Anda di halaman 1dari 18

Bab II Landasan Teori

A. Baja

1 Struktur Baja

Baja adalah paduan antara besi (Fe) dan karbon (C) dengan adanya

penambahan paduan lainnya. Baja yang paling banyak digunakan sebagai hasil

akhir adalah komponen otomotif, tranformer listrik dan untuk proses manufaktur

lainnya seperti proses pembuatan lembaran besi, proses ekstrusi dan lain-lain.

Dasar pemakaian baja seiring dengan terus berkembangnya sebuah industri

otomotif dan kebutuhan masyarakat dengan kendaraan bermotor, komponen

permesinan, ban konstruksi dan bidang lainnya terutamanya didasarkan sifat

mekaniknya jika suatu logam yang sangat keras sulit dalam pembentukannya.

Kemampuan pengerasan sebuah baja memiliki rentangan yang sangat besar

sehingga dapat disesuaikan pada sifat mekanik yang sesuai dengan yang

diinginkan dari baja itu [Troxell,1998]. Pada paduan logam baja karbon rendah

yang terdiri dar besi (Fe) dan unsurunsur karbon (C), Silikon (Si), Mangan (Mn),

Phosfor (P) dan unsur-unsur lainnya.

Rahman dan Kurniawan (2022) menyebutkan diantaray tujuan terpenting

dalam sebuah pengembangan material yaitu menentukan struktur dan sifat-sifat

material optimum, agar daya tahan yang dicapai maksimum.Sifat utama baja

antara lain :
a. Kekuatan (Power) Karakteristik utama yang dimiliki oleh baja adalah

kekuatannya. Baja mempunyai kuat tarik yang sangat baik. Hal ini membuat baja

yang diberikan beban akan cenderung mengalami perubahan bentuk (deformasi).

Perubahan tersebut menyebabkan timbulnya regangan (strain) dengan besar sesuai

deformasi per satuan panjang. Sedangkan regangan menimbulkan terjadinya

tegangan (stress) di dalam baja.

b. Keuletan (Ductility) Keuletan yaitu kemampuan sebuah baja untuk

melakukan deformasi sebelum terputus. Faktor yang mempengaruhinya yaitu

regangan (strain) yang bersifat tetap sebelum baja terputus. Adapun besar keuletan

ini terhubung pada sifat yang bisa pekerjaan yang bisa dilakukan terhadap baja.

Untuk mengetahui besar keuletan baja, bisa melakukan serangkaian uji coba,

terutama pada uji tarik.

c. Kekerasan (Hardness) Kekerasan yaitu ketahanan suatu material pada

besarnya gaya yang bisa menembus pada permukaannya. Kekerasan ini

memegang pengaruh yang sangat besar terhadap kekuatan yang dimiliki oleh baja.

Uji coba terhadap kekuatan bisa dilaksanakan menggunakan metode rockwell,

ultrasonic, brinell, dan lain-lain.

d. Ketangguhan (Toughness) Ketangguhan yaitu hubungan beberapa

jumlah energi yang mampu diterima baja hingga terputus. Bila semakin kecil

ketangguhan yang dimiliki suatu baja, maka karakteristik baja tersebut akan

semakin rapuh. Baja yang tangguh akan mendukung keselamatan penggunanya.


Ketangguhan baja bisa diketahui melalui uji coba dengan memberikan pukulan

(impact) secara tibatiba.

2. Klasifikasi baja

Baja karbon atau yang di sebut carbon Steel yaitu baja yang tersusun dari

elemen-elemen yang persentase maksimum selain bajanya sebagai berikut :

1) 1.65 % Manganese

2) 0.60 % Copper

3) 1.70 % Carbon

4) 0.60 % Silicon

Carbon adalah bahan untuk menaikkan tegangan (strength) dari baja

murni. Baja di kategotikan berdasar material, yaitu dari ingot iron (baja bongkah)

tanpa carbon sama sekali, sampai cost iron (baja tuang) yang memiliki carbon

sekurang-kurangnya adalah 1.70 %. (Ir. Oentoeng, Konstruksi Baja, 1999)

