Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

CINTA PRODUK DALAM NEGERI

Dosen Pengampu
Zul Herawan, S.Sos., M.Soc. Sc

Disusun Oleh

Ratu Diva Olivia

Kelas Kriminologi

PRODI KRIMINOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A. 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Cinta Produk Dalam Ngeri ”

ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga

terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan

kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan

sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan

informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini

sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah

SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Pekanbaru, Desember 2023

Tertanda

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4

A. Defenisi Produk Dalam Negeri ..................................................................... 4

B. Manfaat menggunakan Produk dalam Negeri ............................................... 5

C. Contoh Produk Dalam Negeri yang Fenomenal ........................................... 8

D. Kurangnya Mutu Produk Dalam Negeri Dibandingkan Dengan

Produk Impor ................................................................................................ 9

E. Kurangya Kesadaran dan Kebanggaan Untuk Menggunakan

Produk Dalam Negeri .................................................................................. 12

F. Kurangnya Perhatian Pemerintah Pada Produk Dalam Negeri ................... 17

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 21

A. Kesimpulan ................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bela negara yang selalu didengung-dengungkan oleh petinggi bangsa

Indonesia sejak dulu memang merupakan sesuatu yang amat penting bagi

keberlangsungan suatu negara.

Dengan perkembangan IPTEKS dan munculnya berbagai bentuk hambatan,

gangguan, tantangan dan ancaman di luar pertahanan keamanan yang semakin

luas dan rumit, pengertian bela negara mulai berkembang sebagai upaya untuk

menjamin integritas dan eksistensi NKRI, baik dalam aspek ideology,

politik,ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. (Parlaungan Adil

Rangkuti ,2007)

Bentuk hambatan, gangguan, tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh

bangsa dan negara dalam upaya menjamin kelangsungan hidupnya, semakin sulit

dideteksi dan dianalisa dalam segala bidang. Sehingga perlu rasanya masyarakat

kembali sadar dan peduli terhadap nilai-nilai kepejuangan bangsa sebagai

pengembangan kesadaran bela negara. Karena upaya bela negara bukan hanya

sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara, akan tetapi juga merupakan

kehormatan dan tanggung jawab moral setiap anak bangsa.

Oleh karena gangguan terhadap bangsa tidak hanya dari segi keamanan saja

maka perhatian kita juga tidak boleh terpusat hanya pada satu permasalahan saja.

Namun untuk saat ini yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan adalah ancaman

terhadap aset negara berupa budaya dan produk lokal yang telah menghadapi

perdagangan bebas. Baru-baru ini Indonesia menyetujui adanya kerjasama

perdagangan bebas ASEAN-CHINA yang dikenal dengan ACFTA. Oleh sebab itu

kami akan mencoba menyoroti dampak perdagangan bebas pada pasar Indonesia

1
dan kaitannya dengan rasa cinta pada tanah air yang diwujudkan dengan “Cinta

Produk Dalam Negeri”

Cinta produk Indonesia dapat menjadi gambaran betapa besarnya rasa cinta

masyarakat pada bangsa ini. Bayangkan, ketika seluruh rakyat Indonesia dengan

penuh kesadaran mengonsumsi produk-produk buatan lokal di tengah derasnya

arus barang impor dari luar negeri. Secara tak langsung, konsumsi yang begitu

besar akan meningkatkan pendapatan pengusaha lokal bahkan pendapatan

nasional. Diharapkan pula dengan keuntungan tersebut pelaku usaha akan terus

meningkatkan mutu produk-produknya sebagai timbal balik dari kepercayaan

publik dalam negeri. Selain itu, permintaan produk lokal yang tinggi tentu

menuntut peningkatan jumlah produksi yang juga akan membuka lapangan

pekerjaan baru bagi jutaan rakyat Indonesia. Beberapa hal di atas mungkin hanya

sebagian kecil dari pentingnya rasa cinta tanah air yang diwujudkan dengan

“Cinta Produk Dalam Negeri”.

Agaknya kita perlu belajar dari masyarakat Jepang yang sangat loyal

terhadap barang-barang buatan negaranya meskipun tidak sedikit barang dari luar

negeri yang masuk. Karena mereka percaya dengan membeli produk dalam negeri

adalah suatu cara membantu negaranya untuk menjadi bangsa yang besar.

Namun begitupun seharusnya pelaku usaha di tanah air bisa lebih

memahami keinginan masyarakat kita yang tidak mau “ditipu” dengan dijualnya

suatu barang yang harganya tidak sebanding dengan mutunya. Maka perlu bagi

para pelaku usaha untuk senantiasa meningkatkan mutu dan pelayanan terhadap

konsumen dalam negeri, sehingga masyarakat tidak akan ragu memilih untuk

menggunakan produk-produknya.

Pemerintah juga tidak boleh lepas tangan, dalam hal ini peran pemerintah

sebagai teladan sangat diharapkan. Karena bagaimana mungkin masyarakat

2
diminta untuk mencintai produk dalam negeri kalau pejabat pemerintahan sendiri

ternyata lebih senang memakai produk-produk luar negeri.

