Anda di halaman 1dari 9

Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi

Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz


Fadlan

PERKEMBANGAN PERAN MEDIA DIGITAL DALAM MENUMBUHKAN


KESADARAN AKAN MODERASI BERAGAMA TERHADAP SISWA MADRASAH
TSANAWIYAH KOTA BANDUNG 2016-2020

Adi Wibowo,Sulasman,Hafidz Fadlan


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Email : adiw32493@gmail.com

Abstract
This article will discuss thoroughly about the development of the role of digital media ini raising
awareness of religious moderation,especially for Madrasah student.Indonesia is an archipelagic
country full of differences,both in terms of ethnicity,religion,and race.Often we see these
differences actually create divisions in society,one of which is is a conflict of religious
differences.We often see there is violence against people just because of different beliefs such as
the case of church bombing in Makassar,rejection of church construction in Cilegon,and many
more.These problems must be seen from one of its roots,which is education,especially for
Madrasah student that learn more about religion.The system of education did not teach about
how do we gonna do when there is so much differences in society.We have been told to how to
act in front of people with the same group of society.Now,with the development of digital
media,it makes easier to see how many differences in this society,and how do we gonna do to pay
respect about differences,especially for a student that will be our next generations.

Keyword : Digital Media,Religion,Moderation

PENDAHULUAN

Dewasa ini di Indonesia sering kali melihat konflik-konflik yang terjadi dengan
mengatasnamakan agama,padahal agama diturunkan untuk menebar rasa cinta oleh ia yang maha
cinta.Agama sering dijadikan tameng bagi orang-orang yang sebenarnya gagal memahami
konteks dalam agama,salah satunya jika berbicara Islam,yaitu salah paham dalam mentafsirkan
ayat Al-Quran maupun Hadits.Al-Quran bukan hanya sumber hukum yang utama dalam
Islam,tapi juga bersifat membuat segala sesuatu bersanding dengannya menjadi utama.Sehingga
jika kita ingin menjadi manusia yang mulia,maka tak ada cara lain di kecuali menyandingkan diri
kita dengan Al-Quran.Dan akan lebih baik lagi jika nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran
maupun Hadits diterapkan di kehidupan sehari-hari,atau paling tidak memahaminya terlebih
dahulu.Jika hanya membacanya saja pun tidak masalah,asalkan tidak mentafsirkannya secara
sembarangan,apalagi hanya dengan bermodalkan hasil terjemahan semata.Sebab,kika hanya
membaaterjemahan resikonya bukan hanya tidak paham,juga akan salah paham.Yang bahaya
adalah saat kesalahpahaman itu mulai disuarakan ke khalayak luas,seperti media digital yang
dapat dengan mudah diakses oleh semua orang yang dimana dapat memunculkan
kesalahpahaman yang lebih luas pula terhadap ajaran Islam.Selain itu,tantangan lain dari kita

1|Historia Madania
Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi
Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz
Fadlan

