Anda di halaman 1dari 31

Metode Diskusi Antara Ustadzah dengan Peserta di Komunitas Dakwah Sekolah 7

Perempuan (S7P)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.1)

Disusun Oleh:

Nama : Inda Fitria

NIM : 19661017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

2023

1
DAFTAR ISI

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan teknologi informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok,

kebutuhan informasi yang diinginkan saat ini cukup dicari dengan

menggunakan internet. Dengan menggunakan mesin pencari seperti Google,

Bing, kebutuhan informasi dengan mudah akan ditemukan. Informasi yang

selama ini ada di dalam bentuk fisik seperti berita, buku dan lainnya, di era

digitalisasi saat ini sudah mulai beralih ke bentuk digital.1

Internet sebagai media komunikasi baru menyebabkan terjadinya pergeseran

pola dan cara interaksi dan komunikasi manusia. Internet secara positif

menyebabkan bias geografis dalam cakupan ruang dan waktu. Internet

mengintegrasikan manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan kelompok

sosialnya, dan manusia dengan kebutuhannya. Abad informasi menghendaki

adanya pertukaran pesan, gagasan, nilai dan tanda dalam sebuah sistem informasi

yang berjejaring, efektif dan berlangsung secara berkelanjutan.

Internet sebagai media baru bagi manusia mempunyai karakter yang

demokratis dan terbuka. Artinya, sebagai sebuah sarana, internet bisa diakses oleh

siapapun dan dapat pula digunakan untuk kepentingan apapun. Tentunya, sebagai

ruang artifisial yang terbuka, internet memberikan keuntungan tersendiri bagi

interaksi manusia dalam kehidupannya. Akses tersebut bervariasi, mulai dari

1
Muhammad Sholeh, Izza Wildan Ridhoni, dan Untung Joko Basuki, "PENGEMBANGAN
APLIKASI ALQURAN ONLINE DENGAN MEMANFAATKAN REST API", Jurnal Device Vol. 12 No. 2
(2022), hlm. 52.
2

akses ekonomi, akses edukasi, akses politik, akses informasi, akses rekreasi,

sampai akses agama dan budaya.2

Pada zaman sekarang, yang menjadi tolak ukur era modern dan gIobalisasi

ini adalah komunikasi dan informasi. Perkembangan teknologi komunikasi begitu

pesat bagi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa

atau negara yang tidak mengikuti perkembangan teknologi komunikasi, maka

bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang

bahkan dapat dikatakan menjadi negara yang tertinggal. Perkembangan dalam

dunia komunikasi dan informasi telah membawa kita ke dunia global dan

menjadikan masyarakat secara terus menerus diterpa (exposure) oleh media

sehingga terciptalah masyarakat informasi (information society) bahkan sekarang

menjulur ke information gaps (kesenjangan infomasi). Islam tidak pernah

mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung

umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun,

termasuk teknologi komunikasi.3

Media sosial telah mendorong munculnya interaksi berbasis internet yang

menciptakan sebuah ruang sosial baru berbasis virtual, dengan itu manusia

menjadi makhluk berintelegensi yang sangat adaptif sehingga dapat dengan

mudah menyesuaikan diri untuk hidup dalam dua dunia, yaitu dunia nyata dan

dunia maya. Meski demikian, sejumlah penelitian terbaru menunjukkan

argumentasi kuat bahwa perkembangan teknologi komunikasi, terutama

penemuan media sosial, tidak serta merta menggantikan atau menghilangkan pola

2
Ridwan Rustandi, "Cyberdakwah: Internet sebagai Media baru dalam Sistem Komunikasi
Dakwah Islam", NALAR: Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam, Vol. 3 No. 2 (2019), hlm. 88.
3
Muya Syaroh Iwanda Lubis, "Teknologi informasi dan komunikasi dalam perspektif
islam", Publik Reform Vol. 8 No. 1 (2021), hlm. 87.
3

interaksi tradisional berbasis tatap muka secara langsung (direct communication),

melainkan justru melengkapi pola interaksi yang sudah ada (Collins & Wellman,

2010; Jensen, Danziger, & Venkatesh, 2007).4

Manusia menggunakan media sosial sebagai salah satu sarana komunikasi

pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta membuat keputusan terbaik.

Media sosial juga dimanfaatkan dalam dunia bisnis, politik, hiburan dan lain-lain

guna menyasar calon konsumen dan target konsumen, berinteraksi dengan

konsumen, membangun atau membentuk citra perusahaan serta mengelola

reputasi perusahaan secara daring.

Di era teknologi komunikasi dan informasi dirasakan berkembang secara

luar biasa. Internet dan media sosial bisa dikatakan sebagai tonggak dari

penemuan terbesar perangkat teknologi komunikasi dan informasi yang

memberikan dampak terbesar pula bagi manusia. Situasi kekinian bisa dikatakan

masyarakat tidak terlepas dari ketergantungan perangkat pada teknologi. Salah

satu fenomena penting proses globalisasi telah melahirkan generasi gadget, istilah

yang digunakan untuk menandai munculnya generasi millennial. Generasi

millennial saat ini adalah mereka yang yang berusia 17-36 tahun, mereka yang

kini berperan sebagai mahasiswa, early jobber, dan orang tua muda. Millennial

lahir antara tahun 1981-2000 (Ali dan Lilik Purwandi, 2017: 8).5

Perkembangan era modern berpengaruh pada pola kehidupan pemuda

millennial, banyak tindak tanduk yang tidak sesuai dengan jalur islam.

Seperti, pergaulan bebas, narkoba, depresi, kehilangan tujuan hidup, salah

4
Collins dan Wellman dalam Hafidz Muftisany, Dakwah di Media Sosial, (Perpustakaan RI
Nasional: CV. Intera: 2021), hlm. 1.
5
Ali dan Lilik Purwandi dalam Muslimin Ritonga, "Penerapan Metode Dakwah Mau’idzah
Hasanah di Era Hoax Millenial (Pemuda Warga Puri Domas Sleman Yogyakarta)", Jurnal Al-Munzir, Vol.
12 No. 1 (2019), hlm. 52.
4

dalam memilih idola dan lain sebagainya.6 Di era millenial ini tren pemuda hijrah

makin berkembang, disaat semakin kuat pengaruh budaya luar yang masuk ke

Indonesia, semakin gencar pula para da’i untuk mendakwahkan hijrah kepada

kaum muda.

