Anda di halaman 1dari 28

Makalah

“STRATEGI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN


KONTEN DAKWAH DIGITAL PADA ORGANISASI ISLAM,
UPAYA MENCIPTAKAN MEDIA DAKWAH YANGA
ADAPTIF DI ERA DIGITALISASI”

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT,


Tuhan semestaalam yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Atas segala
hidayah, rahmat, serta yang telah memberikan segala nikmat-Nya,
sehingga tersusunlah Makalah dengan judul “STRATEGI
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN KONTEN DAKWAH
DIGITAL PADA ORGANISASI ISLAM, UPAYA MENCIPTAKAN
MEDIA DAKWAH
YANG ADAPTIF DI ERA DIGITALISASI” .

Selawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada junjungan kita


Nabi Muhammad SAW, sang penyuluh obor penerang peradaban yang
telah mengenalkan penulis tentang arti sebuah jalan kepercayaan, serta
keselamatan dariketidaktahuan demi sebuah kebaikan untuk seluruh alam.

Terimakasih penulis ucapkan.

Bogor, 16 September 2022

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................4
2.1 Pengertian Dakwah........................................................................4
2.2 Tantangan Dakwah Organisasi Islam di Era Digitalisasi...............6
2.3 Transformasi Dakwah Organisasi Islam menuju Digitalisasi......10
2.4 Strategi Komunikasi Organisasi Islam di Era Digital..................12
2.5 Strategi Pengembangan Media Dakwah Organisasi Islam..........19
BAB III PENUTUP............................................................................................22
3.1 Kesimpulan........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23
CURICULUM VITAE.......................................................................................24

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan Teknologi merupakan suatu keniscayaan yang tidak


dapat dipungkuri dan dihindari dalam kehidupan manusia. Perkembangan itu
tentunya sejalan dengan kompleksitas kebutuhan manusia yang semakin
banyak baik dalam bidang industri, sosial, politik bahkan agama sehingga hal
itu akan mempengaruhi perubahan pola hidup manusia dari masa ke masa. Di
Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi sudah memasuki masa
keempat atau disebut juga sebagai Revolusi Industri 4.0 yang berarti pola
kehidupan manusia yang serba digital sehingga mengarahkan manusia untuk
menggunakan perangkat yang lebih cerdas dan alat bantu yang lebih praktis
serta efisien dalam menjawab kebutuhan.

Era digitalisasi di Indonesia menimbulkan banyak dampak terhadap


budaya hidup masyarakat dalam berbagai aspek seperti politik, sosial, budaya
dan agama. Hal ini tentunya memperbesar kesenjangan sosial dan
pengetahuan bagi suatu individu dan kelompok-kelompok masyarakat yang
sudah siap menerima masa transisi menuju digitalisasi ini dengan masyarakat
yang belum memahaminya. Fenomena tersebut tentunya menjadi tantangan
besar untuk mencegah adanya ketertinggalan pengetahuan dan infromasi
terhadap masyarakat.

Fenomena ini disatu sisi adalah hal yang menggembirakan yang


menandakan perubahan dunia ke arah yang lebih maju. Dunia digital
menawarkan percepatan dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup dan
dalam memenuhi kebutuhan manusia. Dengan sistem berbasis digital, setiap
orang dapat mengurangi ketergantungan (dependence) terhadap orang lain. 1
Digitalisasi dalam berbagai elemen kehidupan ini memudahkan siapapun
untuk

1
Febriani, Samsudin.Strategi Dakwah Lembaga Keagamaan Islam.(Bengkulu: CV. Zigie Utama 2019), hlm
3.

1
mencari informasi dan ilmu pengetahuan dengan cepat tanpa harus pergi
keluar rumah hanya dengan bermodal jaringan internet dan perangkat keras
(hardware) berbagai tipe dapat mewujudkan keinginannya dalam waktu yang
relati singkat.

Eksistensi digitalisasi telah mengubah perilaku manusia dalam


mendapatkan informasi2. Internet telah dimanfaatkan sebagai salah satu sarana
yang paling dominan dalam mendapatkan informasi. Khususnya umat islam,
peran internet dan digitalisasi begitu penting dalam mendukung proses belajar
dan mengakses informasi kegamaan, bahkan hari ini internet mengambil peran
mayoritas sebagai sumber mengakses informasi di banding buku dan media
cetak lainnya. Hal itu tentu menjadikan digitalisasi sebuah kebutuhan umat
islam saat ini sebagai alat bantu dalam beragama.

Proses penelurusan informasi keagamaan telah mengalami perubahan


seiring denganbanyaknya “ustadz digital” dan wacana keislaman yang marak
menghiasi ruang-ruang media sosial. Umat islam dalam mengakses informasi
keagamaan bukan lagi mengunjungi majlis taklim ataupun berkumpul dalam
organisasi keagaam melainkan dengan mengunjungi website, blog pribadi atau
video streaming tokoh kegamaan bahkan melakukan konsultasi keagamaan
secara maya (Nugraha, 2016).3

Berdasarkan fenomena diatas, tentu menjadi suatu tantangan sekaligus


peluang bagi organisasi, komunitas dan aktifis-aktifis islam yang bergerak
pada bidang kegamaan untuk dapat menjadi fasilitator umat islam dengan
maraknya belajar islam di internet. Seperti yang disinggung diatas, bahwa
proses digitalisasi (trend digital) bergerak begitu cepat dan luas sehingga itu
harus diikuti oleh organisasi islam agar mampu menyuguhkan dakwah
keislaman yang tepat sasaran dan efektif berdasarkan tujuan organisasi islam
tersebut. Dengan keluasan akses tersebut tidak menutup kemungkinan umat
islam bisa saja salah dalam belajar agama internet sehingga mengakibatkan
banyaknya

2
Ibid hlm, 5.
3
Safrawali, “Belajar Agama Islam di Era Digital: Fenomena Akses Informasi Keagamaan Melalui media
Sosial”. Jurnal Sains Sosio Huaniora,Vol 5 No 1,Universitas Jambi, 2021.
2
paham-paham yang salah kaprah dalam memahami agama. Dalam mencegah
hal tersebut sudah barang tentu organisasi islam yang berpadangan lurus harus
berperan aktif di dunia digital untuk pengembangan dakwah islam dan
kemaslahatan agama.

