Anda di halaman 1dari 4

Term of Reference

Halaqah Perempuan Ulama 2020


“Jalan Dakwah di Media Sosial dan Penguatan Literasi
Pesantren”

Latar Belakang

“Membacalah untuk mengembangkan diri, bicaralah supaya didengar, menulislah agar


dipahami,dan bergeraklah untuk sebuah perubahan.”K.H Abdurrahman Wahid

Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi—khususnya internet/media online—yang


terus berkembang pesat dari waktu ke waktu telah memunculkan realitas baru di tengah
masyarakat dunia. Realitas baru tersebut adalah pasar bebas ide (free market of ideas). Di
dalamnya, semua orang berlomba memperoleh informasi sebanyak-banyaknyatentang apa saja
yang menyangkut hidup dan kehidupannya (Syah, 2012).
Bahkan, media online kini marak digunakan sebagai salah satu sumber informasi,
pembelajaran, serta alat penyebaran pesan keagamaan. Setidaknya, hal itu karena media online
memungkinkan informasi disampaikan secara cepat dan berulang-ulang dan menciptakan
“density of information” dan “density of emotion,” dua hal yang berperan penting dalam dakwah
dan gerakan sosial.
Namun, sebagai alat, media bisa digunakan sesuai keinginan pengguna, termasuk untuk
menyebar hoax, ujaran kebencian, dan radikalisme atas nama agama. Media penyebar kebencian
yang mengklaim diri berbasis Islam ini bukan saja mencoreng citra Islam sebagai agama cinta
damai dan menjunjung tinggi toleransi, tapi juga bisa merusak keharmonisan dalam berbangsa
dan bernegara.
Tak hanya itu, lewat media sosial juga perempuan terpapar radikalisme dan terorisme. Contoh
kasus Dian Yulia Novi, calon pengebom bunuh diri di Istana presiden yang pertama kali terkuak. Dian
mengaku mengalami proses indoktrinasi jihad qital melalui internet yang dilakukan oleh calon suaminya
saat itu. Kasus ini mengemuka karena pertama kalinya di Indonesia seorang istri direkrut untuk menjadi
pelaku bom bunuh diri (suicide bomber).
Karena itu, pemimpin perempuan muslim mesti menghadapi fenomena tersebut sebagai
tantangan berat sekaligus sebagai momentum yang tepat untuk mengisi ruang publik baru ini. Selain
memengaruhi persepsi dan perilaku jamaah di dunia nyata, mereka juga dapat merambah ke follower
dengan jangkauan lebih luas di dunia maya serta dengan pola-pola penyampaian pesan yang lebih
kreatif dan multimedia, dari tulisan, ceramah, infografis, hingga animasi dan sinema. Apalagi data
pengguna media sosial dari tahun ke tahun terus meningkat. Dari jumlah penduduk dunia sekitar 7,676
miliar, sebanyak 3,484 miliar adalah pengguna internet aktif (Hootsuite: 2019). Di Indonesia, dari total
264 juta jiwa penduduknya, ada sebanyak 171,17 juta jiwa atau sekitar 64,8 persen sudah terhubung ke
internet (Kompas, 2019).
Lebih dari itu, mereka dapat membentuk ikatan keagamaan dan sosial secara virtual dalam
masyarakat jejaring (networking society). Lebih-lebih untuk generasi milenial, Z, dan selanjutnya yang
memang dikenal sebagai native nitizen.

Pesantren, Perempuan Ulama, dan Media Sosial

Setidaknya, pertama, pesantren adalah lumbung informasi dan pengetahuan. Kedua,


pesantren adalah sumber etika dan keadaban. Dengan dua modal utama ini, kalangan pesantren
harus berperan aktif di media sosial, bukan hanya konsumen tapi juga harus menjadi produksi
konten positif.
Era media sosial seperti saat ini adalah momentum yang tepat bagi pesantren untuk
tampil ke permukaan dengan jangkauan yang tidak terbatas. Pesantren harus berkecimpung di
ruang publik baru ini—meminjam Habermas—arena pertarungan ide dan gagasan. Setiap
kelompok mengambil peran dalam ruang publik dan berusaha mengambil kuasa, pemenangnya
adalah ide dan gagasan yang dikelola dengan baik.
Halaqah Perempuan Ulama 2020 ini adalah sebuah ikhtiar untuk menjadi forum dan
momentum pesantren terutama para perempuan ulama sebagai representasi pesantren untuk
memperoleh skill dalam produksi konten dan narasi di media sosial, menjadi momentum masing
untuk bersinergi, dan terus menggali ide-ide baru serta pola mengelolanya dengan baik. Dari
forum ini diharapkan para perempuan ulama dari kalangan pesantren bisa merapatkan saf dan
bersiap memenangkan kerahmatan Islam di ruang publik tersebut.

Tujuan:

1. Saling menguatkan dan berbagi pengalaman untuk selanjutnya melakukan kolaborasi


lintas pesantren dan lintas media berbasis pesantren
2. Momen silaturahmi dan konsolidasi antar perempuan ulama pesantren
3. Terlibat aktif untuk menyebarkan gagasan dan narasi Islam Rahmatan Lil Alamin di
media sosial
4. Terlibat aktif melawan narasi kebencian atas nama agama

Kriteria Peserta:

1. Perempuan ulama (Nyai Muda) Pesantren


2. Aktif di media sosial
3. Memiliki kemampuan dasar menulis
4. Memiliki komitmen untuk pengikuti pelatihan sampai selesai

Coverage Area

Para peserta yang akan menghadiri Program Halaqah Perempuan Ulama 2020 ini berasal dari
perwakilan 20 pesantren di daerah Kota Semarang.