Mereka yang “berhijrah” lazimnya mengubah penampilan. Perempuan

yang sebelumnya tidak berjilbab memutuskan mengenakan jilbab lebar atau yang

popular dengan sebutan jilbab syar’i. Sedangkan para lelaki mengubah

penampilan dengan jenggot dan celana di atas mata kaki sebagai penanda.

Perkembangan berikutnya menunjukkan fenomena hijrah di Indonesia

semakin terorganisir. Kita melihat maraknya komunitas-komunitas yang

menyebut diri sebagai komunitas hijrah.7

Berkomunitas adalah salah satu solusi ketika seseorang merasa awam

dengan hal baru yang dimilikinya dan ingin menggali lebih banyak informasi

mengenainya.8 Perkembangan komunitas-komunitas yang pada awalnya hanya

terbentuk pada realitas nyata kini berkembang dengan pesat sehingga

memunculkan bentuk baru dari komunitas yang sebelumnya hanya terbentuk dari

adanya komunikasi atau interaksi dalam dunia nyata. Dengan adanya

perkembangan teknologi yang memungkinkan adanya kemudahan dalam

melakukan interaksi antar individu sehingga hubungan antar manusia dapat terjalin

dengan cepat tanpa batasan waktu.9

6
Izmatul Ummah, Elis Mila Rosa, dan Rizal Samsul Mutaqin, "Interpretasi Hadis dan
Strategi Dakwah (Studi Kasus Komunitas Pemuda Hijrah Yuk Ngaji)", ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah
Multidisiplin Vol. 1 No. 11 (2022), hlm. 4135.
7
Abraham Zakky Zulhazmi dan Erma Priyanti, "Eksistensi komunitas hijrah dan dakwah
masa kini: Studi komunitas jaga sesama Solo", Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 40 No. 2 (Institut Agama Islam
Negeri Surakarta, 2020), hlm.169.
8
Irma Yuliana, dkk., "Analisis jejaring media sosial untuk pemetaan pada komunitas online",
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATi), (Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, 2015), hlm.
14.
9
Nadya Zsalsabilla Rahmania dan I. N. Pamungkas, "Komunikasi interpersonal komunitas
online www. rumahtaaruf. com", Jurnal Manajemen Komunikasi, Vol. 3 No. 1 (Bandung: Universitas
5

Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam banyak berdiri

lembaga, organisasi dan komunitas Islam yang bergerak di bidang dakwah, salah

satunya bukti yaitu adanya komunitas Islam. Komunitas Islam adalah sebuah

kelompok sosial dari beberapa individu Muslim dari berbagai latar belakang yang

berbeda, umumnya memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama untuk menyiarkan

Islam.

Komunitas Islam merupakan pendidikan luar sekolah, sudah selayaknya

kegiatan-kegiatan yang bernunsa Islami mendapat perhatian serta dukungan dari

masyarakat terutama para pemuda, agar tercipta insan-insan yang memiliki

keseimbangan antara potensi mental spiritual dan juga potensi intelektual dalam

menghadapi perubahan zaman yang semakin maju. Keberadaan komunitas Islam

memiliki gerakan yang berbeda-beda, sesuai dengan target marketnya masing-

masing yang disesuaikan dengan kemampuan. 10 Sebagian besar komunitas Islam

berisi kajian-kajian dakwah.

Dakwah merupakan sebuah aktivitas yang kompleks yang melibatkan

berbagai stakeholder dalam komunitas muslim. Kompleksitas dakwah ini ditinjau

dari proses transmisi dan transformasi pesan dakwah. Secara praktik,

aktivitas dakwah dimulai dari proses perencanaan pesan dakwah, pengiriman oleh

da’i, pemilihan media dakwah, penentuan gaya penyampaian pesan dakwah,

antisipasi kendala dakwah, penerimaan pesan dakwah oleh madh’u sampai dengan

proses pengamalan pesan dakwah dalam kehidupan keseharian. Sehingga,

muara dari aktivitas dakwah ini termanifestasikan dalam tatanan pemikiran

(frame of refence), perbuatan dan tindakan (behavior) objek dakwah baik


Telkom, 2018), hlm. 52.
10
Istiqomah Bekthi Utami, "Peran Komunitas Islam dalam Menyemangati Keagamaan para
Pemuda", Anida (Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah) Vol. 18 No. 1 (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati,
2018): hlm. 105-106.
6

dalam skala invidivual maupun masyarakat sebagai sebuah komunitas sosial

(Rustandi & Hanifah, 2019: 200).

Penggunaan media internet dan representasi da’i dari kalangan anak muda

dapat dipandang sebagai salah satu faktor pendorong masifnya gerakan dakwah

berbasis komunitas baik di wilayah geografis perkotaan maupun pedesaan. Sebab,

ruang komunikasi virtual internet baik dalam bentuk website, media sosial

maupun engine machine, menjadi perangkat teknologis yang akrab dengan

generasi muda.11 Adapun salah satu komunitas dakwah di Indonesia adalah

komunitas Sekolah 7 Perempuan atau akrab disebut S7P.

Komunitas dakwah S7P merupakan komunitas yang membidangi

pembinaan dan pengembangan potensi para muslimah yang bergerak di bidang

dakwah dan sosial. Dakwah proses penyampaian ajaran-ajaran agama Islam

dengan tujuan untuk menuntun orang mengerjakan kebaikan sesuai petunjuk

dalam Al-Quran dan Hadits, komunitas ini berdiri sejak 2019.

