevaluasinya. Secara garis besar, ada tiga organisasi kurikulum, yaitu: separated subject
curriculum, correlated curriculum, integrated curriculum.
1. Separated Subject Curriculum

7
Separated Subject Curriculum atau nama lainnya Kurikulum Mata Pelajaran, dapat dikatakan
sebagai golongan bentuk kurikulum yang masih tradisional. Karena bahwasanya kurikulum ini
sudah sejak lama diterapkan disekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun
1968 dan kurikulum 1975. Sebutan separated subject curriculum dikarenakan bahan pelajaran
yang disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu pisah
dari yang lain. Organisasi separated subject curriculum dianggap berasal dari zaman
Yunani kuno. Orang Yunani telah mengajarkan berbagai bidang studi seperti kesusasteraan,
matematika, filsafat dan ilmu pengetahuan ditambah dengan musik. Mereka mengadakan dua
trivium (gramatika, retorika dan logika) dan kuadrivium (arithmetika, geometri, astronomi, dan
musik) yang kemudian dikenal sebagai “the seven liberal arts” yang diberikan pada pendidikan
umum. Pada abad pertengahan tujuan pendidikan praktis menjadi vokasional. Di
universitas misalnya dipelajari tiga bidang utama, yakni teknologi, kedokteran dan
hukum. Tidak jelas apa yang terjadi dengan “the seven liberal arts” itu. Yang
diketahui ialah bahwa bahasa Latin menjadi mata pelajaran yang sangat penting.
Baru pada abad ke 19 mulai berkembang berbagai mata pelajaran dengan pesatnya. Setiap mata
pelajaran harus lebih dulu berjuang sebelum diakuinya dan diterima sebagai mata pelajaran di
sekolah seperti bahasa ibu, bahasa asing, fisika, biologi dan sebagainya. Juga timbul sebagai
mata pelajaran yang dianggap non akademik seperti tata buku, pekerjaan tangan, pertanian,
pendidikan jasmani, pendidikan kesejahteraan keluarga dan sebagainya. Untuk sekarang telah
mengalami perkembangan yang sangat drastis di setiap satuan lembaga pendidikan, baik di
tingkat Perguruan Tinggi dan lembaga satuan pendidikan sekolah. Demikianlah model kurikulum
yang berkembang dan digunakan oleh banyak negara dan Indonesia merupakan salah satu negara
yang menggunakan model kurukum seperti ini, baik di tingkat sekolah dasar maupun sekolah
tingkat menengah.
Adapun yang dimaksud dengan mata pelajaran merupakan hasil pengalaman umat manusia
sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh umat manusia sejak
dulu kala. Bahkan ini lalu disusun secara logis dan sistematis, disederhanakan dan dibagikan
kepada anak-anak di sekolah sebagai mata pelajaran setelah disesuiaikan dengan usia dan
kematangan peserta didik. Maka dari itu, materi pelajaran atau bahan pelajaran dibagikan untuk
tiap kelas serta setiap mata pelajaran yang dibagaikan tersebut disesuaikan dengan tinggi dan
rendahnya kelas. Jadi pengaturan materi pelajaran harus diselaraskan dengan tingkatan jenjang
sekolah. Sekolah tidak semestinya memberikan menyusun materi pelajaran lebih tinggi karena
tidak cocok untuk keadaan peserta didik, namun sekolah seharusnya menyusun mata pelajaran
sesuai dengan kelas dan kemampuan peserta didik. Di kelas I SD dulu anak-anak berhitung
dengan bilangan angka 1 sampai 20. Kalau ia menghadapi soal-soal di atas 20, biasanya ia harus
menunggu pemecahannya sampai naik ke kelas 2. Jadi dalam mata pelajaran itu sendiri
terdapat batasan-batasan yang memisahkan mata pelajaran untuk tiap kelas, seakan-akan terbagi
atas berpetak-petak. Batas-batas terdapat pula antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lain. Tiap mata pelajaran diberikan tersendiri lepas dari mata pelajaran lain pada jam pelajaran
tertentu. Misalnya sejarah diberikan terpisah dari ilmu bumi, sekalipun kedua mata pelajaran
tersebut memiliki kedekatan dan adanya hubungan.
Dengan demikian sukar terdapat suatu kebulatan dalam pengetahuan anakanak. Mereka
sering hanya menumpukkan bermacam-macam pengetahuan. Tentu ini juga disebabkan oleh
metode mengajar. Jelaslah bahwa pada pokoknya kurikulum serupa ini berdasarkan ilmu jiwa
assosiasi yang mengharapkan timbulnya pribadi yang bulat sebagai hasil jumlah pengetahuan

