Anda di halaman 1dari 16

TUGAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

MODERNISASI YANG MENJADI TANTANGAN PERLINDUNGAN HAK


CIPTA DI ERA BERKEMBANGNYA IPTEK

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Zainul Daulay, S.H., M.H

Anreza Fadli
2110112059

Universitas Andalas
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“MODERNISASI YANG MENJADI TANTANGAN PERINDUNGAN HAK
CIPTA DI ERA BERKEMBANGNYA IPTEK” dapat penulis selesaikan dengan
baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
tentang materi Tantangan Perlindungan Hak Cipta dalam Era Digital. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada penulis
sehingga makalah ini dapat penulis susun melalui beberapa sumber yakni melalui
buku, jurnal, dan media internet.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan penulis semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Harapan penulis, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu penulis meminta kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah penulis selanjutnya. Demikian makalah ini
penulis buat, apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf.

Padang, 12 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................6
BAB II...................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI ERA DIGITAL..........................................7
B. FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KONFLIK TENTANG
HAK CIPTA DI ERA DIGITAL................................................................................11
BAB III................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................13
A. KESIMPULAN..................................................................................................13
B. SARAN...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan zaman yang semakin cangih tentunya memiliki banyak
dampak positif bagi umat manusia. Tanpa kita sadari dengan adanya modernisasi ini
memudahkan kita dalam melakukan suatu hal, seperti pekerjaan rumah tangga,
mengerjakan tugas sekolah, mencari ide atau inspirasi desain, melakukan pekerjaan
kantor, hingga hal-hal kecil yang mungkin tidak terfikirkan oleh kita

Menurut definisi historis, modernisasi sama dengan westernisasi atau


Amerikanisasi. Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju cita-cita masyarakat yang
dijadikan model. Menurut pengertian relative, modernisasi berarti upaya yang
bertujuan untuk menyamai standar yang dianggap modern baik oleh masyarakat
banyak maupun penguasa. Definisi analisis berciri lebih khusus dari pada kedua
definisi tersebut yakni melukiskan dimensi masyarakat modern dengan maksud untuk
ditanamkan dalam masyarakat tradisional atau masyarakat modern.1

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu arah peruahan ke arah
yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari
cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju, dimana dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.2 Dapat kita simpulkan bahwa modernisasi

1
Sztompka, Piort, Sosiologi Perubahan Sosial, (Prenada, Jakarta, 2004), hlm 152-153

2
Abdulsyani, Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan, (Bumi Aksara, Jakarta, 1994) hlm 176-177.

4
merupakan suatu perubahan dari cara lama (tradisional) ke cara yang terbaru dan
lebih maju untuk memajukan masyarakat luas.

Tentunya modernisasi disetiap wilayah memiliki kecepatan perubahan yang


berbeda-beda. Tergantung lagi bagaimana masyakat setempat menanggapi
modernisasi tersebut. Dikarenakan tidak semua masyarat terbuka akan adanya
modernisasi, ada juga yang menganggap modernisasi tersebut merupakan dampak
negatif bagi wilayah mereka, takut dengan munculnya modernisasi ini akan
melunturkan tradisi-tradisi adat yang selama ini mereka jaga. Tetapi ada juga
masyarakat yang menganggap dengan adanya modernisasi ini bisa membantu mereka
untuk lebih bisa melestarikan atau mem-branding-kan tradisi-tradisi adat di wilayah
mereka.

Salah satu dari hasil modernisasi adalah kemajuan IPTEK yang sangat pesat
dari zaman ke zaman. Tentunya kemajuan ini tidak lepas dari inovasi dan inovatif
dari orang-orang hebat. Hasil dari hal tersebut telah hadir dihadapan kita saat ini yaitu
dunia teknologi yang kini mampu menghubungkan manusia diseluruh dunia melalui
jaringan computer atau biasa kita sebut dengan internet.

