Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ERA DIGITAL DAN DAMPAK PADA PENANGGULANGAN KORUPSI”

DOSEN PEMBIMBING:
Dosen : Kholidazia El HF, SHI., MH.

DI SUSUN OLEH:
Indra Nur Hidayat (7420119001)
Misbahul Ulum (74201190)
Lutfiatul Hasanah (74201190)
Siti Nur Eliyani (74201190)
Syamsul Bahri (74201190)
Rizki Febrian Nur Hidayat (74201190)

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM ZAINUL HASAN

KRAKSAAN - PROBOLINGGO

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum War. Wab.


Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Atas tersesaikannya makalah ini, penulis menyampaikan banyak ucapan terimakasih


kepada yang terhormat:

1. Ibu Hj. Khusnul Hitaminah, SH.,MH. Selaku Ketua STIH Zainul Hasan Genggong
Kraksaan.
2. Ibu Kholidazia EL HF, SHI., MH. Selaku Dosen Mata Kuliah.
3. Sahabat seperjuangan
4. Dan juga teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Wassalamua’laikum War. Wab.


Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulis................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Meningkatnya Kualitas Kejahatan Korupsi...........................................4
B. Permisifme Akibat Paparan Informasi ................................................5
C. Hoax Tantangan Pemberantasan Korupsi............................................5
D. Era Digital dan Peluang pada Upaya Pemberantasan Korupsi ............6
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................. 9
A.  Kesimpulan ....................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9
Daftar Pustaka........................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era digital yang terjadi karena kemajuan teknologi berbasis eletronika


digital pada saat ini ditandai dengan jelas oleh keberadaan internet yang
menjadi bagian kehidupan manusia pada abad ini. Pada saat ini bumi dihuni
oleh sekitar 7,5 milyar manusia dimana hampir setengahnya atau 3,8 milyar
manusia terhubung dengan internet, sebuah angka yang sangat fantastis.

Dari laporan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara


Jasa Internet Indonesia tentang penetrasi dan perilaku pengguna internet
indonesia tahun 2017, menyebutkan bahwa penetrasi pengguna internet di
Indonesia meningkat menjadi 143,26 juta jiwa atau 54,68% dari juta jiwa
penduduk negeri ini dibanding tahun sebelumnya dimana pengguna internet
Indnesia tercatat 132,7 juta jiwa. Pengguna pada wilayah perktaan (Urban)
lebih tinggi 72,41% dibanding wilayah peralihan (Rural-Urban) dan pedesaan
(Rural). Dari 143,26 juta pengguna internet di Indonesia tahun 2017, hampir
setengahnya (40%) atau setara dengan 57,3 juta adalah pengguna media sosial
yang sangat aktif.1

Ada perbedaan situasi yang sangat menyolok pada era digital ini
dibandingkan dengan era-era sebelumnya yang masih mengandalkan teknolgi
konvensinal atau manual, seperti; kecepatan penyebaran berita atau informasi
yang luar biasa cepat kepada masyarakat, kemudian keanekaragaman
informasi yang ada juga sangat melimpah, terhubungnya hampir semua
kegiatan manusia dengan internet, seperti perbankan dengan e-bank,
perdagangan dengan e-commerce, pendidikan dengan e-book dan e-learning,
juga bentuk-bentuk pelayanan masyarakat oleh pemerintah menggunakan
teknologi internet hal ini ditunjang oleh penggunaan alat (gadget) yang

1
https://apjii.or.id

4
terhubung dengan internet yang dimiliki oleh masyarakat semakin meluas dari
level atas hingga level yang paling bawah

Teknolgi digital ini memaksa setiap orang untuk beradaptasi, karena


mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, jaman digital sudah datang
masyarakat Indonesia dengan segala keragamannya, tingkat pendidikan serta
pengetahuannya mengakibatkan situasi sekarang ini menjadi sangat unik. Di
lain sisi kondisi ini menjadi peluang di sisi yang lain kondisi ini menjadi
ancaman. Tentunya juga berpengaruh kepada upaya penanggulangan korupsi
yang tengah dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka kami


merumuskan suatu masalah yaitu :

1. Bagaimana era digital dan dampak pada penanggulangan korupsi?

C. Tujuan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendikan Anti Korupsi yang diampuh


oleh Ibu Kholidazia El H.F., S.H., M.H.
2. Memperluas wawasan mengenai era digital dan dampak pada
penanggulangan korupsi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Meningkatnya Kualitas Kejahatan Korupsi

Teknolgi digital pada saat ini sudah sangat maju dan terus maju dengan
pesat sehingga teknologi digital ini hadir pada setiap sendi kehidupan
manusia. Teknolgi digital yang marak saat ini sangat memudahkan bagi
pergerakan masyarakat dan bisa dikatakan terjangkau bagi semua kalangan.