8
yang diperoleh anak. Dengan suatu kurikulum, sekolah memberikan kepada peserta didik
pengalaman-pengalaman untuk mengembangkan pribadinya sesuai dengan tujuan pendidikan.
Peserta didik umumnya belajar berdasarkan pengalaman. Sebelumanak bersekolah, telah banyak
sekali ia belajar dari kehidupannya sehari-hari. Hasil pelajaran serupa itu dianggap permanen dan
tidak dilupakan. Karena itu sekolah modern menggunakan pengalaman-pengalaman anak itu
sendiri sebagai bahan pelajaran. Yang dipelajari ialah hal-hal yang berkiatan langsung dengan
kebutuhan kehidupan anak. Dalam subject curriculum anak-anak dipaksa mempelajari
pengalaman umat manusia masa lampau, yang tidak selalu relevan dengan kebutuhan dan
pengalaman anak itu sendiri. Oleh karena itu banyak yang tidak dapat dikuasai oleh anak, lalu
dihafal untuk diingat dan kemudian dilupakan. Kurikulum yang subject centerd ini terutama
ditujukan kepada pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan pribadi anak
sebagai keseluruhan.
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran
(subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisahan antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain. Dengan
demikian sukar terdapat kebulatan pengetahuan antara anak. Sebagai contoh misalnya dahulu
pernah disajikan mata pelajaran untuk “sekolah Rakyat VI Tahun” (sekarang Sekolah Dasar)
terdiri atas ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, ilmu tubuh manusia, ilmu kesehatan dan masih
ada juga ilmu alam. Untuk masa sekarang semua mata pelajaran tersebut di atas diintegrasikan
diberikan predikat sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Tentu saja konsep dasar tinjauannya
sangat berbeda dengan lima mata pelajaran yang terdahulu. Sebagaimana dijabarkan di atas, pada
bentuk separated-subject curriculumbahan pelajaran dikelompokkan berdasarkan mata pelajaran,
antara satu dengan yang lainnya tidak berkaitan. Berikut contohnya: Bentuk kurikulum tersebut
menggambarkan tiap mata pelajaran dirangkai terpisah-pisah tanpa ada hubungan dengan mata
pelajaran lain.
Separated Subject Curriculum mengandung beberapa hal yang positif/ manfaat dalam
praktek pendidikan di sekolah yakni:
1. Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis. IPA IPS Geografi Biologi Sejarah Bahasa
Agama.
2. Organisasi kurikulum ini sederhana: mudah disusun mudah ditambah atau mudah dikurangi
jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah direorganisir).
3. Penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran ditentukan berdasarkan buku-buku
pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian umum atau tes hasil belajar yang seragam
(uniform) di seluruh negara.
4. Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat “Subject
Centered”, guru-guru yang sudah berpengalaman dan menguasi seluruh bahan pelajaran
dari buku maka pekerjaannya menjadi rutin setiap tahun hanya mengulang yang sudah
pernah
dilakukan sebelumnya.
5. Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk perguruan tinggi; di
perguruan tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsip terpisah-pisah itu. Jadi
organisasi kurikulum sekolah dasar dan menengah dengan begitu sesuai dengan organisasi di
Perguruan Tinggi.

9
Di samping ada hal-hal positif, Separated Subject Curriculum mendapat kritik-kritik sebagai
berikut:
1. Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain hal ini tidak sesuai dengan kehidupan yang
sebenarnya.
2. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Dari sudut psikologis kurikulum demikian mengandung kelemahan banyak terjadi verbalitas
dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh peserta didik.
4. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan zaman.
5. Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berpikir.

Meskipun kurikulum ini masih sangat umum dipakai dimana-mana karena karena banyak
mengandung kebaikan, namun banyak pula ditemukan kelemahan jika dilihat dari sudut
pendidikan modern. Kritikan-kritikan yang muncul sebagai pertanyaan tentunya berdasarkan
sudut pandang seseorang mengenai pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana kelemahan
kelemahan kurikulum yang telah disebutkan di atas.
Salah satu kelemahan kurikulum ini yang sangat menonjol adalah penyajian mata pelajaran
yang terpisah. Model kurikulum semacam ini dianggap tidak bisa mendidik anak untuk siap
menghadapi masa depannya, karena tak bisa dipungkiri dalam pada kenyataannya anak akan
menghadapi berbagai persolan dalam menjalani kehidupannya. Maka untuk mencari solusi
sebagai jalan keluar tidak dibatasi dengan menggunakan pengamalan dan pengetahuan
berdasarkan kurikulum tersebut, namun dalam pemecahan masalah tersebut tanpa dibatasi oleh
pengalaman tertentu akan tetapi saling berhubungan. Organisasi kurikulum ini tidak mendorong
guru-guru mengadakan integrasi dalam berbagai bidang mata pelajaran. Bila kita memperhatikan
Rencana Pelajaran untuk Sekolah Rakyat yang diterbitkan oleh KPPK, Yogyakarta, misalnya
untuk Ilmu Hayat di kelas V, nyatalah bahwa ilmu hewan, ilmu tumbuh-tumbuhan dan tubuh
manusia-kesehatan boleh dikatakan tidak ada hubungannya. Padahal seharusnya ada hubungan
antara mata pelajaran-mata pelajaran itu. Sebagai contoh dikutip bahan pelajaran ilmu hayat
untuk kelas V.
1) Ilmu tumbuh-tumbuhan: cempaka kuning, mangga, ketela pohon (singkong), jagung, teh, ubi
jalar, ikan, tebu, padi, cengkeh, turi, petai, bunga matahari, puspaindra (bunga tasbih),
cosmea, vinka dan sebagainya.
2) Ilmu hewan: cecak, kodok, ular, babi, keong, kelelawar, buaya, lipan (kelabang), laba-laba,
ikan, kupu-kupu, badak, rusa, burung hantu, kumbang dan sebagainya.
3) Tubuh manusia-kesehatan: dari hal rangka, daging, makanan, bernafas, peredaran darah, urat
sarah, kulit, lidah, hidung, mata, telinga,pengeluaran kotoran dan beberapa penyakit.
Jika guru mengajar berpatokan pada rancangan kurikulum yang ditulis diatas maka jelas
bahwa pada tahap pertama atau minggu pertama pertemuan guru akan mengajari anak-anak
tentang „cempaka kuning‟ dalam pelajaran Ilmu Tumbuhan. „Cicak‟ dalam Ilmu Hewan dan „dari
hal rangka‟ dalam pelajaran Tubuh Manusia. Ini menunjukkan bahwa ketiga bidang ilmu tersebut
tidak terdapat ikatan, artinya setiap bidang ilmu tersebut berdiri sendiri. Ini salah satu bentuk
kelemahan kurikulum model subject-centered.