Semua keadaan di atas membuat kami tertarik untuk membahas masalah

“Cinta Produk Dalam Negeri” pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa masyarakat Indonesia lebih memilih produk luar negeri dari pada

produk dalam negeri?

2. Apa penyebab kurangnya kesadaran dan kebanggan masyarakat Indonesia

terhadap produk dalam negeri?

3. Bagaimana peran pemerintah terhadap pelaku usaha dalam negeri?

C. Tujuan

1. Menjelaskan penyebab masyarakat Indonesia lebih memilih produk luar

negeri dari pada produk dalam negeri.

2. Menjelaskan penyebab kurangnya kesadaran dan kebanggan masyarakat

Indonesia terhadap produk dalam negeri.

3. Menjelaskan peran pemerintah terhadap pelaku usaha dalam negeri.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Produk Dalam Negeri

Produk dalam negeri atau produk lokal berarti setiap barang yang

berwujud, yang ditanam, dipanen, dibuat, diproduksi, atau dirakit secara lokal

dalam suatu negara.

Untuk bisa disebut sebagai produk lokal, suatu produk harus memenuhi

setidaknya empat syarat, yaitu:

 Penggunaan bahan baku yang berasal dari dalam negeri.

 Barang diproduksi atau dihasilkan di dalam negeri.

 Barang menggunakan brand lokal.

 Barang dibuat oleh perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pemilik modal

dari dalam negeri.

Keunggulan dan keunikan produk lokal ada pada ciri khas atau identitas lokal

yang membedakannya dari produk impor.

Namun dalam hal ini, peran dan kesadaran konsumen sangat dibutuhkan dalam

mendukung kemajuan produk lokal. Pembelian produk bisa menjadi efek positif

yang secara tak langsung mendukung pengembangan industri.

B. Manfaat menggunakan Produk dalam Negeri

Manfaat menggunakan produk dalam negeri adalah tanda yang dapat

dilihat secara eksplisit. Dan berikut ini adalah manfaat jika Anda memakai produk

lokal.

1. Meningkatkan Lapangan Pekerjaan

Jika banyak produk lokal yang dibeli, maka permintaan terhadap produk juga

turut meningkat. Hal ini pun akan berdampak pada peningkatan kebutuhan tenaga

kerja untuk proses produksi.

4
Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, para pebisnis akan membuka

lowongan pekerjaan untuk mendapatkan tenaga kerja. Dari situlah lapangan kerja

tercipta dan tersedia. Sehingga tingkat pengangguran berkurang, dan bisa

menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.

2. Meningkatkan Perekonomian dalam Negeri

Manfaat mencintai produk dalam negeri adalah perekonomian dalam negeri yang

ikut meningkat.

Dilansir dari Center for Community Economic Development, saat uang

dikeluarkan di dalam negeri seperti saat masyarakat membeli produk lokal, maka

uang tersebut akan bersirkulasi di dalam negeri dan meningkatkan aktivitas

ekonomi dalam negeri.

Dapat disimpulkan bahwa dengan membeli produk lokal, kita dapat meningkatkan

perekonomian dalam negeri dan menjaga kelangsungan hidup bisnis lokal.

3. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Manfaat cinta produk Indonesia, juga bisa berkaitan dengan rasa peduli terhadap

negara dan sesama.

Ketika permintaan pasar dan penjualan produk lokal semakin tinggi, tentu

berdampak pada ketersediaan lapangan pekerjaan yang semakin banyak.

Semakin banyak orang terjamin pekerjaannya dan punya ladang penghasilan,

maka bisa menekan angka ketimpangan ekonomi. Artinya, tingkat kesejahteraan

masyarakat pun turut meningkat.

Dengan manfaat mencintai produk dalam negeri, akan ada peluang bisnis dan

lapangan pekerjaan sehingga berdampak pada pendapatan masyarakat dan

kesejahteraan hidup mereka.

5
4. Mengurangi Angka Kriminalitas

Selain itu, manfaat membeli produk dalam negeri sama dengan mensejahterakan

masyarakat. Maka masyarakat yang sejahtera akan berdampak pada angka

kriminalitas yang akan menurun.

Faktor ekonomi negatif, seperti tingkat pengangguran, kemiskinan, dan

ketimpangan ekonomi, yang diantisipasi akan menjadi pencegahan tindakan

kriminalitas.

Semakin tumbuh suatu perekonomian suatu negara, maka semakin sedikit angka

kriminalitasnya. Tingkat kriminalitas rendah menunjukan kesejahteraan sebab

memberikan rasa aman bagi semua pihak.

5. Harga Cenderung Lebih Murah

Produk dalam negeri cenderung memiliki harga yang lebih murah dibandingkan

dengan produk luar negeri yang dikenai oleh tarif bea cukai, pajak impor, dan

dipengaruhi oleh kurs mata uang asing yang bisa lebih tinggi dari rupiah sesuai

perkembangan.

Namun ada juga produk dalam negeri yang mahal, kemudian jangan menjadikan

itu alasan untuk mengurungkan niat untuk menggunakan produk dalam

negeri.Karena semua itu kembali pada bahan baku dan biaya operasional dalam

pembuatan produk tersebut.

