DAKWAH DI INDONESIA
ABSTRAK
Abstract
Da'wah is an effort to convey good values in society. There are so many good
values contained in the teachings conveyed through da'wah. These good values
are expected to become a rooted teaching and can be passed down from
generation to generation so that they are always preserved. However, da'wah
has the challenges of the times. In a time when everything is digital, the
relevance of da'wah is becoming increasingly questionable. Entering the digital
era, many platforms are used by people to find information and carry out various
activities. The presence of digital content through social media platforms is also
an attraction for people to continue to be active in exploring social media and
spending time on it. This condition is trying to be used by da'wah activists in
developing da'wah strategies so that the mission of da'wah at this time can still
be carried out and the relevance of da'wah in society can still be maintained. This
study discusses the use of social media content to become a da'wah strategy
whose application is in the context of da'wah strategy in Indonesia.
BAB 1
PENDAHULUAN
Ini pula tantangan yang harus dihadapi oleh dunia dakwah. Ketika zaman semakin
pesat berkembang dan orang-orang sudah semakin terasah nalarnya, timbullah
pertanyaan tentang bagaimana eksistensi dakwah di masa kini? Dalam artian
bagaimana dakwah akan dapat tetap relevan untuk orang-orang tetap
memperhatikannya. Dakwah Islam di era modern memiliki dua tantangan.
Pertama adalah tantangan keilmuan dakwah yang hingga sekarang belum
tampak perkembangannya yang menggembirakan. Kedua, problem atau
tantangan praksis dakwah1(Zulkarnain, 2015 :151). Namun disamping itu, dakwah
juga kini tengah bersaing untuk mendapat tempat di hati orang-orang mengingat
gencarnya perkembangan media sosial. Konten-konten media sosial yang
mencakup begitu banyak topik dan pembahasan, seakan menjadi sumber yang
tak habis untuk disimak oleh khalayak. Orang-orang seperti tak bisa melepaskan
diri dari serbuan konten-konten media sosial hingga kesehariannya akan dibanjiri
menyaksikan konten-konten yang entah mengandung lebih banyak manfaat atau
mudharatnya.
1
Zulkarnain. DAKWAH ISLAM DI ERA MODERN. Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015 :
151
Namun demikian, pegiat-pegiat dakwah juga melihat media sosial yang menjadi
platform orang-orang mencari sumber konten untuk dapat dimanfaatkan sebagai
strategi dakwah. Penelitian ini mencoba mengamati bagaimana pemanfaatan
media sosial sebagai sebuah strategi dakwah.
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang bisa diperoleh, antara lain
a. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai topik terkait
KAJIAN PUSTAKA
Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa 'Arab yakni
da'a yad'u, atau dakwah dalam bentuk isim masdar dari du'aa yang keduanya
mempunyai arti sama yaitu ajakan, seruan atau panggilan. Asal kata du'aa bisa
diartikan bermacam macam, tergantung kepada pemakainya dalam kalimat.
Misalnya: du'a dapat diartikan memanggil atau menyeru dia. Du'an lahu dengan
arti mendoa'kan dia atau baginya. Sedangkan menurut terminologi atau istilah
ada beberapa pengertian, dakwah adalah mengandung upaya menyebarluaskan
kebenaran dan mengajak orang lain untuk mempercayainya. (Mahmudin,
2004 :6) Sedangkan menurut Kustadi Suhandang, dakwah adalah bahwa manusia
diseru untuk mendakwahi orang lain untuk berbuat kebajikan melakukan amar
makruf nahi munkar berupa kontrol sosial. (Kustadi 2013 : 10)
Pengertian tentang dakwah terdapat dua istilah yaitu dakwah Islamiah atau
di’ayah Islam dan dakwah, pengertian dakwah Islamiah mengacu pada seruan
Islam atau panggilan Islam. Sedangkan pengertian dakwah mengandung arti
kewajiban sebagai kaum Muslimin untuk memanggil umat manusia dengan
melakukan dakwah Islamiah tersebut.
Awaludin Pimay menjelaskan tujuan dakwah dilihat dari obyeknya adalah sebagai
berikut:
a) Tujuan perorangan, yakni terbentuknya pribadi muslim yang memiliki iman
yang kuat dan menjalankan hukum–hukum Allah serta berakhlaq mulia.
