Disusun oleh:
MUHAMMAD PUTRA M. SUMA
Puji syukur kepada Tuhan seluruh sekalian alam Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat, diantaranya adalah nikmat iman,nikmat islam
dan nikmat ihsan. Tuhan yang sebelum kata “ada” ada dia telah ada dan tuhan yang
ketika kata “tidak ada” tidak ada ia akan tetap ada.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan keharibaan nabi besar the propect of
Islam Nabi Muhamad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari zaman lumpur
kebinasaan kepada zaman yang penuh dengan cahaya islami Minazh-Zhulumaati
ilan-Nuur (dari gelap kepada cahaya).
Terima kasih juga kepada seluruh kanda-kanda dan yunda yunda HMI Cabang
Ciputat yang telah membuka dan memberikan wadah (Intermediate Training LK II),
bagi seluruh kader HMI Se Indonesia. Semoga jenjang pengkaderan LK II
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat akan menjadi wadah terbaik dan
melahirkan kader-kader HMI yang intelektual dan berintegritas.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh
karena itu penulis berharap bagi para pembacanya untuk menyampaikan saran dan
kritik sebagai evaluasi dan proses pembelajaran agar menjadi pribadi yang lebih
baik.
Penulis
Muhamad M. Suma.,
II
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................II
Daftar Isi.............................................................................................................................III
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................3
Bab II....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..................................................................................................................4
A. Pengertian dan hubungan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan........... 4
III
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi, satu kata yang sangat berperan penuh dalam perkembangan kehidupan
manusia saat ini. Di era seperti saat ini mungkin hampir sebagian penduduk di seluruh
dunia termasuk di indonesia sendiri pun sudah menikmati kemajuan teknologi.
Berbicara tentang teknologi tidak akan terpisahkan dari pemikiran manusia dan ilmu
pengetahuan.
Internet dan gadget adalah beberapa hasil contoh dari kemajuan
teknologi itu, dan hal tersebut di dasarkan dari ilmu pengetahuan manusia. Saat ini
saja, segala sesuatunya telah memanfaatkan fasilitas internet, salah satunya adalah
dunia pendidikan. Di negara kita, 2 tahun ini hampir seluruh sekolah dan perguruan
tinggi, termasuk Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas menggunakan
fasilitas internet dalam proses perekrutan/penerimaan siswa baru. Ini merupakan
kemajuan yang sangat baik tentunya, mengingat bahwa haruslah sedini mungkin
teknologi itu diperkenalkan untuk pemanfaatan yang positif, juga untuk bekal
memasuki pasar bebas yang akan sangat menitik beratkan pada teknologi tentunya dan
memajukan masyarakat kita. Selain itu membantu para orang tua yang sebelumnya
memang tidak mengerti penggunaan internet sehingga tanpa sengaja mereka akan
belajar dan mencoba memanfaatkannya.
Namun, yang terjadi saat ini kebanyakan dari kita menyalahgunakan
pemanfaatan teknologi, begitupun yang terjadi pada anak-anak saat ini. Teknologi
yang ada membuat mereka menjadi pribadi yang lebih mengutamakan diri sendiri, jauh
dari kehidupan sosial secara langsung, bahkan ada yang sampai menjadikan teknologi
atau lebih tepatnya media sosial itu sebagai pengganti keluarga, orang tua dan teman.
Internet ataupun media sosial membuat mereka jauh dengan keluarga,
dan terkadang mereka malah menghabiskan waktunya berada di depan
gadget/komputer. Hal ini, karena kurangnya pengawasan dan tidak adanya informasi
yang jelas tentang baik buruknya teknologi menjadi faktor utama penyebab
penyalahgunaan teknologi pada manusia sehingga menjadi ancaman perkembangan
teknologi terhadap eksistensi manusia.
Teknologi diyakini sebagai alat pengubah dalam kehidupan manusia.
Keberhasilan para ahli dan menciptakan teknologi ini sudah tercapai, hal ini terbukti
bahwa kehidupan manusia di Era modern ini tidak dapat lepas dari teknologi itu
sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong
pertumbuhan bisnis yang pesat, karena berbagai informasi dapat disajikan melalui
hubungan jarak jauh dengan mudah dapat di peroleh.1
Teknologi informasi juga membantu memaksimalkan cakupan pasar
untuk penjualan dan jasa, serta respon yang tepat kepada pelanggan, karena teknologi
informasi dapat mendukung dalam penyimpanan data pelanggan dan menjadi sumber
informasi untuk dapat melayani pelanggan. Mereka yang ingin mengadakan transaksi
tidak harus bertemu face to face, cukup melalui peralatan komunikasi.