Kemampuan adaptasi organisasi islam dengan tantangan digitalisasi


tentunya harus di barengi dengan kemampuan pemanfaatan media dan
penyuguhan konten dakwah yang menarik dan substansif bagi umat islam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil menjadi suatu rumusan
masalah :
1. Apa saja tantangan dakwah organisasi islam di era digitalisasi?
2. Bagaimana Proses transformasi dakwah konvensional menuju dakwah
digital?
3. Bagaimana Strategi Komunikasi dan Pengembangan Konten yang efektif
sebagai media dakwah digital pada organisasi Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Tantangan dakwah Islam di era digitalisasi.
2. Untuk memahami Transformasi dakwah Konvensional Menuju DIgitalisasi
3. Untuk memahami dan menerapkan Strategi Komunikasi dan
pengembangan Konten yang efektif sebagai media dakwah pada organisasi
Islam.

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dakwah

Istilah keagamaan yang paling popular di kalangan kita saat ini adalah
istilah dakwah. Akan tetapi sering terjadi istilah Dakwah diartikan sempit oleh
kebanyakan orang sehingga dakwah didentikan dengan pengajian, khutbah dan
arti- arti sempit lainnya yang oleh karena itu istilah dakwah perlu dipertegas
artinya. Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab “Da’wah” dari
kata “do’a” “yad’u” yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Pengertian dakwah
tersebut dapat dijumpai dalam ayat-ayat alqur’an.4

Sedangkan menurut istilah, para ulama’ memberikan ta’rif (definisi) yang


bermacam-macam antara lain:5
1. Syech Ali Mahfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengatakan
dakwah adalah Mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan
mengikuti petunjuk (agama), menyeru merka pada kebaikan dan mencegah
mereka dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan
dunia akhirat (Syech Ali Mahfudh/Khadijah Nasution, 1970:17).

2. HSM. Nasaruddin Latif dalam bukunya teori dan praktek dakwah


Islamiyah mendefinisikan dakwah Islamiyah sebagai setiap aktivitas
dengan lisan dan tulisan yangbersifat menyeru, mengajak, memanggil
manusia lainnyauntuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan
garis-garis aqidah dan syariaat serta akhlaq Islamiyah(HSM. Nasaruddin
Latif , tt:31)

3. Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh dalam bukunya “beberapa Catatan


Mengenai Dakwah Islam’ mengatakan dakwah adalah seruan kepada
semua manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang
benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasehat yang baik
(Aboebakar Atjeh,

4
Lihat QS. Yusuf:33 dan QS. Yunus 25.
4
5
Hasan,M. Metodologi dan Pengembangan Ilmu Dakwah.(Surabaya;Pena Salsabila) 2013. hlm 9-10

5
1971:6)

4. Prof. Toha yahya Oemar, MA. Mengatakan bahwa dakwah adalah


mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia
dan akhirat (Toha yahya Oemar, 1976:1).

5. Drs. H. Masdar Helmi mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak dan


menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah (Islam)
termasuk amar ma’ruf nahyi munkar untuk memperoleh kebahagiaan
didunia dan di akhirat.

Sebenarnya masih banyak lagi ta’rif dakwah yangdikemukakan oleh oleh para
ulama’ yang lain, akan tatapi bebrapi ta’rif diatas sudah dapat memberikan
gambaran pengertian dakwah. Beberapa ta’rif diatas berbeda-beda redaksinya
akan tetapi setiap ta’rif dakwah memiliki tiga unsur pengertian pokok, yaitu6 :

1. Dakwah adalah proses penyampaian ajaran Islam dariseorang kepada


orang lain.

2. Penyampaian ajaran Islam tersebut dapat beupan amar ma’ruf (ajakan


kepada kebaikan ) dan nahi munkar (mencegah segala bentuk
kemaksiatan).
3. Usaha tersebut dilakukan dengan tujuan tersebtuknya suatu individu atau
masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya seluruh ajaran Islam.
Dengan demikian dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran
agama Islam kepada orangt lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk
terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran
islam dalam semua lapangan kehidupan.

Dakwah sendiri bersifat persuasip artinya berusaha mempengaruhi manusia


untuk menjalankan agama sesuai dengan kesadaran dan kemauannya sendiri,
bukannya dengan jalan koersip atau paksaan sebab pemaksaan adalah perampasan
hak asasi manusia dalam beragama. 7Etika manusia memandang pemaksaan dalam
berdakwah merupakan pelanggaran yang gawat terhadap manusia. (Khursyid

6
Ibid hlm 11
7
Ibid hlm 33

6
Ahmad, dkk, 1984 : 35).

Perintah dakwah dengan kata “serulah” yang terdapat dalam Al-Qur’an surat
An-Nahl ayat 125 adalah perintah dakwah secara persuasif bukan dakwah secara
koersip maupun intimidatif .8 Karena dakwah adalah suatu proses kritis dari
rationalintellection berdasarkan sifatnya yang tidak pernah dogmatis, dan tidak
pernah di dasarkan atas kewenangan seseorang atausuatu tradisi.(footnote) Karena
dakwah merupakan suatu alat kritis,maka ia harus terbuka terhadap bukti bukti
atau kenyataan baru. Juga terhadap alternatif baru; dan secara terus menerus
menyusun dan menysusun lagi bentuk baru dalam pengetahuan dari suatu
penemuan baru dari ilmu pengetahuan tentang manusia berdasarkan suatu
kebutuhan baru dan situasi manusia.

2.2 Tantangan dakwah organisasi islam di era digitalisasi

Berdasarkan sifat dakwah sebagai alat kritis yang harus terbuka terhadap
hal baru, maka dakwah juga harus terbuka terhadap sarana/ media baru yaitu
digitalisasi untuk menjawab kebutuhan manusia dalam beragama (islam).
Kepentingan dakwah sendiri adalah kepentingan islam untuk umat muslim dan
non muslim sebagai pokok pilar ajaran islam untuk menyebarluaskannya di muka
bumi. Lebih dari itu di era revolusi industry 4.0 ini menyebabkan pola hidup dan
kerangka berpikir manusia berubah menjadi manusia yang lebih instan, praktis
dan dapat diakses melalui gadget mereka. Hal itu tentunya menjadi problematika
besar bagi dakwah islam yang dalam hal ini organisasi islam yang menjadi
dakwah islam tersebut.