Jamaludin Kafie mengemukakan tujuan dakwah dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
2. Strategi disusun untuK mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua
keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu,
sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat
diukur keberhasilanya. (Wina Sanjaya. 2007 : 124)
Dalam strategi dakwah, ada beberapa asas yang harus diperhatikan agar kegiatan
dakwah berjalan efektif dan tepat pada sasaran.
1. Asas Fisiologis, asas ini erat hubungannya dengan tujuantujuan yang akan
dicapai dalam aktivitas dakwah. Tujuan memiliki target-target tertentu untuk
dicapai dalam jangka waktu tertentu. Dari target-target ini kemudian
diformulasikan strategi dakwah yang jitu untuk diimplementasikan dalam
komunikasi dakwah yang konkret. Sehingga target dakwah tersebut dapat
tercapai dalam jangka waktu tertentu (singkat).
2. Asas Sosiologis, asas ini berbicara tentang masalah yang berkaitan dengan
situasi dan kondisi sasaran (obyek) dakwah.
5. Asas efektifitas dan efesiensi, maksud dari asas ini adalah dalam aktifitas
dakwah harus dapat menyeimbangkan antara waktu ataupun tenaga yang
dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Dalam merumuskan strategi dakwah
harus senantiasa memperhatikan prinsip ekonomi dakwah, misalnya dengan
biaya yang sedikit, waktu dan tenaga kerja yang minim dapat mencapai hasil yang
maksimal atau paling tidak seimbang antara keduanya. (Asmuni. 1983 : 32-33)
New media sendiri merupakan istillah yang digunakan untuk mengolah media
komunikasi yang berlatar teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
Media baru merupakan bentuk konsep media yang menggabungkan dan
mengintregasikan data, teks suara, dan gambar yang disimpan melalui format
digital yang biasa kita sebut sebagai konten, serta di distribusikan melalui
jaringan yang berbasiskan kabel optik, satelit, dan sistem transmisi microwave.
Beberapa media yang umum dianggap sebagai new media adalah internet yang
dengan begitu banyak aplikasinya, internet mampu melahirkan suatu jaringan
baru yang biasa dikenal dengan sebutan media sosial. Andreas Kaplan dan
Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai (Anang. 2016 : 142)
Sebagaimana yang diketahui, media sosial merupakan salah satu media online
dimana para pengguna dapat ikut serta dalam mencari informasi, berkomunikasi,
dan menjaring pertemanan, dengan segala fasilitas dan aplikasi yang dimilikinya
seperti Blog, Facebook, Instagram, Youtube dan Twitter. Kehadiran media sosial
telah membawa pengaruh tersendiri terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
manusia saat ini. Media baru sering di artikan secara sederhana sebagai media
interaktif yang menggunakan perangkat dasar komputer.
2. Content Communities Youtube, Instagram, & Facebook menjadi salah satu web
konten terpopuler khususnya web video sharing (berbagi video) dimana para
pengguna dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis. Di
media sosial tersebut kita dapat menggugah konten-konten video yang telah kita
buat sendiri, mempromosikan video tersebut, dan membagikanya ke masyarakat
umum.
3. Blogs and Microblogs Sekarang media untuk membuat suatu catatan atau
cerita tidak selalu harus menggunakan sebuah buku, dalam salah satu media
sosial Blog dan Twitter menjadi media sosial paling populer karena tidak
membutuhkan waktu aplikasi sederhana ini hanya cukup dengan mengupdate
status atau ceritanya di media sosial dengan sekali sentuh dan itu menjadi daya
tarik para penggunanya.
4. Social networking sites Social networking adalah sebuah media untuk kita
berbagi informasi, foto, dan video, dengan orang lain dan facebook adalah salah
satu layanan jejaring sosial paling populer antara beberapa aplikasi yang ada.
5. Virtual Game Worlds Virtual game worlds terikat diantara game online dan
media sosial, dimana simulasi berkomunikasi dalam dunia game beserta interaksi
para pemain game bisa dilakukan secara langsung di dalam permainan. Dalam
masyarakat modern seperti sekarang, manusia dengan new media semakin
dekat. Penggunaan internet baik dalam kehidupan profesional maupun dalam
kehidupan pribadi intensitasnya semakin tinggi. Internet juga menjadi bagian
penting yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari, baik di ruang kerja, publik,
maupun keluarga.