Jika kita berbicara tentang hak cipta tentunya yang terlintas dipikiran kita
adalah suatu karya atau seni, baik itu seni musik, drama, karya 2D, dan lain-lain.
Namun dengan adanya perkembangan teknologi telah menimbulkan konsep baru
seperti program computer, database computer, layout computer, berbagai pekerjaan
web, dan lain-lain sehingga sangat perlu untuk tahu lebih lanjut tentang hak cipta
yang berkaitan dengan computer program/software, database computer dan berbagai
pekerjaan dalam ruang cyber.3

3
Pradani, Intan Rizka. Haki Pada Era Internet/Era Digital

5
Era digital ditandai dengan karakteristik berupa adanya kemudahan interaksi
antar manusia di seluruh dunia dengan memanfaatkan jaringan internet dan tanpa
terhalangi dengan wilayah geografis suatu negara dan aturan-aturan yang sifatnya
territorial. Sejalan dengan itu juga, di era digital ini ditandai dengan karakteriktik
lainnya berupa adanya kemudahan setiap orang untuk mendapatkan informasi.
Informasi pada era ini sangat mudah diperoleh, dipertukarkan, diakses, dan
didistribusikan serta ditransmisikan kapan saja dan dimana saja.4

Tentunya dengan karakteristik di era digital seperti yang telah disebutkan di


atas menjadi suatu tantangan atau masalah di bidang hukum. Hak cipta muncul untuk
melindungi atau memberikan tanda pengenal pada suatu karya seseorang agar tidak
sembarang orang bisa memakai atau memperjual-belikan karya tersebut. Dengan
berkembangnya IPTEK yang semakin tinggi menjadi salah satu tantangan bagi hak
cipta itu sendiri. Dikarenakan setiap pengguna internet atau media digital dengan
bebasnya bisa mengakses, memakai, atau memperjual-belikan suatu karya tersebut
tanpa perizinan dari pemilik karya. Hal inilah yang menjadi tantangan dari
perlindungan hak cipta di era digital yang semakin modern ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perlindungan hak cipta di era digital yang semakin modern ini?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya konflik tentang hak cipta di era
digital ini?

4
Pradani, Intan Rizka. Haki Pada Era Internet/Era Digital

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI ERA DIGITAL
Kita tidak bisa mengatur seluruh masyarakat untuk menggunakan aktivitas
internet dengan bijak, karena hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari manusia di era
modern/digital ini dan tentunya setiap perbuatan pasti memilki akibat hukum
tersendiri bagi siapapun yang melanggarnya. Hal ini memunculkan pemikiran tentang
perlunya suatu aturan dalam mengatur aktivitas manusia dalam menggunakan
internet. Dapat dikatakan juga bahwa hukum merupakan sarana social engineering,
yang merupakan suatu sarana yang ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat
sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 5 Tentunya di era
modern ini, internet sudah seperti teman baik bagi manusia dalam menjalankan
kegiatan sehari-harinya.

Seiring berkembangnya teknologi yang semakin canggih di era revolusi 4.0


dapat dilihat bahwa perlindungan hak cipta tidak menjadi hal yang penting untuk
melindungi karya intelektual yang dihasilkan oleh seseorang (Lubis & Masnun,
2020). Di gempuran era digital yang semakin terdepan banyaknya seniman-seniman
yang mempublikasikan hak ciptanya di media massa, tetapi kurangnya kedasaran
masyarat terhadap hak cipta ini membuat karya dari sang pencipta karya tidak
memiliki batasan-batasan tertentu, seperti tidak meminta izin kepada pemilik karya
jika hasil karyanya dipublikasikan di tempat lain, memakai karya tersebut untuk
keuntungan pribadi, dan lain-lain.

Di dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 1


(UUHC) menyebutkan “hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

5
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1980, Hal.135

7
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
undang-undangan”. Jadi, dalam pasal ini dijelaskan bahwa pencipta suatu karya
mendapatkan hak ekslusif untuk menandakan karya nya tersebut secara resmi,
sehingga ia diperbolehkan untuk memanfaatkan atau mengawasi agar orang lain tidak
meniru hasil karyanya.