10
Ciri-ciri Separated Subject Curriculum dilihat bentuk/model Separated Subject Curriculum
memiliki ciri khas yang dapat membedakan dengan model kurikulum lain. Adapun ciri-ciri
tersebut dapat dilihat dari beberapa sudut pandang dengan keuntungan dan kelemahannya
sekaligus, misalnya seperti di bawah ini5:
1. Dilihat dari segi tujuan.
Keuntungannya:
- dapat mencapai pengetahuan secara mendalam
- dapat menstandarkan pengetahuan peserta didik yang terbesar di banyak tempat.
- Dapat menyeragamkan fasilitas yang digunakan.

Kekurangannya:
- Pengetahuan yang didapatkan berkurang
- Sarana pendidikan jadi kaku.
- Kurikulum kurang fleksibel. Dsb.
2. Dilihat dari sumber bahan.
Keuntungannya:
- Disediakan dari pusat
- Luas bahan terbatas.
- GBPP dari pusat.
- Bahan mudah diatur secara sistematis. Dsb.
Kekurangannya:
- Buku acuan kurang diperhatikan.
- Bahan disusun urutannya oleh penulis buku, kadang-kadang kurang bersifat psikologis.
Dsb.
3. Dilihat dari sudut metode mengajar.
Keuntungannya:
- Bentuk pengajaran secara progresif linier.
- Tidak banyak menggunakan metode bervariasi.
Kekurangannya:
- Metode yang digunakan bersifat teacher centered.
- Banyak metode yang digunakan bersifat tradisional.
- Metode drill, ceramah dan hafalan kurang dapat membentuk kepribadaian.
- Kegiatan belajar bersifat ekspositorik. Dsb.
4. Dilihat dari segi guru.
Keuntungannya:
- Persiapan bahan relatif mudah.
- Bahan sudah siap dipakai.
- Tak perlu mengadakan bahan banding. Dsb.
Kekurangannya:
- Kurang kreatif.
- Kalau ketinggalan buku, guru tidak dapat mengajar.

5
Sulaiman, “Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Vol. 14 No.
1, 2013, hal. 67.

11
- Dibatasi waktu penyampaiannya.
- Tunduk pada aturan yang dibuat, artinya tidak boleh menyimpang dari kurikulum. Dsb.
5. Dilihat dari segi peserta didik.
Keuntungannya:
- Beban tugas tidak terlalu banyak.
- Dapat belajar secara sistematis. Dsb.
Kekurangannya:
- Tidak membedakan perbedaan individual
- Anak dianggap tong kosong yang akan ada kotak-kotak ilmu pengetahuan yang perlu
diisi.
- Tidak bernisiatif.
- CBSA tidak berlaku. Dsb.
Separated Subject Curriculum, merupakan model kurikulum yang memisahmisahkan mata
pelajaran sedemikian rupa, sehingga setiap mata pelajaran dapat dikembangkan menjadi anak
cabang ilmu pengetahuan dan anak cabang berkembang lagi menjadi cucu cabang dan
seterusnya, sehingga pada akhirnya setiap cabang dari mata pelajaran tersebut menjadi mata
pelajaran yang berdiri sendiri.
Pola kurikulum seperti ini menjadi permasalahan di kalangan peserta didik karena dapat
memberatkannya dalam memahami dan kesulitan untuk mengetahui semuanya. Untuk mengatasi
permasalahan ini, maka sejumlah mata pelajaran yang sejenis dikelompokkan menjadi satu
sehingga terjadilah kelompok-kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada ilmu bahasa,
seperti ilmu bahasa, ilmu sosial dan ilmu eksakta yang masing-masing kelompok tersebut
berkembang lebih lanjut menjadi bidang-bidang pengetahuan yang lebih rinci. Selanjutnya
penyusunan kurikulum dilakukan dengan membagi-bagi kelompok mata pelajaran tersebut
menjadi bagian atau jurusan-jurusan dan program-program. Sedangkan peserta didik dibolehkan
untuk memilih bagianbagian atau jurusan-jurusan dan program yang sesuai tentunya pula sesuai
dengan minatnya. Meskipun demikian pelaksanaan mata pelajaran tetap terpisah-pisah
sebagaimana Separated Subject Curriculum.. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain dan masing-masing
berdiri sendiri.
b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan dalam
waktu tertentu.
c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan
perkembangan aspek tingkah laiku lainnya.
d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi para siswa.
e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tuntutan dalam
masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan
menciptakan perbedaan individual dikalangan para siswa.
g. Guru berperan paling aktif dengan pelaksanaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan
unsur belajar aktif dikalangan para siswa.
h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif.