S7P didominasi oleh beberapa kalangan yang berada pada rentang usia

17-50 tahun dengan jumlah sekitar 150 peserta perseasonnya dan alumni

mencapai 6000 orang. Setidaknya terdapat pembagian season dalam setiap

kelasnya. Aktivisme dakwah ini tidak hanya memanfaatkan kajian rutin dan

diskusi, tetapi juga memanfaatkan medium dakwah digital melalui media sosial,

channel Youtube, Zoom, Instagram, dan WhatsApp.

11
Ridwan Rustandi dalam Rustandi dan Hanifah, "Dakwah Komunitas di Pedesaan dalam
Perspektif Psikologi Komunikasi", Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi
Islam Vol. 8 No. 3 (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2020), hlm. 303-304.
7

Aktivitas yang dilakukan yaitu mengadakan kelas 3 kali dalam seminggu

mulai pukul 19.45 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB melalui Zoom atau

siaran langsung di channel Youtube S7P. Selain itu, S7P juga menyebarkan

berupa foto-foto atau flyer yang berisikan kata-kata/motivasi. Tujuannya agar

komunitas maupun peserta kelas dapat menambah wawasan, berusaha menjadi

lebih baik, dan mengingat Allah SWT setiap harinya.

Dalam proses dakwah perlu menggunakan metode, namun metode tersebut

harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu, perlu

dipertimbangkan metode yang akan digunakan dan cara penerapannya, karena

sukses tidaknya suatu program dakwah dinilai dari metode dakwahnya.12 Salah

satu metode yang digunakan dalam komunitas S7P adalah metode diskusi.

Metode dakwah melalui pendekatan diskusi adalah islamisasi via tukar

pendapat.13 Metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitra dakwah berpikir dan

mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan dalam suatu masalah

agama yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban.

Allah SWT. berfirman dalam al-Qur'an;

َ ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬

َ‫ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari

12
Dzikron Abdullah, Filosof Dakwah, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 1993),
hlm. 1.
13
Sheh Sulhawi Rubba, Metodologi Islamisasi Ala Indonesiawi
Http://eprints.sunanampel.ac.id/590/1/metodologi__islamisasi_ala_indonesiawi.pdf., diakses pada 12 Juli
2022, pukul 19:00.
8

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." QS.
An-Nahl[16]: 125 14
Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An Nahl ayat 125,

maka jelaskan bahwa dakwah Islam tidak mengharuskan secepatnya berhasil

dengan satu cara atau satu metode, namun berbagai cara dapat dilakukan sesuai

objek dakwah dan kemampuan masing-masing pelaksanaan dakwah.15

Dalam ayat tersebut yang dapat dijadikan landasan dai dalam

menyampaikan dakwah, yaitu: dakwah bïl ḥikmah, bil mauidzah hasanah dan bil

mujadalah. Dari ketiga landasan metode dakwah tersebut kini semakin

berkembang seiring masuknya teknologi dan media modern. Abdullah

menyebutkan bahwa dakwah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yaitu:

dakwah bil lisan (dakwah melalui lisan/perkataan), dakwah bil qalam (dakwah

melalui tulisan) dan dakwah bil hal (dakwah melalui perbuatan).16

Dalam kaitan ini, menurut hemat penulis, ustadzah dan peserta komunitas

dakwah S7P juga telah menerapkan metode diskusi sesuai dengan kaidah yang

tepat, yaitu dengan melihat tingkat pemahaman intelektual. Adapun parameter

dari penerapan diskusi adalah hadirnya kedamaian dan keserasian tanpa konflik

antar peserta kelas dakwah di komunitas S7P.

Dengan di terapkannya metode diskusi adalah sebagai upaya peningkatan

pemahaman ilmu agama. Para peserta yang mengikuti kelas dakwah ini tentunya

14
Departemen Agama RI, Robbani (Al-Quran Per Kata Tajwid Warna), (Jakarta Timur: PT.
Surya Prima Sinergi, 2012), hlm. 282.
15
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, (Bandung: JART, 2005), hlm. 282.
16
Mohammad Ali Aziz dalam Bobby Rachman Santoso, "Revitalisasi Metode Dakwah
Anakronistis Dai Generasi Milenial", Tasâmuh Vol. 17 No. 1, (Institut Agama Islam Negeri Tulungagung:
2019): 133-154. hlm 135.
9

memiliki tujuan yang sama yaitu menambah, mengkaji, dan mengaplikasikan ilmu

yang didapat. Mereka memiliki dasar pijak yang sama, yaitu: sama-sama seorang

muslimah, sama-sama ingin mendapat ilmu, sama-sama sedang memperbaiki diri,

dan sama-sama menginginkan perdamaian.

Dari batasan diskusi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa diskusi

sebagai metode dakwah adalah bertukar pikiran tentang suatu masalah keagamaan

sebagai pesan dakwah antar beberapa orang dalam tempat tertentu. Dalam diskusi,

pasti ada dialog yang tidak hanya sekedar bertanya, tetapi juga memberikan

sanggahan atau usulan. Dari penjelasan tentang latar belakang masalah diatas,

maka peneliti tertarik mengangkat penelitian ini dan akan menfokuskan kajiannya

pada "Metode Diskusi Antara Ustadzah dengan Peserta di Komunitas Dakwah

Sekolah 7 Perempuan (S7P)"

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas tentang Bentuk Pendekatan

Diskusi Antara Ustadzah dengan Peserta di Komunitas Dakwah Sekolah 7

Perempuan (S7P), maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Media apa saja yang digunakan untuk kegiatan dakwah komunitas S7P?

2. Bagaimana bentuk-bentuk metode diskusi yang dilakukan oleh ustadzah di

komunitas dakwah S7P?

3. Apa saja manfaat metode diskusi dalam kegiatan dakwah komunitas

dakwah S7P?