Penerapan teknologi informasi akan menimbulkan berbagai perubahan
sosial. Karena itu perlu adanya partisipasi masyarakat dan peranan hukum, upaya
pengembangan teknologi tidak saja kehilangan dimensi kemanusiaan tetapi juga
menumpulkan visi inovatifnya. Peranan hukum diharapkan dapat menjamin bahwa
1
Hamzah B.Uno,Nina Lamatenggo, 2010, Teknologi Komunikasi & Informasi
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 59.
1
pelaksanaan perubahan itu akan berjalan dengan cara teratur, tertib, dan lancar.
Perubahan yang tidak direncanakan dengan sebuah kebijakan hukum akan
menimbulkan berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.
Uraian di atas mengindikasikan dua hal, di satu sisi teknologi diangap
baik yaitu sebagai alat yang menawarkan kemudahan serta memberikan kemakmuran,
akan tetapi di sisi lain karena kemampuan teknologi yang tanpa batas memiliki
berbagai bentuk kejahatan di dalam kehidupan bermasyarakat dikarenakan dari
pengguna teknologi informasi yang sering kali tidak berfikir jauh sehingga sampai
kepada tindak kejahatan itu sendiri.
Kejahatan yang terjadi dewasa ini semakin kompleks. Para pelakunya
bukan lagi setiap individu manusia biasa atau elite melainkan sudah merupakan suatu
jaringan kerja (network crime) yang dinamakan dengan sindikat atau gang-gang
(gangster). Ini bisa dilihat dari kejahatan narkotika, perbankan, perjudian, terorisme
dan KKN yang jaringan kerjanya bisa mirip dengan kejahatan dan perilaku mafia,
Triad dan Yakuza.
Banyak yang berpendapat bahwasanya wujud dari pada teknologi
informasi itu adalah internet. Kini komputer telah menjadi media pertukaran data dan
informasi serta sarana komunikasi inter personal yang mengglobal melalui jaringan
internet. Internet tidak hanya pertukaran data informasi, dengan fasilitas Vioce Over
Internet Protocol (VOIP) internet juga mampu melayani percakapan antar pengguna,
memberikan siaran siaran radio (real time) dan televisi (Streaming).2
Peran pemerintah pada dasarnya sudah mengantisipasi perubahan yang
disebabkan oleh teknologi. Kebijakan dan peraturan di buat untuk memfasilitasi
masyarakat agar dapat semaksimal mungkin memanfaatkan teknologi serta menekan
serendah-rendahnya dari kejahatan yang ditimbulkan oleh teknologi terlebih khusus
teknologi informasi.
Penyalahgunaan teknologi informasi akan menjadi kewajiban hukum
untuk “meluruskannya” demi tercipta tertib masyarakat beradab dan untuk berusaha
mencegah kelakuan anti sosial, yakni kelakuan yang bertentangan dengan asas asas
ketertiban sosial dan hukum. Sehingga dalam pelaksanaan untuk menjalankan hukum
yang baik sesuai dengan asas yang berlaku di Indonesia tanpa ada diskriminasi atau
apapun di dalamnya. Agar supaya masalah penyalahgunaan teknologi ini tidak menjadi
keresahan sosial bagi masyarakat luas, selayaknya implementasi masyarakat modern
yang memakai teknologi tinggi harus mampu mengurangi perilaku yang amat
merugikan kepentingan orang banyak atau pihak lain. Adanya kebebasan individu
untuk mengekspresikan ilmu dan teknologinya dalam kehidupan masyarakat adalah
dalam kerangka perubahan sosial (social change).
B. Rumusan Masalah
2
Judhariksawan, Pengantar Hukum Telekomunikasi. Rajawali Pers.2005 jakarta.hal.11
2
1. Bagaimana dampak positif dan negatif perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan bagi manusia?
2. Bagaimana peranan hukum dalam pencegahan dan penanggulangan
dampak negatif perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
terhadap eksistensi manusia?
C. Tujuan
1. Mengetahui dampak positif dan negatif perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan bagi manusia
2. Mengetahui regulasi atau peranan hukum dalam pencegahan dan
penanggulangan dampak negatif perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan terhadap manusia
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Indra muchlis adnan, sufian hamim, 2014. Filsafat ilmu, ilmu pengetahuan dan penelitian. Daerah
istimewa yogyakarta, Hal 6
5
Ilmu pengetahuan dan teknologi terutama pada zaman
modern ini, mengalami banyak perubahan dan sangat cepat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor-faktor
penting dalam pembentukkan masyarakat dan kebudayaan.