Pada saat ini hampir semua bisa dilakukan secara digital, sehingga
memaksa semua orang untuk beralih ke dunia digital. Orang tidak perlu repot
antri di bank karena orang-orang yang terhubung dengan internet bisa
melakukan transaksi perbankan dimanapun, seolah-olah setiap orang
mempunyai asisten perbankan yang bisa membantu kapanpun dimanapun.
Juga untuk keperluan belanja, dari sayur mayur dan kebutuhan hidup sehari-
hari, pesan tiket perjalanan, membayar tagihan ini itu, permodalan kerja,
keperluan transportasi dari satu tempat ke tempat lain, hingga membeli
kendaraan bermotor, orang hanya tinggal klik di gadgetnya, semua akan
terjadi. Hal inilah yang menjadikan teknolgi digital ini menjadi teknolgi
disruptif (disruptive technology) yang mengeser bahkan mematikan teknolgi
lama beserta kebiasannya.

Disisi keterbukaan informasi, teknolgi digital ini menjadikan


semuanya bisa dilakukan dengan transparan, dalam satu sistem kerja dan
keamanan, sehingga efektif dan efisien menghilangkan potensi transaksional
yang mengarah ke bentuk suap yang biasa terjadi pada sistem analog, semua
transaksi tercatat secara otomatis. Dengan asumsi ini maka teknolgi ini akan
membawa angin segar bagi penegakan integritas.

Namun apakah dengan datangnya teknolgi digital ini korupsi akan bisa
secara otomatis diberantas? Seperti kita ketahui bersama bahwa teknologi itu

6
bisa dianalogikan sebagai sebuah pisau yang kedua sisinya tajam, artinya
teknologi bisa dijadikan alat untuk membangun kebaikan, namun bisa juga
dimanaatkan untuk tujuan-tujuan yang jahat, termasuk krupsi.

Teknologi digital sangat bisa untuk dijadikan alat untuk menciptakan


kejahatan korupsi dengan pendekatan baru. Korupsi dengan teknologi digital
dan informasi akan membawa kejahatan korupsi pada tingkat yang jauh lebih
tinggi dan canggih. Korupsi dengan teknolgi digital hanya akan bisa dilakukan
oleh orang-orang atau bersekongkol dengan orang-orang yang paham dengan
teknolgi ini, yang tentunya akan lebih sulit lagi dideteksi dan dipecahkan.

Dengan semakin terhubungnya dunia dengan internet, maka kerusakan


yang terjadi akibat korupsi juga bisa semakin massif. Kejahatan korupsi juga
pada akhirnya tidak mengenal batas teritorial karena semua wilayah di dunia
ini terhubung satu sama lainnya.

B. Permisifme Akibat Paparan Informasi

Manusia yang ada pada era digital sekarang ini menerima paparan
informasi berkali kali lipat dibandingkan manusia yang ada pada tahun yang
lalu kemajuan yang pesat di bidang teknolgi informasi dan komunikasi
mendorong tiap-tiap individu untuk berhubungan dengan cepat selain itu,
kemajuan di bidang teknolgi juga membuat individu dapat mengakses
informasi dengan cepat, baik dari dalam maupun luar negeri.

Keadaan ini mendorong tinginya tingkat interaksi antar individu dan


seluruh dunia sehingga mengakibatkan saling mempengaruhi antar masyarakat
atau antar negara di seluruh penjuru dunia keadaan ini juga menjadi
pendorong meningkatnya globalisasi.

