Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HAK – HAK DIGITAL

Dosen Pengampu
Zul Herawan, S.Sos., M.Soc. Sc

Disusun Oleh

Najwa Alhaura

Kelas Kriminologi

PRODI KRIMINOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A. 2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis telah dianugerahkan kekuatan dan

kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini. Selawat

dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta

keluarga dan para sahabat sekalian yang telah membawa perubahan dari alam

jahiliyah ke alam yang penuh dengan hidayah.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah mendukung penulisan makalah ini, sehingga makalah ini

dapat dijadikan referensi bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk ini

penulis mohon saran-saran dan perbaikan dari semua pihak.

Pekanbaru , Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Hak Digital .................................................................................. 3
B. Aturan Digital................................................................................................ 6
C. Tantangan di Era Digital ............................................................................... 9
D. Upaya Yang Harus di Lakukan pada Era Digital ........................................ 12
E. Perlindungan Hak Asasi Digital .................................................................. 15
F. Dampak Positif dan Negatif Era Digital ..................................................... 20
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi ke arah serba digital saat ini semakin pesat. Pada
era digital seperti ini, manusia secara umum memiliki gaya hidup baru yang tidak
bisa dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang
mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia. Teknologi telah dapat
digunakan oleh manusia untuk mempermudah melakukan apapun tugas dan
pekerjaan. Peran penting teknologi inilah yang membawa peradaban manusia
memasuki era digital. Era digital telah membawa berbagai perubahan yang baik
sebagai dampak positif yang bisa gunakan sebaik-baiknya. Namun dalam waktu
yang bersamaan, era digital juga membawa banyak dampak negatif, sehingga
menjadi tantangan baru dalam kehidupan manusia di era digital ini. Tantangan
pada era digital telah pula masuk ke dalam berbagai bidang seperti politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan teknologi informasi itu
sendiri. Era digital terlahir dengan kemunculan digital, jaringan internet
khususnya teknologi informasi komputer. Media baru era digital memiliki
karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan atau internet. Media massa
beralih ke media baru atau internet karena ada pergeseran budaya dalam sebuah
penyampaian informasi. Kemampuan media era digital ini lebih memudahkan
masyarakat dalam menerima informasi lebih cepat. Dengan media internet
membuat media massa berbondong-bondong pindah haluan. Semakin canggihnya
teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia, lahirnya
berbagai macam teknologi digital yang semakin maju telah banyak bermunculan.
Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui
banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas
dan terkendali. Era digital juga membuat ranah privasi orang seolah-olah hilang.
Data pribadi yang terekam di dalam otak komputer membuat penghuni internet

1
mudah dilacak, baik dari segi kebiasaan berselancar atau hobi. Era digital bukan
persoalan siap atau tidak dan bukan pula suatu opsi namun sudah merupakan
suatu konsekuensi. Teknologi akan terus bergerak ibarat arus laut yang terus
berjalan ditengah-tengah kehidupan manusia. Maka tidak ada pilihan lain selain
menguasai dan mengendalikan teknologi dengan baik dan benar agar memberi
manfaat yang sebesarbesarnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Pengertian Hak Digital?
b. Bagaimana Aturan Digital?
c. Bagaimana Tantangan di Era Digital?
d. Bagaimana Upaya Yang Harus di Lakukan pada Era Digital?
e. Bagaimana Perlindungan Hak Asasi Digital?
f. Bagaimana Dampak Positif dan Negatif Era Digital?

C. Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan Pengertian Hak Digital
b. Menjelaskan Aturan Digital
c. Menjelaskan Tantangan di Era Digital
d. Menjelaskan Upaya Yang Harus di Lakukan pada Era Digital
e. Menjelaskan Perlindungan Hak Asasi Digital
f. Menjelaskan Dampak Positif dan Negatif Era Digital

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Digital


Hak digital (bahasa Inggris: digital rights) merupakan bagian dari hak
asasi manusia (human rights). Setiap orang dimanapun ia berada dijamin untuk
dapat mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan hal yang
berbau digital atau media digital. Setiap orang berhak untuk menikmati dan
menggunakan sebebas-bebasnya terkait media digital selama tidak melanggar
aturan yang ada. Hak digital juga bisa diartikan sebagai pelaksanaan hak asasi
manusia di dunia digital, yaitu mengekspresikan diri secara aman, pribadi atau
privat, terjamin dan itu berkelanjutan. Sehingga setiap orang tak dapat diganggu
atau dibatasi aksesnya dalam penggunaan media digital.
Hak digital adalah hak asasi manusia bagi setiap orang yang
memungkinkan ia menggunakan, membuat, dan mempublikasikan media digital
atau untuk mengakses dan menggunakan komputer, perangkat elektronik
lainnya serta jaringan telekomunikasi. Hak digital ini juga berarti hak hukum.
Beberapa negara mengakui hak tersebut dan diimplementasikannya dalam hukum
positif. Hak ini idealnya melekat pada diri setiap orang yaitu ia sebagai pelaku
digital. Dalam menggunakan haknya, mereka harus dijamin dari rasa takut,
direpresi, dipersekusi atau dilarang-larang oleh siapa saja. Hak digital ini tidak
memandang jenis kelamin, usia, ras, gender, dan lain sebagainya. Hakikatnya, hak
digital meliputi kegiatan dalam jaringan atau online seperi hak untuk mengakses
informasi (right to access), hak untuk berekspresi (right to express), dan hak atas
rasa aman (right to be safe).
Teknologi digital masa kini yang semakin canggih menyebabkan
terjadinya perubahan besar dunia. Manusia telah dimudahkan dalam melalukan
akses terhadap informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari
teknologi digital dengan bebas, namun dampak negatif muncul pula sebagai