C. Batasan Masalah
10

Untuk Menghindari pembahasan terlalu luas dalam penelitian, maka

peneliti membatasi masalah dengan ruang lingkup yang sempit. Adapun batasan

masalah pada penelitian ini hanya melihat bagaimana bentuk-bentuk metode

diskusi yang dilakukan oleh ustadzah di komunitas dakwah S7P, hanya melihat

media apa saja yang digunakan untuk kegiatan dakwah komunitas S7P dan

penelitian ini hanya melihat manfaat metode diskusi dalam kegiatan dakwah

komunitas dakwah S7P.

D. Tujuan Penelitian

Setiap peneliti jelas memiliki tujuan yang didasarkan pada kepentingan

serta motif-motif individual maupun kolektif. Tujuan penelitian adalah untuk

mengungkapkan arah dan tujuan umum dari apa yang akan dicapai atau

diharapkan dari sebuah penelitian, juga merupakan lanjutan dari identifikasi

masalah.

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan di atas maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk metode diskusi yang dilakukan oleh

ustadzah di komunitas dakwah Sekolah 7 Perempuan.

2. Untuk mengetahui media apa saja yang digunakan untuk kegiatan dakwah

komunitas S7P

3. Untuk mengetahui manfaat metode diskusi dalam kegiatan dakwah

komunitas dakwah S7P

E. Manfaat Penelitian
11

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu wadah

untuk menyebarkan agama Islam secara online dan menjadi acuan dalam

proses penelitian lainnya di masa depan, serta diharapkan bisa

memperkaya hasanah ilmu dakwah khususnya dakwah kelompok.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan melalui penelitian ini mampu membuka pikiran

khalayak muslim bahwa ilmu agama bisa dicari dan didapatkan kapanpun

dan dimanapun. Selain itu juga di harapkan penelitian ini dapat

memberikan kontribusi kepada peserta kelas dakwah, program studi

Bimbingan Penyuluhan Islam, dan khalayak muslim terkait program kelas

Sekolah 7 Perempuan.

F. Kajian Literatur

Penelitian masa lalu di atur dalam tinjauan sebagai jenis pemeriksaan dari

penelitian sebelumnya. Semua besama-sama untuk tidak megulang kembali dari

ujian sebelumnya. Peneliti menyadari bahwa dibutuhkannya penelitian terdahulu

untuk menghindari terdapatnya kesamaan dalam sebuah penelitian dan terkesan

mengulangi penelitian yang sama dengan penelitian ini.

Untuk penelitian relevan dari Metode Diskusi Antara Ustadzah dengan

Peserta di Komunitas Dakwah Sekolah 7 Perempuan (S7P):

1. Penelitian yang dilakukan oleh Agi M. Abdul Ghani, Universitas Islam

Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2019 dengan judul "Metode
12

Diskusi Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia

Nahdatul Ulama".17

Penelitian ini memfokuskan pada kegiatan dakwah menggunakan

metode diskusi di Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya

Manusia Nahdatul Ulama, kegiatan diskusi sebagai metode dakwah pada

hakikatnya menuntut para peserta diskusi untuk bersikap toleransi, dengan

cara menghargai perbedaan pendapat di antara seluruh peserta diskusi.

Dalam hal ini yang menjadi persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah sama-sama berfokus pada kegiatan dakwah

menggunakan metode diskusi dalam komunitas dakwah S7P. Persamaan

lainnya adalah metode penelitian yang sama-sama menggunakan metode

kualitatif deskriptif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Childa Fauzia dan Mahfudlah Fajrie

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara tahun 2021 dengan judul

"Pengaruh Metode Diskusi Kelas Terhadap Keterampilan Berkomunikasi

Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Unisnu Jepara".18

Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh metode diskusi

terhadap keterampilan bekomunikasi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Unisnu Jepara dimana penggunaan metode diskusi ini

merupakan hal yang positif dan dapat dapat mengembangkan keterampilan

berkomunikasi yang sesuai dengan kaidah atau ketetapan yang ada adalah

melakukan kontak mata dengan audience agar mereka memiliki simpati


17
Agi M. Abdul Ghani, "Metode Diskusi Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya
Manusia Nahdatul Ulama", Jurnal Khazanah Sosial, Vol. 1 No. 2, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati,
Januari 2019).
18
Childa Fauzia, Mahfudlah Fajrie, "Metode Diskusi Lembaga Kajian dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia Nahdatul Ulama", Jurnal An-Nida, Vol. 13, No. 2, (Jepara: Universitas Islam
Nahdlatul Ulama Jepara, Juli-Desemberr 2021).
13

dan merasa lebih diperhatikan, memilih diksi yang sesuai dengan konteks

kalimat, kelancaran intonasi, serta memiliki penalaran yang baik dalam

memecahkan suatu masalah. Dalam hal ini yang menjadi persamaan

dengan penelitian yang akan datang ialah menggunakan metode diskusi

dengan tujuan yang sama yaitu mengurangi tingkat keraguan dalam

menetapkan sesuatu, bagaimana cara komunikasi dengan baik, dan

berusaha untuk memecahkan suatu masalah. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan datang adalah pada bagian jenis metode,

penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif sedangkan penelitian

ini menggunakan metode kualitatif.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Dedi Setiawan, dkk. Universitas Negeri

Padang tahun 2022 dengan judul "Pengaruh Metode Diskusi

Menggunakan Aplikasi Zoom Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa".19

Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh penggunaan metode

diskusi berbantu aplikasi zoom yang lebih banyak menuntut mahasiswa

lebih aktif berdiskusi dan lebih banyak belajar tentang materi yang akan

ditampilkanya, yang mana dosen harus mampu mengkondisikan kelas

daring ini, agar semua mahasiswa dapat ikut serta berdiskusi melaui

aplikasi zoom dari awal hingga akhir. Dalam hal ini yang menjadi

persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama

berfokus pada penggunaan metode diskusi berbantu aplikasi zoom yang

menuntut peserta untuk aktif berdiskusi ketika kelas dilakukan. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan datang adalah pada bagian jenis

