Anda di halaman 1dari 13

KARIKULUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

DOSEN PENGAMPU
SUMIANTO

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. ROSANTI ( 2186206226)
2. NUR AVIVA ZAHARA ( 2186206226)
3. T. FIYONA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan karunia berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan petunjuk.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Sehingga
penulis dapat menyelasaikan tugas Mata Kuliah Karikulum.
Adapun tujuan penulisan tugas ini adalah guna memenuhi tugas dari
dosen mata kuliah Karikulum. Selain itu, tugas ini juga menjadi sarana pelatihan
untuk penulisan skripsi dan untuk menambah Wawasan lebih bagi penulis dan
pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen yang telah
memberikan tugas ini sehingga banyak menambah Wawasan dan pengetahuan
sesuai dengan bidang yang di tekuni. Dan penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangan membutuhkan kritik dan
saran dari para pembaca yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang, Maret 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Pendidikan .................................................................................................. 2
B. Belajar dan Pembelajaran ........................................................................... 2
C. Kurikulum .................................................................................................. 3
D. Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran ....................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9
A. Kesimpulan ................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam suatu pembelajaran tentunya kurikulum menjadi suatu hal yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Seharusnya di dalam penyusunan
kurikulum harus memperhatikan beberapa hal yang sangat penting beberapa
diantaranya perkembangan peserta didik, kemajuan IPTEK, kebutuhan dalam
masyarakat, sarana dan prasarana sekolah, dan sebagainya, yang mana hal tersebut
akan sangat memberikan pengaruh terhadap jalannya proses pembelajaran yang
nantiya juga akan juga berpengaruh kepada hasil yang di peroleh siswa. Jadi,
adanya kurikulum sangat berhungungan erat dengan proses pembelajaran karena
jika kurikulumnya bagus maka proses pembelajaran dan hasilnya juga akan bagus.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pendidikan
2. Pengertian belajar dan pembelajaran
3. Pengertian kurikulum
4. Hubungan antara kurikulum dan pembelajaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tidak dapat di pisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang mana antara
satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan.
Berbicara tentang proses penidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan
dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari
segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.
Suatu rumusan nasional tentang istilah “pendidikan” adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (UU RI No.2 Tahun 1989, Bab
I, Pasal 1). Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik untuk terjun ke
kancah kehidupan nyata. Tujuan pendidikan tersebut terdiri dari beberapa
tingkatan yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikulum,
dan tujuan pembelajaran.

B. Belajar dan Pembelajaran


Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan. Belajar juga bisa di artikan sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar berbeda
dari kematangan, perubahan fisik dan mental, yang mana perubahan yang
disebabkan oleh belajar bersifat menetap secara relatif.
Pendidikan menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan
kepribadian. Latihan menitikberatkan pada pembentukan keterampilan, sedangkan
pengajaran merupakan proses pengajaran yang terarah pada tujuan yang

2
direcanakan. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

C. Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “curriculae” artinya jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Macam-macam definisi yang diberikan
tentang kurikulum. Lazimnya kurikulum dipandang seabagai suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan
hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-
peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan
kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal. Yang terakhir ini sering
disebut kegiatan ko-kurikuler atau ekstra-kurikuler 9co-curriculum atau extra-
curriculum).
Kurikulum merupakan sebuah rumusan mengenai program pendidikan dan
bahan ajar apa saja yang akan diberikan pengajar atau guru kepada peserta didik
yang telah dibuat dan sudah ditetapkan sebelumnya. Kurikulum itu sendiri isinya
disesuaikan dengan keadaan peserta didik pada saat itu karena dengan kemajuan
teknologi yang sangat pesat juga mempengaruhi cara berpikir dan cara belajar
peserta didik. Apabila seorang peserta didik ingin menyelesaikan pendidikan
maka peserta didik tersebut harus dapat menyelesaikan isi dari kurikulum yang
sudah ditetapkan karena kurikulum dapat diibaratkan bagai lintasan perlombaan,
jika seorang pelari ingin sampai di garis finish maka pelari tersebut harus
melewati berbagai rintangan agar tujuannya untuk mencapai garis finish dapat
terwujud. Begitu pula peserta didik untuk dapat menyelesaikan pendidikannya
maka dia harus melewati berbagai rintangan yang sudah di rancang dalam
kurikulum, apabila kurikulum yang telah ditetapkan tersebut dapat dilaluinya
maka peserta didik tersebut dapat menyelesikan misinya dan dapat mencapai
tujuan yang diinginkannya.