3. Jenis jenis baja

1) Baja karbon rendah

Baja karbon rendah memiliki kandungan karbon 0,10% s/d 0,30%. Baja karbon

rendah ini diaplikasikan dalam pembuatan baja strip, baja batangan atau profil dan

plat baja,

2) Baja karbon menengah


Baja karbon menengah mengandung carbon antara 0,30 % s/d 0,60 C. Baja

karbon ini di gunakan sebagai keperluan alat perkakas bagian mesin. Berdasarkan

total karbon yang terdapat dalam baja ini maka baja karbon dapat di gunakan

sebagai keperluan- keperluan industry.

3) Baja karbon tinggi

Baja karbon tinggi mengandung kadar carbon antara lain 0,60 % s/d 1,7 % C dan

setiap satu ton baja karbon tinggi memiliki karbon sebesar 70 – 130 Kg. Baja ini

memiliki tegangan Tarik tinggi dan banyak digunakan untuk material

peralatan.Contoh aplikasi dari baja ini dalam pembuatan kabel baja dan kawat.

Sukma, Dkk (2011)

4) Baja paduan rendah

Baja paduan rendah di klasifikasi dan di bedakan jenis unsur paduannya. Baja

paduan rendah diklasifikasi sebagai baja karbon yang memiliki unsur paduan

seperti nikel, chromium dan molybdenum. Jumlah total unsur yang terdapat pada

paduannya mencapai 2,07 % - 2,5 % .

5) Baja paduan tinggi Baja paduan tinggi adalah baja yang memiliki kandungan

elemen paduan sebanyak lebih dari 8 %. Yang termasuk dalam baja paduan tinggi

contohnya adalah stainless steel, baja tahan aus, baja tahan panas, tool steel, dan

baja berkekuatan tinggi. (Aziz, Achmad Syaiful 2016)


B. Stainless steel

Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa

besi yang mengandung setidaknya 10.5% kromium untuk mencegah proses korosi

(pengkaratan logam). Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan

pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap krom yang

terjadi secara spontan. Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya

lapisan film oksida kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi proses

oksidasi besi (Ferum). Tentunya harus dibedakan mekanisme protective layer ini

dibandingkan baja yang dilindungi dengan coating (misal Seng dan Cadmium)

ataupun cat. [Rokhim S,1991]

Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5%

Cr. Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe.

Daya tahan Stainless Steel terhadap oksidasi yang tinggi di udara dalam suhu

lingkungan biasanya dicapai karena adanya tambahan minimal 13% (dari berat)

Krom. Krom membentuk sebuah lapisan tidak aktif , Kromium(III) Oksida

(Cr2O3) ketika bertemu Oksigen. Lapisan ini terlalu tipis untuk dilihat, sehingga

logamnya akan tetap berkilau. Logam ini menjadi tahan air dan udara, melindungi

logam yang ada di bawah lapisan tersebut. Fenomena ini disebut Passivation dan

dapat dilihat pada logam yang lain, seperti pada Alumunium dan Titanium.

Baja tahan karat termasuk dalam grup besi paduan tingkat resistensi tinggi

terhadap serangan kimia atau sifat tahan karat. Banyak diantara baja ini yang

digolongkan secara metalurgi menjadi baja tahan karat austenite baja tahan karat
ferrit, baja tahan karat martensit dan baja tahan karat tipe presipitasi. Sifat tahan