19
Dedi Setiawan, dkk., "Pengaruh Metode Diskusi Menggunakan Aplikasi Zoom Terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa", Jurnal Edumaspul, Vol. 6 No. 1, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2022).
14

metode, penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif sedangkan

penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

G. Penjelasan Judul

1. Metode Diskusi

a) Metode

Metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.20

b) Diskusi

Menurut Girls Trap dan Martin, (1975: 15), menyatakan

bahwasannya metode diskusi merupakan kegiatan dimana sejumlah

orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat

tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari

suatu masalah berdasarkan Semua fakta. Ada pula yang berpendapat

bahwasanya metode diskusi adalah metode kerjasama tim berdasarkan

prinsip pengetahuan, ide, dan perasaan beberapa anggota yang

memiliki pengaruh besar daripada individu.21

2. Ustadzah dengan Peserta

a) Ustadzah

20
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), https://kbbi.web.id/metode, di akses pada hari Selasa
03 April 2023, pukul 16:40.
21
Girls Trap, Martin dalam Shendy Maftalia Fifadhilni, "Teknik Kombinasi: Metode Ceramah,
Diskusi dan Tanya Jawab", Jurnal, (Universitas Riau: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 2022), hlm. 4.
15

Ustadzah/guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan

yang besar dan strategis, karena guru menjadi barisan terdepan dalam

hal pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan

dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan

teknologi sekaligus mendidik nilai-nilai positif melalui bimbingan dan

keteladanan.

Ustadz adalah sebutan untuk guru laki-laki sedangkan ustadzah

adalah sebutan untuk guru perempuan, keduanya merupakan seseorang

mengajar dan mendidik agama islam dengan membimbing, menuntun,

memberi tauladan dan membantu mengatarkan anak didiknya ke arah

kedewasaan jasmani (Zuhairini, 2009).22

b) Peserta

Peserta merupakan orang yang ikut serta atau yang mengambil

bagian.23 Dalam hal ini, yang dimaksud peserta adalah mereka yang

ikut serta dan bergabung dalam komunitas dakwah S7P, ikut serta

dalam pembelajaran yang dilakukan melalui aplikasi zoom dan

youtube juga mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh S7P.

3. Dakwah

Dakwah secara bahasa (etimologi) mengandung pengertian ath-

thalab (permintaan). Jika dikatakan, "Daa asy-syai", maka berarti meminta

didatangkan sesuatu itu. Jika dikatakan, "Daa Ila asy-syai," maka berarti

mendorongnya untuk melakukan tujuannya. Jika dikatakan, "Daa Ila al-

22
Zuhairini dalam Muslim, Mulyanto, dkk., "Peran Ustadzah dalam Proses Bimbingan
Menghafal Al-Qur'an pada Anak Usia Dini di Griya Qur'an Al-Madani Kota Palembang", Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial, (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2020), hlm. 250.
23
https://jagokata.com/arti-kata/peserta.html, diakses pada 10 November 2022, pukul 08:42.
16

gital," "Daa Ila ash-shalah," "Daa Ila ad-din," Daa lla al-madzhab,"

maka berarti mendorong mereka untuk melakukannya.

Dakwah Islam secara istilah (terminology), yaitu menyampaikan

dan mengajarkan Islam kepada manusia dalam realita kehidupan, serta

menjelaskan ketiga unsur yang terkandung di dalamnya di lebih dari satu

tempat dalam Al-Qur'an.24

Al-Qur`an dalam surat An-Nahl ayat 125 terdapat tiga jenis

metode dakwah yang intinya adalah menyesuaikan materi dan

cara berdakwah dengan sasarannya, kepada para cendekiawan

jalannya dengan hikmah, kepada orang awam dengan mau’idzah

hasanah yakni memberi nasihat dan perumpamaan yang menyentuh

jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan yang mereka fahami. Kepada Ahl

al-kitab dan penganut agama lain dengan cara mujadalah/diskusi

dengan cara yang terbaik, yaitu dengan logika dan retorika yang halus,

lepas dari kekerasan, dan umpatan.25

4. Komunitas Dakwah

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa

organisme yang berbagi lingkungan, dan pada umumnya memiliki

ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-

individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,


24
Muhammad Abu Al-Fath Al-Bayanuni, Pengantar Studi Ilmu Dakwah, (Jakarta Timur: Dar
Ar-Risalah Al-'Alamiah, 2021), hlm. 11.
25
Sufian Suri dalam M. Quraish Shihab, “Tafsir DAKWAH QS AN-NAHL AYAT 125
DAN RELEVANNYA BAGI MASYARAKAT. Liwaul Dakwah: Jurnal Dakwah dan Kajian Masyarakat
Islam Vol. 12 No. 2 (IAIN Lhokseumawe, 2022), hlm. 62-63.
17

preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang

serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti

"kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti

"sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".26

Sedangkan dakwah merupakan proses komunikasi "tabligh" setiap

Muslim, seperti juga Nabi Muhammad SAW diperintahkan

mengomunikasikan ajaran Islam, bentuk komunikasi yang terjadi secara

lisan, maupun tulisan, atau dapat terjadi secara individual maupun massal,

baik secara personal "face to face" maupun secara modern yang dilakukan

para ustadz, kiai, mubaligh lewat media elektronik dan media cetak.

Dalam komunikasi, selain itu terjadi transformasi biasanya diikuti proses

internalisasi iman dan Islam, pengamalan, pentradisian ajaran dan nilai-

nilai Islam serta perubahan ke yakinan, sikap dan perilaku manusia.

Perubahan keyakinan, sikap dan perilaku itu terjadi setelah ada proses

komunikasi dan tranformasi ajaran dan nilai-nilai Islam itu sendiri. 27

Komunitas dakwah disini dapat dikatakan sebagai sekelompok orang yang

berada dalam lingkup keagamaan seperti menyebarkan seruan agama,

menyebarkan kebaikan (aksi sosial), menambah wawasan, dan berhijrah.

Jadi, komunitas dakwah dapat diartikan sekelompok orang yang

berada dalam lingkup keagamaan umumnya memiliki ketertarikan dan

tujuan yang sama yaitu untuk menyebarkan agama Islam sesuai dengan al-

Qur’an dan Hadits.