Dewasa ini, setidaknya tantangan dakwah Islamiyah tersebut berkaitan


dengan ekses globalisasi dan kenyataan pluralitas agama. Kemajuan pesat iptek
telah mentransformasikan peradaban manusia dari kultur pertanian ke industri
kemudian ke abad informasi dan komunikasi. Kosa kata dan sekaligus senjata
yang begitu signifikan dan determinan di era globalisasi saat ini adalah
kecanggihan

8
Lihat QS. An Nahl: 125

7
teknologi informasi dan komunikasi. Melalui jaringan teknologi informasi dan
komunikasi di era globalisasi terus merambah ke segenap penjuru dunia. Sehingga
realitas dunia sekarang dengan segala kemajemukan, kesenjangan dan ironinya
telah menjadi sekat-sekat sosio-kultural bangsa dan mengaburkan batas-batas
geografis negara.9

Berbagai masalah yang timbul karena pengaruh era teknologi dan


informasi, di antaranya: Pertama, budaya dan gaya hidup serba seragam dengan
tanpa mempertimbangkan urgensinya, seperti pada menu makan, mode pakaian
dan kesenangan hiburan. Kedua, infiltrasi budaya dan tata nilai asing yang lebih
intens dan masif yang banyak bertentangan dengan identitas kepribadian bangsa
dan norma agama, seperti melalui televisi dan film. Ketiga, dengan mengutip
Mike Featherstone, adalah merebaknya konsumtivisme yang menggiring umat
manusia kepada pemiskinan spiritual dan falsafah hidup hedonistik.10

Agama Islam sebagai suatu ajaran tidaklah berarti, manakala manusia


tidak mau memanifestasikannya dalam perbuatan amaliyah. Ini dikarenakan
agama tersebut, bukanlah agama yang semata-mata menyoroti satu sisi dari
kehidupan manusia saja, akan tetapi agama Islam meliputi dan menyoroti semua
persoalan hidup manusia secara total. Disinilah diperlukan sarana untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada pemeluknya agar bisa selaras dan
sesuai. Maka dakwah memiliki peranan yang penting dalam hal ini. Pengertian
dakwah tidak lain adalah komunikasi, hanya saja yang secara khas dibedakan dari
bentuk komunikasi yang lainnya terletak pada cara dan tujuan yang akan dicapai.
Didalam komunikasi (dakwah) mengharapkan adanya partisipasi dari komunikan
(umat) atas idea-idea atau pesan-pesan yang disampaikan oleh para komunikator
(dai) sehingga dengan pesan-pesan yang disampaikan tersebut terjadilah
perubahan sikap dan tingkahlaku yang diharapkan. Dakwah merupakan proses
komunikasi, tetapi tidak semua proses komunikasi merupakan proses dakwah.

9
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,
Bandung: Mizan, 2009, Cet.3, hlm. 304
10
Achmad Husain, Dakwah Islamiyyah dan Tantangannya di Era Digital, Jurnal Kajian Keislaman Vol.8
no.1, Cilacap:2020.

8
Kegiatan dakwah akan dapat berjalan secara efektif dan efisien jika
menggunakan cara-cara yang strategis dan tepat dalam menyampaikan ajaran-
ajaran Allah SWT. Salah satu aspek yang bisa ditinjau adalah dari segi sarana dan
prasarana dalam hal ini adalah media dakwah, karena dakwah merupakan kegiatan
yang bersifat universal yang menjangkau semua segi kehidupan manusia, maka
dalam penyampaiannya pun harus dapat menyentuh semua lapisan atau tingkatan
jama’ah baik dari sudut budaya, sosial, ekonomi, pendidikan dan kemajuan
teknologi lainnya.

Seiring dengan kemajuan teknologi, cara berdakwah pun sekarang


mengalami perkembangan. Dakwah tidak lagi dilakukan secara sederhana tidak
hanya sebatas diatas mimbar, di masjid-masjid atau mushala tetapi mulai
memanfaatkan kemajuan media teknologi. Hal ini dilakukan agar dakwah lebih
meluas dan agar dakwah bisa dilakukan lebih efektif. Dakwah bisa dilakukan
melalui media massa dan diterima oleh orang banyak. Karena sifatnya massal
maka penerima pesan dakwah tidak hanya dikalangan tertentu saja. Kalangan
yang dijangkau bisa luas begitu pula dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena
itu, kini berdakwah mempunyai tantangan sendiri.

Media komunikasi dalam berdakwahpun terbagi menjadi dua yaitu:


memanfaatkan jalur cetak dan jalur yang bersifat elektronik, yang merupakan
implikasi dari kemajuan media teknologi.11 Media komunikasi cetak misalnya
surat kabar, majalah, selembaran dan lain sebagainya. Sedangkan media
komunikasi elektronik misalnya pesawat televisi, dan yang paling mutakhir adalah
internet. Dakwah Islam sebagai konsep maupun sebagai aktifitas telah memasuki
seluruh wilayah dan ruang lingkup kehidupan manusia, sehingga seluruh aspek
kehidupan tidak dapat dilepaskan dari sudut pandang dakwah itu sendiri. Sejalan
dengan pengertian dakwah sebagai ajakan, seruan nilai-nilai Islam kedalam semua
aspek kehidupan manusia.

11
Ibid

9
Lebih lanjut ditegaskan bahwa makna dakwah itu sendiri tidak hanya
sebatas tabligh seperti yang berlangsung dan mendominasi aktifitas dakwah
selama ini. Dakwah melalui internet merupakan suatu inovasi terbaru dalam syiar
Islam, dan tentunya akan memudahkan para da’i dalam melebarkan sayap-sayap
dakwahnya. Penggunaan media internet sebagai media dakwah merupakan
kesempatan dan tantangan untuk mengembangkan dan memperluas cakrawala
dakwah Islamiyah. Kesempatan yang dimaksud ialah bagaimana orang-orang
yang peduli terhadap kemampuan dakwah maupun memanfaatkan media internet
tersebut sebagai sarana dan media dakwah untuk menunjang proses dakwah
Islamiyah. Sementara mewujudkannya mulai dari tenaga, pikiran dan sumber daya
manusia yang mengerti akan dakwah dan internet. Umat Muslim harus mampu
menguasai dan memanfaatkan sebesar-besarnya perkembangan teknologi
informasi, ”Dari sisi dakwah, kekuatan internet sangat potensial untuk
dimanfaatkan.