12
Ciri-ciri diatas memperlihatkan dengan jelas berbagai kelemahan yang terdapat dalam bentuk
kurikulum ini. Oleh karena itu, muncul usaha untuk memperbaikinya dengan mengajukan bentuk
kurikulum yang lebih baru. Separated Subject Curriculum kalau bidang studi secara terpisah
diajarkan dengan pembatasan bahan serta waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Misalnya
mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, bahasa Indonesia, matematika kemudian masing-
masing diajarkan oleh guru dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Perorganisasian kurikulum dapat dilakukan secara vertical maupun horizontal. Secara
vertikal memperhatikan pengorganisasian bahan secara hirearkis antara bahan dari kelas bawah
sampai kelas atas agar dapat seimbang secara harmonis. Sedangkan secara horizontal
memperhatikan keterpaduan seluruh materi dalam keterkaitannya antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran sejarah dikaitkan dengan geografi,
sosiologi, antropologi, dsb.
Pengorganisasian secara separated adalah pengorganisasian yang sangat kuno, tetapi masih
bertahan hingga sekarang. Hal itu karena masihbanyak keuntungannya disamping
berbagai kelemahannya.
2. Correlated Curriculum
Organisasi correlated curriculum adalah suatu pengaturan/penyusunan mata pelajaran
dengan cara menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran baik yang ada dalam bidang studi
maupun yang ada diluar bidang studi. Karena sesuatu topik dibahas dari berbagai mata pelajaran
baik yang ada dalam bidang studi maupun yang ada diluar bidang studi. Karena sesuatu topik
dibahas dari berbagai mata pelajaran maka pelaksanaannya dilakukan secara team teaching.
Pengelompokan mata pelajaran tertentu yang sejenis dapat digabungkan menjadi satu yang
kemudian nama mata pelajaran melebur bersatu menjadi satu bidang studi. Namun terdapat pula
penggabungannya itu hanya sekedar berkumpul saja menjadi satu wadah, sedang pada
hakikatnya tiap mata pelajaran yang bersatu tersebut menunjukkan identitas dirinya sendiri
secara penuh.
Correlated Curriculum atau dapat dikatakan kurikulum dengan mata pelajaran berkorelasi.
Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan di antara berbagai mata pelajaran
tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran tersebut disusun dalam pola korelasi, sehingga lebih
mudah dipahami oleh para siswa. Inilah yang dinamakan dengan kurikulum dengan mata
pelajaran berkorelasi.
Ada tiga korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran6.
1. Korelasi faktual. Misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui
penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa.
2. Korelasi deskriptif. Korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku
untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah
atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam
psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial.

6
Lismina, Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi (Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia,
2019), hal. 99.

13
3. Korelasi normatif. Hampir sama dengan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada
prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan
berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika.
Dalam pengorganisasian kurikulum sebelumnya karena dirasakan banyak kelemahannya,
maka dicari pengorganisasian dengan cara lain yaitu dengan cara digabungkan atau dikorelasikan
dua atau lebih mata pelajaran yang pokok bahasannya atau subpokok bahasannya mempunyai
tujuan pembahasan yang sama atau permasalahan yang sama. Pokok bahasan atau subpokok
bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi tersebut dapat terjadi sebagai
berikut:
a. Korelasi antarpokok bahasan dalam bidang studi yang sejenis. Misalnya:
1) Dalam bidang studi bahasa, meliputi berbagai mata pelajaran membaca, tata bahasa,
mengarang, bercerita dsb.
2) Dalam bidang studi ilmu pengetahuan alam, meliputi berbagai mata pelajaran fisika,
kimia, biologi, dsb.
3) Dalam bidang studi ilmu sosial, meliputi berbagai mata pelajaran sejarah, ilmu bumi,
ekonomi, sosiologi, dsb.
4) Dalam bidang studi matematika, meliputi berbagai mata pelajaran aljabar, ilmu hitung,
ilmu ukur dsb.
5) Dalam bidang studi olahraga, meliputi berbagai mata pelajaran atletik, senam, renang,
tinju, panahan dsb.
b. Korelasi antarpokok bahasan diluar bidang studi yang tidak sejenis. Misalnya Pembahasan
Pokok Bahasan “Candi Borobudur”. Untuk membahas candi Borobudur perlu pembahasan
mengenai:
1) Letak candi, dibahas oleh ilmu tanah, ilmu bumi.
2) Letak dan siapa yang mendirikan, dibahas oleh sosiologi, antropologi, dan sejarah.
3) Pemilihan batu untuk candi, dibahas oleh mata pelajaran ilmu alam.
4) Bentuk candi, dibahas oleh ilmu arsitek.
5) Kedatangan turis, dibahas oleh mata pelajaran ilmu pariwisata.
6) Beli souvenir, dibahas oleh mata pelajaran ilmu dagang dan matematika.
Ciri-ciri kurikulum ini diantaranya adalah sebagai berikut ini:
a. Berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan lainnya.
b. Sudah dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalahan
kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan.
c. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan
para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.
d. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak menghadapi
kesulitan.
e. Meski guru masih memegang peran aktif, namun aktivitas siswa mulai dikembangkan.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum jenis ini. Kelebihannya adalah
sebagai berikut.
a) Ada keterhubungan antar materi pelajaran walau sebatas beberapa materi pelajaran.
b) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang studi.