26
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Komunitas, di akses pada 9 November 2022, pukul 20:40.
27
AB Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 37-38.
18

5. Sekolah 7 Perempuan (S7P)

Dakwah melalui media sosial merupakan salah satu bentuk ikhtiar

para da'i dalam menyebarkan ajaran syiar islam dengan efisiensi dan

modernisasi sesuai tuntutan dan tantangan zaman tanpa mengurangi

kaidah-kaidah dakwah itu sendiri.28 Maka dari itu, komunitas dakwah

Sekolah 7 Perempuan hadir untuk membersamai ummat.

Sekolah 7 Perempuan S7P merupakan salah satu program dakwah

dibawah naungan Yayasan Jalan Mulia Bahagia (YJMB) untuk

memperluas ilmu tentang keislaman dan dikhususkan bagi kalangan

perempuan, komunitas ini memanfaatkan aplikasi zoom dan youtube yang

merupakan media online untuk menyebarkan dakwah. Penyampaian

materi disampaikan oleh para ustadzah melalui kelas zoom dan youtube

yang telah terjadwal dan kelas dilakukan dalam kurun waktu 2 bulan.

Tuntutan zaman yang mendominasi peserta dakwah sangat

dominan. Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode

yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual, dan

kontekstual.29 Berbagai metode dan strategi dilakukan dalam kelas, salah

satunya adalah metode pendekatan diskusi. Diawali dengan penyampaian

materi dari para ustadzah selanjutnya dilakukanlah diskusi tanya jawab

antara ustadzah dengan peserta kelas dakwah Sekolah 7 Perempuan.

H. Metode Penelitian

28
Teddy Khumaedi dan Siti Fatimah, "Urgensi Dakwah Melalui Media Sosial", Al-Mubin;
Islamic Scientific Journal Vol. 2 No. 2 (Bogor: Institut Ummul Quro Al-Islami, 2019), hlm. 111.
29
Akhmad Sukardi, "Metode dakwah dalam mengatasi problematika remaja", Al-
Munzir Vol. 9 No.1 (IAIN Kendari, 2018), hlm. 23.
19

Metode dapat dipahami sebagai cara yang dipilih peneliti dalam proses

penelitiannya, seperti metode pengumpulan data, metode pengolahan data, metode

analisis, metode sintesis, metode pengujian atas data, dan lainnya. Satu hal yang

harus diperhatikan adalah bahwa metode tidak boleh dijadikan dasar untuk

menentukan metodologi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor tujuan, struktur,

proses, dan jenis penelitian.

Berkaitan dengan pemilihan metode penilitian, beberapa peneliti terutama

peneliti pemula sering melakukan kesalahan dengan memilih metode terlebih

dahulu sebelum merumuskan masalah dan tujuan penelitian. Kesalahan ini sering

dipicu oleh rumor atas masing-masing metode, seperti kuantitatif itu sulit dan

rumit, kualitatif itu lama dan lainnya.30

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif

yang bisa disebut kenyataan sebagai suatu yang berdimensi jamak,

kesatuan, dan berubah-ubah.31 Penelitian kualitatif merupakan suatu

penelitian yang hasil penelitiannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistik atau metode kuantifikasi yang lain. Peneliti biasanya menggunakan

pendekatan naturalistik untuk memahami suatu fenomena tertentu.

Penelitian kualitatif berusaha mendapatkan pencerahan, pemahaman

terhadap suatu fenomena dan ekstrapolasi pada situasi yang sama.32

30
Asfi Manzilati, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode dan Aplikasi, (Malang:
Universitas Brawijaya Press, 2017), hlm. 8.
31
Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas dan
Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, 2017) hlm. 44.
32
Albi Anggito, Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV. Jejak, 2018),
hlm. 9.
20

Data dalam penelitian kualitatif adalah data deskriptif yang

umumnya berbentuk kata-kata, gambar-gambar, atau rekaman. Kriteria data

dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah

data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data sekadar yang

terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat

dan terucap tersebut. Misal data orang yang menangis harus dipastikan

bahwa orang tersebut menangis karena sedih atau justru karena bahagia.

Pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh

fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena

itu, analisis data dalam penelitian kualitatif cenderung bersifat induktif

berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dikonstruksikan

menjadi hipotesis atau teori.33

Berdasarkan sudut pandang di atas, penelitian kualitatif dalam

skripsi ini bertujuan untuk menggali suatu fakta, kemudian menjelaskan

berbagai realitas yang peneliti lakukan sebagai pengamat. Penelitian

tersebut hanya mengklasifikasikan perilaku, mengamati gejala dan

mencatatnya dalam buku observasi, dokumentasi kemudian menemukan

wawasan yang baru. Ketika terus mengalami reformulasi atau perancangan

ulang ditemukan informasi baru di bidang-bidang yang berkaitan dengan

Bentuk Pendekatan Diskusi Antara Ustadzah dengan Peserta di Komunitas

Dakwah Sekolah 7 Perempuan.

2. Subjek Penelitian

33
Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta: Suaka
Media, 2015), hlm. 9.
21

Subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang

yang memberikan informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan

dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Subjek dari penelitian ini

merupakan peserta kelas dakwah dan staff Sekolah 7 Perempuan. Kelas ini

dilakukan secara terjadwal selama 2 bulan sehingga subjek yang menjadi

bahan dari penelitian ini bukan keseluruhan ketika dilakukannya kelas,

namun diambil dari beberapa pertemuan kelas yang memiliki makna dari

metode diskusi S7P.

3. Data dan Sumber Data

Melalui pemahaman terhadap permasalahan yang menjadi fokus

kajian dalam penelitian, peneliti dapat mengetahui informasi apa yang

dibutuhkan untuk menjawab masalah dan apa, dimana, atau siapa sumber

data yang diperlukan. Artinya, melalui masalah yang dirumuskan dalam

penelitian, peneliti dapat menentukan jenis data yang perlu digali, berikut

sumbernya serta bagaimana agar data yang diperoleh memiliki kredibilitas

yang baik, atau memenuhi persyaratan sebagai data yang valid dan dapat

dipercaya.