Disi lain, Dakwah Islamiyah tidak boleh hanya menyentuh kulit-kulit


ajaran Islam semata, tetapi juga masuk ke inti dan esensi ajarannya. Karena ajaran
Islam bersifat komprehensif, seperti menurut Syari’ati bahwa para nabi yang
berdakwah adalah orang yang lahir ditenha-tengah massa (ummi) yang
memperoleh tingkat kesadaran (hikmah) dan mengubah satu masyarakat menjadi
kekuatan yang berjolak dan kreatif12 maka dakwah Islam pun haruslah bersifat
komprehensif. Pemahamanan penerapan Islam secara parsial menyebabkan
kekuatan agama ini tidak kelihatan bahkan tidak efektif. Untuk ini, metode
dakwah harus diperbarui agar sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi harus dapat dimanfaatkan


dengan sebaik-baiknya. Dakwah tidak hanya terbatas menggunakan media
tradisional (mimbar) tapi juga menggunakan multimedia. Begitu juga jaringan
dakwah harus diperkuat, kerjasama antar lembaga dakwah dunia harus
ditingkatkan. Perbedaan-perbedaan aliran, mazhab atau pendekatan dakwah harus
disikapi secara bijak. Lakukanlah kerjasama dalam hal-hal yang disepakati,

12
Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual, Mizan, Bandung. hlm 13

10
bertoleransilah dalam hal-hal yang berbeda pendapat. Selain itu pendidikan tidak
boleh diabaikan. Ini adalah aspek paling penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Masyarakat muslim harus dapat memadukan dua sumber
ilmu yang dua-duanya berasal dan Allah: ilmu-ilmu kewahyuan (qauliyah) dan
ilmu-ilmu kealaman (kauniyah). Khazanah Islam digali, kemajuan ilmu
pengetahuan Barat dimanfaatkan. Sistem pendidikan diperbarui dan
disempurnakan.

Perkembangan yang pesatnya akan media elektronik membuat dakwah ini


harus benar-benar ditegakkan. Karena media-media tersebut merupakan tantangan
dari perkembangan ilmu pengetahuan yang harus kita ikuti jika tidak maka
dakwah yang dilaksanakan akan ketinggalan zaman dan juga dalam media
tersebut mengandung beraneka ragam pesan yang negatif. Kita ambil contoh
televisi, dari 24 jam siaran hanya sekitar satu jam untuk acara agama itupun pada
waktu subuh. Atas dasar itu, bagi kita selaku umat Islam sudah selayaknya
melihat ke arah yang lebih jauh lagi. Kita semua memiliki kewajiban untuk
berdakwah. Dan dakwah tidak harus selalu berkhutbah di atas mimbar. Karena
dakwah memiliki metode yang luas dan bervariasi serta fleksibel. Oleh karena itu,
melihat peluang di era teknologi komunikasi ini harus menjadikan sarana baru
mengembangkan dakwah. Guna menjangkau khalayak yang lebih luas lagi.
Tetapi, tantangan yang kita hadapi lebih sulit lagi karena kita berhadapan dengan
media yang beraneka ragam bentuk dan fungsinya. Disatu sisi peluangnya begitu
luas, namun tantangan diatas tidaklah mudah.

2.3 Transformasi dakwah organisasi islam menuju digitalisasi

Berbicara dakwah memang selalu identik dengan seorang ustadz yang


sedang khutbah di atas mimbar. Dihadiri oleh para mustami’ atau jama’ah dan
dilaksanakan di masjid. Pada dasarnya dakwah bisa dilakukan dimana saja, kapan
saja, dan dengan cara apa saja – selama tidak menyimpang dari koridor yang
sewajarnya. Oleh karena itu, cakupan dakwah memiliki arti yang luas dan metode
yang tak terbatas. Semua cara bisa kita lakukan dengan tidak merubah dari

11
substansinya. Salah satunya dengan memanfaatkan media massa yang
berkembang saat ini.

Jika kaum muslimin biasa mengaji di masjid, maka sekarang kaum


muslimin bisa menimba ilmu di radio atau televisi maupun internet (tulisan
maupun audio visual seperti youtube, IG). Salah satu kelebihannya kita bisa
mendengarkan/ melihatnya dimana saja. Selain itu, kita bisa langsung
menanyakan suatu persoalan mengenai agama kepada narasumber atau ustadz
yang mengisinya maupun adminnya tanpa harus menunggu jadwal pengajian
rutin. Melalui radio dan TV serta internet ini siaran dapat dijangkau oleh orang
yang berada diluar secara luas. Selain itu, dakwah juga bisa menggunakan media-
media digital, seperti ceramah pengajian yang disimpan di computer berupa mp3,
video, dan bahkan media sosial yang sekarang ini sedang menjamur seperti
whatsapp, twitter, instansgram dll. Dengan demikian, ,maka isi pengajian tidak
akan mudah hilang. Semuanya menjadi mudah dan praktis. Lebih jauh lagi,
sekarang telah beredar Al-Quran digital, hadist digital, dan buku-buku Islami
digital. Semuanya dibuat untuk memudahkan kita dalam memahami ajaran-ajaran
agama. Atas dasar itu, maka tidak ada salahnya jika kita mulai melirik dan
menggunakan media-media ini untuk kepentingan dakwah dengan tidak
meninggalkan tradisi mengaji di masjid secara berjama’ah. Tetapi media ini
digunakan sebagai sarana penambah dan pelengkap untuk berdakwah Islamiyah
kita.

Pada era ini, model dakwah yang disampaikan para mubaligh atau para
da’i telah mengalami banyak perubahan. Model ceramah agama yang dulunya
lebih bersifat konvensional, setidaknya telah mulai ditinggalkan oleh sejumlah
da’i. Lalu mulai bergeser pada dakwah berorientasi entertaiment. Yakni model
berceramah agama yang tidak sekadar mendengarkan ceramah sang da’i, tetapi
sekaligus menjadi ajang ‘hiburan’. Para jama’ah pun bisa dibuat ger-geran oleh
sang da’i. Tentunya, mereka para da’i berdakwah dengan memanfaatkan
perkembangan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya media
televisi.

Kalau kita simak keberadaan media massa, biasa disikapi dengan dua cara,
pertama dipandang sebagai pembentuk masyarakat, atau kedua sebagai cermin
12
yang memantulkan keadaan masyarakat. Yang pertama bertolak dari paradigma
yang menempatkan media sebagai suatu instrumen yang memiliki daya yang kuat
dalam mempengaruhi alam pikiran warga masyarakat. Posisi media semacam ini
akan melihat keberadaan media massa sebagai faktor penting yang memiliki daya
mempengaruhi sasarannya. Sejumlah ahli bahkan merumuskan bahwa setiap
komunikasi dengan media massa pada dasarnya berpotensi untuk mengubah
sasaran agar sesuai dengan kehendak komunikator. Paradigma ini menempatkan
komunikan sebagai obyek yang pasif, yang dapat diubah dan dibentuk oleh pihak
komunikator. Yang kedua, memandang media hanya sebagai sarana
menyampaikan pesan, sedangkan titik penting ada pada cara dan materi yang
disampaikan oleh para da’i. Maka disini seorang da’i dituntut untuk menguasai
materi dan metode penyampaiannya.