Dijelaskan dalam UU Hak Cipta pada Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa
“pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi”. Ciptaan
ini bisa diartikan dalam bentuk karya seni, ilmu pengetahuan, teknologi, atau
sebagainya. Hak ekslusif yang diberikan oleh pencipta karya terdiri dari hak moral
(Moral Right) dan hak ekonomi (Economic Right).

Secara general, hak moral merupakan hak yang melekat pada diri pencipta
suatu karya yang bersifat tetap dan tidak dapat dialihkan, sedangkan hak ekonomi
adalah hak pencipta karya untuk memperoleh keuntungan dan pemberian izin kepada
seseorang yang akan memakai atau mendistribusikan hasil karyanya, yang mana hal
tersebut si pencipta karya akan mendapatkan royalty dari orang tersebut.6

Hak ekonomi ialah hak yang memiliki nilai ekonomis atau keuangan, yang
dapat memberikan keuntungan bagi pencipta apabila karyanya tersebut digunakan
oleh orang lain. Hak ekonomi terhadap ciptaan masih berada di tangan pencipta
selama pemegang hak cipta tidak memberikan semua hak ekonomi dari pencipta atau
pemegang hak cipta tersebut kepada penerima pengalihan ha katas ciptaan (Ginting,
2012). Yang menjadi bagian dari hak ekonomi antara lain:
1. Hak untuk mengumumkan hasil karya intelektual atau ciptaan;
2. Hak untuk menjual atau memperbanyak hasil ciptaan; dan

6
Cynthia Putri Guswandi, dkk. Pengaruh Revolusi Industri 4.0 Terhadap Perlindungan Hukum Hak
Cipta di Indonesia. Vol.1 No.1 (2021).

8
3. Hak untuk membuat terjemahan, adaptasi, gubahan, dan transformasi lain dari
suatu ciptaan (Ginting, 2012)

Hak moral adalah hak yang melekat di diri pencipta dan tidak bisa dialihkan
kepada siapapun, karena hak moral bersifat pribadi dan kekas, sehingga hak moral ini
terus mengikat kepada pencipta semasa hidupnya sampai meninggal dunia (Santoso,
2011). Hak moral mengikat kepada diri pencipta untuk meletakkan Namanya apabila
terdapat pemakaian ciptaanya secara umum, dapat menggunakan nama asli atau
samara pencipta, hak moral adalah hak-hak yang dapat melarang bagi orang lain
untuk melakukan perubahan terhadap karya ciptaannya (Paramisuari & Purwani,
2019). Dapat disimpulkan jika setiap perubahan apapun yang terjadi dalam suatu
karua harus mendapatkan atau memerlukan izin dari si pencipta suatu karya itu
terlebih dahulu.

Tujuan dari pemberian hak ekslusif ini tentunya untuk melindungi suatu karya
dan pencipta karyanya dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini agar
setiap orang tidak bebas dalam memakai suatu karya milik orang lain tanpa izin yang
mana hal ini dapat merugikan si pencipta karya. Dengan adanya hak cipta ini,
pencipta karya bisa merasa terjamin atas kepemilikan karyanya, meskipun masih
banyak orang yang tidak bertanggung jawab di luar sana yang masih memakai hasil
karya orang lain tanpa izin atau memberikan royalty bagi penciptanya.

Perlindungan hukum atas hak cipta terhadap ciptaan telah ada bersamaan
dengan diumumkannya hasil ciptaan tersebut. Tetapi hak cipta juga dapat didaftarkan,
namun tidak menjadi kewajiban bagi pencipta untuk mendaftarkan hasil karya
ciptaanya (Atsar, 2017). Pendaftaran hak cipta ini diperlukan apabila terjadinya suatu
sengketa terhadap ciptaanya maka pencipta telah memiliki bukti berupa surat
pendaftaran. Proses pendaftaran hak cipta dapat dilakukan secara langsung melalui

9
kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di Jakarta, dan bisa
juga mendaftarkan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI. Proses pendaftaran ini dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Mengisi formular serta melampirkan syarat-syarat yang diminta;
2. Pemeriksaan administrative, jika tidak lengkap maka akan diminta untuk
melengkapi dalam jangka waktu maksimal 3 bulan;
3. Jika sudah lengkap maka akan dievaluasi;
4. Setelah dievaluasi bisa saja permohonan tersebut ditolak ataupun diterima,
jika diterima maka akan didaftarkan; dan
5. Lalu diberikan surat penfaftaran penciptaan.

Perlindungan hak cipta terhadap suatu karya memiliki jangka waktu tertentu.
Dilihat dalam UU Hak Cipta Pasal 58 ayat (1), (2), dan (3) telah dijelaskan jenis
perlindungan hak cipta terhadap ciptaan, dan jangka waktu perlindungan hak cipta.
Menurut Pasal 58 ayat (2) dijelaskan jika “apabila ciptaan yang dimaksud pada ayat
(1) dan dipunyai lebih dari 1 orang, maka perlindungan hak ciptanya dapat diakui
selama masa hidupnya pencipta yang telah meninggal dunia dan berlaku selama 70
tahun sesudahnya, berlaku mulai tanggal 1 Januari di tahun selanjutnya”. Sedangkan
pada ayat (3) dijelaskan bahwa “bai ciptaan yang dikuasai atau dimiliki oleh badan
hukum, maka jangka waktu yang diberikan selama 50 tahun berlaku pada awal
dilakukan pengumuman atas ciptaanya”.

B. FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KONFLIK


TENTANG HAK CIPTA DI ERA DIGITAL
Semakin berkembangnya zaman dan era digital yang semakin berkembang
menjadi salah satu tantangan atau faktor timbulnya konflik tentang hak cipta, karena

10
seperti yang kita ketahui di era digital ini banyak para seniman atau pencipta karya
yang mempublikasikan karyanya pada media sosial. Dengan mudahnya mengakses
sesuatu hal di media sosial atau di internet membuat para pencipta merasa khawatir
akan karyanya karna dengan itu lebih mudah setiap orang untuk memakai tanpa
meminta izin atau memberikan royalty kepada si pencipta karya. Menurut Lubis &
Masnun 2020, bagi pencipta dapat memiliki resiko yang lebih besar terhadap hasil
ciptaanya, karena seperti yang kita ketahui di Indonesia sendiri masih banyak
pencipta yang tidak mengetahui masalah perlindungan hak cipta atas karya
intelektual.

Dapat kita ambil contoh banyak melalui google, banyak terdapat desain-
desain grafis atau foto-foto yang terdapat di sana. Jika desain grafis atau foto-foto
tersebut sudah terupload di google maka setiap orang bisa dengan bebas
mendownload serta memakai hasil karya tersebut tanpa memiliki izin dari pencipta
karya tersebut. Tidak sedikit pula desain yang digunakan oleh pengguna dijakina
sebagai desain produk, seperti tas, baju, dan lainnya yang dimana produk tersebut
akan dijual oleh pengguna (Atmadja, 2017).

Hal tersebut sangat merugikan bagi para pencipta karya karena desain yang
dihasilkan oleh orang lain didapatkan secara cuma-cuma dituangkan ke dalam produk
untuk kepentingan pengguna tanpa meminta izin atau memberikan royalty kepada
pencipta karya tersebut.

Dalam Undang-undang Hak Cipta pada Pasal 15 disebutkan bahwa tidak


merupakan pelanggaran hak cipta apabila penggunaan ciptaan pihak lain untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan

11
yang wajar dari pencipta, atau jika pengambilan ciptaan pihak lain itu guna
pembelaan di dalam atau di luar pengadilan.