Data dalam penelitian pada dasarnya terdiri dari semua informasi

atau bahan yang disediakan alam (dalam arti luas) yang harus dicari,

dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data bisa terdapat pada segala

sesuatu apa pun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian.

a) Data Primer
22

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik

dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. 34 Data primer

yang di proleh peneliti ialah hasil wawancara dari ustadzah, staff, dan

peserta Sekolah 7 Perempuan.

b) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data didapat melalui adanya perantara atau

tidak secara langsung. Data sekunder ini berupa sumber-sumber seperti

jurnal, buku-buku serta pustaka lannya yang mendukung data primer.35

Data sekunder dapat diperoleh dari pihak lain yang bersifat saling

melengkapi dan data sekunder berupa dukumen-dukumen dan literatur

yang terkait dengan permasalahan yang akan di teliti.36

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data sehubungan dengan penelitian ini,

peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a) Observasi atau Pengamatan

Observasi diperlukan untuk mendapatkan data berupa dokumen,

baik mengenai perilaku pedagogik maupun sarana dan prasarana.

Dalam setiap observasi, data yang diperoleh peneliti akan dikaitkan

dengan dua hal yang penting, yakni informasi (misalnya bagaimana


34
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja
Grafindo Perseda, 2009), hlm, 42.
35
Fitriyah Nur Hsb, "Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Informasi
Manajemen dan Keterampilan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kominfo di Labuhanbatu Utara",
Tesis, (Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2020), hlm. 42.
36
Wahyu Puhantar, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
hlm. 79.
23

cara meneliti, sesuai atau tidak alat yang digunakan dan apa yang terjadi

dan konteks (hal-hal yang berkaitan di sekitarnya).37 Adapun yang ingin

peneliti observasi dalam penelitian ini adalah metode diskusi antara

ustadzah dengan peserta di komunitas dakwah Sekolah 7 Perempuan

(S7P).

b) Wawancara

Wawancara adalah suatu proses komunikasi relasional dengan

tujuan yang serius dan ditetapkan lebih dulu yang dirancang untuk

mempertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab, atau singkatnya

disebut suatu percakapan berdasarkan suatu maksud.38

Wawancara memiliki beberapa keunggulan yaitu peneliti

mendapatkan informasi secara detail, sifat dari wawancara juga

fleksibel (sesuai dengan kondisi responden), hasil yang didapatkan

lebih teliti dan akurat. Kelemahan wawancara adalah waktu yang

dibutuhkan lebih lama, analisis data juga lebih sulit. Pada teknik ini,

peneliti melakukan wawancara langsung kepada ustadzah, staff, dan

peserta Sekolah 7 Perempuan (S7P).

c) Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita biografi, peraturan

37
Sarnawi M Dasim, "Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sains Sekolah
Dasar", Skripsi, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2012), hlm. 90.
38
https://marhenieka.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2016/11/Meeting-8-Interview.pdf, diakses
pada 13 November 2022, pukul 21:04.
24

kebijakan. Sedangkan dokumentasi yang berbentuk gambar misalnya

foto, sketsa, gambar hidup dan lain sebagainya.39

5. Teknik Sampling

Pengambilan sampel (sampling) adalah metode sistematis untuk

pemilihan subjek yang akan diteliti. Berikut ini diuraikan beberapa istilah

umum yang perlu dipahami di dalam sampling, antara lain: (1) Unit

observasi (unit analisis), yaitu unit dasar yang dijadikan objek observasi

dalam penelitian. (2) Populasi, yaitu himpunan unit observasi yang

lengkap dan utuh, terdiri dari nilai atau ukuran peubah-peubah yang

bersifat majemuk. (3) Sampel, yaitu himpunan unit observasi (bagian dari

populasi) yang memberikan keterangan atau data untuk suatu penelitian,

terdiri dari nilai atau ukuran peubah-peubah yang bersifat terbatas

jumlahnya. Sampel diperlukan apabila ukuran populasi penelitian relatif

besar. (4) Sampel representatif, yaitu himpunan unit observasi yang

dianggap cukup mewakili karakteristik tertentu yang dimiliki populasi.

Tujuan pengambilan sampel (sampling) adalah untuk memperoleh

gambaran deskriptif tentang karakteristik unit observasi yang termasuk di

dalam sampel, dan untuk melakukan generalisasi serta memperkirakan

parameter populasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak dapat

melakukan pengamatan secara langsung pada semua unit analisis atau

individu yang berada dalam populasi penelitian. Peneliti mengambil data

dari sebagian populasi yang disebut sampel untuk mewakili populasi.

Dalam memilih metoda sampling yang akan digunakan, perlu

dipertimbangkan anggaran biaya penelitian, batasan waktu penelitian,


39
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hlm. 82.
25

ketersediaan pengetahuan tentang populasi, informasi ukuran populasi,

aksesibilitas terhadap unit observasi, tingkat generalisasi yang ingin

dicapai, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Penggunaan kombinasi

beberapa metoda pengambilan sampel sangat umum digunakan dalam

suatu penelitian guna mencapai tujuan penelitian dan memberikan hasil

penelitian yang berkualitas, akurat, memenuhi kriteria, dapat dipercaya

dan diandalkan.40

Menurut Sugiyono yang dikutip oleh , dalam penelitian kualitatif

teknik sampling yang lebih sering digunakan adalah purposive sampling

dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang

tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau

mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti

menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Karena sifat peneliti ini

memiliki ciri khusus yang tidak bisa didekati dengan prosedur statistik.