Fenomena media sosial memang menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan
dalam kehidupan masa kini. Kebutuhan akan keberagaman informasi
menunjukkan rasa ingin tahu masyarakat yang begitu besar. Keberadaan media
sosial memberikan gambaran-gambaran yang jelas bahwa dunia ini seolah-olah
tanpa ada batasan keberagaman informasi yang akan diterima oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari sehingga masyarakat akan dengan mudah
memanfaatkan keberagaman informasi yang terdapat di berbagai konten di
media sosial. Dari berbagai macam konten yang ada di dalam media sosial ada
banyak sekali konten-konten yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat digital
salah satu contohnya adalah konten video yang dimana berkaitan dengan konten
video digital vlog yang saat ini sedang disukai mahasiswa. Pada umumnya situs
berbagi video yang sangat populer di seluruh dunia saat ini adalah Youtube dan
Instagram. Tidak heran jika saat ini sebanyak 88 juta orang yang berbagi konten
videonya di Youtube dan Instagram karena populer (Imanuella.2017:2) Video
blogging atau biasa disingkat dengan vlogging merupakan suatu bentuk kegiatan
blogging yang berbeda karena media yang digunakan adalah dengan
menggunakan medium video di atas penggunaan teks audio sebagai sumber
media utama. Menurut Educause Learning Initiative, berbagai perangkat seperti
ponsel berkamera, kamera digital yang bisa merekam video atau kamera murah
yang dilengkapi dengan mikrofon merupakan modal yang mudah untuk
melakukan aktifitas vlog (Eribka .2017 :7). Pembuat konten vlog biasa dikenal
dengan sebutan vlogger. vlog pada awalnya menjadi sarana untuk
mengekspresikan diri dan berbagi pendapat kepada publik biasanya kegiatan
yang dilakukan oleh vlogger tersebut menggunakan motif-motif tertentu. Adapun
motif tersebut di latar belakangi adanya keinginan yang ingin dipenuhi oleh para
konten kreator atau yang biasa kita sebut vlogger. Kebanyakan para konten
kreator biasanya menggunakan Youtube dan Instagram, line, facebook untuk
menyalurkan hasil kreasi vlog nya tersebut. Hampir setiap hari terdapat banyak
video yang merekomendasikan konten vlog pada situs Youtube. Google Indonesia
pun mencatat, sejak tahun 2014 saat Vlog mulai booming, terdapat peningkatan
hingga 600 % video yang diunggah ke Youtube. Sedangkan menurut Global Web
Index pada tahun 2015, penonton Vlog telah mencapai 42 % total pengguna
internet. Konten vlog biasanya dibuat dari genre yang beragam, mulai dari
kategori komedi, musik, gaming, entertainment, bagaimana cara berpakaian,
kehidupan sehari-hari, wisata kuliner dan lain sebagainya. Biasanya genre yang
paling digemari pada pembuatan konten ini adalah konten yang merujuk pada
daily life karena konten ini merupakan salah satu konten yang membahas
mengenai kehidupan sehari-hari dan kegiatan-kegiatan vlogger tersebut,
sehingga kebanyakan dari mereka para penonton menyukai konten yang
diunggah para vlogger tersebut kemudian terinspirasi untuk melakukan kegiatan
yang serupa. Lalu dari situlah kita dapat mengetahui seberapa banyak penggemar
yang menyukai konten-konten dengan genre tertentu hal tersebut dapat dilihat
dari jumlah subscriber dari Youtube. Untuk vlog yang bertema daily life sendiri
dimana vlog tersebut mampu mencapai angka ratusan hingga jutaan viewers di
Youtube dan Instagram.