karat ini biasanya didapat dengan cara dipadukan atau dicampur dengan minimal

11 % kromium. Semakin tinggi paduan kromium dan penambahan nikel, dan

beberapa elemen lain akan membuat sifat tahan karat dari stainless steel semakin

baik. Dengan penambahan kromium ini akan menyebabkan baja bersifat tahan

karat, karena lapisan chrom menyebabkan permukaan pasif atau stabil, keadaan

ini didapat karena chrom lebih mudah teroksidasi. Besar kecilnya kandungan

chrom sangat berpengaruh sekali terhadap ketahanan korosi pada baja. Oleh

karena itu, baja tahan karat harus mengandung unsur chromium tidak kurang dari

10% serta kadar karbon yang sesuai agar sifat mekanik cukup baik. Adapun

dengan penambahan unsur nikel juga akan menyebabkan baja bersifat tahan karat

karena unsur nikel akan mengurangi berat yang hilang akibat korosi dalam asam

dan memperbaiki ketahanan korosi. Jadi baja tahan karat adalah baja paduan yang

memanfaatkan keefektifan unsur Cr dan Ni, baja tahan karat sebenarnya adalah

baja paduan dengan kadar paduan tinggi (high alloy steel) dengan sifat istemewa

yaitu tahan terhadap korosi dan temperatur tinggi. Sifat tahan korosinya di dapat

dari lapisan oksida (terutama krom) yang sangat stabil yang melekat pada

permukaan dan melindungi baja terhadap lingkungan yang korosif. Dalam deret

elektrokimia chromium merupakan logam yang kurang mulia, jika dibandingkan

dengan besi (Fe). Oleh karena itu baja yang mengandung unsur paduan chromium

akan teroiksidasi (dikenal dengan peristiwa korosi), sehingga secara teoritis akan

mengalami kerusakan dengan cepat. Tetapi tidak demikian dengan kenyataannya,

pada mulanya baja itu mengalami reaksi oksidasi chromium pada permukaan baja.
Lapisan ini sangat kuat sehingga udara sekitar tidak mampu menembus lapisan

yang mengakibatkan kontak langsung antara oksigen dan chromium tidak terjadi

lagi. Dengan sendirinya reaksi dengan oksigen akan terhenti. Lapisan oksida

chrom ini yang melindungi baja di bawahnya terhadap serangan korosi. (Gunawan

2017)

Stainless Steel memiliki beberapa keunggukan. Keuntungan baja stainless

stell antara lain:

1. Daya Tahan Korosi

Semua baja stainless mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi.

Angka-angka logam campuran yang rendah menahan korosi pada kondisi-kondisi

ruang hampa, angka-angka campuran logam yang tinggi dapat menahan korosi

pada kebanyakan asam, larutan alkalin, dan lingkungan-lingkungan yang

menghasilkan klorida , bahkan pada suhu dan tekanan yang dinaikkan

2. Daya Tahan Suhu Rendah dan Tinggi

Beberapa angka akan menahan penskalaan dan pengaturan daya yang

tinggi pada suhu-suhu yang sangat tinggi, sementara yang lain menunjukkan

pengecualian kekerasan pada suhu-suhu cryogenic.

3. Kemudahan dalam pembuatan

Mayoritas baja-baja stainless dapat dipotong, dilas, dibentuk, dimesinkan,

dan dibuat dengan mudah.


4. Daya sifat-sifat kekerasan yang dibentuk profil

Logam dengan temperature indin dari kebanyakan baja-baja stainless

dapat digunakan dalam merancang mengurangi ketebalan bahan dan mengurangi

berat dan beaya. Baja-baja stainless mungkin diperlakukan panas untuk membua

komponen.

5. Pertimbangan Estetika.

Baja-baja stainless tersedia pada kebanyakan lapisan-lapisan penutup

permukaan. Baja stainless ini diatur dengan mudah dan sederhana menghasilkan

kualitas yang tinggi, penampilannnya yang menyenangkan dan memberikan nilai

jual yang tinggi terhadap sebuah produk.

6. Sifat-sifat Higienis

Kemampuan membersihkan dari baja-baja stainless menjadikan

pilihanpilihan utama di rumah sakit,didapur dalam proses farmasi dan dalam

proses pemasakan atau pematangan suatu makanan

7. Karakteristik Jalan Kehidupan

Baja stainless adalah sebuah bahan yang pemeliharaannya rendah dan

tahan lama dan sering merupakan pilihan paling sedikit mahal dalam

perbandingan beaya jalan kehidupan.

Klasifikasi:
1. 12-14% Kromium(Cr), dimana sifat mekanik bajanya sangat tergantung

dari kandungan unsur Karbon (C).