3
mengancam. Tindak kejahatan mudah terfasilitasi, game online dapat merusak
mental generasi muda, pornografi, dan pelanggaran hak cipta mudah dilakukan,
dan lain-lain.
Telah terjadi revolusi digital sejak tahun 1980an dengan perubahan
teknologi mekanik dan analog ke teknologi digital dan terus berkembang hingga
hari ini. Perkembangan teknologi ini menjadi masif setelah penemuan personal
komputer yaitu sistem yang dirancang dan diorganisasir secara otomatis untuk
menerima dan menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output
dibawah kendali instruksi elektronik yang tersimpan di memori yang dapat
memanipulasi data dengan cepat dan tepat. Perkembangan teknologi komputer
digital khususnya mikroprosesor dengan kinerjanya terus meningkat, dan
teknologi ini memungkinkan ditanam pada berbagai perangkat yang dimiliki
secara personal. Perkembangan teknologi transmisi termasuk jaringan komputer
juga telah memicu para pengguna internet dan penyiaran digital. Ditambah
perkembangan ponsel, yang tumbuh pesat menjadi penetrasi sosial memainkan
peran besar dalam revolusi digital dengan memberikan hiburan di mana-mana,
komunikasi, dan konektivitas online.
Lahirnya situs jejaring sosial yang merupakan sebuah pelayanan berbasis
web, memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna
yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam
situs tersebut. Hubungan antara perangkat mobile dan halaman web internet
melalui "jaringan sosial" telah menjadi standar dalam komunikasi digital. Situs
pertemanan bernama Friendster terus berkembang ke situs-situs seperti MySpace,
Facebook, Twitter dan lain-lain. Revolusi digital merupakan kemampuan untuk
dengan mudah memindahkan informasi digital antara media, dan untuk
mengakses atau mendistribusikannya jarak jauh. Paperless merupakan salah satu
trend era digital dimana penggunaan kertas menjadi lebih sedikit. Kita tidak harus
mencetak foto maupun dokumen yang dibutuhkan pada kertas, melainkan dalam
bentuk digital. Penyimpanan secara digital lebih aman daripada menyimpan

4
bermacam dokumen dalam bentuk kertas. Digitalisasi dokumen berbentuk kertas
menjadi file elektronik menjadi lebih mudah dalam berbagi salah satunya e-book.
Dengan e-book kita tidak lagi harus menyimpan buku-buku yang tebal secara fisik
dan membutuhkan tempat yang luas.
Dengan file digital juga dokumen menjadi jelas lebih ringkas yang setiap
saat dapat dibuka melalui komputer dan ponsel. Pengembangan berbagai aplikasi
merebak seiring diproduksinya ponsel pintar dengan operating system (OS) yang
semakin mendekatkan diri pada kehidupan manusia yang ditujukan demi
kemudahan dan kenyamanan penggunanya. Perkembangan OS juga merambah
kepada peralatan digital lain seperti televisi pintar, mesin cuci pintar, kaca mata
pintar, mesin pembuat kopi pintar, pengatur denyut jantung pintar, dan lain
sebagainya Kemudahan dalam mendapatkan dan berbagi Informasi dipicu oleh
kehadiran internet yang telah mengubah segalanya. Mesin pencari (search engine)
seperti macam google dan ensiklopedia online seperti wikipedia memudahkan
seseorang mencari informasi apapun dalam waktu singkat. Selain itu
perkembangan media sosial telah mengubah gaya hidup manusia saat ini.
Pengguna media sosial senantiasa update dan berbagi informasi setiap saatnya
dengan frekuensi tinggi. Media sosial dijadikan media alternatif untuk melihat
perkembangan apa yang sedang hangat diperbincangkan, dan menjadi wahana
interaksi pengguna satu dengan yang lain dalam menanggapi sebuah isu terkini.
Dibalik kepopulerannya, era teknologi digital menyimpan berbagai potensi dan
dampak negatif yang bisa merugikan manusia.
Kemudahan segala pekerjaan dengan berbagai aplikasi dan teknologi,
justru menjadikan seseorang semakin lebih sedikit bergerak, aktivitas fisik makin
berkurang, muncul kemalasan dan dapat muncul berbagai penyakit seperti
obesitas dan lain sebagainya. Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat
menjadi bumerang yang memberi dampak negatif bagi penggunanya. Teknologi
dapat bersifat adiktif (kecanduan) dan sulit untuk berubah apabila tidak dilakukan
treatment khusus dan serius. Muncul nomophobia yang merupakan ketakutan bila

5
peralatan digital seperti ponsel ketinggalan, selalu memeriksa ponsel setiap
beberapa menit, kebergantungan pada charger, bahkan merasa ketakutan dan
stress bila baterai lemah atau mungkin sinyalnya tidak maksimal. Bahaya
pancaran sinar ponsel, dan penggunaan posel berlebihan di malam hari akan
mengganggu jam tidur hingga mengurangi waktu istirahat yang pada akhirnya
menjadi gangguan kesehatan.