14
c) Menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang terkorelasi.
Adapun kekurangannya adalah:
a) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam.
b) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual yang langsung
berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
c) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa.
d) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami kemungkinan bahan pelajaran yang
disampaikan terlampau abstrak.7

3. Broad field Curriculum


Broad Field Curriculum (Cakupan luas). Ada juga korelasi antara beberapa mata pelajaran
(interdisipliner) yang lebih jauh sehingga tidak tampak lagi batas-batas mata pelajaran dalam
satu rumpun. Korelasi semacam ini merupakan fusi antara beberapa mata pelajaran serumpun
dan memiliki ciri-ciri yang sama. Organisasi ini disebut dengan bidang studi (broad field).
Misalnya, antara mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, difusikan menjadi bidang studi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), mata pelajaran kimia, fisika, biologi difusikan menjadi bidang studi
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan mata pelajaran aljabar, ilmu ukur, dan geometri difusikan
menjadi bidang studi matematika. Tujuan kurikulum bidang studi adalah untuk mengintegrasikan
pengetahuan anak dan mencegah penguasaan bahan yang banyak, dangkal, dan terlepas lepas
sehingga mudah dilupakan dan tidak fungsional. Bentuk organisasi kurikulum ini mulai
digunakan di Indonesia sejak tahun 1975. Hilda Taba menegaskan agar tercapai gabungan yang
nyata, maka perlu adanya integrating threads dan focusing centers berupa tujuan, prinsip-prinsip
umum, teori atau masalah masyarakat dan kehidupan yang dapat mewujudkan gabungan itu
secara wajar.
Pada organisasi kurikulum ini konten atau isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan sebagai berikut8:
a. Pendekatan structural
Dalam pendekatan ini, kajian suatu pokok bahasan ditinjau dari beberapa mata pelajaran
sejenis. Misalnya, kajian suatu topic tentang geografi tidak semata-mata ditinjau dari sudut
geografi saja, tetapi juga ditinjau dari sejarah, ekonomi atau mungkin budaya.
b. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini didasarkan pada pengkajian masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian, suatu topic diambil dari mata pelajaran tertentu, tetapi diambil dari
apa yang dirasakan perlu untuk anak. Selanjutnya, topic itu dikaji oleh berbagai mata
pelajaran yang memiliki keterkaitan. Contohnya masalah kemiskinan ditinjau dari sudur
ekonomi, geografi, dan sejarah.
c. Pendekatan Daerah

7
Halim Simatupang dkk, Telaah Kurikulum SMP di Indonesia (Surabaya: CV Pustaka Media Guru, 2019), hal.
20.
8
Khasan Bisri, https://hasbyeducation.blogspot.com/2017/03/organisasi-kurikulum.html, tentang
pendekatan pada broadfield curriculum, diaksespada tanggal 4 Oktober 2020

15
Pada pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat. Seperti
mengkaji daerah ibukota ditinjau dari kedaan iklim, sejarah, sosial budayanya, ekonominya,
dan lain sebagainya.

4. Integrated Curriculum (kurikulum terpadu)


Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan
keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas satu pelajaran dengan yang lainnya. Jenis organisasi
ini disusun berdasarkan analisis bidang kehidupan atau kegiatan utama manusia dalam
masyarakat yang disebut social functions atau major areas of living, yang meliputi perlindungan
dan pelestarian hidup, kekayaan dan sumber alam, produksi barang dan jasa distribusinya,
konsumsi benda dan jasa komunikasi dan transportasi benda dan manusia, reakreasi, ekspresi
rasa keindahan, ekspresi rasa keagamaan, pendidikan, perluasan kebebasan, integrasi kepribadian
dan penelitian. ). Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi.
b. Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau organismic.
c. Berdasarkan landasan sosiologis dan sosial kultural.
d. Berdasarkkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.
e. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang
studi yang ada, akan tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran atau bidang studi baru dapat
saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah.
f. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik unit pengalaman atau
unit pelajaran.
g. Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Bahkan, peran siswa lebih menonjol
dalam kegiatan pembelajaran, dan guru bertindak selaku pembimbing.
Kurikulum ini dirancang sebagaimana pelaksanaannya disusun secara menyeluruh untuk
membahas suatu pokok masalah tertentu. Pembahasan tersebut dapat dengan cara menggunakan
berbagai mata pelajaran yang relevan dalam suatu bidang studi atau antar bidang studi. Topik
pembahasan ditentukan secara demokratis antara siswa dengan guru. Metode yang digunakan
dengan pendekatan student centered, problem solving, dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif
Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan). Kalau kurikulum ini dapat dilakukan dengan baik,
harapan dari hasil belajar akan mengakibatkan yang bersangkutan dapat tertanam learn to know,
learn to do, learn to live together.
Beberapa manfaat kurikulum yang “integrated” ini dapat disebut sebagai berikut:
1. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang
terlepas satu sama lain.
2. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan
kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
3. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
4. Aktifitas anak-anak meningkat karena diransang untuk berpikir sendiri dan bekerja sendiri
atau bekerjasama dengan kelompok.
5. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.