Namun sebenarnya antara keduanya terdapat perbedaaan dalam
tujuan penggunaannya. Dimasa lampau, teknologi berperan
untuk mengubah menguasai dunia fisik, sedangkan ilmu
pengetahuan terutama digunakan untuk memahami keajadian-
kejadian dunia fisik tersebut5
1. Dampak positif
5
Ali Abdullah dan Rahma Eny. Ilmu Alamiah Dasar. Bumi Aksara, Jakarta, 1993
6
disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran
yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin
poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan
menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya
internet. Menurut Rosenberg (2001), elearning merupakan satu
penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam
jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning
merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,
menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2)
pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada
pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma
pembelajaran tradisional. Sejalan dengan perkembangan TIK itu sendiri
pengertian e-learning menjadi lebih luas yaitu pembelajaran yang
pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio,
vidiotape, transmisi satellite atau computer. (Soekartawi, Haryono dan
Librero, 2002).
Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa
di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan
alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook
dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar
yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan
dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan
yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti
untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku
dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4)
alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa
itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat
bantu belajar. Sehingga, terdapat dampak positif dari perkembangan
teknologi tsb :
2. Dampak negatif
6
Rosenberg, Marc, E-Learning : Strategies for Delivering Knowledge in
the Digital Age 2001
10
informasi, yakni Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, selanjutnya disebut sebagai UU ITE. Namun, peraturan
tersebut belum mampu mengatur persoalan yang mencakup aspek cyberspace
yang begitu luas.5 UU ITE hanya mengakomodir persoalan kejahatan di dunia
maya terbatas pada konten illegal, akses illegal, penyadapan illegal, gangguan
data, gangguan sistem, penyalahgunaan perangkat, dan computer fraud. Dalam
UU ITE belum diatur mengenai serangan-serangan siber yang dapat
mengganggu stabilitas keamanan dan pertahanan Indonesia.
Indonesia yang pembentukannya peraturan perundang undangannya
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat yang
melakukan transaksi secara elektronik, mencegah terjadinya kejahatan berbasis
teknologi informasi serta melindungi masyarakat pengguna jasa yang
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. UU ini terdiri dari 54 pasal
yang terbagi menjadi 13 bab. Ketentuan yang mengatur rumusan terkait
kriminalisasi perbuatan yang dikategorisasikan sebagai tindak pidana siber
terdapat dalam Bab VII tentang Perbuatan yang Dilarang Pasal 27 – Pasal 37
beserta sanksi pidananya dalam Bab XI tentang Ketentuan Pidana Pasal 45 –
Pasal 52.7
Permasalahan dalam menentukan tempat terjadinya tindak pidana
(locusdelicti) dan waktu kejadian tindak pidana (tempus delicti). Dalam tindak
pidana siber, penyidik mengalami kesulitan dalam menentukan lokasi atau
tempat yang akurat terjadinya tindak pidana. Karena pelaku dapat menghapus
atau mengubah “jejak digital” perangkat yang dipergunakannya untuk
melakukan tindak pidana siber maupun mensetting lokasi yang berbeda dengan
lokasi yang sebenarnya. Begitu pun halnya dengan dalam menentukan waktu
kejadian perkara. Penyidik memiliki kesulitan dalam menentukan secara pasti
kapan terjadinya perbuatan tersebut karena biasanya pelaku memililki
kemampuan untuk mengubah atau mengacaukan waktu dan tanggal
perbuatannya di lakukan8
Penelitian ini terkait dengan penelitian Handrini Ardiyanti (2014) yang
berjudul Cyber-Security Dan Tantangan Pengembangannya Di Indonesia.