umat Muslim di Indonesia adalah “virus ideologis”.Seringkali kita melihat perpecahan atas nama
ideologi.Virus ideologi yang dimaksud yaitu kesempitan berpikir dan kesempitan
hati.Kesempitan berpikir yaitu saat seseorang tidak membiasakan diri untuk mencari referensi-
referensi atau sudut pandang yang lebih luas,bertemu atau berdiskusi dengan orang-orang yang
beragam yang mengakibatkan jangkauan berpikirnya cenderung sempit yang akhirnya yang
akhirnya menghindari perbedaan karena berpikir bahwa perbedaan pasti menimbulkan
masalah,padahal perbedaan itu indah.Jika ingin menemukan kebenaran pelajarilah segala sesuatu
dari berbagai sumber,jangan dari pada satu atau dua sumber yang hanya membenarkan sudut
pandangmu saja.
Kelompok minoritas di Indonesia,terutama dalam aspek keagamaan,masih sering
dibayang-bayangi tindakan diskriminasi dan intoleransi.Isu-isu agama dan keberagaman sangat
mudah naik ke permukaan di tengah perkembangan teknologi yang semakin masif.Guna menepis
diskriminasi dan intoleransi tersebut,diperlukan peran ,diperlukan peran dari media-media untuk
memberi ruang aman dalam pemberitaan isu-isu keberagaman agar tidak menimbulkan
misintepretasi pada masyarakat yang akhirnya menimbulkan keramaian di Media Massa.”Media-
media semestinya lebih gencar memainkan peran edukasi lewat konten-konten pemberitaan yang
menghormati keberagaman dan memverifikasi berbagai hoax provokatif bernuansa agama atau
keyakinan,etnis,dan seksualitas,” ucap Direktur Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk)
Ahmad Junaidi saat membuka diskusi berrtajuk “Penguatan dan Perluasan Jurnalisme
Keberagaman di Nusa Tenggara Tenggara Barat” melalui aplikasi zoom pada Rabu
(06/10/2021).
Dari isu-isu yang ada di Indonesia yang masih terjadi hingga saat ini,dapat disimpulkan
bahwa sebagian masyarakat kita masih “gagap” akan makna toleransi dan persatuan,selain
itu,toleransi pun sering dimaknai secara subjektif,bahwa ada batasan-batasan tertentu untuk
mentolerir sesuatu.Batasan-batasan itu lah yang membuat makna toleransi menjadi
subjektif,karena setiap individu memiliki pemahaman berbada mengenai apa saja hal-hal yang
dapat ditolerir dan yang tidak.Selain itu,dengan berkembangnya media digital saat ini,isu-isu
seperti itu menjadi lebih mudah muncul ke permukaan dan memunculkan diskusi-diskusi yang
bahkan seing kali tidak menghasilkan point apapun.Beberapa masyarakat,terutama kaum
mayoritas masih banyak yang beranggapan bahwa tindakan-tindakan intoleran ada yang dapat
dibenarkan karena menanggap memang seperti itu lah ajarannya,contohnya,seperti yang
diwartakan oleh Kompas.com,kekerasan dan diskriminasi yang ditujukan kepada warga
Ahmadiyah,hanya karena Ahmadiyah dianggap aliran sesat.Walaupun demikian,kekerasan dan
diskriminasi tetap tidak dibenarkan,karena hal tersebut sudah melanggar hak asasi manusia.
Dari kasus-kasus tersebut,perlu ditarik kembali bagaimana pendidikan agama dilaksanakan di
sekolah,terutama di Madrasah yang lebih banyak mempelajari aspek-aspek keagamaan.Apalagi
sekarang media digital mempermudah akses untuk melihat beragam kasus serupa dan beragam
manusia pula

2|Historia Madania
Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi
Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz
Fadlan