16
Melalui Integrated Curriculum penyajian mata pelajaran disajikan dengan menyeluruh dalam
bentuk unit atau keseluruhan. Model kurikulum ini menghilangkan batas-batas antara mata
pelajaran sehingga tidak dibernarkan mata pelajaran berdiri sendiri. Dengan menyeluruh dan
kebulatan diharapkan bias membentuk anak-peserta didik yang “integrated” yaitu siswa-siswa
yang selaras kehidupannya dengan ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Keberatan-keberatan yang dilontarkan orang kepada kurikulum yang integrated ini adalah
sebagai berikut:
1. Guru-guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini.
2. Kurikulum ini tidak punya organisasi secara sistematis.
3. Kurikulum ini memberatkan tugas guru.
4. Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada uniformitas di sekolah-
sekolah satu sama lain.
5. Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum.
6. Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan kurikulum
ini.
Kesulitan utama dalam pelaksanaan kurikulum ini karena di lembaga pendidikan guru,
sebelum yang bersangkutan menjadi guru tidak pernah dilatih atau disiapkan untuk
melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan digalakkannya kurikulum muatan lokal, sebetulnya,
guru telah melakukan integrated curriculum.
Kebaikan dari bentuk unit ini adalah menyeluruh, misalnya permasalahan
dan problem yang terkandung dalam suatu pokok masalah akan diteliti oleh murid
secara menyeluruh dengan menghubungkan dengan berbagai disiplin ilmu untuk
menemukan tujuan unit tersebut.
Harapan ideal dari kurikulum ini yaitu dapat membentuk kemampuan siswa yang
terintegrasi, yaitu menggambarkan manusia yang harmonis sesuai dengan kebutuhan masyarakat
maupun sesuai dengan tuntutan profesi siswa sebagai individu. Penilaian yang dikembangkan
dalam kurikulum ini cenderung lebih komprehensif dan terpadu, yaitu penilaian dilakukan secara
utuh terhadap kemampuan siswa selama dan setelah pembelajaran selesai9.
Beberapa bentuk organisasi kurikulum dalam kategori ini diantaranya:
1) Core Curriculum (Kurikulum Inti)
Istilah core curriculum merujuk pada suatu rencana yang mengorganisasikan dan
mengatur (scheduling) bagian terpenting dari program pendidikan umum di sekolah.
Founce dan Bossing mengistilahkan core curriculum dengan merujuk pada pengalaman
belajar yang fundamental bagi peserta didik, karena pengalaman belajar berasal dari: 1)
kebutuhan atau dorongan secara individual maupun umum, dan 2) kebutuhan secara
sosial dan sebagai warga negara masyarakat demokritas. Organisasi kurikulum ini
bertitik tolak dari mata pelajaran tertentu sebagai core. Menurut Caswell sebagai
pelopor organisasi kurikulum ini, ―core is a continuous, careful planned series of

9
Dr. Sarkadi, M. Si, Tahapan Penilaian Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum2013, (Surabaya:CV Jakad
Media Publishing, 2020), Hlm. 39

17
experiences which are based on common concern to all youth”. The core curriculum as
the part of the total curriculum which is for all pupils, which seeks general education
objectives, which is organized withhout strict regard for subject lines, and which is
scheduld for proportionately longer blocks of time. Berdasarkan pengertian, maka pada
dasarnya kurikulum ini (core curriculum) merupakan bagian dari kurikulum secara
keseluruhan dan termasuk kurikulum terpadu. Alasannya adalah kurikulum inti
menggunakan bahan dari segala disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik, termasuk juga bahan dari
lingkungan.
Ada beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah10:
1) Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan dan
direncanakan secara terus menerus,
2) Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang
saling berkaitan,
3) Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah maupun problema yang
dihadapi secara aktual,
4) Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat
pribadi maupun sosial,
5) Isi kurikulum ini lebih difokuskan berlaku untuk semua siswa sehingga kurikulum
ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial,
dan pengalaman yang terpadu.
Berikut kelebihan Core Curriculum, antara lain:
1) Siswa dapat beriteraksi dengan masyarakat.
2) Murid dan guru sama-sama memperoleh pengalaman belajar yang bermutu.
3) Pelajaran menggunakan proses demokratis
Sedangkan berikut ini kelemahan dari Core Curriculum, antara lain:
1) Teori kurikulum inti dalam prakteknya tdak menunujukkan kesempurnaan, karena
adanya kondisi pada teori lebih dekat kepada subject matter (mata pelajaran)
2) Kurikulum ini pada dasarnya kepada child centered, karena persoalan remaja
disediakan inti bagi Core curriculum.
2) Kurikulum yang berlandaskan pada fungsi sosial dan kehidupan
Kurikulum terpadu ini dapat didasarkan atas analisis kegiatan-kegiatan utama manusia
dalam masyarakat yang disebut dengan social function atau major areas of living yang
antara lain terdiri atas
 perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan dan sumber alam,
 produks barang dan jasa serta distribusinya,
 konsumsi benda dan jasa,
 komunikasi dan transportasi benda dan manusia,
 rekreasi,
 ekspresi rasa keindahan,
 ekspresi rasa keagamaan,
 pendidikan,

10
Aset Sugiana, “Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan Pendidikan Di
Indonesia ”, jurnal pedagogik Vol. 05 No. 02, 2018, hal. 269.