2.4 Strategi komunikasi organisasi islam di era digitalisasi

1. Komunkasi Dakwah

Dalam penyampaian dakwah dikembangkan dengan ilmu komunikasi, dan ilmu


komunikasi juga mengalami perluasan dan perkembangan melalui intensitas
dakwah. Dakwah sebagai pengiriman informasi nilai-nilai keislaman
membutuhkan proses komunikasi (Muqsi, 2018).13 Urgensi komunikasi dakwah
dapat dilihat dari tiga metode yang ditegaskan dalam QS An-Nahl ayat 125, yakni
hikmah (arif bijaksana), mauidzah hasanah (memberikan nasehat yang baik), dan
mujadalah (sistematis)14. Untuk mencapainya, diperlukan kecakapan khusus bagi
da’i agar dapat berkomunikasi secara efektif. Da’i harus mengoptimalkan waktu
dalam pemberian pesan, sehingga informasi diterima tepat sasaran dan
memberikan pemahaman makna yang mendalam. Kegiatan dakwah menjadi
kontra produktif apabila seorang da’i tidak mampu membangun komunikasi yang
efektif dengan para pendengar. Efektifitas ini dapat disebabkan oleh dua hal,
yakni ketidak

13
Holy,fuji dkk, Islam dalam Studi Komunikasi (PDF), UII Pres Yogyakarta, 2022. hlm 131.
14
Lihat Q.S. An Nahl:125.

13
sesuaian antara perkataan dan perbuatan, serta kegagalan seoran da’i menjadi
teladan yang baik (Makarna, 2014).

Menurut kamaludin (2020), dakwah dapat dilakukan melalui tig acara,


Pertama, dakwah disampaikan melalui perilaku, sikap dan perbuatan keseharian,
Kedua, dakwah melalui pidato, diskusi, ceramah dan khutbah, Ini juga biasanya
dapat disampaikan secara interpersonal, kelompok, dan massa. Dan yang terakhir,
dakwah melalui tulisan.15

Ketiga cara tersebut telah dicontohkanRasulullah yang juga mengingatka


kepada manusia agar berhati-hati dalam berkomunikasi. Siapapun Ketika hendak
berkomunikasi secara verbal, harus berkata benar, tidak berbelit- belit, tidak
menyelewengkan kata dan bersahaja. Sebab kesalahan sedikitpun yang dihasilkan
oleh lidah, dapat membentuk kesalahan persepsi, pandangan,
pemahaman, atau penilaian terhadap kualitas pesan dakwah. Ini mengingat bahwa
pikiran dan rasa merupakan pendorong manusia dalam berperilaku maupun
berbicara (Latif, 2018). Islam juga mengajarkan, pesan yang dikirimkan mad’u
hendaknya disampai dengan perkataan yang santun, tidak menggurui, tidak
meledak-ledak, agar tidak menyinggung komunikan (Ariani, 2012).

Kegiatan dakwah tidaklah hanya melalui kegiatan lisan atau dakwah


bilmaqal tetapi dakwah juga dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai
media hiburan (Nurdin, 2018). Jika dahulu dakwah identik dengan mimbar
sebagai media tradisional, maka media sudah jauh mengalami perkembangan.
Praktik komunikasi dakwah pada media seperti ini dikaji oleh Febriana (2021)16.
Ia melihat bahwa praktik komunikasi dakwah pada media baru seperti TikTok,
tidak lepas dari prinsip orisinal, rasional, dan rahmatan lil alamin. Meski
demikian, media baru semacam ini memiliki keterbatasan dalam hal durasi, tidak
mampu menjangkau forum, dan kaum disabilitas. Prinsip pemilihan media
dakwah haruslah mempertimbangkan kesesuaian kondisi kebutuhan.

15
Ibid hlm 132-133.
16
Ibid hlm 134.

14
2. Pendekatan dakwah digital

Dalam perspektif komunikasi, dakwah masuk ke dalam kategori komunikasi


persuasif, artinya komunikasi yang membujuk, mengajak, ataupun merayu.17
Sejalan dengan makna dasar dakwah yaitu mengajak atau menyeru. Sedangkan
menurut Sakdiyah (2015), dakwah persuasif merupakan suatu kegiatan untuk
menyebarkan ajaran agama Islam dengan menggunakan data dan fakta, sehingga
untuk para jamaahnya menemukan kebenaran dan kesadaran yang menjadikan
sikap, tingkah laku, dan dapat melaksanakan ajaran-ajaran Islam.

Konsep al Islamu sholih likulli zaman wa makan (Islam sesuai dengan kondisi
waktu dan tempat) merupakan prinsip yang dipegang para dai dalam mengemban
tugas sucinya (Wibowo, 2019). Hal ini yang menjadikan pendekatan digital
menjadi penting dalam menyebarkan syiar Islam, terutama kepada generasi Z.
Munculnya berbagai platform media sosial membuat arus informasi juga menjadi
sangat cepat diakses masyarakat luas.

Dalam fenomena pasar industri, Islam juga memanfaatkan media dan


teknologi sebagai alat komunikasi dan informasi untuk mendapatkan ruang di
dunia maya dan mengikuti arus tren dan meraih rating dalam tatanan sosial di
internet demi terwujudnya tujuan dakwah (Munir, 2019). Ahmad dan Nurhidaya
(2020) mengutip Martin et.all menyatakan bahwa adanya tiga peran teknologi
komunikasi, melalui kehadiran internet dengan berbagai aplikasi yang
dihadirkannya, yaitu pertama, amplifikasi, yang memungkinkan penyebaran
informasi dan pembicaraan jarak jauh; kedua, duratif, ada durasi waktu yang
memungkinkan penyimpanan informasinya; dan ketiga, adanya alternatif
informasi yang terdiri dari penggunaan beragam tanda, yaitu metode alternatif
untuk penggunaan ucapan untuk menyampaikan makna baik berupa tulisan,
grafik, dan sebagainya.

