Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 1

SI-2201 REKAYASA BAHAN KONSTRUKSI SIPIL

Dosen:
Dr. Eng. Aris Aryanto, S.T, M.T.

Disusun Oleh:
RR Niken Prama Anindhita 15022129

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
1. Stainless steel (cantumkan sumber/refensi yang dijadikan rujukan)

a. Jelaskan yang disebut dengan baja stainless (stainless steel).

Baja tahan karat atau stainless steel adalah campuran logam yang memiliki
ketahanan terhadap korosi dan pembentukan karat. Komponen utamanya terdiri dari
besi dan kromium, dengan setidaknya 10,5% kromium dalam komposisinya. Baja ini
juga bisa mengandung unsur lain, seperti karbon dan beragam unsur logam atau non-
logam lainnya, yang dikombinasikan secara bervariasi untuk mencapai sifat-sifat yang
diinginkan. Daya tahan stainless steel terhadap pembentukan karat berasal dari
kemampuan kromium untuk membentuk lapisan tipis oksida kromium pada
permukaan baja yang tak terlihat. Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung dan
memiliki kemampuan untuk mengalami penyembuhan dengan adanya oksigen. Selain
itu, kerusakan yang disebabkan oleh abrasi, pemotongan, atau mesin dapat dengan
mudah diperbaiki.

(https://en.wikipedia.org/wiki/Stainless_steel

https://www.assda.asn.au/stainless-steel/what-is-stainless-steel)

b. Jelaskan unsur-unsur apa saja yang penting dalam pembuatan baja stainless dan
sebutkan klasifikasi baja stainless.

Unsur-unsur dalam pembuatan baja stainless:

1). Karbon (C): Besi dicampur dengan karbon untuk membuat baja dan
memiliki efek meningkatkan kekerasan dan kekuatan besi. Besi murni tidak
dapat dikeraskan atau diperkuat dengan perlakuan panas tetapi penambahan
karbon memungkinkan berbagai kekerasan dan kekuatan. Dalam baja tahan
karat Austenitik dan Feritik, kandungan karbon yang tinggi tidak diinginkan,
terutama untuk pengelasan karena ancaman presipitasi karbida.

2). Mangan (Mn): Mangan ditambahkan ke baja untuk meningkatkan sifat


kerja panas dan meningkatkan kekuatan, ketangguhan dan kemampuan
mengeras. Mangan, seperti nikel, adalah elemen pembentuk Austenit dan telah
digunakan sebagai pengganti nikel dalam Baja Tahan Karat Austenitik Seri
AISI200, mis. AISI 202 sebagai pengganti AISI 304.

3). Kromium (Cr): Kromium ditambahkan ke baja untuk meningkatkan


ketahana terhadap oksidasi. Resistensi ini meningkat karena lebih banyak
kromium ditambahkan. Baja stainless memiliki minimal 10,5% kromium
(biasanya 11 atau 12%). Ini memberikan tingkat ketahanan korosi umum yang
sangat mencolok bila dibandingkan dengan baja dengan persentase kromium
yang lebih rendah. Ketahanan korosi disebabkan oleh pembentukan lapisan
pasif Kromium Oxide yang memperbaiki diri sendiri pada permukaan baja
tahan karat.
4). Nikel (Ni): Nikel ditambahkan dalam jumlah besar, di atas sekitar 8%, ke
baja tahan karat kromium tinggi untuk membentuk kelas baja paling penting
dari baja tahan korosi dan panas. Ini adalah baja tahan karat Austenitik, di
mana kecenderungan Nikel untuk membentuk Austenit merupakan sebab atas
ketangguhan yang besar (kekuatan tumbukan) dan kekuatan tinggi pada suhu
tinggi dan rendah. Nikel juga sangat meningkatkan ketahanan terhadap
oksidasi dan korosi.

5). Molibdenum (Mo): Molibdenum, bila ditambahkan ke baja austenitik


kromium-nikel, meningkatkan ketahanan terhadap korosi lubang dan celah
terutama di lingkungan yang mengandung klorida dan belerang.