(Sugiyono, 2014, hlm. 254).41 Snowball sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit,

lama-lama menjadi besar. Sementara itu menurut Burhan Bungin,

dalam prosedur sampling yang paling penting adalah bagaimana

menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu

yang sarat informasi. Memilih sampel, dalam hal ini informan kunci

40
Nina Nurdiani, "Teknik sampling snowball dalam penelitian lapangan." ComTech: Computer,
Mathematics and Engineering Applications Vol. 5 No. 2 (Jakarta: BINUS University, 2014), hlm. 1111.
41
Hasan Bisri, Skripsi: Konsep Diri Mahasiswa Tegal Dalam Berintraksi Sosial Di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon (Studi Deskriptif Analisis pada Organisasi Primordial Ikatan
Mahasiswa Tegal (IMT) Tahun Angkatan 2018/2019), (Cirebon: IAIN Syekh Nurjati, 2021), hlm. 9.
26

atau situasi sosial lebih tepat dilakukan dengan sengaja atau bertujuan,

yakni dengan purposive sampling.

Penelitian ini mengunakan teknik purposive sampling. Karena

peneliti merasa sampel yang diambil paling mengetahui tentang

masalah yang akan diteliti oleh peneliti sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang di inginkan. Penggunaan

purposive sampling dalam penelitian ini yaitu bertujuan untuk dapat

mengetahui bagaimana interaksi sosial yang terjadi antara ustadzah

dengan peserta komunitas dakwah S7P.

6. Analisis Data

Menganalisis data kualitatif tidak mudah. Di satu sisi penelitian

kualitatif bersifat subjektif, tetapi di sisi lain peneliti dituntut

mempertahankan kualitas penelitiannya. Untuk itu dibutuhkan metode

analisis data kualitatif yang dapat dipertanggungjawabkan kualitas

akademisnya. Tidak seperti analisis data kuantitatif, analisis data kualitatif

bersifat iteratif. Hal ini berarti ada perulangan dan keterkaitan antara

pengumpulan data dan analisis data (Corbin & Strauss, 2008).42

Pengertian analisis data sebagai “upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan

berupaya mencari makna.”


42
Corbin dan Strauss dalam Samiasi Saroja, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
PT. Kanisius, 2021), hlm. 3.
27

Dari pengertian itu, tersirat beberapa hal yang perlu digarisbawahi,

yaitu (a) upaya mencari data adalah proses lapangan dengan berbagai

persiapan pralapangan tentunya, (b) menata secara sistematis hasil temuan

di lapangan, (c) menyajikan temuan lapangan, (d) mencari makna,

pencarian makna secara terus menerus sampai tidak ada lagi makna lain

yang memalingkannya, di sini perlunya peningkatan pemahaman bagi

peneliti terhadap kejadian atau kasus yang terjadi.43

a) Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung

terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data

benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual

penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang

dipilih peneliti.

Reduksi data meliputi: (1) meringkas data, (2) mengkode, (3)

menelusur tema, (4) membuat gugus-gugus. Caranya: seleksi ketat atas

data, ringkasan atau uraian singkat, dan menggolongkannya ke dalam

pola yang lebih luas.

b) Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif

43
Ahmad Rijali, "Analisis Data Kualitatif", Jurnal Alhadharah, Vol. 17 No. 33, (UIN Antasari
Banjarmasin, 2018), hlm. 84.
28

dapat berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik,

jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang

tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga

memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah

kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.

c) Kesimpulan atau Verifikasi Data

Kesimpulan-kesimpulan itu diverifikasi selama penelitian

berlangsung, dengan cara: (1) memikir ulang selama penulisan, (2)

tinjauan ulang catatan lapangan, (3) tinjauan kembali dan tukar pikiran

antarteman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif,

(4) upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan

dalam seperangkat data yang lain.44

I. Sistematika Penulisan

Bab pertama menjelaskan mengenai pendahuluan serta memberikan

penjelasan mengenai rah dari penelitian yang akan dilakukan dan menjabarkan

inti dari perumusan masalah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti

Metode Diskusi Antara Ustadzah dengan Peserta di Komunitas Dakwah Sekolah 7

Perempuan (S7P), mengenai penggunaan metode diskusi dalam kegiatan kelas

dakwah. Hal tersebut jugalah yang merupakan tujuan yang perlu dijawab dalam

penelitian ini. Pembatasan masalah pun diperlukan agar penelitian ini tidak terlalu

meluas dari hal yang seharusnya tidak dibahas. Manfaat dari penelitian ini turut

dijelaskan agar kedepannya hasil penelitian ini dapat bermanfaat di masa depan

baik segi praktis maupun akademik.

44
Ahmad Rijali, "Analisis Data Kualitatif", Jurnal Alhadharah, Vol. 17 No. 33, (UIN Antasari
Banjarmasin, 2018), hlm. 91-94.
29

Bab dua menguraikan tentang kajian pustaka serta pandangan secara

teoritis mengenai a) kajian dakwah, b) kajian metode dakwah c) kajian tentang

bentuk-bentuk dakwah, d) kajian tentang unsur-unsur dakwah, e) kajian tentang

dakwah digital atau virtual, f) kajian tentang metode diskusi, termasuk

didalamnya terdapat kerangka berpikir yang merupakan kerangka pembahasan

secara keseluruhan.

Bab tiga berisi penjabaran mengenai metode penulisan dalam penelitian

ini. Dalam hal ini, metode yang digunakan merupakan metode kualitatif deskriptif

yaitu metode yang menggunakan data kualitatif serta hasil dari penelitian

dijabarkan secara deskriptif dan teknik yang digunakan yaitu teknik purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu.

Bab empat, pada bab ini dideskripsikan hasil dari penelitian dan

pengamatan yang peneliti lakukan selama meneliti metode diskusi antara ustadzah

dengan peserta di komunitas dakwah Sekolah 7 Perempuan (S7P).

Bab lima, merupakan bab penutup yang merupakan pemaparan dari hasil

akhir serta kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran yang

disampaikan secara jelas dan terperinci sehingga dapat dengan mudah dipahami

oleh pihak-pihak tertentu dan dapat diterapkan dengan mudah untuk mengangkat

hal yang sama dalam penelitian bentuk pendekatan diskusi antara ustadzah dengan

peserta di komunitas dakwah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai