Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ani Nurhayati Prodi/Semester : KPI/ 7

NIM : 19.02.1483 Dosen Pengampu : Arief Permadi, M.Sos

RESUME SEMINAR NASIONAL


Peluang dan Tantangan Komunikasi Islam pada Generasi Milenial

Pada Senin, 07 November 2022 Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAI
Persis Bandung mengadakan Seminar Nasional dengan tema Peluang dan Tantangan
Komunikasi Islam pada Generasi Milenial. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian
kerjasama antara Prodi KPI STAI Persis Bandung dengan Prodi S2 Manajamenen Dakwah UIN
Syarief Hidayatullah Jakarta.

Pembicara dalam seminar nasional merupakan dosen-dosen UIN Syarief Hidayatullah


Jakarta, yakni M. Fanshoby, M.Sos., Dr. M. Zen, MA., dan Dr. Hamidullah Mahmud, Lc. yang
dimoderatori oleh dosen KPI STAI Persis Bandung, yaitu Hendi Rustandi, M.Sos. M. Fanshoby,
M.Sos. memaparkan materi dengan judul Media Dakwah Masa Kini, sementara Dr. M. Zen, MA.
membawakan materi dengan judul Tantangan Dakwah Global Bagi Generasi Milenial, dan Dr.
Hamidullah Mahmud, Lc. menjelaskan Tantangan Komunikasi Dakwah Generasi Milenial.

Materi 1: Media Dakwah Masa Kini

Di era milenial, seorang da’i harus memiliki keahlian ganda, yakni berdakwah dan
menjadi konten creator. Kepandaian seorang da’i dalam membuat konten sangat mendukung
untuk meluasnya dakwah islam. Materi dakwah yang dikemas menjadi sebuah konten akan
menarik lebih banyak audience atau mad’u.

Dewasa ini, content is king but audience is everything. Selain membuat konten yang
menarik, seorang da’i juga harus mengetahui apa yang mad’u nya butuhkan. Oleh karena itu,
sebelum membuat konten, seorang da’i harus terlebih dahulu melakukan riset audience agar
konten yang dibuatnya sesuai dengan kebutuhan audience.
Dalam melakukan riset audience, setidaknya ada dua faktor yang harus diperhatikan
yakni demografi dan behavior. Faktor demografi ini meliputi jenis kelamin, umur, dan juga
pendidikan. Sementara faktor behavior meliputi fiqh, akhlak, tasawuf, dan tauhid.

Selain melakukan riset audience, seorang da’i yang juga konten creator harus mengikuti
algoritma media sosial dalam membuat konten. Hal ini dikarenakan algoritma media sosial
mengikuti kebutuhan audience. Terdapat rumus yang dapat mempermudah da’i dalam membuat
konten yang sesuai dengan kebutuhan audience, yakni Attention, Interest, Desire, dan Action
yang sering disingkat AIDA.

Sebuah konten dakwah harus dapat menarik perhatian (attention) melalui konten yang
sesuai dengan kebutuhan (interest) sehingga memunculkan keinginan untuk terus menonton
konten tersebut hingga selesai (desire) yang kemudian mendorong audience untuk melakukan
komentar, menyukai, dan membagikan konten yang dibuat (action).

Materi 2: Tantangan Dakwah Global Bagi Generasi Milenial

Tantangan dakwah global di era milenial berasal dari unsur dakwahnya sendiri, yakni
da’i dan mad’u. Masyarakat di era globalisasi memiliki sifat yang individualis, materialis,
sekuler, liberal, serta dapat dengan mudah mengakses hal-hal baru dari kemajuan teknologi. Dari
kemajuan teknologi ini dapat menyebabkan umat muslim terjerumus ke dalam kebudayaan non
muslim yang banyak dipertontonkan di media sosial. Dengan demikian, di era milenial ini
seorang da’i bukan hanya berdakwah kepada kaum non-muslim tetapi juga kepada umat muslim
agar tetap berpegang teguh dalam syari’at Islam.

Untuk menghadapi tantangan dakwah ini, seorang da’i harus menyiapkan atau
mengupgrade kemampuan soft skill yang dimilikinya. Di era milenial, seorang da’i diharapkan
tidak hanya berdakwah secara klasik melainkan menggunakan media baru atau modern
mengikuti kemajuan teknologi. Selain itu, seorang da’i juga harus menguasai Manajemen
Dakwah dan Sistem Informasi Manajemen (SIM) agar keberhasilannya dalam berdakwah
menjadi semakin optimal.
Materi 3: Tantangan Komunikasi Dakwah Generasi Milenial

Masyarakat generasi milenial memiliki ciri-ciri confident, connected, dan open to change.
Tantangan dakwah di era ini yakni, arus informasi dan budaya yang mengalir deras; banyak
tuntutan terhadap kebebasan, demokrasi, dan HAM; serta tuntutan cara-cara baru dalam
berdakwah.

Komunikasi dakwah di era milenial dapat dilakukan dengan melakukan riset dan juga E-
Dakwah. Terdapat tiga riset yang harus dilakukan seorang da’i dalam berdakwah. Pertama, riset
sosio-religi-kultural mad’u yang menghasilkan data base mad’u seperti demografi dan
behavioral. Kemudian, riset aksi dan partisipatif mad’u untuk mengatahui respon mad’u terhadap
dakwah yang disampaikan. Terakhir, riset dampak dan pengaruh aktifitas dakwah untuk
mengetahui kemauan dan keberhasilan dakwah.

E-dakwah dapat dilakukan dengan cara membuat web dakwah yang diisi dengan berbagai
informasi keislaman; melakukan penelitian, pengajaran, diskusi, dan informasi secara online
untuk kepentingan dakwah; menyediakan ruang chatt untuk dialog; serta menyediakan mesin
cari informasi (web search engine) untuk memudahkan para da’i dalam mencari informasi yang
diperlukan.

Komunikasi dakwah di era milenial memiliki beberapa esensi, yaitu dari orasi ke
transformasi, dari konversi ke sivilisai, dari da’i ke mad’u sebagai pusat dakwah, dari globalisasi
barat ke internasionalisasi islam, dari benturan budaya ke dialog antar peradaban, dan dari
kekuatan individu ke hubungan dan kerjasama internasional.

Anda mungkin juga menyukai