Paparan informasi yang sangat tinggi di masyarakat akan


mengakibatkan permisifme masyarakat atas kejadian yang ada selain
diakibatkan oleh berita bohong (hoax) yang meramaikan berita benar atas

7
suuatu kejadian, masyarakat juga dengan mudah mengalihkan topik
pembicaraan yang lain yang mungkin pada saat itu menjadi viral sehingga
kasus yang seharusnya masyarakat ikut peduli pada akhirnya akan
ditinggalkan begitu saja dan lupa atas apa yang terjadi.

C. Hoax Tantangan Pemberantasan Korupsi

Di tengah membanjirnya informasi yang beredar setiap harinya di


berbagai media khususnya pada media internet dan media sosial pada saat ini,
masyarakat Indonesia dihadapkan pada permasalahan kebenaran isi berita atau
informasi yang diterimanya. Kalau kita kembali ke era 20-30 tahun silam,
masyarakat mendapatkan informasi bisa sangat terukur baik dari jumlah
informasi ataupun kualitas informasinya. Media yang mengeluarkan informasi
juga masih terbatas baik media cetak maupun elektrnika ehingga pada era
tersebut hampir bisa dipastikan tidak terjadi permasalahan yang terkait dengan
keabsahan informasi yang diterima oleh masyarakat.

Saat ini dengan semakin maraknya dunia digital, dan hampir setiap
orang yang terhubung dengan jejaring internet dan media sosial akan
menerima informasi yang jauh lebih besar daripada era 20-30 tahun yang lalu.
Hal ini diperkuat dengan bahwa pada era digital ini setiap orang yang
terhubung dengan jejaring internet dan atau media sosial bisa untuk
memproduksi informasinya sendiri dan dibagikan (share) kepada orang lain
yang terhubung pada jejaring yang sama isisi lain jumlah pengguna internet
dan media ssial yang sudah kuat literasi digitalnya masih sedikit, sehingga
mengakibatkan sebagian besar masyarakat saat ini cenderung mempercayai
segala informasi yang beredar di internet tanpa melakukan klarifikasi.

Menurut hasil survei CIGI-Ipsos 2016, sebanyak dari 132 juta


pengguna internet di Indnesia peraya dengan kebenaran informasi di dunia
maya tanpa cek dan ricek, dan tidak menutup kemungkinan konten yang
tersebar mengandung konflik kepentingan, ini merupakan fenomena kekinian
akibat maraknya penggunaan internet dan media ssial. Fenomena tersebut

8
terjadi karena munculnya peningkatan pengguna internet yang belum
diimbangi dengan peningkatan literasi digital kondisi inilah menyebabkan
terjadinya penyebaran konten negatif seperti ujaran kebenian, berita bohong
(hoax), perundungan, radikalisme, pembelaan diri atau kelompok tanpa alasan
yang jelas dan pornografi berjalan dengan cepat, massif, dan pada saat yang
bersamaan bisa menjadi ancaman besar bagi bangsa dan negara.

Pada saat ini kalau kita membuka media sosial pasti akan berhadapan
dengan berita bohong (hoax) yang sangat sulit untuk dibedakan dengan berita
yang benar, apalagi bagi masyarakat awam yang masih minim literasi. kondisi
kebingungan masyarakat akan berita yang benar ini dengan mudah
dimanaatkan oleh beragam oknum termasuk koruptor untuk membangun opini
masyarakat.

Kesempatan yang sama, Direktur Eksekuti Maarif Institute


Muhammad Abdullah Darraz mengatakan perlu adanya upaya untuk
membangun kesadaran kritis di kalangan generasi muda pengguna internet
terhadap konten-konten negati yang menyebar di media sosial.

Efek negative dari dampak era digital dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu2 :

1) Cyber Crime (Incidents)

Merupakan tindakan kejahatan yang menggunakan computer atau


smartphone sebagai alat dan target dari kejahatan yang dilakukan,
contohnya : hacking, bugs, trojan virus, membuat suatu server down).

2) Computer-Related Crime
Seluruh jenis tindak kejahatan yang menggunakan computer atau
smartphone sebagai alat untuk melakukan kejahatan, alat tersebut

2
https://www.hukumonline.com/klinik/a/peran-idigital-forensic--i-dalam-pemberantasan-korupsi-
lt5c5d5cf126335

9
kemudian menjadi alat bukti kejahatan, contohnya : mengungkap kasus
korupsi, kasus narkoba melalui pesan teks atau pesan suara, penyadapan.