2. Baja dengan pengerasan lanjut, 10-12% Kromium(Cr), 0.12% Karbon

(C) dengan sedikit tambahan unsur-unsur Mo, V, Nb, Ni dengan kekuatan tekanan

mencapai 927 Mpa dipergunakan untuk bilah turbin gas.

3. Baja Kromium tinggi, 17%Cr, 2,5% Ni. Memiliki ketahanan korosi

yang sangat tinggi. Dipergunakan untuk poros pompa, katup dan fitting yang

bekerja pada tekanan dan temperatur tinggi tetapi tidak cocok untuk kondisi asam.

Meskipun seluruh kategori SS didasarkan pada kandungan krom (Cr),

namun unsur paduan lainnya ditambahkan untuk memperbaiki sifat-sifat SS

sesuai aplikasinya. Kategori SS tidak halnya seperti baja lain yang didasarkan

pada persentase karbon tetapi didasarkan pada struktur metalurginya. Menurut

sifat kimia dari stainless steel lima golongan utama SS adalah Austenitic, Ferritic,

Martensitic, Duplex dan Precipitation Hardening SS

Austenitic Stainless Steel mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6%

Nikel (grade standar untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L

(dengan kadar Krom dan Nikel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%).

Molybdenum (Mo), Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi untuk

meningkatkan ketahanan terhadap temperatur serta korosi. Austenitic cocok juga

untuk aplikasi temperature rendah disebabkan unsur Nikel membuat SS tidak

menjadi rapuh pada temperatur rendah. Sifat-sifat Dasar Baja Austenitic


 Daya tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik, industri, dan

lingkungan laut.

 Kemampuan mengelas yang sangat bagus (semua proses)

 Kemampuan membentuk, kemampuan pembuatan dan sifat kenyal yang

sangat bagus

 Sifat-sifat suhu tingginya bagus dan suhu rendahnya sangat bagus

(kekerasan tinggi pada semua suhu)

 Tidak mengandung magnit (jika dikuatkan)

 Dapat dikeraskan hanya dengan dibentuk profil logam dengan

temperatur dingin (logam-logam campuran ini tidak dapat dikeraskan dengan

perlakuan panas)Pemakaian Umum

 Alat pengatur cahaya floppy disk komputer

 Per kunci keyboard komputer

 Bak cuci dapur

 Alat pemrosesan makanan

 Aplikasi kearsitekan

 Alat kimia dan tanaman


Ferritic Stainless Steel Kelompok logam campuran ini biasanya hanya

mengandung Kromium, dengan keseimbangan kebanyakan Fe. Logam-logam

campuran ini merupakan baja-baja stainless Kromium yang sederhana dengan

kandungan Kromium 10,5 – 18 % seperti grade 430 dan 409. Jenis Ferritic agak

sedikit kurang mempunyai sifat kenyal daripada jenis austenitic. Ketahanan korosi

tidak begitu istimewa dan relatif lebih sulit di fabrikasi / machining. Tetapi

kekurangan ini telah diperbaiki pada grade 434 dan 444 dan secara khusus pada

grade 3Cr12.

Sifat-sifat Dasar Baja Ferritic

 Cukup untuk peningkatan daya tahan korosi yang bagus dengan

kandungan Chromium

 Tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan selalu digunakan

dalam magnet yang dikuatkan

 Kemampuan mengelasnya sedikit

 Kemampuan membentuknya tidak sebagus austenitic

 Pemakaian Umum

 Pusat floppy disk komputer

 Trim automotive

 Alat pembuangan uap automotive


 Alat colliery  Tangki air panas

Martensitic Stainless Steel adalah jenis stainless steel yang memiliki

unsur utama Krom (masih lebih sedikit jika dibanding Ferritic SS) dan kadar

karbon relatif tinggi (0,1 – 1,2%) misal grade 410 dan 416. Grade 431 memiliki

Krom sampai 16% tetapi mikrostrukturnya masih martensitic disebabkan hanya

memiliki Nikel 2%. Merupakan baja pertama yang dikembangkan secara

komersial (sebagai cutlery). Sifat-sifat Dasar Baja Martensitic

 Daya tahan korosinya sedang

 Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan oleh karena itu tingkat

kekerasan dan daya tahannya tinggi

 Kemampuan mengelasnya kurang

 Bersifat magnetic Pemakaian Umum

 Mata pisau

 Alat–alat bedah

 Tangkai / batang

 Kumparan

 Peniti

Duplex Stainless Steel Disebut Duplex dikarenakan kandungan Nikel

tidak cukup untuk menghasilkan susunan austenitic secara penuh dan hasil
kombinasi susunan ferritic dan austenitic. Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua

angka pertama menyatakan persentase Krom dan dua angka terakhir menyatakan

persentase Nikel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan ferritic.

Duplex ferritic-austenitic memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur

relatif tinggi atau secara khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking.

Meskipun kemampuan Stress Corrosion Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS

tetapi ketangguhannya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan ferritic SS dan

lebih buruk dibanding austenitic SS. Sementara kekuatannya lebih baik dibanding

austenitic SS (yang di annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan, Duplex

SS ketahanan korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan

terhadap pitting corrosion jauh lebih baik dibanding 316. Ketangguhannya Duplex

SS akan menurun pada temperatur dibawah – 50 oC dan diatas 300 oC.

Kebanyakan baja Duplex mengandung Mo dalam jarak 2,5-4%.

Sifat-sifat Dasar Baja Duplex anrata lain

 Daya tahan yang tinggi untuk menekan keretakan korosi

 Daya tahan yang dinaikkan pada serangan ion Klorida Perenggangan dan

kuat luluh yang lebih tinggi dari baja-baja austenitic dan ferritic 13

 Kemampuan peleburan, kemampuan membentuk yang baik Pemakaian

Umum Penerapan di laut, terutama sekali pada suhu-suhu yang dinaikkan dengan

rendah (eksplorasi gas lepas pantai) Instalasi penghilangan zat garam / rasa asin

Perubah panas Instalasi petro kimia


C. Austenitic Stainless Steel 316L

Baja tahan karat merupakan kelompok baja paduan tinggi yang berdasarkan pada

sistem Fe-Cr, Fe-Cr-C, dan Fe-Cr-Ni dengan unsur paduan utama minimal 10,5%

Krom (Cr) dan Nikel (Ni) dengan sedikit unsur paduan lain seperti Molibdenum

(Mo), Tembaga (Cu) dan Mangan (Mn). Kadar kromium tersebut merupakan

kadar minimum untuk pembentukan permukaan pasif oksida yang dapat

mencegah oksidasi dan korosi . Salah satu kelompok baja tahan karat yang banyak

digunakan adalah baja tahan karat austenitik. Austenitic stainless steel memiliki

single phase, face centered cubic (fcc). Elemen yang mendukung pembentukan

austenit, paling dominan adalah nikel, yang ditambahkan ke baja dalam jumlah

yang sangat banyak (pada umumnya lebih dari 8 %wt). Elemen pendukung

lainnya adalah C, N dan Cu. Adapun range komposisi standard dari baja tahan

karat jenis ini adalah sebagai berikut : 16-25 %wt Cr, 8-20 %wt Ni, 1-2 %wt Mn,

0,5-3 %wt Si, 0,02- 0,08 %wt C (<0,04 %wt untuk grade L), 0-2 %wt Mo, 0-0,15

%wt N dan 0-0,2 %wt Ti dan Nb

Baja tahan karat austenitik mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan

dengan baja tahan karat lainnya dan dikenal secara luas dengan nama 18-8 (Cr-Ni)

steel. Baja tahan karat austenitik mempunyai sifat ketahanan korosi dan mampu

las yang lebih baik dibandingkan baja tahan karat lainnya. Temperatur servis

dapat mencapai 760 0 C bahkan lebih, tetapi ketahanan oksidasinya terbatas pada

temperatur tinggi.
D. Sputtering

Metode sputtering adalah teknologi deposisi yang memanfaatkan

tumbukan antara ion-ion berenergi tinggi dengan permukaan target yang akan

dideposisikan. Tumbukan akan menyebabkan atom-atom target terlepas dari

ikatannya dan bergerak menuju substrat akibat adanya transfer momentum selama

proses tumbukan (Purwanto dkk., 2014). Pada proses sputtering, ion

bombardment dipercepat oleh adanya plasma sheath yang berada disekitar

elektroda

Gambar 1 Skema proses sputtering yang terdiri dari (1) ion yang

dipercepat oleh katoda sheath, (2) tumbukan atom pada target, (3) atom terlontar

(Moshfegh dkk., 2003)

Secara umum sputtering berdasarkan arus yang digunakan terbagi menjadi

dua bagian yaitu sputtering DC dan RF. Pada sputtering DC arus yang digunakan

adalah arus searah sehingga yang berperan sebagai penumbuk target hanya satu
ion dan yang terdeposisi hanya pada satu elektroda. Plasma didefinisikan sebagai

gas yang diionisasikan dengan medan frekuensi radio (RF), medan DC atau

gelombang mikro didalam bejana (reaktor) yang bertekanan rendah (10-3 – 10

torr). Kemudian ion-ion yang terbentuk karena pengaruh medan listrik menuju ke

permukaan substrat yang akan dilapisi dan selanjutnya akan berdifusi ke tempat

ionisasi elektron yang mengumpul pada elektroda, sedang ion-ion positif akan

banyak berada di ruang antara anoda dan katoda (Konuma, 1992). Tegangan RF

diberikan pada elektroda, maka pada elektroda akan timbul medan listrik yang

mana medan listrik ini akan mengarahkan elektron ke anoda dan ion ke katoda.

Hal ini karena arus yang digunakan adalah arus bolak balik. Jika tegangan

dinaikkan, maka ion dan elektron akan mempunyai cukup tenaga untuk

mengionkan atom-atom yang ada di depannya (Yunanto dkk., 1996). Pada sistem

plasma terdapat anoda (elektroda positif) dan katoda (elektroda negatif). Pada

kedua elektroda ini akan timbul beda potensial yang akan mengionisasi gas

Argon. Sehingga bahan target dan substrat bisa diletakkan di antara kedua

elektroda untuk ditembaki dan dilapisi (Atmono dkk., 1999).


DAFTAR PUSTAKA

Atmono, T., W. Usada, Suryadi dan A. Purwadi. 1999. Konstruksi dan Uji

Karakteristik Sistem Rf-Sputtering untuk Preparasi Lapisan Tipis

Azwaruddin, Mohammad Rizal (2018) PERANCANGAN MESIN

PEMBUAT PANCI MENGGUNAKAN HIDROLIK. Undergraduate (S1) thesis,

University of Muhammadiyah Malang.

Davis, Troxell, dan Hauck. 1998. The Testing of Engineering

Materials.Edisi 4. Penerbit Mc Graw Hill. New York.

Konuma, M. 1992. Film Deposition by Plasma Techniques (Internal E).

New York: Springer-Verlag Berlin Heldelberg.

Moshfegh, A.Z., H.V. Kanel, S.C. Kashyap dan M. Wuttig. 2003.

Proceedings of the International Workshop on Physics and Technologi of Thin

Film.

Oentoeng. Ir., 1999, Konstruksi Baja, LPPM Universitas Petra Surabaya

Purwanto, P., Yunasfi dan S. Mustofa. 2014. Fabrikasi Lapisan Tipis C-Cr

pada Permukaan Si dengan Menggunakan Metode Sputtering, (November)

Sukma, Jonika Asmarani and Umardani, Yusuf , ST, MT (2012)

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON ST 40 DENGAN METODE

NITRIDASI DALAM LARUTAN KALIUM NITRAT. Undergraduate thesis,


Mechanical Engineering Departement, Faculty Engineering of Diponegoro

University.

Yunanto, T. Wibowo dan Suryadi. 1996. Pembuatan Sistem Plasma

Lucutan Pijar dengan Teknik Gabungan RF dan Tegangan Tinggi DC

Anda mungkin juga menyukai