B. Aturan Digital
1. DiIndonesia
Sebagai negara berkembang, teknologi digital mampu mendorong berbagai
kemajuan Indonesia. Dari segi infrastruktur dan hukum yang mengatur kegiatan di
dalam internet, Indonesia sudah siap hidup di era digital. Kesiapan Indonesia
dalam koneksi internet yang saat ini sudah semakin membaik di era 4G dengan
Informasi dan Transaksi Eelektronik (ITE). Masyarakat Indonesia secara umum
antusias mengadopsi hidup mendigital terutama dipicu oleh penetrasi internet dan
penggunaan ponsel pintar yang terus meningkat setiap tahun. Dunia digital
berbasis internet membuat seluruh aktivitas para penghuninya menjadi tanpa batas
ruang dan waktu. Payung hukum untuk mengatur segala bentuk aktivitas tersebut
seperti Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) tahun 2008
terus disempurnakan. Data pribadi masyarakat perlu diberikan perlindungan di
dalam dunia maya, maka pihak seperti Google atau Facebook yang memiliki data
pribadi penggunanya tidak bisa menggunakan big data tersebut sembarangan.
Telah banyak perkembangan era digital yang dilakukan Indonesia termasuk media
massa di Indonesia berubah dalam menyampaikan informasi. Media online
(internet) di era sekarang ini menggeserkan media massa konvensional. Walaupun
hampir satu dasawarsa Indonesia terlambat dalam mengadopsi teknologi
komunikasi khususnya internet. Namun budaya digital masyarakat Indonesia
sangat cepat menerima perkembangan teknologi tersebut. Di lihat secara global

6
Indonesia masuk dalam budaya digital yang di butuhkan dalam mencapai
pertumbuhan yang positif sesuai dengan kemajuan jaman itu sendiri.
Banyak peraturan perundang-undangan di Indonesia yang dapat menjerat para
pelanggar hak digital. Itupun digolongkan berdasarkan kriterianya. Setiap
kriterian akan dilihat apakah akan memenuhi unsur pada setiap pasal dalam
peranturan perundang-undangan yang dilanggar tersebut. Di Indonesia sendiri
hukum digital itu dikategorikan menjadi lima, yaitu:
1. Aspek hak cipta
2. Aspek merek dagang
3. Aspek fitnah dan pencemaran nama baik
4. Aspek privasi
5. Aspek yurisdiksi dalam ruang siber.
Perlindungan terhadap hal digital terbagi menjadi dua, hal itu terkait perbedan
pengertian, yaitu hukum digital dan keamanan Digital. Hukum digital atau aturan
yang mengatur etika setiap orang dalam penggunaan tekhnologi digital ditengah-
tengah masyarakat. Setiap warga digital harus menyadari bahwa melanggar hak
digital orang lain seperti mencuri data dan penyebarluasan data pribadi, maupun
perusakan properti digital orang lain dapat dijerat hukum. Sedangkan keamanan
digital atau biasa disebut cyber security merupakan aktivitas pengamanan
terhadap sumber daya telematik seperti pengamanan data pribadi dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan digital.
Beberapa cara menguatkan keaman digital agar hal digital tak dilanggar sebagai
barikut:
1) Langganan layanan audit digital
2) Sediakan tools untuk membuat password yang kuat dan aman
3) Kelola password pribadi
4) Gunakan layanan cloud
5) Phishing bersifat pribadi.
2. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

7
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations menyatakan
bahwa hak digital merupakan perpanjangan dari hak. Hal itu ditetapkan
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (disingkat: Duham). Tujuan
utamanya untuk menjamin akses ke internet, menghindari digital dan penggunaan
jaringan yang tepat. Karena kurangnya konsensus internasional menyebabkan
setiap negara mengembangkan piagam hak digitalnya masing-masing.
Walau tidak ada penyelarasan aturan yang berakibat setiap negara memiliki
aturannya sendiri terkait hak digital ini, PBB memberikan beberapa pedoman
umum yang dapat menjadi patokan bagi semua negara:
1) Akses universal dan setara, bahwa setiap yang harus dapat mengakses
internet terlepas dari pendapatan mereka, lokasi geografis atau
kecacatan mereka. Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengakui dalam
sebuah laporan bahwa hak akses sangat penting untuk kebebasan
berpendapat.
2) Kebebasan berekspresi, informasi dan komunikasi, bahwa hak asasi
manusia dasar ini terancam di internet ketika pemerintah memblokir
situs web atau jejaring sosial yang merupakan pelanggaran terhadap
hak untuk berkomunikasi dan berserikat bebas, atau menyensor
konten, yang bertentangan dengan kebebasan berekspresi dan
informasi.
3) Privasi dan perlindungan data, barga negara harus memiliki kendali
atas siapa yang menyimpan data pribadi mereka dan dapat
menghapusnya kapan saja. Hak privasi terancam di Internet oleh
pencurian kredensial, perampasan data pribadi dan penggunaannya
untuk keuntungan finansial, dan lain sebagainya.
4) Hak atas anonimitas, bahwa hak atas anonimitas dan enkripsi
komunikasi sangat terancam di negara-negara yang melarang
pengiriman pesan dan komunikasi terenkripsi, yang diperlukan untuk
transaksi yang andal dan aman di Internet.

8
5) Hak untuk dilupakan, bahwa hak untuk menghapus informasi pribadi
seseorang dari pencarian, basis data, dan direktori Internet. Saat ini
diakui oleh UE dalam GDPR sebagai 'hak untuk menghapus' dan telah
diterapkan di negara lain seperti Argentina, Amerika Serikat, Korea
Selatan, dan India.
6) Perlindungan anak di bawah umur, bahwa pemerintah tidak hanya
harus memastikan perlindungan anak-anak di Internet, seperti dalam
kasus pornografi anak, tetapi juga memastikan bahwa perusahaan
menyediakan sarana untuk menjamin akses yang aman tanpa
melanggar hak-hak anak.
7) Hak milik intelektual, bahwa penulis harus dijamin pengakuan atas
karya seni atau sastra mereka dan hak untuk mendapatkan imbalan atas
penggunaannya, sambil menjamin akses gratis ke karya-karya yang
sudah ada dalam domain publik.
3. Uni Eropa (UE)
Uni Eropa (UE) mengusulkan kerangka kerja bersama hak atas
perlindungan data pribadi tersebut terhadap negara yang berada dibawah
naungannya. Misalnya, Regulasi Perlindungan Data Umum (GDPR) yang mulai
berlaku pada tahun 2018. Aturan itu mewajibkan negara-negara anggota untuk
menjaga data pribadi warga negara dan mengizinkan pergerakan data secara
bebas.