Komunitas atau perkumpulan tak hanya terjadi dalam kehidupan sosial


tatap muka. Ketika era internet telah menetaskan lingkungan baru, maka rantai
kehidupan di dalamnya juga ikut berputar. Ummah menuliskan bahwa konsep

17
Ibid hlm 136-137.

15
komunitas juga lahir di dunia maya yang disebut dengan komunitas virtual
(Ummah, 2020). Komunitas virtual sendiri adalah komunitas-komunitas yang
lebih banyak muncul di dunia komunikasi elektronik ketimbang di dunia nyata,
seperti ruang chatting, email, dan kelompok diskusi via elektronik yang dapat
dijadikan sebagai media komunikasi. Dalam penelitiannya, Ummah (2020)
menyontohkan adanya komunitas virtual Arus Informasi Santri Nusantara.
Komunitas digital ini menjadi wadah berkumpulnya para pegiat cyber media
santri untuk mendiskusikan konten dan isu-isu yang sedang hangat dibicarakan
dengan sentuhan khas santri dan pesantren, serta narasi Islam damai yang
digerakkan oleh para santri yang masih di pondok pesantren maupun alumni dan
aktif di dunia digital. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh komunitas digital AIS
menciptakan pandangan baru dalam memanfaatkan internet untuk berdakwah,
yang pa da akhirnya komunitas semacam ini dapat berkembang pesat dan
dipandang layak oleh masyarakat.

Kemunculan media sosial yang beragam sebagai platform dakwah


mempermudah akses generasi Z dalam manambah wawasan keislamannya.
Menurut Purwawinangun (Purawinangun & Yusuf, 2020), media sosial dapat
menyampaikan dan mendapatkan informasi serta pengetahuan dengan waktu yang
sangat cepat. Media sosial menjadi medium persuasi yang dapat mengubah
persepsi ataupun perilaku publik. Komunikasi melalui media sosial dapat
menambah ataupun mengkonsolidasikan reputasi dan kepercayaan, baik untuk
individu maupun untuk sebuah institusi. Karena itu, pemahaman terhadap
penggunaan media sosial ini secara efektif menjadi tuntutan zaman untuk dapat
bekerja secara efektif dan saling bertukar pengaruh antara pemberi informasi dan
penerima informasi dalam masyarakat.

Kehadiran public figure dan ustad populer cukup efektif untuk mengajak
generasi Z untuk mengikuti teladan mereka. Dengan menggaet para public figure
Indonesia dan ustad populer, gerakan dakwah menjadi magnet yang kuat dalam
mengenalkan ajaran islam melalui konten yang dikemas secara menarik dan
kekinian. Beberapa tokoh agama dan public figure sadar bahwa dengan
perkembangan teknologi menjadikan lebih mudah untuk mempengaruhi para

16
generasi muslim. Para generasi generasi Z menjadikan gadget sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari kesehariannya, dimanfaatkan oleh ustad populer untuk
menyampaikan materi dakwah disampaikan dengan cara yang mudah dicerna,
sangat disenangi oleh anak muda, sehingga adanya ketertarikan dalam mendalami
agama (Fatoni & Rais, 2018).

Seorang pendakwah yang memiliki reputasi yang baik dan dapat


beradaptasi dengan dunia digital serta mengikuti tren terkini, akan lebih mudah
dan cepat mendapat citra terpercaya dan terkenal di masyarakat, khsususnya
mereka yang akrab dengan teknologi dan internet. Berangkat dari pendakwah
yang dianggap kredibel di media, menjadikan mereka sebagai sosok yang populer.
Popularitas inilah yang menjadi modal taktis untuk para dai melakukan kegiatan
penyebaran konten dakwah. Menjadi ‘terkenal’ akan menarik perhatian warganet
dan tidak menutup kemungkinan memunculkan komunitas baru sebegai
‘pengikut’ pendakwah tersebut seperti di media sosialnya. Komunitas yang
terbentuk saling melakukan interaksi baik secara daring ataupun luring. Sehingga,
pada tahap ini ketenaran seorang pendakwah dapat menciptakan gerakan-gerakan
baru dalam masyarakat. Pada akhirnya, indikator keberhasilan dakwah dapat
tercapai. Sebagai contoh adalah Pemuda Hijrah di mana Ustad Tengku Hanan
Attaki sebagai pendirinya.

Di antara semua platform digital, dakwah berbentuk audio-visual dianggap


lebih efektif. Hal tersebut karena sesuatu yang dilihat dan didengar lebih mudah
diserap. Selain itu, pesan yang disampaikan dapat diakses kapan saja dan di mana
saja. Bentuk digital juga mempermudah untuk menyimpan video dan
menyebarkannya. Menurut Suhandi (2014), islam washilah adalah alat bantu atau
media yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada mad’u
atau mitra dakwah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat. Media yang
dipergunakan bisa berupa lisan, tulisan, lukisan, akhlak dan audio visual.

Salah satu media sosial yang sering diakses generasi Z untuk tayangan
audio-visual adalah Youtube. Youtube menempati peringkat pertama media sosial
streaming yang paling sering diakses publik. Perkembangan Youtube pun sangat

17
pesat. Dapat dibuktikan dengan banyaknya orang yang membuat konten-konten
vlog yang menarik. Data dari we are social memperlihatkan pada bulan Januari
2021 94 persen pengguna internet di Indonesia yang berusia 16 hingga 64 tahun
mengakses Youtube, dibandingan dengan beberpa aplikasi media sosial dengan
fitur audio visual seperti Whatsapp, Instagram, Facebook dan Tiktok.

Begitu juga para pendakwah yang sudah semakin banyak beralih ke media
sosial terutama Youtube. Video ceramah yang diunggah dapat diakses di manapun
dan kapanpun tanpa diperlukan penyediaan tempat dan waktu untuk para jamaah.
Penggunaan Youtube juga dapat membuat pendakwah melakukan siaran
langsung, sehingga bisa menyapa dan para jamaah juga bisa saling interaktif
untuk tanya jawab dan memberikan feedback secara cepat (Nasution, 2019). Hal
ini yang membedakan dakwah yang di siarkan langsung di televisi dan melalui
media sosial.

Penggunaan media sosial menjadi salah satu cara untuk mempermudah


proses dakwah. Aziz (2004) menjelaskan bahwa pada dasarnya dakwah dapat
menggunakan berbagai wasilah (media) yang dapat merangsang indra-indra
manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Dakwah
sangat penting di lakukan melalui media internet, karena selain sebagai wadah
untuk menyebarkan nilai-nilai Islami (media dakwah), media internet juga dapat
mempererat ikatan ukhuwah islamiyah. Internet juga banyak kegunaan dan
manfaatnya apabila kemajuan teknologi internet ini bisa digunakan dengan
optimal oleh umat Islam. Media internet memiliki peranan yang besar dan luas
sekali sebagai alat penyampai informasi maupun sebagai alat komunikasi. Hal ini
menempatkan posisinya begitu penting dan dibutuhkan manusia dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari.