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah.Metode penelitian sejarah ini
dilakukan dengan empat tahap,yaitu Heuristik (Pengumpulan sumber,berupa sumber primer dan
sumber sekunder) kritik (intern dan ekstern),intepretasi (menafsirkan fakta-fakta dan menetapkan
makna yang saling berhubungan dengan fakta yang diperoleh),dan historiografi (rekonstruksi
data dan penulisan sejarah).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Moderasi Beragama
Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbanyak didunia menjadi sorotan
penting akan moderasi Islam.Moderasi atau Islam moderat adalah paham keberagamaan yang
mengedepankan keseimbangan dalah hal keyakinan moral dan karakter sebagai ekspresi sikap
keagamaan tertentu di tengah perbedaan sosial,terutama di Indonesia yang memiliki banyak
keberagaman.Islam dan Muslim saat ini menghadapi setidaknya dua tantangan; Pertama,masih
banyak kaum muslim yang bersikap ekstream dalam menanggapi dan menyikapi teks-teks
keagamaan tanpa memahami konteksnya secara keseluruhan dan memaksakan cara tersebut di
tengah masyarakat muslim,bahkan dalam beberapa kasus seringkali menggunakan kekerasan;
Kedua, kecerungan untuk berpikir dan bertindak yang berlandaskan teks-teks keagamaan (Al-
Quran dan Hadits) yang dipahami secara tekstual,sehingga banyak kaum ini yang menerapkan
hukum-hukum atau aturan-aturan lama,dalam upayanya,mereka mengutip Hadits-Hadits di masa
lampau tanpa memahami konteks dan kondisi saat Hadits itu diturunkan,sehingga seolah-seolah
mereka hidup di era modern dengan cara berfikir generasi terdahulu.
Di kota Bandung sendiri,pemerintah sudah sering melakukan sosialisasi mengenai
penanggulangan radikalisme,terutama dalam pembahasan kali ini terhadap siswa
madarasah,dengan merilis buku pedoman penguatan moderasi beragama di lembaga
pendidikan.Penguatan moderasi beragama ini menjadi program prioritas Kementerian Agama
dibawah kepemimpinan Menag Yaqqut Colil Qoumas.Ada empat pedoman yang dirilis,yaitu
buku saku moderasi beragama bagi guru;buku modul pelatihan penguatan wawasan moderasi
bagi guru;pedoman mengintegrasikan moderasi pada mata pelajaran agama;dan buku pegangan
siswa.

Literasi Digital
Internet sudah bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat,dengan perkembangan
teknologi yang melaju sangat pesat,informasi yang tersebar pun menjadi tak terbendung,sehingga
kita perlu kebijaksanaan dalam mengelola informasi yang didapat.Bentuk dari perkembangan
teknologi ini bisa dilihat dari banyaknya platform di media digital yang dapat diakses oleh semua
orang,salah satu platform yang cukup dominan akan melimpahnya berbagai macam informasi
adalah Media sosial.Media sosial memang sudah menjadi keniscayaan masyarakat modern saat
ini.Namun di sisi lain,dampak dari media sosial pun cukup beragam,seperti hoax,penyebaran
ujaran kebencian,dan masih banyak lagi.Hoax yang berkembang saat ini banyak disebabkan oleh

3|Historia Madania
Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi
Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz
Fadlan

hal-hal yang berafiliasi dengan politik,etnis,agama,dan kelompok atau golongan tertentu


sehingga mengarah kepada kerumitan dan kekacauan.Kondisi ini seakan-akan melahirkan suatu
fenomena dimana tidak adanya perhatian terhadap kebenaran,suatu situasi dimana emosi dan
logika dianggap lebih penting dibandingkan dengan fakta dan bukti.Kebenaran seolah-olah tidak
terlihat penting karena yang penting justru justifikasi akan hal yang dianggap benar.
Pesan-pesan mengenai moderasi beragama bisa sangat mudah dijumpai di media digital.Namun
pesan-pesan tersebut haruslah disampaikan tanpa adanya unsur keberpihakan terhadap salah
satu,baik perorangan maupun individu.
Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini,kita dihadapi pada persoalan-
persialan yang rumit sebagai akibat dari derasnya arus informasi dan perubahan sosial yang
diakibatkan dari kurang tepatnya penggunaan teknologi dan informasi.Tafsir-tafsir agama yang
tersebar di media digital seringkali gagap dalam menyikapi tantangan modern seperti
ini.Teknologi bukan harus dimusuhi,tetapi dipergunakan dengan sebaik-baiknya agar mampu
menumbuhkan kemaslahatan umat secara merata.Islam dituntut untuk menerjemahkan ajarannya
terhadap realita kehidupan modern dengan memiliki kemampuan akomodatid dan kompatibel
yang tinggi dengan segala perubahan sosial masyarakat modern1
Literasi media dapat dipahami sebagai proses dalam mengakses,menganalisis secara
kritis pesan-pesan yang terdapat dalam media,kemudian menciptakan pesan menggunakan alat
media.Pengetahuan mengenai literasi media diibaratkan suntikan imunisasi dimana warga secara
mandiri mampu menghasilkan antibodi yang siap menanggulangi berbagai potensi penyakit
psikologis pada diri mereka akibat pengaruh dari konten buruk di media digital.
Kompleksitan kehidupan keberagamaan saat ini sedang menghadapi tantangan dan
perubahan yang cukup ekstream,berbeda dengan masa-masa sebelumnya karena dunia sekarang
tengah memasuki era disrupsi,sehingga dalam kehidupan keagamaan pun kita menyebutnya
dengan disrupsi beragama.2Di masa ini,pengembangan literasi beragama yang mengandung
muatan ajaran moderat sangan mendesak dilakukan untuk mengimbangi konservatisme berbasis
media digital,karena saat ini faktor-faktor yang mampu menyumbang pemahamaan keagamaan
yang sempit semakin rumit,bukan saja muncul dari lingkungan keluarga,pertemanan,atau
pelajaran di sekolah,melainkan juga yang tak terbendung adalah informasi dari media digital atau
internet.Oleh karena itu,di masa yang dikenal dengan disrupsi atau perubajan ini,setiap orang
perlu memikirkan kembali praktik keagamaaan yang selama ini dianut.Kebiasaan-kebiasaaan
lama tertantang oleh kebiasaan-kebiasaan baru sehingga kehilangan relebansinya untuk era
sekarang.
Kebutuhan masyarakat tentang pemahaman agama yang baik dan benar dibutuhkan juga
di era yang serba instant ini.Karena agama menempati posisi dan peran kuat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang multi agama,pelaksanaannya harus taat pada dasar negara dan
peraturan-peraturan yang ada.3