C. Tantangan di Era Digital


Dunia digital tidak hanya menawarkan peluang dan manfaat besar bagi
publik dan kepentingan bisnis. Namun juga memberikan tantangan terhadap
segala bidang kehidupan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam
kehidupan.Penggunaan bermacam teknologi memang sangat memudahkan
kehidupan, namun gaya hidup digital pun akan makin bergantung pada
penggunaan ponsel dan komputer. Apapun itu, kita patut bersyukur semua

9
teknologi ini makin memudahkan, hanya saja tentunya setiap penggunaan
mengharuskannya untuk mengontrol serta mengendalikannya. Karena bila terlalu
berlebihan dalam menggunakan teknologi ini kita sendiri yang akan dirugikan,
dan mungkin juga kita tak dapat memaksimalkannya.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat hingga merasuk di seluruh lini
kehidupan sosial masyarakat, ternyata bukan saja mengubah tatanan kehidupan
sosial, budaya masyarakat tetapi juga kehidupan politik. Kecanggihan teknologi
yang dikembangkan oleh manusia benar-benar dimanfaatkan oleh para politisi
yang ingin meraih simpati, dan empati dari masyarakat luas. Untuk menaikan
elektabilitas dan popularitas dapat dilakukan dengan fasilitas digital seperti salah
ISBN.978-602-50088-0-1 Seminar Nasional Pendidikan 2017 5 satunya
smartphone sekarang dengan di sediakan fitur/aplikasi yang canggih yang
berhubung langsung ke jejaring sosial yang mampu menghubungkan antara
individu yang satu dengan yang lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya bahkan negara yang memberikan dampak besar dalam politik moderen.
Mekanisme elektronik juga telah mengubah aktivitas dalam pemilihan seperti
kampanye berbasis internet, website-website, email dan podcast.
Hal ini menjadi fasilitas bagi para kandidat dan partai-partai politik
sebagaii sarana yang cepat dan murah untuk mengirim pesan kepada audiens,
yang memungkinkan mereka untuk merekrut para sukarelawan kampanye dan
menggalang danadana kampanye, penggunaan media digital Smartphone yang
tehubung dengan jejaring sosial sangat efektif terutama dalam menjangkau
masyarakat muda, yang sering kali merupakan segmen masyarakat yang paling
sulit untuk dilibatkan melalui strategi-strategi konvensioanal. Sisi lain dari wajah
baru dan kekuasaan politik di era digital juga untuk dimanfaatkan sebagai alat
penyebaran ideologis secara sistematis untuk mencari dukungan dan sekaligus
perkembagaan nilai-nilai ideologis itu, dan sisi lain sebagai alat untuk mesin-
mesin propoganda, bagaimana para politisi berusaha untuk mempertahankan
kekuasaan dengan menampilkan citra baik dan menyembunyikan citra negatif

10
untuk mendapat dukungan dari publik. Dalam bidang sosial budaya, era digital
juga memiliki pengaruh positif dan dampak negatif yang menjadikan tantangan
untuk memperbaikinya. Kemerosotan moral di kalangan masyarakat khususnya
remaja dan pelajar menjadi salah satu tantangan sosial budaya yang serius.
Pola interaksi antar orang berubah dengan kehadiran teknologi era digital
seperti komputer terutama pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas.
Komputer yang disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa
saja untuk berhubungan dengan dunia luar tanpa harus bersosial langsung. Dalam
bidang pertahanan dan keamanan penggunaan teknologi di era digital berperan
dalam membantu pertahan dan keamanan nasional. Lembaga militer diantaranya,
telah menempatkan teknologi informasi sebagai salah satu senjata yang
mendukung kekuatan dan persatuan organisasi. Sejalan dengan kekhasan
organisasi militer yang selalu menuntut kecepatan dan ketepatan informasi
sebelum mengambil sebuah keputusan (perumusan strategi), penerapan teknologi
digital sangat mendukung program tersebut.
Teknologi informasi telah berpengaruh pada perubahan strategi militer.
Tantangan dalam bidang pertahanan seperti menghadapi ancaman dari luar yang
bersifat maya seperti aktifitas hacker yang bisa merusak sistem situs pertahanan
Indonesia menjadi perhatian serius. Teknologi digital dikombinasikan dengan
teknologi perang lainnya memungkinkan untuk menciptakan jenis perang yang
secara kualitatif seperti penggunaan robot perang. Dalam bidang teknologi
informasi sendiri, tantangan nyata pada era digital semakin kompleks karena
berbagai bidang kehidupan membawa pengaruh-pengaruh yang bisa membuat
perubahan di setiap sisi. Teknologi informasi merupakan bidang pengelolaan
teknologi dan mencakup berbagai bidang (tetapi tidak terbatas) seperti proses,
perangkat lunak komputer, sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa
program, dan data konstruksi. Setiap data, informasi atau pengetahuan yang
dirasakan dalam format visual apapun, melalui setiap mekanisme distribusi
multimedia, dianggap bagian dari teknologi informasi. Teknologi informasi

11
memfasilitasi bisnis dalam empat set layanan inti untuk membantu menjalankan
strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi, memberikan informasi, ISBN.978-602-
50088-0-1 Seminar Nasional Pendidikan 2017 6 menghubungkan dengan
pelanggan, dan alat-alat produktivitas. Tantangan dalam bidang teknologi
informasi sangat banyak seperti memecahkan suatu masalah, membuka
kreativitas, meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan.