D. Era Digital dan Peluang pada Upaya Pemberantasan Korupsi

Era digital yang banyak mempengaruhi orang dalam berbagai hal


termasuk meningkatnya kualitas kejatahatan korupsi, namun juga mempunyai
peluang yang besar dalam upaya pemberantasan krupsi.

Kalau kita melihat dari teori peluang yaitu untuk mengetahui


seberapa besar kemungkinan suatu kejadian akan terjadi nilai peluang yang
rendah menunjukkan bahwa kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi sangat
kecil. Sebaliknya jika nilai peluang tinggi maka kemungkinan besar suatu
peristiwa akan terjadi. Peluang dapat kita maksudkan sebagai situasi atau
kondisi yang ada di lingkungan atau masyarakat yang memberikan
kemungkinan upaya pemberantasan korupsi bisa berhasil di era digital ini.
Situasi dan kondisi yang dimaksud mencakup lingkup yang luas, seperti
budaya, tingkat pendidikan, kondisi sosial politik, perundang-undangan dan
peraturan pemerintah, teknolgi dan sebagainya.

Mari kita lihat peluang kita yang ada, dari sisi budaya, budaya yang
ada di Indonesia merupakan budaya adiluhung, budaya yang sangat tinggi
yang menjunjung tinggi nilai kejujuran, kebaikan, keselarasan alam semesta
serta menempatkan agama dan ketuhanan pada tataran yang sangat tinggi.
Artinya bahwa dari sisi budaya peluang untuk pemberantasan korupsi adalah
tinggi.

Tingkat pendidikan di Indonesia bisa dikatakan membaik dari waktu


ke waktu walaupun belum bisa dikatakan memuaskan, namun semuanya
adalah porses untuk menuju kesempurnaan. Tingkat buta huruf di Indonesia
juga mengalami penurunan yang signifikan dari data kemendikbud yang
disampaikan Mendikbud Muhadjir Effendy tahun 2017 tercatat penurunan
angka buta huru mencapai 9,93%, yang artinya hanya tinggal 2,07% atau
setara 3,4 juta jiwa yang masih harus menjadi target penuntasan buta huruf

10
selanjutnya pendidikan wajib dari SD sampai SMP bleh dikatakan cukup
berhasil, sedangkan untuk tingkat SMA juga meningkat kondikasi yang ada
saat ini setiap tahun terdapat 1,6 juta siswa SMA kelas tiga yang mengikuti
UN artinya peluang dati sisi pendidikan juga tinggi.

Situasi politik yang semakin demokratis saat ini dengan tingkat


kedewasaan berpolitik yang baik juga menjadi faktor yang bisa dijadikan
peluang untuk pemberantasan politik, walau masih banyak pekerjaan yang
harus diselesaikan seperti pembenahan partai plitik dan sebagainya.

Dari sisi perundangan dan peraturan pemerintah, kmitmen kongkret


pemberantasan korupsi itu terecermin dalam UU NO. 31/1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, atas amanah konstitusi dan ketetapan
majelis permusyawaratan rakyat (MPR) RI Nomer XI/MPR/1998 tentang
penyelenggara negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Undang-undang ini kemudian diubah menjadi UU NO. 20/21 tentang
perubahan atas UU NO. 31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi, UU NO. 30 tahun 2002 tentang pembentukan misi pemberantasan
korupsi (KPK), UU NO. 8 tahun 2010 tentang tindak pidana pencurian Uang
(TPPU) menunjukkan bahwa pemerintah sangat serius dalam upaya
pemberantasan korupsi. Hal ini bisa diartikan bahwa dari sisi pemerintahan
peluang untuk melakukan upaya pemberantasan korupsi tinggi.

Dari sisi teknologi, pada era digital ini hampir setiap orang terhubung
dengan internet dan hampir setiap orang mempunyai alat (gadget) yang bisa
terhubung dengan internet saat ini sekitar 147 juta penduduk Indonesia
mempunyai telepn genggam (handphone) yang mana sebagian besar dari
telepn genggam tersebut bisa digunakan untuk mengakses internet dari angka
147 juta tersebut, ada sekitar 53 juta orang atau nomor pengguna adalah
pengguna media sosial aktif artinya kalau kita balikkan tantangan era digital
ini menjadi sebuah peluang (opportunity), maka akan ada 147 juta pengguna

11
internet dan 53 juta pengguna media sosial yang bisa dipapar dengan
informasi tentang pemberantasan korupsi dan sikap anti korupsi.