1
Engkos Kosasih (2019) “Literasi Media Sosial Dalam Pemasyarakatan Sikap Moderasi Beragama”
2
Lukman Hakim Saifuddin (2019) “Moderasi Beragama”hlm.89
3
Lukman Hakim Saifuddin,ibid hlm.96

4|Historia Madania
Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi
Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz
Fadlan

Literasi ini juga perlu dipelajari semenjak dibangku sekolah,terutama dalam kajian ini
yaitu terhadap siswa madrasah.Di kota Bandung sendiri,pengenalan Media digital belum terlalu
menyeluruh,contohnya di tahun 2013-2016 di Madrasah Tsanawiyah Sukamiskin.pengenalan IT
kepada siswa Madrasah pun belum merata.Hal ini dikarenakan pada masa itu,Internet dan Media
sosial belum sepopuler sekarang,bahkan gawai pada masa itu pun belum secanggih saat
ini,sehingga peran media digital dalam menumbuhkan kesadaran akan moderasi beragama
terhadap siswa madrasah,terutama di Kota Bandung belum terlalu kuat,karena memang arus
informasi belum secepat sekarang.
Pada tahun 2017-2018,perkembangan teknologi mulai terlihat,ada perubahan yang
signifikan yang nampak jelas.Internet mulai tersebar secara merata,media digital pun mulai aktif
dan siswa Madrasah sudah mulai terpapar arus informasi yang deras.Diskusi-diskusi mengenai
banyak hal,termasuk keagamaan mulai lebih banyak muncul,selain itu,rata-rata siswa Madrasah
setidaknya sudah memiliki gawai yang dapat digunakan untuk mengakses informasi-informasi
tersebut.Namun,jika literasi digital ini tidak dimunculkan sejak dini,maka siswa-siswa madrasah
akan kesulitan menyaring informasi-informasi yang ada.Kemungkinan mereka menyaring
informasi yang “sesat” tidak terhindari,seperti;radikalisme di dunia digital,ujaran kebencian yang
mengatasnamakan agama,dan tafsir-tafsir kontroversial yang kebenarannya sangat
diragukan.Siswa-siswa yang belum memiliki kebijaksanaan dalam mengolah informasi-
informasi tersebut tentu akan mudah terpapar oleh radikalisme,konservatisime,dan lain-lain.Jika
dunia digital ini tidak dikenalkan lebih awal,maka kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa
terjadi,sehingga akan memperumit isu radikalisme,intoleransi,diskriminasi,dan lain-lain.
Pada tahun 2019,Kementerian agama merilis buku tentang moderasi dalam beragama
yang berjudul “Moderasi Beragama” secara fisik dan digital.Buku ini dapat diakses di website
resmi miliik kementerian agama.Hal ini memperkuat peran media digital dalam menumbuhkan
kesadaran akan moderasi beragama.Peran guru juga cukup penting dalam mengajarkan siswa
smadarasah mengenai moderasi beragama,setidaknya guru mengarahkan siswa-siswa madrasah
yang ingin mendalami mengenai hal-hal keagamaan agar mereka tidak mentafsirkannya dengan
keliru.
Di Bandung pun hal-hal mengenai moderasi beragama ini sudah banyak
tersosialisasikan,seperti Sosialisasi penguatan Moderasi beragama oleh kemenag
Jabar,peresmian rumah moderasi beragama di kampus UIN SGD Bandung,dan lain-lain.Hal ini
dilakukan agar masyarakat terhindar dari isu-isu intoleransi,diskriminasi keberagamaan yang
masih ada di tengah masyarakat Indonesia.
Pada tahun 2020-2021,penggunaan Media digital jauh lebih massive,ini dikarenakan
pandemi yang melanda dunia,sehingga orang-orang dipaksa untuk berdiam dirumah.Hal ini
menyebabkan orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di media digital,terutama media
sosial,sehingga diskusi-diskusi yang terjadi di media digital menjadi jauh lebih aktif.Hal ini tentu
sangat berpengaruh akan penyebaran informasi mengenai moderasi beragama,dari sini bisa
dilihat bahwa seiring berjalannya waktu,peran media dalam penyebaran informasi jadi lebih
dominan,karena media digital atau internet menjadi suatu kebutuhan tersendiri di era modern ini.