6. Meningkatkan Kualitas Kegiatan Ekonomi dalam Negeri

Kegiatan ekonomi yang meningkat akan berkorelasi dengan meningkatnya

kualitas produk dalam negeri. Kualitas produk yang bagus serta regulasi ekonomi

yang baik akan memberikan peluang terbukanya ekspor ke luar negeri atau pasar

internasional.

Kegiatan ekspor yang terbuka akan meningkatkan devisa negara sehingga

ekonomi negara juga akan meningkat. Peningkatan ekonomi negara dapat

6
menunjang perkembangan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur demi

masyarakat yang sejahtera.

Selain itu, manfaat cinta produk Indonesia dan penggunaannya juga dapat

meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan kemajuan ekonomi

dan kesejahteraan, pendidikan lebih terjangkau sehingga kualitas SDM akan terus

ditingkatkan agar bisa bersaing dalam pasar internasional.

7. Memperkuat Kemandirian Ekonomi dan Ketahanan Nasional

Dengan mengandalkan produk dalam negeri, bisa berupaya dalam mengurangi

ketergantungan produk impor, sehingga mendorong masyarakat dan negara lebih

mandiri.

Selain itu, untuk bersiap menghadapi krisis ekonomi global dengan produk lokal

yang kuat, serta memperkuat kemandirian sektor industri strategis.

8. Memperkuat Identitas Bangsa dan Bangga Produk Lokal

Manfaat lain dalam menggunakan produk dalam negeri, yaitu berupaya

memperkuat identitas Nasional dan bangga akan produk lokal.

Pasalnya, penggunaan produk lokal meningkatkan kesadaran akan keunikan

produk dalam negeri, memperkuat rasa bangga akan produk dalam negeri, dan

mengaitkan produk dengan cerita dan nilai budaya di dalamnya.

9. Dukungan Terhadap Penelitian dan Inovasi

Pernahkah terpikirkan oleh Anda, bahwa manfaat menggunakan produk dalam

negeri yang lebih luas bisa berkaitan dengan hal-hal ilmiah dan pengembangan

kreativitas?

Sehingga, salah satu manfaat memakai produk dalam negeri adalah untuk

memperkuat lingkungan riset dan inovasi dalam negeri, meningkatkan investasi di

bidang penelitian dan pengembangan, serta menghasilkan produk baru dengan

fitur lebih baik.

7
10. Dampak Pariwisata & Pembangunan Infrastruktur

Lebih luas lagi, Anda bisa membayangkan jika eksistensi produk lokal semakin

diakui dan banyak digunakan dalam negeri, manfaat yang lebih besar mungkin

bisa kita saksikan.

Manfaat menggunakan produk dalam negeri bisa memberikan dampak positif

dengan memberikan dukungan pada industri pariwisata, ikut mempromosi budaya

dan produk lokal.

Industri produk lokal juga memberikan kontribusi melalui pajak dan pendapatan

yang digunakan untuk pembangunan negara dan peningkatan akses terhadap

layanan publik.

11. Keamanan dan Kualitas Produk

Keamanan dan kualitas produk lokal juga dapat lebih mudah untuk dipantau dan

dikelola. Sehingga perlindungan konsumen lebih terjamin dan peredaran produk

ilegal dan palsu dapat diminimalisir.

C. Contoh Produk Dalam Negeri yang Fenomenal

Setelah menyelami manfaat menggunakan produk dalam negeri dengan

baik, mungkin minat Anda terhadap produk lokal pun semakin meningkat.

Berbicara tentang produk lokal dalam negeri, maka kita berbicara tentang

kebanggaan kita ketika memakai produk asli buatan Indonesia.

Alih-alih kita yang menggunakan produk impor, justru beberapa produk lokal

berikut ini begitu fenomenal bahkan berhasil merambah pasar internasional, lho!

Ada banyak contoh produk dalam negeri yang tidak hanya sebatas kerajinan saja,

namun juga berupa pakaian, tas, sepatu, produk pangan dan masih banyak lagi.

Sebut saja diantaranya Tomskins, Eiger, Erigo, Lea Jeans, Terry Palmer, Bagteria,

Buccheri, dan lain sebagainya.

8
Apalagi dilansir dari sumber kanal YouTube Daftar Populer, ada beberapa nama

produk atau brand lokal yang mendunia yang karenanya, kita sebagai warga lokal

atau pengguna pun bisa turut bangga. Produk yang menginspirasi tersebut adalah:

Nama Produk Lokal


Keberhasilannya
Indonesia

Produk Sidomuncul yang sudah berhasil menembus

1. Tolak Angin pasar Amerika Serikat, Korea, Jepang, Vietnam, dan

Filipina

Permen anti kantuk „gantinya ngopi‟ ini sudah


2. Kopiko
mengekspansi 85 negara

Produk PT Indofood Sukses Makmur sudah diekspor


3. Indomie
ke 60 negara

Tak hanya di Indonesia, layanan transportasi online

4. Gojek asal Indonesia ini juga populer di Vietnam dengan

nama Goviet

Produk atau brand sepeda asal negeri yang laris manis


5. Polygon
di 17 negara

D. Kurangnya Mutu Produk Dalam Negeri Dibandingkan Dengan Produk

Impor

Dari sudut pandang sumber daya manusia, sebenarnya kualitas orang-orang

Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan orang-orang di negara-negara maju,

jika saja benar-benar mau belajar. Hal ini terbukti dengan banyaknya tokoh-tokoh

dan cendikiawan yang berasal dari negara kepulauan terbesar di dunia ini. Namun

9
kemauan saja tidak cukup, fasilitas pendukungnya pun harus mumpuni. Hal inilah

yang harus menjadi sorotan. Bahwa dalam proses belajarnya, orang-orang

Indonesia belum mendapatkan fasilitas yang memadai, belum maksimalnya akses

informasi dari masyarakat di pedalaman. Serta yang tidak boleh dilupakan juga

adalah asupan gizi sebagian besar masyarakat yang jauh dari pemenuhannya

karena alasan ekonomi. Beberapa gambaran diatas menjadi mata rantai

permasalahan yang saling terkait yang membuat kualitas orang-orang Indonesia

lebih rendah jika dibandingkan dengan orang-orang di negara-negara maju.

Kualitas masyarakat yang rendah juga berakibat pada rendahnya mutu atau

kualitas produk (barang maupun jasa) yang dihasilkan. Hal ini karena belum

maksimalnya penerapan sebuah teknologi dalam proses produksi. Kebanyakan

masyarakat hanya mengandalkan pengalaman saja tanpa diiringi penguasaan

konsep dan teknologi yang membuat tidak maksimalnya proses produksi.

Masyarakat lebih memilih produk luar negeri dari pada produk dalam negeri

karena kurangnya mutu produk dalam negeri dibandingkan dengan produk impor.

Hal ini disebabkan oleh kualitas masyarakat yang rendah karena kurangnya

kemauan belajar, belum maksimalnya akses informasi dari masyarakat di

pedalaman, hingga sarana belajar yang kurang memenuhi standar misalnya

kondisi sekolah dan kelengkapannya yang tidak layak pakai. Yang tidak boleh

dilupakan juga adalah asupan gizi masyarakatnya yang jauh dari pemenuhannya.

Penyebab lainnya adalah belum maksimalnya penerapan sebuah teknologi dalam

proses produksi. Kebanyakan masyarakat hanya mengandalkan pengalaman saja

tanpa diiringi penguasaan konsep dan teknologi yang membuat tidak

maksimalnya proses produksi. Permasalahan selanjutnya adalah dari aspek

finansial yang turut mempersulit keadaan pelaku usaha tanah air.

Masyarakat juga dinilai kurang bangga untuk menggunakan barang buatan

anak negeri. Mereka beralasan bahwa dengan menggunakan produk luar negeri

10
akan membuat mereka terlihat lebih elit, berkelas serta memiliki gengsi tersendiri.

Selain itu, mereka juga menganggap bahwa produk dalam negeri memiliki

kualitas yang tidak sebanding dengan harga yang dipatok oleh produsen.

Peran pemerintah terhadap produk dalam negeri pastilah sangat penting.

Pemerintah wajib menghimbau masyarakat agar mencintai produksi dalam negeri,

dengan himbauan tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi omset

pengusaha dalam negeri yang juga dapat meningkatkan devisa negara.

Namun dewasa ini pemerintah tidak konsisten dengan himbauan yang

telah dikeluarkan. Hal ini terlihat dari sikap pejabat pemerintahan yang justru

lebih senang memakai produk luar negeri, sehingga secara otomatis rakyat akan

tak acuh dengan himbauan tersebut. Alhasil produksi dalam negeri menurun dan

secara langsung devisa dalam negeri pun menurun. Selain itu, pemerintah sangat

tidak sigap dalam hal mematenkan produk dalam negeri. Sikap tersebut mmbuat

rakyat menjadi kecewa karena seolah-olah tidak ada dukungan untuk mencintai

dan melestarikan produk dalam negeri.

Permasalahan yang selanjutnya adalah dalam menjalankan proses

produksinya, pelaku usaha di tanah air selalu dibayang-bayangi masalah finansial

atau pendanaan proses produksi. Untuk menyelesaikan masalah ini, pemerintah

telah memberikan bantuan dengan mengucurkan dana usaha bagi pengusaha kecil

dan menengah. Namun, yang harus disoroti adalah bahwa bantuan-bantuan yang

ditujukan kepada kalangan pengusaha kecil dan menengah itu belum

termanfaatkan dengan maksimal. Karena ternyata dalam penyalurannya, bantuan

tersebut banyak yang salah sasaran. Sehingga wajar saja bila pengusaha kecil dan

menengah tidak dapat berbuat banyak untuk menyikapi masalah pedanaan ini.

Secara tidak langsung keadaan ini mengganggu proses produksi yang membuat

mereka lebih memilih untuk menekan biaya produksi hingga seminimal mungkin.

Misalnya saja dengan menggunakan bahan baku yang kualitasnya dibawah

11
standar yang seharusnya serta penggunaan teknologi konvensional yang membuat

proses produksi tidak maksimal.

Dua permasalahan klasik diatas merupakan sebagian kecil dari hambatan-

hambatan yang membuat produk-produk dalam negeri menjadi lebih rendah

mutunya jika dibandingkan dengan produk-produk yang diproduksi negara-negara

maju. Hal ini tentunya menjadi ancaman serius bagi pelaku usaha nasional karena

kita telah memasuki gerbang perdagangan bebas. Sedangkan pada perdagangan

bebas itu diharapkan barang-barang produksi anak bangsa mampu menyaingi

produk luar yang masuk ke Indonesia sehingga dapat tetap menjadi tuan rumah di

negeri sendiri.

E. Kurangya Kesadaran dan Kebanggaan Untuk Menggunakan Produk

Dalam Negeri

Sudah menjadi rahasia umum bahwa produk buatan Indonesia berkelas

lebih rendah dibandingkan dengan produk luar negeri. Masyarakat Indonesia

umumnya telah melakukan pengaturan pada pola pikir mereka bahwa produk asal

luar negeri selalu atau bahkan selamanya akan memiliki kualitas yang lebih bagus

dibandingkan produk dalam negeri. Dan karena kecintaan mereka terhadap

produk luar negeri, mereka rela merogoh saku dalam-dalam untuk sebuah produk

luar negeri. Hal tersebut bertolak belakang dengan produk dalam negeri yang

memiliki image buruk bahkan sangat buruk di mata konsumen (masyarakat

Indonesia.red). Jangankan untuk merogoh saku dalam-dalam, merogoh di

permukaan saku pun sepertinya masyarakat enggan kalau uang itu hanya untuk

membeli sebuah barang produksi dalam negeri. Tidak sedikit dari mereka yang

bahkan berpikir bahwa membeli barang produksi dalam negeri sama saja dengan

membuang uang.

12
Ada beberapa alasan yang menjadi faktor utama masyarakat Indonesia lebih

memlilih produk luar negeri. Sebagian dari mereka berasumsi bahwa produk luar

negeri memiliki kualitas yang lebih bagus. Mungkin pengibaratan kualitas produk

luar negeri dan produk dalam negeri bagaikan langit dan bumi. Sangat signifikan!

Sebagian lagi berdalih bahwa produk luar negeri itu lebih elit dan berkelas

yang diukur dari segi kualitas atau mungkin juga dari negara asal produk tersebut.

Tidak sedikit yang beranggapan bahwa produk yang berasal dari negara-negara di

Eropa lebih berkelas dibanding produk yang berasal dari negara-negara di

kawasan Asia.

Menurut para pecandu produk luar negeri, yang membuat produk dalam

negeri terpuruk adalah tidak sebandingnya harga dengan kualitas produk dalam

negeri. Alasan mereka bahwa produk dalam negeri memiliki kualitas rendah tetapi

dipatok dengan harga yang cukup tinggi. Berbeda dengan produk luar negeri yang

mereka anggap sebanding antara kualitas dan harganya. Walaupun memiliki harga

yang relatif lebih mahal, tetapi mereka tidak segan mengorbankan uang yang lebih

banyak untuk barang tersebut.

Sebenarnya banyak alasan yang seharusnya membuat masyarakat Indonesia

lebih memilih produk dalam negeri. Pertama, membeli produk dalam negeri

secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan para pekerja

lokal. Mengapa? Karena semakin banyak permintaan akan produk dalam negeri

akan semakin meningkatkan beban pekerja dan itu berarti akan meningkatkan

pula upah yang mereka terima. Kedua, membeli produk dalam negeri dapat

membantu mengurangi jumlah pengangguran. Apabila permintaan produk dalam

negeri meningkat, maka untuk memenuhi pertambahan jumlah permintaan,

produsen kemungkinan akan menambah jumlah pekerjanya. Dengan kata lain

kembali terbuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat yang masih menganggur.

Ketiga, membeli produk dalam negeri berarti meningkatkan pendapatan negara.

13
Alasan terakhir adalah dengan membeli produk dalam negeri akan menentukan

jati diri bangsa. Hal itu merupakan salah satu wujud cinta kita kepada Indonesia,

sebagai warga negara yang baik.

Mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa tidak semua produk dalam

negeri memiliki kualitas yang lebih rendah, misalnya buah-buahan. Sebenarnya

membeli buah lokal itu memberikan lebih banyak manfaat. Cita rasa buah lokal

yang lebih enak dan nutrisinya lebih optimal karena dijual dalam keadaan segar.

Harganya pun lebih terjangkau. Selain itu kita ikut mencegah pemanasan global

karena mengurangi jumlah pemakaian kapal kargo yang mengangkut buah-buahan

impor dan tentu saja kualitas buah lokal lebih baik.

Banyak pula yang akan tercengang ketika mereka mengetahui bahwa

banyak perusahaan barang-barang berlabel luar negeri menggunakan jasa orang

Indonesia untuk membuat produk mereka. Seperti tas dan sepatu, banyak orang

Indonesia yang bekerja sama dengan produsen luar negeri. Mereka membuat

sepatu atau tas kemudian dikirimkan ke luar negeri, lalu di sana diberikan label

dan dijual kembali kepada konsumen (yang kemungkinan orang Indonesia)

dengan “judul” barang produksi luar negeri. Padahal barang tersebut dibuat di

Indonesia. Artinya barang buatan orang Indonesia tidak selamanya berkelas

rendah. Produsen luar negeri saja mengakui kualitas barang buatan orang

Indonesia, mengapa kita sendiri yang notabene masyarakat Indonesia sepertinya

berat untuk mengakui kelebihan itu? Gengsikah?

Tidak banyak pula dari masyarakat kita yang menyadari betapa bangsa ini

telah kecanduan produk luar negeri. Saat ini barang-barang kebutuan sehari-hari

mulai dari makanan, minuman, pakaian, barang elektronik, alat tulis-menulis,

sampai korek api pun merupakan barang impor. Apalagi setelah diberlakukannya

sistem perdagangan bebas. Produsen dalam negeri seakan tertimbun oleh barang

14
impor hingga tak mampu lagi berproduksi karena kalah bersaing dengan produk

luar negeri.

Bukannya produsen dalam negeri menawarkan produk berkualitas lebih

rendah, tapi belum sempat mereka mengembangkan dan memperbaiki kualitas

produk yang mereka tawarkan, produk-produk impor telah masuk dan memporak-

porandakan istana perdagangan yang mereka bangun secara perlahan. Seandainya

mereka memiliki waktu untuk memperbaiki produksi mereka, pasti akan mereka

lakukan. Karena perbaikan kualitas produk mereka tidak hanya memberikan

kepuasan bagi konsumen mereka, tetapi juga mendatangkan keuntungan yang

lebih besar bagi mereka. Tetapi sebelum hal itu terjadi, produsen raksasa luar

negeri datang sebagai rival mereka dalam berdagang di negeri sendiri.

Lihatlah yang terjadi pada Korea Selatan yang 40-an tahun lalu tidak ada

apa-apanya dibandingkan dengan Indonesia. Tapi sekarang „level‟ mereka bahkan

berada jauh di atas Indonesia. Mereka mampu menjadi produsen barang raksasa

yang cukup berpengaruh di Asia. Hal itu tentu saja tidak terlepas dari peranan

masyarakat Korea Selatan sendiri. Mereka lebih bangga dan meras lebih elit bila

menggunakan produk buatan negara mereka sendiri.

Hal yang sama juga terjadi pada Jepang. Negara yang terpuruk, bahkan

dapat dikatakan mati ketika dibombardir oleh tentara sekutu pada tahun 1945.

Tahun yang sama ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

Masyarakat Jepang hampir anti dengan produk impor. Mereka akan tetap

mengonsumsi produk dari negara mereka sendiri walaupun harganya lebih mahal

dan kualitas lebih rendah. Tetapi dengan tindakan seperti itu justru

membangkitkan semangat produsen dalam negeri untuk memberikan yang lebih

baik bagi para konsumen mereka. Hal ini merupakan apresiasi atas kesetiaan

mereka untuk tetap menggunakan produk dalam negeri. Sehingga Jepang berhasil

melahirkan banyak perusahaan raksasa yang memiliki pengaruh besar di Asia

15
bahkan dunia. Barang-barang mereka yang bermerk Sony, Honda, Suzuki, dan

Kawasaki menjadi barang kelas elit di Indonesia. Dan sekarang Jepang muncul

sebagai salah satu negara maju di Asia.

Bila kedua negara di atas dibandingkan dengan Indonesia, seharusnya ketiga

negara berada di level keelitan yang sama. Tapi pada kenyataannya, Indonesia

tertinggal jauh di bawah mereka. Khususnya dari segi perdagangan, Indonesia

hanya bisa „gigit jari‟ atas prestasi yang mampu diraih Jepang dan Korea Selatan.

Indonesia bahkan menjadi negara yang cukup konsumtif dalam menggunakan

barang-barang kedua negara tersebut.

Padahal jika Indonesia mau dan berusaha untuk mencari titik cerah seperti

ketika Korea Selatan masih berada di masa suram atau ketika Jepang berusaha

bangkit dari keterpurukan, pasti bisa. Khususnya dalam menghargai produk hasil

karya anak negeri. Korea Selatan dan Jepang bisa seperti sekarang karena

masyarakatnya menghargai negara mereka. Mereka mencintai apa yang ada di

negara mereka. Mereka bangga berdiri di atas kaki mereka sendiri, dengan

menggunakan barang-barang dari negara mereka. Tidak seperti Indonesia yang

malah merasa elit dan berkelas ketika menggunakan produk luar negeri.

Jangankan bangga, memiliki rasa cinta dan menghargai produk dari negara

mereka sendiri tidak.

Masyarakat Indonesia terlalu gengsi untuk menggunakan produk dalam

negeri. Mereka merasa lebih elit ketika mereka menggunakan sepatu bermerk

Adidas atau Puma ketimbang hanya mengalaskan kaki mereka dengan bungkusan

kaki berlabel Cibaduyut. Mereka merasa lebih berkelas ketika laptop yang mereka

gunakan bergambar Apple ketimbang mereka mengetik dengan Zyrex. Bahkan

tidak sedikit dari mereka merasa berlevel lebih tinggi ketika membayar dengan

dolar ketimbang rupiah.

16
Kapan negara ini bisa maju kalau masyarakatnya saja justru merasa lebih

bangga, lebih elit, lebih berkelas, dan berlevel tinggi ketika mereka dibalut produk

bermerk luar negeri? Kapan produsen dalam negeri bisa maju dan melakukan

revolusi terhadap produk mereka kalau tidak ada yang mau membeli produk

mereka? jawaban untuk kedua pertanyaan di atas adalah „tidak kan pernah

terjadi‟, kalau masyarakat Indonesia masih menggantung tinggi gengsinya untuk

menggunakan produk dalam negeri. Sebuah negara tidak akan pernah maju ketika

masyarakatnya tidak mencintai negara mereka sendiri.

Negara kita tidak akan dipandang masyarakat dunia kalau kita sendiri

enggan untuk memandang negara kita. Produk dari negara kita tidak akan sama

derajatnya dengan produk Korea Selatan dan Jepang apalagi Eropa, kalau kita

tidak memulai untuk mencintai produk itu apa adanya. Karena suatu hal yang luar

biasa selalu dimulai dengan hal biasa. Dengan bangga dan cinta menggunakan

produk Indonesia suatu saat bukan tidak mungkin industri Indonesia akan

merangkak naik seperti yang terjadi pada Jepang dan Korea Selatan.

F. Kurangnya Perhatian Pemerintah Pada Produk Dalam Negeri

Peran pemerintah dalam hal memajukan produk dalam negeri sudah pasti

sangatlah penting. Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk

mengampanyekan slogan “cinta produk Indonesia”. Meminta konsumen agar

lebih memilih produk buatan dalam negeri dan mendorong pelaku bisnis (ritel)

untuk lebih mengutamakan menjual produk dalam negeri. Namun, jangan sampai

itu hanya jargon belaka. Rakyat diminta mencintai produk dalam negeri sementara

para pejabat sendiri justru lebih suka menggunakan produk dari luar negeri.

Jika pejabat publik, yang seharusnya jadi panutan, justru lebih suka

menggunakan produk luar negeri, bagaimana bisa meminta masyarakat mencintai

produk negeri sendiri? Demikian pula produsen, jika mereka sendiri lebih

17
mencintai produk luar negeri, bagaimana mungkin mengharapkan konsumen

Indonesia mencintai produk buatan mereka?

Pemerintah maupun asosiasi pengusaha, harus menerapkan standardisasi

produk. Sebelum produk dalam negeri dipasarkan, harus memenuhi standar

kualitas tertentu. Standar kualitas produk untuk pasar dalam negeri dengan produk

untuk ekspor haruslah sama. Artinya, mereka harus memberi nilai atau

penghargaan yang sama bagi konsumen di tanah air dengan konsumen di luar

negeri. Jangan karena hanya untuk kebutuhan lokal, lantas menganggap remeh

soal kualitas. Seolah-olah kualitas pas-pasan sudah cukup untuk konsumen lokal.

Hal ini merupakan sebuah kekeliruan yang sangat besar.

Apalagi di era pasar bebas, produk dari berbagai belahan dunia sudah

membanjiri negeri kita sehingga konsumen memiliki banyak pilihan. Produsen

nasional harus bisa bersaing dengan menghasilkan produk berkualitas bagus,

inovatif, dan harga bersaing. Sehingga masyarakat tidak merasa seolah-olah

dipaksa membeli produk dalam negeri atau bahkan dianggap “berdosa” karena

tidak mencintai produk dalam negeri. Sebab, tak ada yang mau dirugikan dengan

membeli produk berkualitas rendah.

Demikian pula para pegawai negeri sipil (PNS). Mereka juga manusia

normal yang memiliki selera sendiri. Tentu pemerintah tidak bisa memaksa

mereka melalui peraturan yang mewajibkan memakai produk dalam negeri.

Pemerintah harus bisa membuktikan bahwa produk dalam negeri, misalnya

produk A, B, C, dan seterusnya, memang memiliki kualitas sebanding (atau

bahkan lebih baik) dibanding produk serupa dari luar negeri.

Tetapi pemerintah justru tidak memberikan teladan yang baik kepada

rakyat , contohnya pada tahun 2008 diadakan acara buka puasa bersama di istana

negara . Sangat disayangkan sekali hampir semua menteri yang menghadiri acara

tersebut memakai sepatu produksi luar negeri. Ironis memang, di tengah

18
kampanye “cinta produk Indonesia” justru pejabat negara memberikan contoh

yang tidak baik.

Konsumen Indonesia juga perlu dilibatkan atau diberi kesempatan ikut

berpartisipasi dalam menilai produk dalam negeri. Konsumen akan loyal terhadap

produk dalam negeri bila mereka merasa produk itu benar-benar sesuai dengan

kebutuhan mereka dari segi kualitas, harga, dan inovasi. Supaya pasar kita yang

sangat besar ini tidak justru lebih dinikmati para produsen dari luar negeri.