Jadi bisa disimpulkan bahwa peluang (opportunity) dalam upaya


pemberantasan korupsi di era digital ini sangat tinggi dan menjanjikan
sekarang peluang itu hanya menunggu niat yang tulus dari semua pihak (stake
holder) dan upaya yang konkret untuk mewujudkannya anda siap
berpartisipasi dalam upaya pemberantasan korupsi di era digital ini.

1. Pemberantasan Korupsi

Dari survei Persepsi Masyarakat Terhadap KPK dan Korupsi Tahun


2008, didapati bahwa belum terlalu banyak orang yang tahu bahwa tugas dan
wewenang yang diamanahkan kepada KPK bukan hanya tugas yang terkait
dengan penanganan kasus korupsi dan penanganan pengaduan masyarakat.
Hal ini dapat dimaklumi, karena sekalipun telah banyak yang dilakukan oleh
KPK dalam melakukan pencegahan korupsi dan dalam mengkaji sistem
administrasi lembaga negara/pemerintah yang berpotensi korupsi, kegiatan-
kegiatan itu menurut kalangan pers kalah nilai jualnya jika dibandingkan
dengan liputan atas penindakan korupsi.

Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan


untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.3 Karenanya ada tiga hal yang
perlu digarisbawahi yaitu ‘mencegah’, ‘memberantas’ dalam arti menindak
pelaku korupsi, dan ‘peran serta masyarakat’.

Kemajuan teknologi informasi sudah banyak membantu KPK dalam


melakukan tugas-tugasnya. Dari mulai gedung KPK yang dirancang sebagai
smart building, paper-less information system yang diberlakukan sebagai

3
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2022 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 1 butir ke-3

12
mekanisme komunikasi internal di KPK, dan program-program kampanye
serta pendidikan antikorupsi KPK. Dalam meningkatkan peran serta
masyarakat, informasi elektronik sangat dibutuhkan agar informasi yang
disampaikan dapat lebih cepat diterima, lebih luas sebarannya, dan lebih lama
penyimpanannya3. KPK juga telah mengadakan berbagai lomba bagi pelajar,
mahasiswa, dan masyarakat yang antara lain berupa lomba Public Service
Announcement (PSA) antikorupsi, lomba film pendek antikorupsi, lomba
poster, dan lomba-lomba lainnya.

2. Kemajuan Teknologi Informasi dan Perbaikan Layanan Publik

KPK menyambut baik tujuan pemanfaatan teknologi informasi dan


transaksi elektronik yang antara lain adalah untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pelayanan publik disamping untuk berbagai tujuan lain.

Saat ini telah ada beberapa pemerintah daerah yang menyelenggarakan


one stop service untuk pelayanan publik khususnya yang terkait dengan
layanan perijinan. Kemudahan pemberian layanan publik ini diharapkan akan
mengurangi keengganan berinvestasi. Investasi diharapkan akan masuk karena
pemerintahan yang melayani dengan baik dipersepsikan sebagai pemerintahan
yang bersih, baik karena kemudahan yang diberikan, maupun karena tidak
adanya biaya-biaya siluman yang memberatkan.

Berbagai penelitian nasional dan internasional mengaitkan secara


langsung maupun tidak langsung antara korupsi (yang diwakili oleh ketepatan
mutu-prosedur/waktu-biaya layanan publik) dengan tingkat investasi, tingkat
kemiskinan, dan bahkan dengan berbagai tolok ukur pembangunan seperti
angka kematian bayi, tingkat pendapatan perkapita dan angka melek huruf5.
Karena itu tidak mengherankan jika dalam pengantar hasil surveinya
Transparency International menyatakan bahwa pada negara-negara miskin
dengan level korupsi yang parah, korupsi bisa berarti perbedaan antara hidup
dan mati.