D. Upaya Yang Harus di Lakukan pada Era Digital


Era digital harus disikapi dengan serius, menguasai, dan mengendalikan
peran teknologi dengan baik agar era digital membawa manfaat bagi kehidupan.
Pendidikan harus menjadi media utama untuk memahami, mengusai, dan
memperlakukan teknologi dengan baik dan benar. Anak-anak dan remaja harus
difahamkan dengan era digital ini baik manfaat maupun madlaratnya. Orang tua
harus pula difahamkan agar dapat mengonrol sikap anakanaknya terhadap
teknologi dan memperlakukannya atau menggunakannya dengan baik dan benar.
Pengenalan tentang pemanfaatan berbagai aplikasi yang dapat membantu
pekerjaan manusia perlu dikaji agar diketahui manfaat dan kegunaannya serta
dapat memanfaatkannya secara efektif dan efisien terhindar dari dampak negatif
dan berlebihan. Demikian juga pemerintah melakukan kajian mendalam era
digital ini dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan atau keamanan serta teknologi informasi.
Namun disisi lain dunia anak sangat memprihatinkan khususnya pada
perubahan karakter dan mental. Sikap anak-anak yang agresif dan kekerasan fisik
sering disaksikan dalam pergaulan dengan sesamanya merupakan fenomena yang
saling berhubungan. Pemberitaan anak SD yang melakukan bullying dengan unsur
kekerasan fisik sering muncul ditelevisi dan media online sebagai salah satu
akibat dari game online dengan unsur kekerasan. Akses terhadap pornografi dan
pornoaksi membuat anak mengalami perubahan mental yang mengkhawatirkan
khususnya pada pergaulannya yang mengarah pada seks bebas. Merosotnya nilai

12
moral pada anak memang menjadi keprihatinan serius pemerintah dan
masyarakat, namun di era serba digital sekarang dengan arus teknologi infomasi
yang sulit dibendung menjadikan persoalan tersebut tidak sederhana. Media yang
tanpa kontrol dapat dengan mudah mencuci otak anak melalui game online. Anak
lebih tertarik pada handphone (android-nya) dari pada permainan tradisional,
dongeng, dan lagu-lagu anak yang sarat dengan pendidikan.
Bahkan iklan barang haram seperti miras dan nakotika dikemas secara
menarik bagi anak melalui internet dalam bentuk game online menambah
kompleksitas persoalan moralitas anak. Pada era tahun 80an sering djumpai anak-
anak bermain diluar rumah berinteraksi dengan kawan sebayanya dengan
asyiknya bermain permainan tradisional yang sarat dengan pesan kejujuran,
gotong royong, percaya diri, dan amanah. Suasana tersebut sangat cocok dengan
pertumbuhan mental anak yang harus ditananamkan nilai-nilai moral. Sekarang
laguanak yang polos, alami, dan riang sudah jarang dinyanyikan, padahal lagu
anak salah satu metode efektif dalam pendidikan karakter dengan syair-syair yang
disesuaikan psikologi anak.
Model pendidikan berbasis permainan tradisional sudah jarang
diperkenalkan kepada anak-anak. Mereka lebih banyak berinteraksi dengan dunia
maya seperti game online, facebook, dan internet. Keseringan dengan gadget-nya
anak bisa menjadi bersikap anti sosial dan kurang percaya diri sebab banyak
mengurung diri dalam kamar karena asyik dengan handphone dan game online.
Akibatnya dapat menggerus nilai kepekaan sosial, kepedulian,dan empati pada
ISBN.978-602-50088-0-1 Seminar Nasional Pendidikan 2017 7 sesama. Karakter
egoisme dan keras kepala bisa merasuki anak jika terlalu sering berinteraksi
dengan game online. Apalagi unsur kekerasan dan sadisme sering menjadi game
favorit anak, tentunya hal itu secara tak sadar anak akan meniru aksi pada game
dan mengaplikasikannya pada dunia nyata saat bergaul dengan teman dan
keluarganya. Anak memelukan pendampingan ekstra (parenting) dari orang tua
agar terhindar dari isu-isu yang dapat menyesatkan anak. Orang tua juga harus