Narasumber

Para narasumber yang akan menghadiri Program Halaqah Perempuan Ulama 2020 ini
merupakan para ahli dan praktisi media Islam dan Pesantren yang telah lama bergerak di gerakan
media keislaman yang memiliki komitmen kuat menyebarkan Islam rahmatan lil alamin
Waktu dan tempat

Dengan adanya situasi Wabah Covid19, pelaksanaan Program Halaqah Perempuan Ulama 2020
ini akan diselenggarakan setelah meredanya/berakhirnya pandemik ini di Indonesia dan setelah
pemerintah pusat dan daerah memperbolehkan masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas
normal seperti sebelum wabah pandemik Covid19 ini terjadi. Kami akan menginformasikan
perkembangan kegiatan ini kepada para peserta.

Selanjutnya, tempat penyelenggaraan Program Halaqah Perempuan Ulama 2020 ini akan
dilaksanakan selama 4 hari di hotel yang akan kami tentukan.

Profil Pusat Studi Pesantren sebagai Penyelenggara Halaqah Perempuan Ulama 2020

Pusat Studi Pesantren didirikan pada tanggal 21 September 2007 oleh Achmad Ubaidillah.
Adapun tujuan didirikannya Pusat Studi Pesantren adalah:
1. Sebagai sarana komunikasi dan menumbuhkan ukhuwah di antara umat Islam, khususnya
di kalangan masyarakat pesantren di Indonesia.
2. Menumbuhkan dan menyosialisasikan pandangan dan sikap-sikap serta misi Islam yang
mencerahkan, moderat, ramah, toleran, inklusif dan modern di kalangan masyarakat.
3. Menumbuhkembangkan nilai-nilai perdamaian antar-sesama umat manusia.

Pendirian Pusat Studi Pesantren terkait erat dengan kiprah dan peran kakek buyut Achmad
Ubaidillah yakni KH Tubagus Muhammad Falak (1842-1972). Beliau adalah pendiri Pesantren
Al-Falak Pegentongan pada tahun 1901 dan dikenal sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa
Naqsyaandiyah. Beliaulah yang menjadi inspirasi besar berdirinya lembaga Pusat Studi
Pesantren.

Seiring waktu, Pusat Studi Pesantren juga terus memikirkan program-program yang menyentuh
akar rumput untuk mencapai masyarakat demokratik. Satu agenda yang diperjuangkan adalah
menjembatani kalangan pesantren untuk turut mengisi ruang publik melalui publikasi karya-
karya santri di kanal keislaman bernama Iqra.id. Media ini adalah bagian dari upaya untuk
menyuarakan moderatisme berbasis pesantren.

Program-program srategis yang telah, sedang, dan akan dilakukan Pusat Studi Pesantren
meliputi:
1. Kampanye Islam, Perdamaian, Kemanusiaan dan Demokrasi. Pusat Studi Pesantren
memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antara bangsa, budaya, agama yang memiliki
perhatian dan minat terhadap perkembangan Islam dan masyarakat muslim, khususnya
perkembangan pesantren di Indonesia. Selain itu juga mendukung kampanye Islam
moderat dan inklusif yang cinta perdamaian.
2. Diskusi, lokakarya, dan seminar yang berkaitan dengan isu-isu Islam, kemanusiaan,
perdamaian, dan demokrasi.
3. Penerbitan dan perpustakaan. Pusat Studi Pesantren mendorong tersosialisasi dan
terpublikasikannya gagasan-gagasan yang lahir dari kalangan masyarakat pesantren yang
sarat dengan prinsip, tingkah laku dan cara pandang toleran, inklusif, moderat dan aktif
melakukan tindakan nyata yang bermanfaat bagi umat.
4. Membangun database pesantren di Indonesia. Kegiatannya berupa inventarisasi dan
pendataan pesantren di Indonesia serta memperoleh deskripsi mengenai gerakan
masyarakat sipil di Indonesia berbasis pesantren. Berbagai infomasi tersebut
dikumpulkan dan disusun menjadi database yang komprehensif.
5. Pendidikan dan pelatihan. Memberi kesempatan kepada generasi muda kaum santri untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam upaya mengembangkan kapasitas diri dan
pemikiran serta pandangan keislaman yang inklusif, ramah dan cinta perdamaian. Di
samping itu kesempatan tersebut terbuka untuk kalangan lintas kultural, lintas bangsa dan
lintas agama yang memiliki pengetahuan cukup mengenai Islam untuk mengikuti
kegiatan tersebut.

Alamat:

Jalan Pagentongan No.2 Komplek Pesantren Al-Falak Loji Kota Bogor


Nara Hubung: Ala (089643915820)
Email: psp.pusatstudipesantren@gmail.com
Website: https://pusatstudipesantren.or.id/
Media Pusat Studi Pesantren: http://Iqra.id

Anda mungkin juga menyukai