Selain itu pemerintah saat ini merasa sudah cukup puas dengan segala

sesuatu yang sudah kita milki, sehingga pemerintah tidak sigap dalam

mematenkan produk tersebut . Dengan sikap pemerintah yang seperti itu, dewasa

ini banyak sekali produk-produk dalam negeri yang tanpa kita sadari sudah

dipatenkan oleh negara lain. Alhasil produk-produk dalam negeri tersebut menjadi

milik negara lain .

Dengan sikap pemerintah yang seperti itu sudah pasti rakyat sangatlah

kecewa, terkesan pemerintah tidak menjaga aset yang sudah lama dimiliki oleh

negara ini . Inilah salah satu sikap pemerintah yang justru bertentangan dengan

kampanye yang sudah di galakkan yaitu “lestarikan aset dalam negeri” .

Rakyat pun bingung dengan sikap pemerintah. Rakyat dihimbau untuk

melestarikan aset yang ada tetapi pemerintah tidak memberikan contoh yang

sesuai dengan apa yang di galakan. Bagaimana rakyat bisa menjalankan apa yang

digalakkan oleh pemerintah sedangkan pemerintah sendiri tidak menunjukkan

contoh yang riil kepada rakyat .

Dengan sikap pemerintah yang kurang sigap, pasti akan memberikan

dampak yang buruk bagi negara kita. Antara lain menurunnya omset pengusaha

dalam negeri yang secara otomatis menurunkan devisa negara, kemudian

hilangnya aset negara karena pemerintah tidak tegas dalam hal mematenkan aset

yang telah dimiliki sehingga negara lain dengan mudah mengambilnya. Dampak

19
lainnya yaitu adanya ketergantungan dengan produk luar negeri, berkurangnya

kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri, hingga jumlah

pengangguran meningkat.

Masalah ini bukan mutlak kesalahan pemerintah saja, tapi kita pun

sebaiknya introspeksi diri dalam hal ini. Masih banyak masyarakat yang gengsi

apabila harus membeli atau menggunakan produk dalam negeri. Karena

kebanyakan produk luar negeri mempunyai mutu yang lebih baik dari produk

dalam negeri sendiri.

Meskipun sikap pemerintah terkesan plin-plan, rakyat justru harus

mempunyai kesadaran sendiri untuk melestarikan aset yang sudah ada. Mungkin

dengan sikap rakyat seperti itu pemerintah dapat bercermin pada sikap rakyatnya

sendiri.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Produk dalam negeri atau produk lokal berarti setiap barang yang

berwujud, yang ditanam, dipanen, dibuat, diproduksi, atau dirakit secara lokal

dalam suatu negara.

Untuk bisa disebut sebagai produk lokal, suatu produk harus memenuhi

setidaknya empat syarat, yaitu:

 Penggunaan bahan baku yang berasal dari dalam negeri.

 Barang diproduksi atau dihasilkan di dalam negeri.

 Barang menggunakan brand lokal.

 Barang dibuat oleh perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pemilik modal

dari dalam negeri.

Manfaat menggunakan Produk dalam Negeri :

1. Meningkatkan Lapangan Pekerjaan

2. Meningkatkan Perekonomian dalam Negeri

3. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

4. Mengurangi Angka Kriminalitas

5. Harga Cenderung Lebih Murah

6. Meningkatkan Kualitas Kegiatan Ekonomi dalam Negeri

7. Memperkuat Kemandirian Ekonomi dan Ketahanan Nasional

8. Memperkuat Identitas Bangsa dan Bangga Produk Lokal

9. Dukungan Terhadap Penelitian dan Inovasi

10. Dampak Pariwisata & Pembangunan Infrastruktur

11. Keamanan dan Kualitas Produk

21
Masyarakat lebih memilih produk luar negeri dari pada produk dalam negeri

karena kurangnya mutu produk dalam negeri dibandingkan dengan produk impor.

Hal ini disebabkan oleh kualitas masyarakat yang rendah karena kurangnya

kemauan belajar, belum maksimalnya akses informasi dari masyarakat di

pedalaman, hingga sarana belajar yang kurang memenuhi standar misalnya

kondisi sekolah dan kelengkapannya yang tidak layak pakai. Yang tidak boleh

22
DAFTAR PUSTAKA

 Adil rangkuti, Parlaungan.2007.Membangun Kesadaran Bela

Negara.Bogor:IPB Press.

 [Anonim].2009. Adakah yang cinta dengan produk dalam negeri [terhubung

berkala] http://frestialdi.wordpress.com/2009/03/16/adakah-yang-cinta-

dengan-produk-dalam-negeri/ [27 Februari 2010]

 [Anonim].2009. Bangga produk dalam negeri [terhubung

berkala] http://fhoto6666.blogspot.com/2009/10/bangga-produk-dalam-

negeri.html [27 Februari 2010]

 [Anonim].2009.Cinta produk dalam negeri[terhubung

berkala]http://mekanika7.blogspot.com/2009/10/esai-cinta-produk-dalam-

negeri_07.html[27 Februari 2010]

 [Anonim].2009.Dampak tidak cinta pada produk dalam negeri[terhubung

berkala] http://bagusweda.wordpress.com/2008/11/25/aku-cinta-produk-

dalam-negeri/ [27 Februari 2010]

23

Anda mungkin juga menyukai