18
 perluasan kebebasan,
 integrasi kepribadian,
 penelitian.
Dalam pengembangan kurikulum social function didasarkan pada lingkungan sosial
peserta didik sehingga pelajaran yang diperoleh memiliki fungsi dan makna bagi
kehidupan sehari-hari dan tidak terpisah dengan kondisi masyarakat.
Secara umum ada tiga kelompok situasi yang dihadapi manusia, yaitu :
a. Situasi mengenai perkembangan individu. Misalnya kesehatan, intelektual, moral
dan keindahan.
b. Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial yaitu: hubungan antar pribadi,
keanggotaan kelompok dan hubungan antar kelompok.
c. Situasi untuk perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan
daya-dayalingkugan, yaitu : bersifat alamiah, sumber teknologi danstruktur dan
daya-daya sosial ekonomi
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan life curruculum, yang bertujuan memberikan
pengalaman belajar yang berarti bagi anak sesuai dengan apa yang dibutuhkansehari-hari
dalam kehidupan.
Ide life curriculum pada dasarnya bersumber dari pandangan Herbert Spencer tentang
lima kategori bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan pendidikan, yaitu:
a. Self preservation (pemeliharaan diri)
b. Securing necessities of life (menggembarkan kepentingan kehidupan)
c. Rearing and disciplining of a offspringl (memelihara keturunan)
d. Meintenance of proper social and political relations (memelihara hubungan sosial
dan politik
Menurut Marshal dan Goets, diantara manfaat dari kurikulum ini adalah:
a. Mengambil bahan pelajaran sekitar masalah dan proses sosial atau segi-segi
kehidupan.
b. Memungkinkan digunakan latar belakang pengalaman siswa yang dapat
menunjang belajar, karena bahan pelajaran diorganisasi sekitar kehidupan anak.
Pendekatannya semacam laboratorium kehidupan sosial.
c. Data tentang kehidupan sosial setiap saat, dari berbagai tempat dan kebudayaan.
d. Memungkinkan mendapat pengalaman yang luas, karena siswa mempelajari
berbagai kehidupan sosisal.
e. Dengan kurikulum ini dapat dimungkinkan diciptakannya proses sosial
sebagaimana diinginkan (social engineering).
Adapun kesulitan dalam pengembangan kurikulum ini yaitu:
a. Dalam pelaksanaan, menemukan hubungan isi kurikulum dengan fungsi
kehidupan yang dikehendaki hanya sedikit yang dapat dicapai.
b. Menyusun kurikulum dengan skema didasarkan dari kehidupan lebih sulit
dibandingkan dengan mengorganisasi bahan pelajaran berpusat pada mata
pelajaran.
c. Seringkali terjadi kegagalan dalam mengintegrasikan pengalaman-pengalaman
belajar sesuai dengan tujuan utama dari bentuk life curriculum11.
11
M. Irjik Nurossobah dan kajat, http://pergunu-kencong.blogspot.com/2016/08/makalah-pengorganisasian-
kurikulum.html tentang kesulitan kurikulum yang berlandaskan pada fungsi sosial dan kehidupan, diakses pada
tanggal 4 Oktober 2020

19
3) Activity Curriculum
Activity curriculum sering juga disebut experience curriculum. Organisasi kurikulum
ini tidak memiliki struktur yang normal dan tidak dirancang sebelumnya. Isi kurikulum
ini ditentukan berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik serta membantu peserta
didik dalam memilih kebutuhan dan minat yang dianggap penting. Kurikulum harus
disusun bersama oleh guru dan peserta didik dengan penekanan utama pada prosedur
pemecahan masalah. Kelebihan kurikulum ini antara lain sesuai dengan kebutuhan dan
minat peserta didik, memperhatikan perbedaan individual, dan memberikan bekal
kemampuan khusus untuk hidup di masyarakat.
Sedangkan kekurangannya, antara lain kebutuhan dan minat peserta didik benlum
tentu relevan dengan realitas kehidupan yang begitu kompleks, kontinuitas dan urutan
bahan masih sangat lemah, dan memerlukan guru yang kompeten dan profesional yang
tidak hanya menguasai mata pelajaran atau bidang studi, tetapi juga memiliki kemampuan
sosial.

D. Hubungan Antar Bentuk Kurikulum


Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan komponen kehidupan yang paling
penting. Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan, semenjak itu pula lah
manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini
kehidupan12. Secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang pesat, baik dalam
bentuk metode, sarana, maupun target yang akan di capai. Karena hal ini merupakan salah satu
sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju. Ilmu pengetahuan dan
teknologi mempengaruhi perkembangan dan perubahan pendidikan.
Oleh karena itu banyak perubahan bentuk pula dalam pengembangan kurikulum. karena pada
pengorganisasian kurikulum terdapat tahap evaluasi, yakni memperbaiki pengorganisasian
bentukkurikulum sebelumnya yang dianggap belum. Namun bukan berarti bentuk kurikulum
yang paling mutakhir dianggap paling benar. Tapi bentuk kurikulum yang sesuai dengan situasi
dan kondisi pendidikan pada saat tersebut.
Hubungan antara bentuk organisasi kurikulum itu berelasi atau berhububungan. Jadi tidak
ada yang bertentangan. Macam-macam bentuk kurikulum itu tidak perlu dipandang
bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Justru diantara bentuk-bentuk itu dapat saling
membantu dan melengkapi. Tidak ada bentuk yang paling mutlak benar atau paling baik, semua
bentuk kurikulum itu memiliki kelebihan dan kelemahan. Sehingga perlu mengadopsi semua
bentuk itu pada saat-saat tertentu atau pada mata pelajaran tertentu yang relevan dengan pokok
bahasan.