13
Kembali pada pemanfaatan kemajuan teknologi informasi, selain
dipergunakan untuk mendorong efisiensi dan efektivitas pelayanan publik,
kemajuan teknologi informasi juga dapat menghemat APBN dalam kegiatan
pengadaan barang/jasa untuk kepentingan pemerintah. Diharapkan e-
procurement yang menyediakan fasilitas pengadaan melalui jaringan
elektronikakan meningkatkan transparansi proses pengadaan sehingga bisa
menekan kebocoran yang mungkin terjadi.

3. Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Memperkuat Pembuktian Kasus


Korupsi

Penegak hukum di Indonesia, dalam hal ini Kepolisian, Kejaksaan, dan


Komisi Pemberantasan Korupsi sama-sama diberi kewenangan melakukan
penyadapan. Dan tidak seperti yang dipersepsikan banyak orang, para penegak
hukum tidak bisa sekehendak hatinya menggunakan instrumen yang sensitif
ini.

Bagi KPK, penyadapan hanya dapat dilakukan setelah ada surat tugas
yang ditandatangani Pimpinan KPK yang menganut kepemimpinan kolektif di
antara lima komisionernya. Sedangkan keputusan untuk melakukan
penyadapan didasarkan pada kebutuhan untuk memperkuat alat bukti dalam
kegiatan penyelidikan. Penyelidikan itu sendiri dilakukan setelah kegiatan
pengumpulan data dan keterangan dilakukan setelah ditemukan indikasi tindak
pidana korupsi. Dengan demikian, penyadapan bukan merupakan langkah
pertama yang dilakukan untuk mendapatkan bukti adanya suatu tindak pidana
korupsi, dan keputusan untuk melakukannya bukanlah keputusan yang mudah.

Dalam melakukan penyadapan sesuai kewenangan yang diatur dalam


Pasal 26 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 serta Pasal 12 butir a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, KPK tunduk pada
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
11/PER/M.KOMINFO/02/2006 tentang Teknis Penyadapan Terhadap

14
Informasi. Karena itu KPK tidak menganggap lahirnya Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai
ancaman, Karenapenyadapan yang selama ini dilakukan merupakan lawfull
interception, sesuai aturan yang ada dan dilakukan dengan tanggung jawab,
profesionalisme, dan kehati-hatian ekstra.

KPK tidak pernah menyebarluaskan hasil sadapan, kecuali sebagai


pembuktian di sidang pengadilan, yang diperdengarkan atas perintah hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Kesimpangsiuran informasi terjadi, ketika
salah satu stasiun televisi swasta menayangkan program yang memuat upaya
penindakan KPK lengkap dengan pemutaran rekaman hasil penyadapan yang
dilakukan KPK. Terkait dengan banyaknya tayangan dalam program tersebut
yang menampilkan para terperiksa, terdakwa, dan terpidana kasus-kasus yang
ditangani KPK, ada sebagian masyarakat yang menduga ada andil KPK di
dalamnya. Sebagai catatan, gambar-gambar dan rekaman yang ditampilkan
tersebut diambil dari ruang persidangan atau di halaman dan lobby tamu KPK
yang merupakan ruang publik. Parahnya lagi bukan hanya masyarakat awam
hukum yang berpendapat demikian. Dalam satu kesempatan talk show di salah
satu universitas di Yogyakarta medio September 2008 ini, seorang doktor
hukumpun menyatakan bahwa KPK telah melanggar hak asasi manusia para
terdakwa kasus tindak pidana korupsi karena memperdengarkan secara terus-
menerus rekaman pembicaraan dengan tujuan sebagai hukuman asesoris yang
diberikan untuk mempermalukan mereka.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. serta semoga hal-hal
yang ada dalam makalah ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita, dan
kami sangat berharap akan kritik dan saran dari pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis Buku Pendidikan Antikorupsi. 2018. Pendidikan Anti Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Sekretariat Jendral

Azhari, Antasari. 2008. “Upaya Pemberantasan Korupsi Seiring Kemajuan


Teknologi Informasi” dalam jurnal Legislasi Indonesia volume 5 (hlm 4)

Hukum Online.com, (2019) “Peran Digital Frensic dalam Pemberantasan


Korupsi)”https://www.hukumonline.com/klinik/a/peran-idigital-
forensic--i-dalam-pemberantasan-korupsi-lt5c5d5cf126335 15 Oktober
2022, pukul 02:00

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Nomor 30 Tahun 2022

17

Anda mungkin juga menyukai