5|Historia Madania
Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi
Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz
Fadlan

Penerapan Literasi Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Moderasi Beragama di


Lingkungan Madrasah
Madrasah merupakan sekolah yang berciri khas agama Islam.Kekhasan ini bukan pada
jumlah mata pelajarannya saja,tetapi juga nilai-nilai yang menjiwai proses pendidikannya yang
berorientasi pada pengalaman ajaran agama Islam yang moderat dan holistik.Madrasah juga
merupakan satuan pendidikan formal dalam binaan kementerian agama yang menyelenggarakan
pendidikan umun dan kejurusan dengan mencirikan agama Islam.Kementerian agama telah
mengantisipasi perubahan dan merespon tuntutan zaman yang selalu dinamis.Kurikulum PAI
dan bahasa Arab dibuat untuk menyiapkan siswa-siswa Madrasah agar mampu beradaptasi
dengan perubahan dan tuntutan zaman yang terus menerus berubah dan diharapkan agar siswa-
siswa memiliki kompetensi dalam memahami prinsip-prinsip agama,seperti akidah
akhlak,syariah,dan perkembangan budaya Islam.
Penerapan pembelajaran yang berbasis moderasi ini akan lebih banyak berhubungan
dengan cara-cara yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam menyampaikan materinya.Guru
atau pendidik harus putar otak bagaimana caranya materi yang disampaikan dapat mudah
dipahami dan dimengerti oleh peserta didik,dengan begitu nilai-nilai moderasi beragama bisa
tersampaikan.Secara umum,penerapan moderasi beragama ditempuh dalam tiga strategi,yaitu
• Menyisipkan muatan moderasi dalam setiap materi yang relevan,walaupun
sebenarnya nilai-nilai moderasi sudah tertanam dalam kurikulum pembelajaran di
semua jenjang pendidikan,namun penyampaiannya harus dikemas lebih kreatif
lagi agar peserta didik tertarik untuk menyimak
• Memaksimalkan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang dapat melahirkan
cara berpikir kritis,bersikap menghargai perbedaan,pendapat,gagasa,sportif,dan
bertanggung jawab.Pendekatan ini dilakukan pada saat mentransformasi
pengetahuan kepada siswa-siswa Madrasah.Hal ini dilakukan agar siswa-siswa
Madrasah memiliki kemandirian dalam berfikir,logis,dan kritis.
• Melaksanakan program,pendidikan,pelatihan dan pembekalan dengan tema
khusus moderasi beragama.Hal tersebut dapat juga dilakukan dengan
menyelenggarakan mata pelajaran atau materi khusus mengenai isu tersebut.4
Kompetensi mengenai literasi digital sangat diperlukan di era modern ini,terutama bagi
pelajar dan pengajar di Madrasah agar masyarakat madrasah memiliki sikap yang
kritis,logis,luas,dan berlandas dalam menyikapi informasi.Guru dan pelajar harus diberikan
edukasi tentang aturan dalam menerapkan literasi digital dalam kehidupan sehari-hari ditengah
masyarakat modern ini.Kebebasan pers yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi
memungkinkan masyarakat untuk memproduksi dan mengkonsumsi informasi yang bertebaran

4
Agus Kenedi (2022) “Moderasi Pendidikan Islam Melalui Gerakan Literasi Digital Di Madrasah”

6|Historia Madania
Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi
Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz
Fadlan

di Media digital.Tentu saja penyebaran arus informasi ini tidak dapat ditahan,maka dari itu
diperlukan kompetensi literasi digital agar kita secara mandiri dapat memilih dan memilih
informasi-informasi yang baik,benar,kredibel,dan bermanfaat agar mampu melahirkan generasi
yang kritis,logis,berakhlak,berpendirian teguh yang suatu saat menjadi manusia yang berkualitas.
Metode yang digunakan dalam peningkatatn literasi digital bagi guru dan murid di
Madrasah bisa dilakukan dengan pembahasan mengenai ruang media digital,seperti literasi
informasi,internet positif,seputar informsasi hoax,penyebaran ujaran kebencian,penyaringan
iniformasi dan etika dalam berinternet.
Adah beberapa hal yang perlu dilatih dalam kompetensi literasi digital yang akan
diterpakan di Madrasah,yaitu sebagai berikut :
A.) Mengakses
Tahapan awal dalam kompetensi literasi digital yang perlu diakses adalah mengakses
informasi.Para murid maupun guru membuka wawasannya mengenai teknologi yang
ada,karena bagaimanapun kita harus mampu beradaptasi,walaupun perkembangan
teknologi sangat pesat.Terutama dalam mengoperasikan gawai atau komputer,karena itu
merupakan gerbang awal untuk mengakses informasi digital.Belum selesai disitu,para
murid dan guru juga harus mampu mengoperasikan mesin pencarian seperti
Google,YouTube,Yahoo,dan lain-lain.
B.) Menyeleksi
Setelah para guru atau murid berhasil mengakses mesin pencaharian,selanjutnya adalah
kemampuan untuk menyeleksi informasi.Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kita perlu
kemandirian dalam memfilter informasi-informasi yang bertebaran di Media
digital,karena tidak semua informasi yang tersebar merupakan iformasi yang valid dan
kredibel.Para guru dan murid harus pandai menelaah mana informasi yang benar dan
mana hoax,beberapa cara yang dapat dilakukan adalah meninjau kembali sumber yang
tertera dari informasi-informasi yang didapat,selidiki siapa penulisnya,dan apakah
informasi tersebut berasal dari website yang kredibel.
C.) Mamahami
Langkah berikutnya yaitu memahami suatu informasi secara komprehensif,.Seringkali
pemahaman setiap individu terhadap satu informasi itu berbeda.Maka tingkatan guru
maupun murid dalam memahami informasi yang didapat di Media digital ini menjadi
point yang sangat penting.Saat guru dan murid berhasil memahami makna dari informasi
atau konten yang didapat,makan tidak akan salah dalam menafsirkannya,dan dapat