Penelitian ini membahas tentang bagaimana kebijakan cyber-security yang
telah dijalankan di Indonesia selama ini dan bagaimana prospek dan tantangan
bagi pengembangan kebijakan cyber-security di Indonesia. Secara nasional,
terdapat sejumlah permasalah terkait dengan pembangunan cyber-security yang
tangguh di antaranya lemahnya pemahaman penyelenggara negara atan security
terkait dengan dunia cyber yang memerlukan pembatasan pengunaan layanan
yang servernya berada di luar negeri dan diperlukan adanya pengunaan secured
system; belum adanya legalitas yang memadai terhadap penanganan
penyerangan di dunia cyber; tata kelola kelembagaan cyber- security secara
nasional yang masih parsial dan tersebar serta tidak adanya koordinasi yang
baku dalam penanganan masalah cyber-security; masih lemahnya industri kita
dalam memproduksi dan mengembangkan perangkat keras atau hardware
terkait dengan teknologi informasi9. Saat ini, teknologi berkembang dengan
begitu pesat,oleh karena itu, perlunya diadakannya perlindungan terhadap para
pengguna IT saat ini agar para pengguna selalu merasa dilindungi oleh hukum
Indonesia.
7
87
11 Sudarwanto, Al Sentot, “Cyber Bullying : Kejahatan Dunia Maya yang Terlupakan., Jurnal Hukum
Pro Justitia 27 (1), 2009
98
Handrini Ardiyanti, Cyber-Security Dan Tantangan Pengembangannya Di Indonesia, Jurnal Politica 5
2014.
11
2. Pandangan Hukum Internasional
Agus Subagyo (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Sinergi Dalam
Menghadapi Ancaman Cyber Warfare, menyimpulkan bahwa ancaman Cyber
Warfare menyadarkan setiap negara di dunia, termasuk Indonesia untuk
membentuk tentara cyber, karena ancaman Cyber Warfare tidak bisa dihadapi
dengan jumlah persenjataan, alutsista dan jumlah tentara yang banyak dan
canggih, melainkan diperlukan tentara cyber yang memahami teknologi
informasi, komunikasi, komputer, internet, dan media sosial. Ancaman Cyber
Warfare sudah saatnya mendorong Indonesia untuk menyusun ulang sistem
pertahanan yang berbasis pada cyber atau cyber defence dan cyber security,
yang tentunya memerlukan persiapan yang matang dan sistematis dengan
dukungan dari berbagai pihak dengan ujung tombak kementerian pertahanan
dan TNI. Sinergitas dalam menghadapi ancaman Cyber Warfare merupakan
sebuah keniscayaan dan keharusan bagi Indonesia. Kementerian pertahanan
harus mampu menjadi ujung tombak dalam mempelopori sinergitas antar
berbagai komponen bangsa untuk melawan ancaman Cyber Warfare.
Mekanisme pembangunan jalinan komunikasi, koordinasi, jaringan, dan kerja
sama teknis harus digalakkan oleh Kementerian Pertahanan untuk membentuk
komunitas pertahanan cyber (cyber defence community) yang dapat
menangkal, mendeteksi, menangkis, dan mencegah secara dini berbagai potensi
serangan ancaman Cyber Warfare.10
Lalu bagaimana regulasi internasional terkait pembatasan atau
pencegahan dan penanggulangan perkembangan teknologi, tentunya persoalan
teknologi telah di atur tentang hak asasi manusia di dalam hukum internasional,
pun terkait dengan perkembangan teknologi senjata seperti nuklir haruslah ada
pembatasan yang lebih dikarenakan akibat buruk dari senjata tersebut.
Melihat peran dan tanggungjawab Dewan Keamanan PBB di
antaraNegara-negara yang ada di dunia, salah satunya adalah peran
dalampengawasaan pengembangan nuklir sebagai upaya peningkatan
ckonomimaupun militer. Dalam fungsinya Dewan Keamanan PBB
memilikiketentuan dan pengaturan secara Hukum Internasional yang
mencakuppengaturan sanksi terhadap proliferasi atau pengembangan nuklir
yang dilakukan oleh Negara-negara maju11
109
Agus Subagyo, Sinergi Dalam Menghadapi Ancaman Cyber Warfare, Jurnal Pertahanan 5 (1), 2015.
11
Yang Seong Yoon, Mohtar Mas'oed, 2007, Politik Ekonomi Masyarakat Korea, Yogyakarta, Gadiah
Mada University Press, hal 29.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Indra muchlis adnan, sufian hamim, 2014. Filsafat ilmu, ilmu pengetahuan dan
penelitian. Daerah istimewa yogyakarta
Ali Abdullah dan Rahma Eny. Ilmu Alamiah Dasar . Bumi Aksara Jakarta 1993
Agus Subagyo, Sinergi Dalam Menghadapi Ancaman Cyber Warfare, Jurnal Pertahanan 5
(1), 2015
Yang Seong Yoon, Mohtar Mas'oed, 2007, Politik Ekonomi Masyarakat Korea,
Yogyakarta, Gadiah Mada University Press
14