12
Andes Safarandesa Asmara dan Iwan Junaedi, “Trend Kurikulum dalam Pendidikan Matematika”, Jurnal
Sekolah Dasar Vol. 02 No. 01, 2017, hal. 2

20
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan
diajarkan atau disampaikan kepada murid atau merupakan suatu cara menyusun bahan atau
pengalaman belajar ingin dicapai dengan tujuan mempermudah siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan
pembelajaran dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu
yang secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan/sejumlah pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Implementasi kurikulum dipengaruhi dan bergantung kepada beberapa faktor terutama guru,
kepala sekolah, sarana belajar, dan orang tua siswa. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat
dikatakan bahwa organisasi kurikulum penting adanya untuk membentuk materi-materi pelajaran
apa saja yang nantinya dapat diajarkan serta diberikan kepada siswa-siswa di sekolah. Organisasi
kurikulum dapat dikatakan sebagai konsep dasar awal untuk mengembangkan materi-materi
pelajaran sebagai isi kurikulum.
Dalam pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur diantaranya: Prosedur
pembelajaran (buku pelajaran). Di dalam penyusunan (reorganisasi) isi kurikulum adalah
didasarkan atas materi yang termuat di dalam buku pelajaran yang telah di pilih oleh lembaga
tertentu; Prosedur Survey Pendapat. Mengadakan survey terhadap pendapat dari berbagai
kalangan di masyarakat tertentu; Prosedur Studi Kesalahan. Prosedur ini dilakukan dengan cara
mengadakan analisis terhadap kebaikan,kesalahan, kelemahan, kekeliruan atas pengalaman
kurikuler (yang bersangkutandengan kurikulum); Prosedur mempelajari kurikulum lainnya
(tambal sulam). yakni dengan mempelajari metode dari sekolah lain, sehingga guru atau pihak
sekolah bisa menetapkan atau menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sendiri agar sesuai
dengan tujuan; Analisis kegiatan orang dewasa. Melalui prosedur ini langkah pertama yang harus
dilakukan yakni di adakan studi terhadap aktivitas-aktivitas dalam kehidupan untuk memperoleh
kegiatan yang di perkirakan bermanfaat untuk dipelajari oleh para siswa di sekolah untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik; Prosedur fungsi sosial. Dalam Prosedur ini berkaitan
dengan prosedur analisis terhadap kegiatan dimasyarakat; Prosedur minat kebutuhan. Di dalam
prosedur ini di dasarkan atas minat (keinginan) dan kebutuhan siswa
dan juga berkaitan dengan peran per-individu.
Jenis Organisasi kurikulum ada dua kategori yaitu: Organisasi kurikulum berdasarkan mata
pelajaran (subject curriculum). Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran dibedakan atas
empat pola, yaitu separated curriculum, correlated curriculum, boradfield curriculum, dan
integrated curriculum dengan berbagai karakteristik, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda-
beda. Organisasi kurikulum terintegrasi. Organisasi kurikulum pola terintergrasi merujuk pada
pertimbangan nondisiplin ilmu. Pada praktiknya isi dari suatu disiplin ilmu menjadi bagian yang
dipelajari.

21
Hubungan antara bentuk organisasi kurikulum itu berelasi atau berhububungan. Jadi tidak
ada yang bertentangan. Macam-macam bentuk kurikulum itu tidak perlu dipandang
bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Justru diantara bentuk-bentuk itu dapat saling
membantu dan melengkapi. Tidak ada bentuk yang paling mutlak benar atau paling baik, semua
bentuk kurikulum itu memiliki kelebihan dan kelemahan. Sehingga perlu mengadopsi semua
bentuk itu pada saat-saat tertentu atau pada mata pelajaran tertentu yang relevan dengan pokok
bahasan.

B. SARAN
Saya menyadari bahwasannya dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
untuk itu saya mohon maaf atas kekurangan tersebut. Kepada pembaca saya menyarankan agar
lebih banyak membaca buku referensi yang berkaitan dengan konsep pengembangan kurikulum
agar lebih memahami materi dengan baik dan dapat diterapkan dalam kehidupan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Sugiana, Aset. 2018. Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum di Indonesia. el-HIKMAH.
12(1), 92-93.

Rofatayatun, Afifurrahman. 2017. Organisasi Dan Struktur Kurikulum Pendidikan Islam.


TA‟LIMUNA. 9(3).27-28.

At-Taubany, Trianto Ibnu Badar dan Hadi Suseno. 2017. Desain Pengembangan Kurikulum
2013 di Madrasah. Depok:Kencana.

Prof.Dr. H. Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:PT


Remaja Rosdakarya.

Sulaiman. 2013. Pola Modern Organisasi Pengembangan Kurikulum. Jurnal Ilmiah


DIDAKTIKA. 14 (1), 67-68.

Lismina. 2019. Pengembangan Kurikulum di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Ponorogo:Uwais


Inspirasi Indonesia.

Simatupang, halim, Mariati Purnama Simanjuntak, Lastama Sinaga, Aristo Hardinata. 2019.
Telaah Kurikulum SMP di Indonesia. Surabaya: CV Pustaka Media Guru.

Bisri, Khasan, https://hasbyeducation.blogspot.com/2017/03/organisasi-kurikulum.html, tentang


pendekatan pada broadfield curriculum, diaksespada tanggal 4 Oktober 2020

Dr. Sarkadi, M. Si. 2020. Tahapan Penilaian Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum2013.


Surabaya: CV Jakad Media Publishing

Sugiana, Aset. 2018. Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan


Pendidikan Di Indonesia. jurnal pedagogik 5(2), 269.

Irjik, M. Nurossobah, kajat, http://pergunu-kencong.blogspot.com/2016/08/makalah-


pengorganisasian-kurikulum.html tentang kesulitan kurikulum yang berlandaskan pada
fungsi sosial dan kehidupan, diakses pada tanggal 4 Oktober 2020

Asmara, Andes Safarandesa dan Iwan Junaedi, 2017. Trend Kurikulum dalam Pendidikan
Matematika. Jurnal Sekolah Dasar. 2(1), 2

23

Anda mungkin juga menyukai