DI MEDIA SOSIAL
Yunita Mardila
Jurusan Studi Agama-Agama
Fakultas Ushuluddin
yunitamardila07@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menekankan peran penting moderasi beragama
ditengah banyaknya konten di media sosial, dengan menggelokarkan peran penting
lembaga keagamaan memberi edukasi kepada pengguna media sosial, serta melalui
peran penting individu sebagai pengguna media sosial itu sendiri dalam
menyuarakan pemahaman agama yang moderat dengan mengemasnya pada
konten-konten menarik dan kreatif. Metode yang digunakan adalah dengan
mengumpulkan data dari artikel jurnal dan berita. Hasil penelitian ini menunjukan
keharminosan dalam mengaungkan program moderasi beragama bagi masyarakat
melalui media sosial, pentingnya konten moderasi dimedia sosial sejatinya berupaya
untuk menampilkan islam yang humanis, mengubah pandangan menjadi lebih luas,
dan memahami islam secara menyeluruh.
Kata kunci: Moderasi, Keharmonisan, Media sosial
Abstrack
This study aims to emphasize the important role of religious moderation amidst the
abundance of content on social media, by promoting the important role of religious
institutions in providing education to social media users, as well as through the
important role of individuals as social media users themselves in voicing moderate
religious understanding by packing it in content. -Interesting and creative content.
The method used is to collect data from journal articles and news. The results of this
study show harmony in promoting religious moderation programs for the
community through social media, the importance of moderation content on social
media actually seeks to present humanist Islam, change views to be broader, and
understand Islam as a whole.
Keywords: Moderation, Harmony, Social media
1. Pendahuluan
Lahir dan berkembangnya teknologi informasi membawa sebuah
perubahan dalam masyarakat. Dengan adanya teknologi informasi, perilaku
masyarakat mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi baik ditataran pola
pikir, pola merasa, maupun pola bertindak manusia. Perubahan atau
pergeseran pun terjadi pada beberapa aspek kehidupan manusia, misalnya
aspek budaya, etika dan norma-norma tertentu. Salah satu jenis teknologi
informasi yang mengalami perkembangan yang cukup pesat adalah media
sosial. Media sosial adalah seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru
yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang sebelumnya
tidak tersedia bagi orang awam (Brogan 2010).
Dalam mencapai kesatuan agama. Di tengah keberagaman bangsa,
potensi intoleransi beragama selalu ada dan harus dihindari. Memang akhir-
akhir ini banyak sekali potensi intoleransi di masyarakat, mulai dari situasi
yang berbasis aqidah hingga yang berlapis tujuan politik. Agama sering
dimanfaatkan untuk memanipulasi emosi orang. Akibatnya, memfasilitasi
gesekan, permusuhan, dan antagonisme di antara sesama penghuni. Internet
dan media sosial adalah dua cara termudah dan tercepat untuk memengaruhi
emosi orang saat ini.
Media sosial merupakan teknologi canggih yang berbasis komputer
untuk memfasilitasi pertukaran ide, pemikiran, dan informasi, melalui
jaringan virtual dan komunitas (Dollarhide 2019). Internet dan media sosial
menjadi sumber informasi yang banyak digunakan, terutama untuk
memantau berita. materi yang ringan, serius, dan vital, khususnya materi
religi. Meningkatnya penggunaan media sosial untuk komunikasi keagamaan
mengubah pemikiran dan praktik keagamaan masyarakat. Namun, media
sosial juga digunakan untuk tujuan ideologis lainnya, terutama terkait
dengan pertumbuhan paham keagamaan tertentu. Hal ini tidak dapat
dihindari, dan menjadi sumber masalah selanjutnya dalam kerukunan
beragama, bahkan di antara pemeluk agama Islam.
Di era revolusi keberadaan media sosial sebagai metode penyebaran
informasi dan komunikasi berperan aktif dalam mempengaruhi opini publik,
sementara tidak semua materi di media sosial sejalan dengan cita-cita
moderasi. Hal ini penting untuk ditelaah karena peran media sosial sangat
mempengaruhi pola pikir generasi muda saat ini; apa yang kita baca, dengar,
dan lihat secara otomatis akan membentuk pola pikir kita juga. Alhasil, peran
moderasi beragama menjadi penting untuk digaungkan melalui konten yang
dibingkai dalam kerukunan umat beragama di media sosial, agar pola pikir
masyarakat, khususnya generasi muda, memiliki wawasan yang luas dalam
memaknai keberagaman dan agama.
Bentuk kampanye tentang keharmonisan beragama ini perlu disuarakan
melalui berbagai informasi positif, pengguna media sosial dapat berbagi
kutipan agama yang positif, pesan perdamaian, atau pemikiran inspirasional
dari berbagai agama sehingga dapat membantu memperkuat hubungan
antaragama dan mendorong dialog yang saling menghormati. Selain
informasi positif dalam media sosial, adapun dalam menyebarluaskan
pengetahuan agama, pengguna media sosial dapat berkontribusi dengan
membagikan informasi yang akurat dan berbobot tentang agama-agama
tertentu. Oleh karena itu, penting kiranya mengupas tentang keharmonisan
moderasi di media sosial secara lebih luas.
2. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan jenis studi pustaka (library research). Studi pustaka merupakan sebuah
metode penelitian menggunakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan penelaahan terhadap literatur terkait seperti artikel jurnal, buku,
berita, maupun sumber lain terkait dengan revitalisasi syiar moderasi
beragama di media sosial (Hermawan 2019).
Moderasi Beragama
Dalam kerangka masyarakat Indonesia yang majemuk, prinsip moderasi
dalam segala aspek, termasuk agama, harus diterapkan secara tepat. Istilah
"moderat" berasal dari bahasa Arab, khususnya al-Wasathiyyah, dari akar
kata al-wasth, yang berarti "antara". Secara etimologis, moderat berarti
“menghubungkan dari dua sisi yang berlawanan di belakang”, sedangkan
secara terminologis berarti “sikap terpuji untuk menjaga seseorang agar
keluar dari pemahaman yang lurus”, dalam hal ini ekstrim kiri dan ekstrim
kanan (Zamimah, Iffati, 2018). Pemahaman ini mengarah pada kesimpulan
bahwa moderat adalah pemahaman yang berada di tengah, tidak memihak,
tetapi bertindak sebagai pemersatu antara dua kubu yang berseberangan. Ini
terinspirasi dari ide Gus Dur yang mengamati bahwa di masa lalu tidak ada
perlawanan terhadap kolonialisme Belanda yang hanya berdasarkan paham
Islam, melainkan semangat nasionalisme, yang darinya semua etnis dan
agama sepakat untuk memperjuangkan kemerdekaan. Gus Dur melihat
kenyataan ini bahwa Islam tidak bisa memaksakan kehendaknya sendiri
untuk mendirikan negara Islam, dan ini berlaku untuk semua golongan (Arif,
Syaiful, 2020). Dengan landasan ini, setiap pemeluk agama di Indonesia harus
mengambil jalan tengah middle way.
Menurut Kementerian Agama RI, dua kubu ekstrim kiri dan kanan tidak
(Widodo, Priyantoro;, and Karnawati 2019)mungkin menjadi berkah bagi
umat karena mengingkari pluralisme yang ada, sehingga penting bagi setiap
pemuka agama di semua agama mengajarkan Kitab Suci. kepada umat secara
utuh dan kontekstual tanpa menghilangkan substansi ajaran dari teks. Kitab
Suci yang dapat dipercaya (Widodo, Priyantoro; and Karnawati 2019).
Dengan demikian, harmonisasi warga negara dapat tercapai. Timbal balik
antar warga negara juga didukung oleh Alkitab, yang menyatakan dalam Injil
Yohanes 13:34-35, "Aku memberimu perintah baru, agar kamu saling
mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, kamu juga harus saling
mengasihi. ,” mengingatkan kita bahwa setiap orang, tanpa memandang asal-
usul budaya atau agama, sehingga dapat menerima kemajemukan yang ada
di Indonesia (Gea, lbelala, 2021).
Media Sosial
Media sosial merupakan sebuah media online yang beroperasi dengan
bantuan teknologi berbasis web yang membuat perubahan dalam hal
komunikasi yang dahulu hanya dapat satu arah dan berubah menjadi dua
arah atau dapat disebut sebagai dialog interaktif (Nabila et al. 2020).
Sementara media Sosial adalah alat komunikasi berbasis internet seperti
whatsapp, Instagram, facebook, google, youtube, telegram dan sebagainya,
yang digunakan secara bebas oleh masyarakat dalam mengaktualisasi diri,
mencaritahu sesuatu, memberitahukan sesuatu, termasuk membangun
hubungan dengan sesama (Purbohastuti 2017). Jadi, jika media adalah
perantara, maka media sosial adalah salah satu jenis perantara. Media sosial
telah menjadi kebutuhan utama yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
seseorang karena sangat efisien dalam berkomunikasi dan memudahkan
untuk memperoleh semua informasi yang diperlukan (Drakel, Wahyuni
Januarti, Pratiknjo, Maria Heny, Mulianti 2018).
Daftar Pustaka
(Drakel, Wahyuni Januarti;, Pratiknjo, Maria Heny;, Mulianti, Titiek. 2018. “No
Title.”
Al., Nabila et. 2020. “No Title.”
Arif, and Syaiful. 2020. “No Title.”
Brogan, C. 2010. “No Titl,” sosial media 101: Tactics and Tips to Develop Your.
Dollarhide. 2019. “No Title.”
Gea, and lbelala. 2021. “No Title.”
Hermawan. 2019. “No Title.”
Mayangsari, Dewi:, Tiara, Dinda Rizki. 2019. “No Title.”
Purbohastuti, Arum Wahyuni. 2017. “No Title.”
Rusdi, Farid. 2012. “No Title.” 2012.
Widodo, Priyantoro;, and Karnawati. 2019. “No Title.”
Zamimah, and Iffati. 2018. “No Title.”