13
bisa profesional saat mendidik seperti tidak memperlihatkan kepada anak hal-hal
yang sesuai dunianya seperti kekerasan pisik karena akan segera ditiru. Usia dini
adalah usia meniru, dan orang tua adalah „model‟ bagi anaknya sehingga keluarga
adalah ujung tombak dalam perkembangan sosio-emosinya.
Hal yang tidak kalah penting adalah dalam memberikan kasih sayang
kepada anak dilakukan dengan benar dan tidak berlebihan dan pula tidak kurang.
Berikan pelayanan dan kasih sayang secara proporsional pada anak dan
memberikan pula pendidikan yang proporsional sesuai dengan perkembangan
alamiahnya. Salah satu solusi untuk pendidikan anak di era digital adalah model
parenting immun selfer.
Model parenting immun selfer adalah model pendampingan anak yang
efektif khususnya dalam parenting penggunaan perangkat teknologi seperti
gadget. Memberi sistem imun pada anak sangat penting dikarenakan orang tua
tidak setiap saat dapat berada disamping anak. Ia bergaul dengan temanya yang
kadang memamerkan informasi (pornografi) yang memang tak layak baginya.
Melalui model parenting immun dan pendekatan kasih sayang dan penyadaran
diri, anak mempunyai filter dan imuns ketika tidak berada disekitar orang tua.
Orang tua harusnya menanamkan nilai selektif diri pada anak misalnya mengenai
mana informasi dan akses berita apa yang baik dan sesuai dengan diri anak.
Pendidikan dan penerapan agama dalam keluarga memegang peranan penting
dalam parenting immun. Seperti meberlakukan waktu beribadah, waktu belajar,
dan waktu santai secara proporsional. Dalam hal ini orang tua disini harus tegas
bila mengenai pendidikan agama atau akidah anak dan tak bisa ditolelir bila anak
menolak misalnya untuk mengaji dan beribadah. Penanaman pendidikan akidah
dan akhlak harus disertai contoh konkret yang bisa mereka saksikan dan masuk
pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran
rasional.
Melalui pengalaman yang utuh melalui pengamatan, mendapat penjelasan,
dan mengalaminya maka menjadi mudah dalam menanamkan nilai akhlak dan

14
karakter. Orang tua adalah tokoh idola dikeluarga sosok pahlawan yang penuh
kasih sayang. Dengan demikian upaya untuk menghasilkan generasi emas akan
dengan mudah dilaksanakan.

E. Perlindungan Hak Asasi Digital


Dinamika perkembangan dan kemajuan teknologi telah membuat
perubahan yang nyata dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Teknologi
informasi, media elektronik, dan internet adalah kata kunci dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat global, termasuk masyarakat Indonesia. Khusus untuk
penggunaan internet, tidak hanya digunakan sebagai media hiburan, internet juga
digunakan untuk kegiatan lainnya seperti sekolah, bekerja, pelayanan kesehatan,
dan bahkan berpolitik. Jumlah pengguna internet di Indonesia sangat tinggi. Hal
itu dapat dilihat melalui data yang dilansir pada laman Kementerian Komunikasi
dan Informatika. Pada tahun 2021, terdapat 202,6 juta pengguna internet di
Indonesia atau meningkat sebanyak 11 persen dari tahun 2020 yang terdata
sebanyak 175,4 juta pengguna internet. Namun demikian, menarik untuk
diperhatikan apakah ada korelasi antara jumlah pengguna internet yang tinggi di
Indonesia dengan kesadaran atas hak-hak asasi di bidang digital yang melekat
pada pengguna tersebut sebagai subjek hukum.
Dalam tulisan ini akan dibahas 2 (dua) isu besar, pertama, tentang pengertian hak
asasi digital beserta kerangka hukum yang mengaturnya, kedua, penerapan hak
asasi digital di Indonesia, ASEAN, European Union, dan praktik oleh penyedia
aplikasi digital.
 Kerangka Hukum Perlindungan Hak Asasi Digital
Hak asasi digital merupakan salah satu bentuk hak asasi manusia universal
yang bersifat konkret dan dijamin oleh hukum internasional serta konstitusi
negara-negara di dunia. Hak asasi digital dipahami sebagai sekumpulan hak-hak
masyarakat untuk mengakses, menggunakan, menciptakan, menyebarluaskan
kerja digital, serta untuk mengakses dan menggunakan komputer dan perangkat

15
elektronik lainnya, termasuk jaringan komunikasi, khususnya internet.
Berdasarkan definisi tersebut, masyarakat memiliki hak untuk mengakses dan
menggunakan kerja digital, salah satunya menggunakan internet. Hal ini juga
menjadi materi dalam Konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Dalam Pasal 28F UUD 1945
dinyatakan bahwa negara menjamin hak setiap orang untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Rumusan tersebut menjadi dasar pemberian hak digital bagi masyarakat.
Ketentuan tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam bagian Hak
Mengembangkan Diri pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (UU HAM). UU HAM melegitimasi bahwa internet dapat
digunakan untuk mengembangkan diri pribadi setiap orang. Namun sayangnya,
dalam pelaksanaannya masih terjadi ketimpangan akses internet di Indonesia,
yang utamanya disebabkan oleh infrastruktur yang belum merata.
Internet juga digunakan secara masif untuk mengakses platform digital
dalam rangka penyebarluasan informasi. Era digital memang telah mempercepat
dan mempermudah penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas tetapi hal
ini juga tidak luput dari permasalahan yang melekat, misalnya penyampaian
pendapat atau informasi yang bersifat hate speech dan hoax. Kebebasan
berekspresi dan mengeluarkan pendapat dijamin dalam Konstitusi, yaitu Pasal
28E ayat (3) yang menyatakan bahwa, “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Rumusan ketentuan
tersebut bersifat fundamental tetapi bukan berarti kebebasan tersebut bersifat
mutlak, melainkan terdapat batasan-batasan yang perlu diatur secara jelas dalam
undang-undang.
Pembatasan tersebut utamanya dilakukan karena berkaitan dengan hak
orang lain (hak atas kehormatan dan nama baik), sebagaimana telah diatur