7|Historia Madania
Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi
Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz
Fadlan

terhindari dari informasi hoax, atau fitnah.Dalam hal ini memahami dapat diartikan
dengan mengenali algoritm atau cara teknologi mempengaruhi persepsi,kepercayaan,dan
perasaan terhadap dunia disekitar kita.
D.) Menganalisis
Menganalisis sudah menjadi kompetensi wajib dalam memfilter informasi-informasi di
Media digital,guru dan murid dapat melihatnya dari bahasa yang digunakan.Teks atau
informasi yang didapat,terutama dari Media sosial sebenarnya sudah dirancang untuk
tujuan tertentu,sehingga banyak sekali informasi yang sifatnya subjektif.Oleh karena
itu,guru dan murid harus lebih teliti dalam menelaah informasi yang didapat.
E.) Memverifikasi
Seorang guru dan murid harus mampu membandingkan konten atau informasi dengan
perspektif yang jelas.Maksudnya, dapat mengidentifikasi maksud dari konten tersebut.
F.) Mengevaluasi
Informasi-informasi yang didapat perlu dikaji ulang secara menyeluruh
kebenarannya.Guru dan murid bisa bersikap kritis terhadap informasi-informasi yang
didapat

Kesimpulan
Perkembangan peran media digital dalam menumbuhkan kesadaran akan moderasi beragama
cukup berkembang secara signifikan.Perannya cukup berpengaruh karena di era modern ini
informasi bertebaran di Media digital manapun.Selain itu,kemampuan literasi digital harus mulai
diterapkan kepada murid madrasah sejak dini,agar mereka tidak terpapar radikalisme,ujaran
kebencian,dan berita hoax yang ada di Media digital.Tidak hanya bagi murid Madrasah,para
pengajar atau guru pun harus memiliki sifat kritis,wawasan yang terbuka akan teknologi,dan
memiliki sudut pandang yang berlandaskan syariat-syariat Islam agar mampu membina murid-
murid Madrasah dalam perjalanan menempuh ilmunya.Pemerintah juga berperan aktif dalam
menumbuhkan kesadaran akan moderasi beragama,karena bagaimanapun mereka lah yang
memiliki otoritas untuk menciptakan sebuah sistem pendidikan yang akan dijalankan oleh para
siswa maupun guru.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Saifuddin, Hakim, Lukman. “Moderasi Beragama”.Kementerian Agama RI,Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,Jakarta Pusat. 2019.

8|Historia Madania
Perkembangan Peran Media Digital Dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Moderasi
Beragama Terhadap Siswa Madrasah Kota Bandung 2016-2020 | Adi Wibowo,Sulasma,Hafidz
Fadlan

Zubaedi. “Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik.” Prenada Media


Group,Jakarta. 2013

Jurnal
Kenedi,Agus, Hartati,Suci ”MODERASI PENDIDIKAN ISLAM MELALUI GERAKAN
LITERASI DIGITAL DI MADRASAH.”IAI An Nur Lampung,2020.
Fahri Mohamadm Zainuri Ahmad, “Moderasi Beragama Di Indonesia.” Kementerian
Agama,JUIN Raden Fatah Palembang,Indonesia.2019
Hefni, Wildani. “Moderasi Beragama Dalam Ruang Digital : Studi Pengarusutamaan
Moderasi Beragama Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri.” Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Jember.2020
Akhmadi, Agus. ”Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia.” Balai Diklat
Keagamaan Surabaya.2019.
AR, Samsul. “Peran Guru Agama Dalam Menanamkan Moderasi Beragama.” Sekolah
Tinggi Ilmu Bahasa Arab (STIBA) Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan. 2020.
Kosasih, Engkos. “Literasi Media Sosial Dalam Pemasyarakatan Sikap Moderasi
Beragama”. Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.2019

9|Historia Madania

Anda mungkin juga menyukai