6). Nitrogen (N): Nitrogen memiliki efek meningkatkan stabilitas Austenit dari
baja tahan karat dan, seperti dalam kasus Nikel, merupakan elemen pembentuk
Austenit. Kekuatan luluh sangat meningkat ketika nitrogen ditambahkan ke
baja tahan karat seperti halnya ketahanan terhadap korosi lubang.

7). Tembaga (Cu): Tembaga biasanya ada dalam baja tahan karat sebagai
elemen sisa. Namun, ditambahkan ke beberapa paduan untuk menghasilkan
sifat pengerasan presipitasi atau untuk meningkatkan ketahanan korosi
terutama di lingkungan air laut dan asam sulfat.

8). Titanium (Ti): Ttitanium ditambahkan untuk stabilisasi karbida terutama


ketika material akan dilas. Ini bergabung dengan karbon untuk membentuk
karbida titanium, yang cukup stabil dan sulit larut dalam baja, yang cenderung
meminimalkan terjadinya korosi antar butiran. Menambahkan sekitar 0,25 /
0,60% titanium menyebabkan karbon bergabung dengan titanium dalam
preferensi untuk kromium, mencegah pengikatan krom tahan korosi sebagai
karbida antarbutir dan hilangnya ketahanan korosi yang menyertainya pada
batas butir. Namun, penggunaan titanium secara bertahap menurun selama
beberapa tahun terakhir karena kemampuan pembuat baja untuk menghasilkan
baja tahan karat dengan kandungan karbon sangat rendah yang mudah dilas
tanpa stabilisasi.

9). Fosfor (P): Fosfor biasanya ditambahkan dengan belerang, untuk


meningkatkan kemampuan mesin. Fosfor yang ada dalam baja tahan karat
Austenitik meningkatkan kekuatan. Namun, itu memiliki efek merugikan pada
ketahanan korosi dan meningkatkan kecenderungan material untuk retak
selama pengelasan.

10). Sulfur (S): Ketika ditambahkan dalam jumlah kecil, Sulfur meningkatkan
kemampuan mesin. Namun, seperti Fosfor, ia memiliki efek merugikan pada
ketahanan korosi dan kemampuan las.

11). Selenium (Se): Selenium sebelumnya digunakan sebagai tambahan untuk


meningkatkan kemampuan mesin.
12). Niobium / Colombium (Nb): Niobium ditambahkan ke baja untuk
menstabilkan karbon, dan, dengan demikian, bekerja dengan cara yang sama
seperti yang dijelaskan untuk Titanium. Niobium juga memiliki efek
memperkuat baja dan paduan untuk layanan suhu tinggi.

13). SiIicon (Si): Silikon digunakan sebagai agen deoksidasi (pembunuh)


dalam peleburan baja dan akibatnya sebagian besar baja mengandung sebagian
kecil Silikon.

14). Cobalt (Co): Cobalt menjadi sangat radioaktif ketika terkena radiasi
intens dari reaktor nuklir, dan, sebagai akibatnya, setiap baja tahan karat yang
digunakan dalam layanan nuklir akan memiliki batasan Cobalt, biasanya
maksimum sekitar 0,2%. Masalah ini ditekankan karena biasanya ada
kandungan Kobalt sisa dalam Nikel yang digunakan dalam memproduksi baja
tahan karat Austenitik.

15). Kalsium (Ca): Penambahan kecil digunakan untuk meningkatkan


kemampuan mesin, tanpa efek merugikan pada sifat lain yang disebabkan oleh
Sulfur, Fosfor, dan Selenium

(https://www.aalco.co.uk/datasheets/Stainless-Steel-Alloying-Elements-in-
Stainless-Steel_98.ashx)

Klasifikasi baja stainless:

1). 12-14% Kromium(Cr), dimana sifat mekanik bajanya sangat tergantung


dari kandungan unsur Karbon (C).

2). Baja dengan pengerasan lanjut, 10-12% Kromium(Cr), 0,12% Karbon (C)
dengan sedikit tambahan unsur-unsur Mo, V, Nb, Ni dengan kekuatan tekanan
mencapai 927 Mpa dipergunakan salah satunya untuk bilah turbin gas.

3). Baja Kromium tinggi, 17%Cr, 2,5% Ni. Memiliki ketahanan korosi yang
sangat tinggi. Dipergunakan untuk poros pompa, katup dan fitting yang
bekerja pada tekanan dan temperatur tinggi tetapi tidak cocok untuk kondisi
asam.

Jenis baja stainless:

1). Austenitic Stainless Steel

Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Krom dan 6% Nikel (grade standar


untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic SS seperti 904L (dengan kadar
Krom dan Nikel lebih tinggi serta unsur tambahan Mo sampai 6%).
Molybdenum (Mo), Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi untuk
meningkatkan ketahanan terhadap temperatur serta korosi. Austenitic cocok
juga untuk aplikasi temperature rendah disebabkan unsur Nikel membuat SS
tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah.
Sifat-sifat Dasar Baja Austenitic:

• Daya tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik, industri, dan
lingkungan laut.

• Kemampuan mengelas yang sangat bagus (semua proses)

• Kemampuan membentuk, kemampuan pembuatan dan sifat kenyal yang


sangat bagus

• Sifat-sifat suhu tingginya bagus dan suhu rendahnya sangat bagus (kekerasan
tinggi pada semua suhu)

• Tidak mengandung magnit (jika dikuatkan)

• Dapat dikeraskan hanya dengan dibentuk profil logam dengan temperature


dingin (logam-logam campuran ini tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan
panas)

2). Ferritic Stainless Steel

Kelompok logam campuran ini biasanya hanya mengandung Kromium,


dengan keseimbangan kebanyakan Fe. Logam-logam campuran ini merupakan
baja-baja stainless Kromium yang sederhana dengan kandungan Kromium
10,5 – 18% seperti grade 430 dan 409. Jenis Ferritic agak sedikit kurang
mempunyai sifat kenyal daripada jenis austenitic. Ketahanan korosi tidak
begitu istimewa dan relatif lebih sulit di fabrikasi / machining. Tetapi
kekurangan ini telah diperbaiki pada grade 434 dan 444 dan secara khusus
pada grade 3Cr12.

Sifat-sifat Dasar Baja Ferritic:

• Cukup untuk peningkatan daya tahan korosi yang bagus dengan kandungan
Chromium

• Tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan selalu digunakan dalam
magnet yang dikuatkan

• Kemampuan mengelasnya sedikit

• Kemampuan membentuknya tidak sebagus austenitic

3). Martenisitic Stainless Steel

SS jenis ini memiliki unsur utama kromium (masih lebih sedikit jika
disbanding Ferritic SS) dan kadar karbon relatif tinggi (0,1 – 1,2%) misal
grade 410 dan 416. Grade 431 memiliki Krom sampai 16% tetapi
mikrostrukturnya masih martensitic disebabkan hanya memiliki Nikel 2%.
Merupakan baja pertama yang dikembangkan secara komersial (sebagai
cutlery).

Sifat-sifat Dasar Baja Martensitic:

• Daya tahan korosinya sedang

• Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan oleh karena itu tingkat
kekerasan dan daya tahannya tinggi

• Kemampuan mengelasnya kurang

• Bersifat magnetik

4). Duplex Stainless Steel

Disebut Duplex dikarenakan kandungan Nikel tidak cukup untuk


menghasilkan susunan austenitic secara penuh dan hasil kombinasi susunan
ferritic dan austenitic. Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua angka pertama
menyatakan persentase Krom dan dua angka terakhir menyatakan persentase
Nikel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan ferritic. Duplex
ferritic-austenitic memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif
tinggi atau secara khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun
kemampuan Stress Corrosion Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS tetapi
ketangguhannya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan ferritic SS dan lebih
buruk dibanding austenitic SS. Sementara kekuatannya lebih baik disbanding
austenitic SS (yang di annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan,
Duplex SS ketahanan korosinya sedikit lebih baik dibanding 304 dan 316
tetapi ketahanan terhadap pitting corrosion jauh lebih baik dibanding 316.
Ketangguhannya Duplex SS akan menurun pada temperatur dibawah – 50oC
dan diatas 300oC. Kebanyakan baja Duplex mengandung Mo dalam jarak 2,5-
4%.