16
dalam Universal Declaration on Human Rights dan International Covenant on
Civil and Political Rights yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU
Nomor 12 Tahun 2005, yang juga tidak boleh dilanggar dengan dalih kebebasan
berekspresi dan mengeluarkan pendapat.
Selanjutnya, Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 menjamin bahwa setiap orang
berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan
hak asasi. Perlindungan diri pribadi dalam era digital saat ini sangat erat dengan
perlindungan data pribadi. Pengaturan terkait perlindungan data pribadi belum
secara khusus diatur dalam undang-undang. Pasal 26 ayat (1) UU Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2016, menyatakan bahwa “Kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan, penggunaan setiap
informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang
harus dilakukan atas persetujuan Orang yang bersangkutan.” Penjelasan pasal
tersebut adalah perlindungan data pribadi merupakan salah satu bagian dari hak
pribadi (privacy rights) yang mencakup hak untuk menikmati kehidupan pribadi
dan bebas dari segala macam gangguan, hak untuk berkomunikasi dengan orang
lain tanpa tindakan memata-matai, dan hak untuk mengakses informasi tentang
kehidupan pribadi dan data seseorang. Pemerintah telah menginisiasi
pembentukan RUU Perlindungan Data Pribadi, tetapi hingga tulisan ini dibuat
masih dalam proses pembahasan antara Pemerintah dengan DPR. Instrumen
tersebut menjadi penting untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap hak
asasi digital bagi seluruh masyarakat.
Jika dibandingkan dengan negara lain, beberapa negara telah secara aktif
dan komprehensif mengadopsi dokumen hukum terkait isu Hak Asasi Digital,
seperti (i) Italia telah memiliki Declaration of Internet Rights pada tahun
2015; (ii) Selandia Baru telah memiliki New Zealand Digital Communication

17
Acts pada tahun 2015; (iii) Prancis memiliki Digital Republic Acts pada tahun
2016, dan (iv) Brazil, telah memiliki Marco Civil da Internet pada tahun 2014.
 Hak Asasi Digital di ASEAN
Dalam lingkup regional, ASEAN memiliki ASEAN Framework on Digital
Data Governance (AFDG), yang disahkan pada 18th ASEAN TELMIN
Meeting pada bulan Desember 2018. AFDG menetapkan prioritas strategis,
prinsip, dan inisiatif sebagai pedoman bagi negara anggota ASEAN dalam
menyusun kebijakan dan peraturan terkait digital data governance pada digital
ekonomi. Terdapat 4 (empat) prioritas strategis, yaitu: (i) Data Life Cycle &
Ecosystem; (ii) Cross Border Data Flows; (iii) Digitalisation and Emerging
Technologies; dan (iv) Legal and Regulatory. Outcomes yang ditargetkan
dalam legal and regulatory yaitu tercipta harmonisasi hukum dan peraturan di
negara-negara anggota ASEAN, termasuk perlindungan data pribadi.
Lebih lanjut, ASEAN juga memiliki Strategic Plan for Information and Media
2016-2025 yaitu rencana strategis jangka waktu 10 tahun yang akan menjadi
pedoman dalam pengembangan dan kerja sama pada sektor informasi dan media
di kawasan ASEAN. Beberapa poin kunci strategis dari ASEAN Strategic Plan for
Information and Media 2016-2025, di antaranya: (i) memajukan kerja sama dan
kesepakatan di level ASEAN guna menyediakan mekanisme regional untuk
mempromosikan akses terhadap informasi; (ii) mendorong perkembangan
program dan penyebarluasan informasi tentang manfaat dan peluang yang
ditawarkan oleh komunitas ASEAN dan mempromosikan sikap saling
menghormati, menghargai keragaman, dan memiliki rasa kepemilikan di kawasan
regional ASEAN; (iii) memanfaatkan penggunaan informasi dan teknologi
komunikasi di berbagai kelompok sebagai sarana untuk terhubung dengan
komunitas regional dan global; dan (iv) melibatkan profesional media, penelitian,
bisnis, dan entitas lain dalam pengembangan kolaboratif konten yang relevan
dengan ASEAN.

18
 Hak Asasi Digital di European Union
European Union (EU) telah mengatur hak atas perlindungan data dalam
Pasal 16 Treaty on the Functioning of the European Union dan Pasal 39 Treaty on
European Union serta pengakuan bahwa perlindungan data pribadi merupakan
hak fundamental yang tercantum dalam Piagam Hak Fundamental Uni Eropa.
Kesiapan EU dalam menghadapi era digital juga dilakukan dengan menerbitkan
paket perlindungan data pada bulan Mei 2016, yaitu General Data Protection
Regulation (GDPR). Pengaplikasian GDPR ini ke negara-negara anggota pada
tanggal 25 Mei 2018 merupakan hal esensial untuk menguatkan hak-hak
fundamental masyarakat di era digital. GDPR merupakan hukum yang mengatur
secara rinci terkait privasi dan keamanan di dunia. Meskipun dirancang dan
disahkan oleh EU, GDPR berlaku bagi setiap organisasi di manapun selama
organisasi tersebut menargetkan atau mengumpulkan data yang terkait dengan
masyarakat EU. GDPR menerapkan prinsip-prinsip dalam kaitannya
dengan processing of personal data, yaitu: (i) lawfullness, fairness, and
transparency; (ii) purposelimitation; (iii) dataminimisation; (iv) accuracy; (v) sto
rage limitation; dan (vi) integrity and confidentiality. GDPR juga memberikan
denda yang sangat berat terhadap setiap pelanggaran standar privasi dan
keamanannya, dengan hukuman mencapai puluhan juta euro.
 Implementasi Hak Asasi Digital oleh Penyedia Aplikasi Digital
Dalam perspektif pelaku bisnis penyedia aplikasi digital, Meta selaku
perusahaan induk dari Facebook, telah berkomitmen untuk melindungi HAM
pengguna di platform–nya. Sejak tahun 2019, telah dibentuk dedicated
team yaitu Human Rights Policy Team yang salah satunya berada di Asia Pasifik.
Meta berkomitmen untuk melakukan uji tuntas HAM (Human Rights Impact
Assessment) berdasarkan standardisasi HAM PBB untuk seluruh platform digital
guna mengidentifikasi risiko HAM dan meminimalkan kerugian
pengguna. Human Rights Impact Assessment adalah proses untuk
mengidentifikasi, memahami, menilai, dan mengatasi dampak buruk dari proyek