Pelanggaran hak cipta yang paling banyak dilakukan di era digital ini adalah
pengunduhan lagu atau foto/desain secara gratis. Hal ini tentunya melanggar hak cipta
karna dilakukan secara illegal. Berikut adalah beberapa faktor penyebab timbulnya
konflik tentang hak cipta di era digital yang semakin modern:7
1. Faktor Ekonomi
Tentunya setiap orang ingin mendapatkan keuntungan dengan cara tidak
mengeluarkan biaya yang besar. Hal bisa terjadi karena kurangnya kesadaran
masyarakat terkait hak cipta suatu karya.
2. Faktor Harga
Barang illegal mempunyai harga yang lebih terjangkau dari barang atau karya
aslinya. Seperti saat kita membeli suatu desain kepada olshop yang mana
memiliki harga lebih murah dibandingkan jika kita membeli pada webnya
secara langsung.
3. Faktor Masyarakat
Kesadaran masyarakat terhadap barang atau karya illegal masih sangat rendah.
Hal ini bisa dikarenakan harga yang lebih murah dan kurangnya kesadaran
akan sanksi yang akan didapatkan.
4. Faktor Aparat Penegak Hukum
Selain itu juga tingkat penguasaan atau pemahaman materi undang-undang
hak cipta yang masih rendah dan juga minimnya jumlah penyidik dalam kasus
pelanggaran hak cipta ini.

7
Ibid, Hal.169

12
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Di zaman yang modern ini menimbulkan perkembangan yang melesat salah
satunya di era digital. Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu arah
peruahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat.

Salah satu dari hasil modernisasi adalah kemajuan IPTEK yang sangat pesat
dari zaman ke zaman. Tentunya kemajuan ini tidak lepas dari inovasi dan inovatif
dari orang-orang hebat. Hasil dari hal tersebut telah hadir dihadapan kita saat ini yaitu
dunia teknologi yang kini mampu menghubungkan manusia diseluruh dunia melalui
jaringan computer atau biasa kita sebut dengan internet.Tentunya di era digital ini kita
lebih mudah mengakses sesuatu hal lewat internet. Internet dengan berbagai
kelebihan dan kemuhadan ternyata bukan hanya memberik manfaat kepada pelaku
usaha tetapi juga menimbulkan kerugian yang berdampak pada perbuatan yang
melanggar hukum, salah satunya pelanggaran hak cipta.

Di dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 1


(UUHC) menyebutkan “hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
undang-undangan”. Jadi, dalam pasal ini dijelaskan bahwa pencipta suatu karya
mendapatkan hak ekslusif untuk menandakan karya nya tersebut secara resmi,
sehingga ia diperbolehkan untuk memanfaatkan atau mengawasi agar orang lain tidak
meniru hasil karyanya.

13
Secara general, hak moral merupakan hak yang melekat pada diri pencipta
suatu karya yang bersifat tetap dan tidak dapat dialihkan, sedangkan hak ekonomi
adalah hak pencipta karya untuk memperoleh keuntungan dan pemberian izin kepada
seseorang yang akan memakai atau mendistribusikan hasil karyanya, yang mana hal
tersebut si pencipta karya akan mendapatkan royalty dari orang tersebut.

Pelanggaran hak cipta yang paling banyak dilakukan di era digital ini adalah
pengunduhan lagu atau foto/desain secara gratis. Hal ini tentunya melanggar hak cipta
karna dilakukan secara illegal. Faktor-faktor terjadinya konflik hak cipta antara lain:
1) Faktor ekonomi, 2) Faktor harga, 3) Faktor Masyarakat, 4) Faktor aspek penegak
hukum.

14
B. SARAN

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. (1994). Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cynthia Putri Guswandi1, H. G. (2021). Pengaruh Revolusi Industri 4.0Terhadap
Perlindungan Hukum Hak Cipta Di Indonesia.
MANURUNG, E. A. (n.d.). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA
ATAS KARYA CIPTA DIGITAL DI INDONESIA.
PRADANI, I. R. (n.d.). HAKI PADA ERA INTERNET / ERA DIGITAL.
Prandika, H. A. (2015). ANALISA PERLINDUNGAN HAK CIPTA DI JARINGAN
INTERNET MENURUT UNDANG-UNDANG NO 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA.
Rosana, E. (n.d.). MODERNISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL.
Soekanto, S. (1980). Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali.
Sztompka, P. (2004). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. (n.d.).

16

Anda mungkin juga menyukai