Peran tersebut juga dimiliki oleh YouTube. Platform ini sebagai salah satu
bentuk media sosial berbasis audio-visual menjadi rujukan utama generasi Z
dalam mencari segala informasi. Terkait juga informasi tentang agama islam,
Youtube merupakan media yang efektif untuk menyampaikan berbagai informasi,
karena melalui pesan-pesan atau informasi dapat sampai kepada audiensi dengan
jangkauan yang sangat luas dalam waktu yang cepat. Youtube juga memiliki

18
segemntasi dalam menyebarkan informasi, bagi yang ingin melihat konten
dakwah juga ada kanal-kanal tersendiri.

Ruang komunikasi yang dimiliki Youtube membuka peluang bagi para


pendakwah untuk memberikan informasi terkait Agama Islam. Banyaknya ustad
yang memiliki akun di Youtube membuktikan bahwa Youtube menjadi media
yang memiliki jangkauan luas dan efektif dalam melakukan syiar Islam. Beberapa
ustad yang memiliki akun di Youtube antara lain Khalid Basalamah, Abdul
Somad, dan Adi Hidayat. Ketiga ustad ini bahkan memiliki pengikut lebih dari 1
juta akun. Tayangan yang ada di Youtube beberapa ustad tersebut biasanya berisi
tayangan rekaman dakwah dalam suatu kajian ataupun berupa tanya jawab.

Selain akun pribadi, terdapat beberapa akun yang dimiliki oleh organisasi
islam tertentu dan besar seperti LensaMU (Muhammadiyah) dan NU Online(
Nahdahatul Ulama). Hal-hal yang dibahas dalam tayangan tersebut sangat
beragam, namun memiliki ciri khas masing-masing.

NU Online misalnya, akun ini lebih membahas topik-topik yang


menyangkut tentang sedekah, warisan, hingga hukum di dalam pernikahan.
Mentarara itu, LensaMU dikemas lebih menarik dengan konsep kekinian dan anak
muda serta beberapa konten menggunakan animasi yang menarik serta lebih
disukai oleh para generasi Z dalam mencari konten dakwah yang bersifat
kekinian.

Beberapa waktu ini juga muncul beberapa akun dakwah dengan gaya
komunikasi yang lebih menyasar kepada generasi Z. Tiga akun yang cukup ramai
dibicarakan adalah akun Jeda Nulis dan Pemuda Tersesat. Akun Jeda Nulis
dimiliki oleh Habib Husein Jafar Al Hadar. Habib Husein membuka cara baru
dalam melakukan dakwah kepada generasi Z. Menghargai keragaman menjadi hal
yang sering ditunjukkan dalam akun Youtube Jeda Nulis. Hal tersebut dapat
dilihat dari cukup seringnya Jeda Nulis mendatangkan beberapa tokoh lintas
agama dan kepercayan untuk berbagi mengenai spiritulitas dan menyebarkan
kedamaian. Hal ini cukup menarik karena tipikal generasi Z yang mudah
bosan. Hal-hal yang

19
berbeda dengan keyakinan mereka menjadi hal baru dan membuat penasaran
untuk melihat tayangan tersebut.

Habib Husein juga menjadi pembicara utama dalam akun Pemuda


Tersesat. Bedanya, akun tersebut dimiliki oleh dua orang komedian yaitu Coki
dan Tretan Muslim yang ingin bertanya apapun kepada Habib Husein. Seringkali
banyak pertanyaan-pertanyaan yang cenderung tidak lazim diutarakan.
Pertanyaan- pertanyaan tersebut muncul dari netizen langsung maupun dari Coki
dan Tretan Muslim. Beberapa contoh pertanyaan yang pernah dibahas dalam
PemudaTersesat adalah “Apakah menangis karena putus cinta membatalkan
puasa?”, dan “Bagaimana hukum tidak jumatan karena kunci kos hilang?”
Pertanyaan yang tidak lazim dan menggelitik inilah yang justru membuat Pemuda
Tersesat menjadi berbeda dengan akun yang lain. Akun ini juga akhirnya menarik
generasi Z untuk dapat menelaah segala hal kecil di sekitar mereka dengan
menggunakan persepsi Islam.

2.5 Strategi Pengembangan Media Dakwah Organisasi Islam


1. Pengembangan Platform Dakwah Digital

Seperti yang dipaparkan sebelumnya dalam komunikasi dakwah


organisasi islam berbasis digital dapat menjangkau semua elemen masyarakat.
Disamping itu pemilihan platform dakwah juga perlu diperhatikan secara baik
oleh organisasi islam agar informasi dapat diterima dengan baik oleh
pendengar (Jamaah). Dari berbagai platform paling tidak ada berbagai
platform yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh organisasi islam
sebagai berikut :

a) Media Sosial

Media sosial merupakan laman atau aplikasi dan alat berinteraksi yang
memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isu atau terlibat dalam
jaringan sosial. Ditinjau dalam pengembangannya dewasa ini beberapa
organisasi islam sudah menggunakan media sosial sebagai media berbagi
infotmasi dan dakwah organisasi seperti jika kita lihat dua organisasi islam
terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama yang sudah

20
sangat optimal aktif di dunia dakwah digital. Dalam pemanfaatannya
berdasarkan kebutuhan, media sosial yang sering digunakan seperti Youtube,
Instagram, Facebook dan Tiktok itu dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi dan dakwah berupa audio visual.