19
bisnis atau kegiatan yang akan berdampak terhadap penikmatan HAM, seperti
bagi pekerja dan anggota masyarakat. Prinsip-prinsip Panduan PBB dengan tegas
menetapkan tanggung jawab perusahaan untuk menghormati HAM sebagai
standar perilaku yang diharapkan. Hal ini termasuk harapan bahwa sektor bisnis
dapat mengimplementasikan uji tuntas untuk mengidentifikasi, menghindari,
memitigasi, dan memulihkan dampak HAM yang melibatkan mereka.
Berdasarkan uji tuntas tersebut, Facebook dilaporkan telah mengurangi hambatan
terhadap kesediaan informasi sehingga pengguna lebih terlindungi. Lebih lanjut,
Meta menjadi satu-satunya platform yang memiliki Coorporate Human Rights
Policy yang bertujuan untuk melindungi HAM dan pejuang HAM.
 Indonesia dan Pemenuhan Hak Asasi Digital
Masih terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia dalam upaya pemenuhan hak asasi digital. Beberapa hal yang dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan oleh Pemerintah adalah: (i) peningkatan digital
literacy dan capacity building guna memastikan pengguna internet memahami hak
dan kewajibannya di dunia digital; (ii) pemenuhan kebutuhan infrastruktur digital
guna mendukung pemerataan akses internet bagi seluruh rakyat
Indonesia; (iii) menyegerakan pemberlakuan peraturan perundang-undangan yang
dibutuhkan dalam melindungi HAM di bidang digital, salah satunya adalah RUU
Perlindungan Data Pribadi; dan (iv) Pemerintah juga harus dapat menentukan
peran yang tepat, agar dapat menyeimbangkan perlindungan individu dan nilai-
nilai masyarakat dengan pemberian hak kebebasan berpendapat di dunia digital.
Di samping itu, masyarakat juga diharapkan dapat menjalankan fungsi kontrol
terhadap penggunaan internet, agar hak asasi digital dapat terpenuhi sekaligus
terlindungi.
F. Dampak Positif dan Negatif Era Digital
Dalam perkembangan teknologi digital ini tentu banyak dampak yang
dirasakan dalam era digital ini, baik dampak postif maupun dampak negatifnya.
Dampak positif era digital antara lain:

20
b) Informasi yang dibutuhkan dapat lebih cepat dan lebih mudah dalam
mengaksesnya.
c) Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada
teknologi digital yang memudahkan proses dalam pekerjaan kita.
d) Munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik
sebagai sumber pengetahuan dan informasi masyarakat.
e) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan
dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
f) Munculnya berbagai sumber belajar seperti perpustakaan online, media
pembelajaran online,diskusi online yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
g) Munculnya e-bisnis seperti toko online yang menyediakan berbagai
barang kebutuhan dan memudahkan mendapatkannya.
Adapaun dampak negatif era digital yanga harus diantisapasi dan dicari
solusinya untuk mengindari kerugian atau bahaya, antara lain:
a. Ancaman pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) karena akses
data yang mudah dan menyebabkan orang plagiatis akan melakukan
kecurangan.
b. Ancaman terjadinya pikiran pintas dimana anak-anak seperti terlatih
untuk berpikir pendek dan kurang konsentrasi.
c. Ancaman penyalahgunaan pengetahuan untuk melakukan tindak
pidana seperti menerobos sistem perbankan, dan lain-lain
(menurunnya moralitas).
d. Tidak mengefektifkan teknologi informasi sebagai media atau sarana
belajar, misalnya seperti selain men-download e-book, tetapi juga
mencetaknya, tidak hanya mengunjungi perpustakaan digital, tetapi
juga masih mengunjungi gedung perpustakaan, dan lain-lain.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak digital adalah hak asasi manusia bagi setiap orang yang

memungkinkan ia menggunakan, membuat, dan mempublikasikan media digital

atau untuk mengakses dan menggunakan komputer, perangkat elektronik

lainnya serta jaringan telekomunikasi. Hak digital ini juga berarti hak hukum.

Beberapa negara mengakui hak tersebut dan diimplementasikannya dalam hukum

positif. Hak ini idealnya melekat pada diri setiap orang yaitu ia sebagai pelaku

digital.

Di Indonesia sendiri hukum digital itu dikategorikan menjadi lima, yaitu:

1. Aspek hak cipta

2. Aspek merek dagang

3. Aspek fitnah dan pencemaran nama baik

4. Aspek privasi

5. Aspek yurisdiksi dalam ruang siber.

Dunia digital tidak hanya menawarkan peluang dan manfaat besar bagi

publik dan kepentingan bisnis. Namun juga memberikan tantangan terhadap

segala bidang kehidupan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam

kehidupan.Penggunaan bermacam teknologi memang sangat memudahkan

kehidupan, namun gaya hidup digital pun akan makin bergantung pada

penggunaan ponsel dan komputer. Apapun itu, kita patut bersyukur semua

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_digital
https://setkab.go.id/perlindungan-hak-asasi-digital/
Kurniawan, Dima Ekzan (23 Januari 2021). "Hak Digital Juga Hak Asasi
Manusia". Kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-12. Diakses
tanggal 2021-11-12.

23

Anda mungkin juga menyukai