Sifat-sifat Dasar Baja Duplex:

• Daya tahan yang tinggi untuk menekan keretakan korosi

• Daya tahan yang dinaikkan pada serangan ion Klorida Perenggangan dan
kuat luluh yang lebih tinggi dari baja-baja austenitic dan ferritic

• Kemampuan peleburan, kemampuan membentuk yang baik

(https://eprints.umm.ac.id/44887/3/BAB%20II.pdf)

c. Jelaskan fungsi atau kegunaan material baja stainless.

1). Otomotif dan Transportasi


Baja stainless pertama kali digunakan pada tahun 1930an oleh Ford untuk
manufaktur konsep mobil Ford. Sejak saat itu, baja stainless digunakan untuk
berbagai bagian otomotif seperti exhaust system, kisi-kisi, dan trim. Sistem
pembuangan, kisi-kisi, dan trim. Dengan kemajuan teknologi, stainless steel
sedang disukai oleh produsen untuk membuat komponen struktural. Selain itu,
baja stainless juga digunakan seperti pengangkutan untuk membuat container
pengiriman, tanker jalan, dan kendaraan sampah. Ketahanannya terhadap
korosi membuatnya ideal untuk mengangkut bahan kimia, cairan, dan produk
makanan. Perawatan baja tahan karat yang rendah juga membuatnya menjadi
logam yang mudah dan hemat biaya untuk dibersihkan dan dipertahankan.

2). Teknologi Medis

Baja tahan karat baik untuk digunakan dalam lingkungan yang bersih dan
steril karena mudah dibersihkan dan tidak mudah menimbulkan korosi. Baja
stainless digunakan dalam produksi berbagai peralatan medis, termasuk
instrumen bedah dan gigi. Selain itu, baja stainless juga digunakan dalam
membangun meja operasi, piring ginjal, pemindai MRI, kanula, dan sterilisasi
uap. Kebanyakan implan bedah, seperti sendi pengganti dan pinggul buatan
terbuat dari baja tahan karat, serta beberapa peralatan penyambung seperti pin
dan pelat baja tahan karat untuk memperbaiki tulang yang patah.

3). Bangunan dan konstruksi

Karena kekuatan, ketahanan, dan fleksibilitasnya, baja stainless menjadi


elemen penting dalam bangunan. Biasanya baja stainless digunakan di interior
pada countertop, backsplash, dan pegangan tangan, dan juga digunakan secara
eksternal di kelongsong untuk bangunan berdampak tinggi. Dalam arsitektur
modern, baja stainless menjadi fitur umum karena kemampuan lasnya,
perawatan yang mudah dan hasil akhir yang menarik, yang digunakan di
Terminal Eurostar di London dan Jembatan Helix di Singapura. Seiring
berjalannya waktu dimana sustainable building makin disuarakan, baja
stainless, yang merupakan logam yang sangat dapat didaur ulang, menjadi
semakin disukai untuk digunakan dalam konstruksi. Dengan hasil akhir yang
dipoles atau berbutir, baja stainless memiliki sifat estetis dan dapat membantu
meningkatkan pencahayaan alami di dalam bangunan.

4). Konstruksi pesawat

Industri penerbangan memiliki preferensi untuk baja stainless, salah satunya


digunakan dalam rangka pesawat karena kekuatan dan kemampuannya untuk
menahan suhu ekstrem. Baja stainless juga dapat diterapkan pada mesin jet
karena dapat membantu mencegah karatnya. Baja stainless juga merupakan
bagian penting dari roda pendarat. Kekuatan dan kekakuannya dapat menahan
berat pesawat yang mendarat.
5). Industri makanan dan katering

Dalam industri makanan dan katering, baja stainless digunakan untuk


membuat aksesoris dapur, peralatan masak, dan peralatan makan. Perkakas
seperti pisau dibuat menggunakan baja tahan karat yang kurang ulet. Jenis baja
stainless yang lebih daktil digunakan untuk membuat panggangan, kompor,
panci, dan bak cuci. Baja stainless juga dapat digunakan dalam freezer, mesin
pencuci piring, lemari es, dan countertop. Dalam produksi makanan, baja
stainless sangat ideal untuk digunakan karena tidak mempengaruhi rasa
makanan, dengan sifatnya yang tahan korosi, dan mampu menahan minuman
asam seperti jus jeruk. Kemudahan membersihkan baja stainless juga
membuat bakteri sulit untuk menetap sehingga dapat digunakan juga dalam
penyimpanan makanan.