Menurut Budiargo Dian (2015 :47) Youtube adalah media video online dan yang
utama dari semua sosial media yang digunakan untuk mengunggah hasil dari
pembuatan konten vlog kegunaan situs ini ialah sebagai media untuk mencari,
melihat dan berbagi video yang asli ke dan dari segala penjuru dunia melalui
suatu web. Kehadiran Youtube membawa pengaruh luar biasa kepada 10
masyarakat, khususnya masyarakat yang memiliki gairah di bidang pembuatan
video, mulai dari film pendek, dokumenter, hingga video blog yang dimana
biasanya tergolong dalam golongan mahasiswa tetapi tidak memiliki lahan
“untuk mempublikasikan karyanya”. Youtube mudah dipergunakan, tidak
memerlukan biaya tinggi, dan dapat diakses dimanapun, tentunya dengan gadget
yang kompatibel. Hal itu membuat para pembuat video amatir dapat dengan
bebas mengunggah konten-konten video mereka untuk dipublikasikan. Jika video
mereka mendapat sambutan baik, jumlah viewers akan bertambah banyak dan
membuat konten vlog tersebut semakin populer. Viewers yang banyak akan
mengundang pengiklan untuk memasang iklan dalam video-video yang para
vlogger telah mereka buat selanjutnya. Senada dengan televisi, konten program
televisi yang disukai masyarakat, dalam hal ini ratingnya tinggi, akan menarik
pengiklan secara otomatis. Youtube masuk dalam kategori media sosial karena
mewadahi para kreator-kreator pembuat konten video digital untuk
membagikanya agar bisa di akses oleh orang-orang di seluruh dunia Mandibergh
mendefinisikan media sosial sebagai media yang mewadahi kerja sama di antara
pengguna yang menghasilkan konten, media sosial mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa ke
berbagai banyak orang
BAB 3
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Perkembangan dakwah di Indonesia hingga saat ini telah diwarnai oleh berbagai
macam kondisi sosial dan budaya. Terjadinya percampuran budaya (akulturasi
budaya) dan transkulturasi (tarik menarik antarbudaya) tak bisa dihindarkan
apalagi dengan hadirnya kemajuan tekonologi dan informasi. Perkembangan
teknologi komunikasi ikut membangun sebuah pola dakwah yang bisa digunakan
pada era sekarang ini.
Tantangan berdakwah di Indonesia tidak bisa dikatakan mudah. Hal ini mengingat
banyaknya suku dan etnis yang berbeda di Indonesia. Selain itu juga dikarenakan
Indonesia mengakui adanya lima agama sehingga ini menjadi kondisi yang benar-
benar harus disikapi secara bijak oleh para pendakwah.
1. Perdagangan
2. Pendidikan
3. Perkawinan
4. Tassawuf
5. Kesenian
6. Politik
Menurut laporan We Are Social, terdapat 204,7 juta pengguna internet di Tanah
Air per Januari 2022. Jumlah itu naik tipis 1,03% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada Januari 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia tercatat sebanyak
202,6 juta. Besarnya pengguna Intenet di Indonesia ini, salah satunya terjadi
karena penggunaan media sosial. Bagi masyarakat, media sosial telah menjadi
bagian dari keseharian. Berbagai urusan pun dilakukan melalui media sosial
seperti berjualan, mencari informasi, menjalin relasi, hingga belajar.
Realitas ini turut pula menjadi peluang yang dimanfaatkan para pegiat dakwah di
Indonesia untuk menjalankan misi Dakwah. Penggunaan media sosial sebagai
strategi dakwah tampak kian marak terjadi beberapa tahun belakangan ini. Tren
ini diawali dengan konten-konten tulisan yang menyeru tentang keislaman di
media sosial seperti Facebook, kemudian konten-konten tersebut bertambah
variasinya dengan hadirnya ceramah-ceramah para ustadz yang disiarkan melalui
kanal Youtube. Hingga kian beragam sesuai dengan platformnya. Media sosial
seperti Instagram, Youtube, Facebook, Twitter, dan Tiktok kini sudah ikut dibanjiri
oleh konten-konten dakwah. Menariknya fenomena ini bisa menandakan bahwa
adanya kedinamisan pegiat dakwah Indonesia dalam menjalankan strategi
Dakwahnya. Ini pula menunjukkan bahwa eksistensi dakwah di Indonesia
semakin semarak dan beriringan dengan perkembangan zaman.
- KESIMPULAN
Buku
Asmuni, Syukir, 2009, Dasar - Dasar Strategi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya .
32-33.
Eribka, Mariam, Stefi, 2017, Pengaruh Konten Vlog Dalam Youtube Terhadap
Pembentukan Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Sam Ratulangi, e-journal “ac to diurna”, hlm. 7.
Seri literasi digital, 2017, Literasi Digital Keluarga Teori dan Praktik Pendampingan
Orangtua terhadap Anak dalam Berinternet, Kominfo, hlm, 4
Seri Literasi Digital, 2017, Tips dan Informasi Gerakan #BijakBersosmed, Kominfo,
hlm, 11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), cet ke-2, h. 124.
Jurnal
Zulkarnain. DAKWAH ISLAM DI ERA MODERN. Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3,
September 2015 : 151