3
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen
tertentu. Sebagai suatu sistem setiap komponen ini harus saling berkaitan satu
sama lain. (1). Tujuan. Komponen yang pertama ini berhubungan dengan hasil
yang ingin dicapai dari suatu pembelajaran. Tujuan pembelajaran yaitu
kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan suatu bidang
studi atau mata pelajaran tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. (2).Isi atau
materi. Isi atau materi ini tidak hanya berhubungan dengan pengetahuan saja
tetapi juga aktivitas dan kegiatan peserta didik, yang diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai. (3). Metode. Sebelum menetapkan metode apa yang
akan di tetapkan terlebih dahulu harus membuat strategi pembelajaran, karena
metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan agar tujuan
yang ingin dicapai dapat terealisasikan. (4). Evaluasi. Evaluasi dijadikan sebagai
bahan pertimbangan apakan suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak dan
sebagai alat ukur untuk melihat keberhasilan dari tujuan yang ingin dicapai.
Komponen yang terakhir ini dapat dilakukan dengan kegiatan tes maupun non tes.

Landasan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, atau


prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan ada empat landasan utama
dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) Landasan filosofis merupakan
asumsi–asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan,
dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
(2) Landasan Psikologis merupakan asumsi–asumsi yang bersumber dari
psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembaangkan kurikulum yang
meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta
bagaimana peserta didik belajar. (3) Landasan sosiologis merupakan asumsi-
asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. (4) Landasan
ilmiah dan teknologi, merupakan asumsi – asumsi yang bersumber dari hasil-hasil
riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum.

4
Ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: data empiris,
data eksperimen, cerita/legenda yang hidup di masyarakat, dan akal sehat. Data
empiris dan data data eksperimen merupakan data yang dianggap paling
terpercaya dibandingkan legenda dan pertimbangan legenda dan pertimbangan
akal sehat. Namun demikian, akal sehat dan cerita yang hidup di masyarakat tetap
menjadi bahan yang harus diperhatikan. Bahkan hard data sendiri digunakan
setelah melakui pertimbangan sehat. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum
di mana pun. Di samping itu, prinsip ini merujuk pada prinsip yang harus
diperhatikan untuk dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari komponen-
komponen yang membangunnya. Prinsip umum pengembangan kurikulum
meliputi prinsip relevansi, fleksibel, kontinuitas, praktis atau efisien, dan
efektivitas. Prinsip khusus hanya berlaku di tempat dan situasi tertentu. Juga
merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-
komponen kurikulum itu sendiri.

Kurukulum formal meliputi:


1. Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.
2. Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.
3. Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
4. Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga
direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan
kelas tertentu. Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum formal.
Yang termasuk kurikulum tak-formal ini antara lain: Pertunjukan sandiwara,
pertandingan antar kelas atau antar sekolah, perkumpulan berbagai hobby,
pramuka, dan lain-lain.
Ada lagi yang harus diperhitungkan yaitu kurikulum “Tersembunyi”
(hidden curriculum). Kurikulum ini antara lain berupa “aturan tak tertulis”
dikalangan siswa misalnya “harus kompak terhadap guru” yang turut
mempengaruhi suasana pengajaran dalam kelas. Kurikulum tersembunyi ini

5
dianggap oleh kalangan tertentu tidak termasuk kurikulum karena tidak
direncanakan.
Salah satu pegangan dalam pengembangan kurikulum ialah prinsip-prinsip
yang dikemukakan oleh Ralph Tyler (1949). Ia mengemukakan kurikulum
ditentukan oleh empat factor atau asas utama, yaitu :
a. Falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru (aspek filosofis).
b. Harapan dan kebutuhan masyarakat (orang tua, kebudayaan masyarakat,
pemerintah, agama, ekonomi, dan sebagainya) (aspek sosiologis).
c. Hakikat anak antara lain taraf perkembangan fisik, mental psikologis,
emosional, sosial serta cara anak belajar (aspek psikologis).
d. Hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu (bahan pelajaran).

D. Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran


Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan,
meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor menyatakan bahwa kurikulum dan
pembelajaran bagaikan romeo dan juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo,
maka kita juga akan berbicara masalah Juliet. Romeo tidak akan lengkap terasa
tanpa juliet, demikian pula sebaliknya. Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum
sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari tujuan yang telah
dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum tersebut tidak akan
berguna.
Selain itu, Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa
yang harus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara
mengajarkannya. Walaupun antara pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini
memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus
ini, yaitu bagaimana mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru
sebagai pengajar, sedangkan pembelarajaran menekankan pada penciptaan proses
belajar antara pengajar dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam diri
pelajar.
Belajar sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Yang perlu digaris bawahi pada
kalimat tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini

6
membuktikan bahwa belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi oleh
kurikulum yang notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar.
Persoalan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum
untuk kepentingan pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini
berbenturan dengan fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar
(standarized curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan
digunakan pada setiap sekolah yang notabenenya masing-masing sekolah tersebut
memiliki masalah pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Maka dari itu
diperlukan pengembangan seperlunya yang disesuaikan dengan kondisi disekolah.
Hal ini bisa kita lihat pada perincian RPP.
Peter F. Olivia menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum
dengan pembelajaran sebagai berikut.
1. Model dualistis, pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri.
Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang
seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak
terjadi.
2. Model berkaitan, dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling
barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari
pembelajaran, begitu juga sebaliknya.
3. Model konsentris, pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan
kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau
pembelajaran adalah bagian dari kurikulum.
4. Model siklus, pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap
dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi,
kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan
pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan
kurikulum selanjutnya.
Sehingga dapat disimpulkan untuk mendapatkan proses pembelajaran
yang baik dan berimbas pada hasil yang diperoleh peserta didik pun baik maka
penyusunan kurikulumnya pun harus lah diperhatikan dengan baik pula, karena
kurikulum sebagai pedoman di dalam proses pembelajaran di sekolah,

7
kurikulumlah yang mengatur guru, siswa dan juga kepala sekolah. Sehigga
jalannya proses pembelajaran tersebut sudah ada yang mengatur supaya mengarah
pada suatu pencapaian yang maksimal.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Walaupun kurikulum memiliki banyak pengertian seperti yang telah
dikemukakan oleh para ahli, namun tentu semuanya masih memiliki kaitan yang
pada akhirnya membawa kita pada pengertian kurikulum sebagai rencana belajar
di mana pengertian yang satu ini dirasa lebih fleksibel. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran di mana pembelajaran itu sendiri diartikan sebagai sebuah proses
yang sengaja dirancang sedemikian rupa agar tercipta aktivitas belajar dalam diri
peserta didik, maka kurikulum yang notabenenya sebagai rencana belajar di
anggap sebuah hal yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran. Di satu sisi,
kurikulum adalah pedoman tertulis bagi pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain
pembelajaran akan memberikan masukan untuk penyempurnaan kurikulum yang
akan datang.
Walaupun demikian, kaitan antara kurikulum dan pembelajaran juga
tergantung pada pelaksanaan di lapangan. Kurikulum dapat di katakan sebagai
pedoman bagi proses pembelajaran apabila dalam pelaksanaan pembelajaran para
pengajar benar-benar mengikuti haluan yang diinginkan oleh kurikulum. Begitu
juga sebaliknya, pembelajaran bisa memberikan masukan pada penyempurnaan
kurikulum yang selanjutnya apabila proses evaluasi benar-benar berjalan dengan
baik. Maka dari itu, hendaknya para pengajar, ahli kurikulum, dan semua individu
yang terkait dalam hal tersebut untuk dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan seoptimal mungkin demi terciptanya pendidikan yang bermutu sesuai
yang kita harapkan bersama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik.Jogjakarta :


Ar-Ruzz Media.
Ali, Mohammad. 1992. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.Jakarta : CV. Sinar
Baru.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Nasution, S. 2012. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Salim, Hubungan Antara Kurikulum Dengan Pembelajaran : 2010, 09-04-2012
(Online) Available : http://ktp09015.blogspot.com/2010/04/hubungan-
kurikulum-dengan-pembelajaran.html.
Ziddan, Kurikulum Dan Pembelajaran : 2012-04-11 (Online)
Available http://willzen.blogspot.com/2011/12/kurikulum-dan-
pembelajaran-kurikulum.html

10

Anda mungkin juga menyukai