Hal ini tentu menjadi media yang sangat efektif untuk menyebarluaskan
dakwah dan eksistensi organisasi islam itu sendiri ke publik. Dengan beragam
konten dan metode penyebaran informasi seperti ceramah, kajian, berita acara,
publikasi kegiatan dan lain sebagainya.

b) Media Pers Digital


Pers merupakan salah satu dari kekuatan pilar dunia karna pers
mampu menyebarkan informasi di suatu tempat dengan cepat ke seluruh
penjuru dunia. Di era digital ini pers pun sudah berkembang pesat dan
beralih menggunakan media digital dalam mencari dan membagi informasi
ke public. Di indonesia saja tentunya hamper semua media sudah ber
transformasi ke media digital disbanding cetak, seperti misalnya media
pers yang besar di Indonesia yaitu, media tempo dan kompas yang sudah
banyak membuat konten digital seperti majalah digital, koran digital,
siaran video digital. Dalam pemanfaatan media itulah organisasi islam
harus mampu adaptif dan menggunakan potensi besar itu, organsisasi
islam bisa membuat konten dan penyebaran informasi melalui media pers
komersil atau membuat pers pribadi organisasi. Dalam pers tersebut
tentunya dapat dimuat tulisan-tulisan dalam khazanah dakwah keislaman,
karya organisasi, prestasi organisasi dan publikasi kegiatan organisasi
islam ke publik.

c) Website Organisasi
Hampir mirip dengan media digital, website organisasi merupakan
laman atau ruang digital yang berisi seluruh profil, kegiatan dan karya
organisasi, Website adalah ruang yang dapat memuat konten berupa foto,
video, tulisan, berita dan informasi lainnya. Organisasi islam sendiri di era
saat ini harus memiliki website untuk eksistensinya di public sebagai
bentuk
21
bahwa organisasi tersebut hidup. Wesite organisasi begitu banyak
fungsinya mulai dari memperkenalkan profil organisasi, memuat
administrasi organisasi islam, dan penyebabaran konten dakwah digital.
d) Analisis trend media sosial dan penyampaian konten yang menarik

Media sosial bergerak secara dinamis mengikuti minat dan dominasi


suguhan konten yang diinginkan masyarakat. Oleh karena itu media sosial
sendiri memiliki popularitas “trend” yang mendominasi dalam satu waktu atau
periode tertentu. Seperti misalnya peluncuran fitur baru oleh platform media
sosial berupa animasi, sound dan video yang selalu menjadi trendi dikalangan
anak muda. Trend tersebut tentunya perlu di perhatikan oleh organisasi islam
sebagai pengguna yang akan menyebarkan informasi. Trend media sosial
menjadi penting untuk dapat diikuti agar konten kita dapat muncul diberanda
pengguna media sosial lainnya, trend tersebut dibantu juga perkembangan
algoritma media sosial yang selalu memunculkan suguhan konten yang terbaru
dan banyak diakses masyarakat. Oleh karena itu dakwah organisasi islam
harus mampu menganalisis bentuk konten yang sedang trend dan adaptif
selama tidak berbenturan dengan kaidah-kaidah dakwah.

22
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam era transformasi menuju digitalisasi mengubah pola hidup umat


dan karakteristik dalam beragama dan sosial. Hal itu disebabkan oleh penawaran
alat digital (gadget dan internet) yang menawarkan kecepatan, efisiensi dan
praktis. Tantangan dakwah organisasi islam ialah mengikuti pola hidup dan minat
masyarakat (umat) yaitu dengan menarapkan dakwah digital dalam penyebaran
informasi dan komunikasi agar eksistensi organisasi islam tetap hidup dan dapat
diraskan oleh masyarakat kapanpun dan dimanapun.

Dengan adanya tantangan pergeseran penggunaan media diatas, tentunya


akan menjadi ancaman bagi organisasi islam yang dapat tergerus oleh konten-
konten yang tidak bermanfaat dan mengedukasi masyarakat Ketika organisasi
islam tersebut tidak adaptif dalam mengambil langkah untuk berdakwah melalui
digitalisasi. Disisi lain era digitalisasi ini juga menjadi peluang dan potensi besar
bagi organisasi islam, da’i dan aktifis muslim untuk dapat menjangkau dan
memperluas jaringan dakwah Islamiyah melalui digital ini. Hal tersebut akan
tercapai Ketika organisasi islam mampu dalam memanfaatkan digitalisasi dan
memberdayarkan organisasi secara optimal,

Dari uraian diatas kita dapat pula merumuskan soal strategi komuniksai
dank dakwah digital yang menarik dan sesuai dengan trend mayarakat digital
(pengguna sosial media). Hal itu akan mampu dijawab oleh organisasi islam yang
adaptif terhadap pengembangan media digital dan konten-konten yang substansif
sera menarik minat umat untuk kemaslahatan agama dan bangsa yang lebih maju.

23
DAFTAR PUSTAKA
(Q.S Yusuf : 33)
(Q.S Yunus 25)
(Q.S An- Nahl 125)

Ali Syari’ati (1994). Tugas Cendekiawan Muslim, Jakarta: Rajawali Press.


Cetakan keempat.

Hasan, M (2013) Metodologi & Pengembangan Ilmu Dakwah, Surabaya:


Pena Salsabila.

Samsudin (2018) Strategi Dakwah Lembaga Keagamaan Islam, Bengkulu:


Zigie Utama.

Holy, Puji, dkk (2022) Islam dalam Studi Komunikasi, Yogyakarta: UII Press

Ali Syari’ati (1993) Ideologi Kaum Intelektual, Bandung: Mizan. Cetakan


keempat.

Sitompul, A. (2008). Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah


Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: Misaka Galiza.

Ismail, I. Hotman, P. (2013) Filsafat Dakwah; Rekayasa Membangun


Agama dan Peradaban Islam, Jakarta: Prenadamedia Grup.

Husain, A. Dakwah Islamiyah dan Tantangannya di Era Digital; Jurnal


Kajian Keislaman Vol. 8 no. 1. Cilacap, 2020.

Safrawali. Belajar Agama Islam di Era Digitalisasi: Fenomena Akses


Informasi Keagamaan Melalui Media Sosial; Jurnal Sains Sosio
Huaminora, Universitas Jambi. 2021.

24
CURICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama : Ahmad Fardansyah
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, tanggal lahir : Bogor, 27 Mei 2001
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum
Kawin Kesehatan : Sangat Baik
Nomor HP 083891521999
Email : ahmadfardansyah111@gmail.com
Pendidikan
- Formal
2007-2013 : MI Yapemas
2013-2016 : SMP Taman Islam
2016-2019 : SMA Taman Islam
2019-Menempuh : STKIP Muhammadiyah Bogor
- Non Formal
• LK 1 HMI Komisariat Fikes UIKA Cabang Kota Bogor (2021)
• Pelatihan Jurnalistik Pemuda Dinas Pemuda Dan Olahraga
Kabupaten Bogor (2022)
Pengalaman Organisasi
- Anggota Komisariat Hukum UIKA
- Ketua Bidang Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa
(PSDM) Himpunan Mahasiswa Administrasi Pendidikan
STKIPMB
- Ketua Umum Karang Taruna Gardik Desa Situ Udik
Skill
- Desain Grafis
- Public Speaking

Bogor, 18 September 2022

Ahmad Fardansyah

25

Anda mungkin juga menyukai