(https://www.thyssenkrupp-materials.co.uk/properties-of-stainless-steel)

2. Diketahui Iron-carbide phase diagram seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Jika diketahui kandungan karbon (C0) sebesar 3%.

a. Pada temperatur 1147oC, tentukan fasa, komposisi kimia pada fasa dan berat fraksi
fasa.

 Fasa
𝛾 (Austenite)

F e 3 C (Cementite)

 Komposisi kimia

𝐶0 = 3 wt% C

𝐶𝛾 = 0,76 wt% C
C F e C = 6,67 wt% C
2

• Berat fraksi fasa

𝑊𝛾 = 1

b. Pada temperatur 726oC, tentukan fasa, komposisi kimia pada fasa dan berat fraksi
fasa

• Fasa

𝛼 (Ferrite)

F e 3 C (Cementite)

• Komposisi kimia

𝐶0 = 3 wt% C

C F e C = 6,67 wt% C
2

𝐶𝛼 = 0,022 wt% C

• Berat fraksi fasa

C F e C −C 0 6 , 67−3
W α= 2
= =0,552
C F e C −Cα
2
6 , 67−0,022

C 0−C α 3−0,022
W F e C= = =0,44795
2
C F e C −C α 6 , 67−0,022
2

Cara lain mencari 𝑊𝛼:

W , 0870 ada gambar di bawahini . F e C = 1 − 𝑊𝛼 = 1 - 0,552 = 0,552


2

3. Diketahui suatu paduan metal, tegangan saat deformasi plastis dimulai adalah 250
MPa, dan modulus elastisitasnya adalah 115 GPa.
a. Berapakah beban maksimum yang dapat diberikan pada benda uji dengan luas
penampang 325 mm2 tanpa deformasi plastis?
Diketahui:

𝜎𝑦 = 250 MPa

𝐸 = 115 GPa

𝐴 = 325 mm2

Ditanya: Beban maksimum tanpa deformasi plastis (𝐹)


F
σ y=
A

F=σ y . A

F=250 MPa.325mm2

F=¿ 81250N

F=81 , 25 kN

Beban maksimum yang dapat ditahan benda uji tanpa deformasi plastis adalah 81,25
kN

b. Jika panjang spesimen asli adalah 120 mm, berapa panjang maksimum yang dapat
diregangkan tanpa menyebabkan deformasi plastis?

Diketahui informasi baru:

𝐿0 = 120 mm

Dengan rumus:

σy
E=
ϵy

∆ L σy
=
L0 E

σy
∆ L= . L …(1)
E 0

Substitusi persamaan 1 ke persamaan berikut.

𝐿 = 𝐿0 + ∆𝐿

σy
𝐿 = 𝐿0 + .L
E 0

250 MPa
L=120 mm+ .120 mm
150000 Mpa

L=120 , 2 mm

Panjang maksimum benda uji yang dapat diregangkan tanpa menyebabkan

deformasi plastis adalah 120,2 mm


4. Specimen baja yang diuji tarik dengan dimensi lebar 25 mm dan tebal 6 mm di daerah

lokasi uji. Dengan memonitor data beban dari mesin uji diperoleh specimen leleh
pada

beban 50 kN dan putus pada 79 kN.

a. Tentukan tegangan saat leleh dan fraktur (putus).

Diketahui:

𝑙 = 25 𝑚𝑚

ℎ = 6 𝑚𝑚

𝐹𝑦 = 50 𝑘𝑁

𝐹𝑓 = 79 𝑘𝑁

Dengan rumus:

Fy
σ y=
A

50 kN
σ y=
25 mm.6 mm

σ y =333 , 33 MPa

Tegangan fraktur:

Ff
σ f=
A

79 kN
σ f=
25 mm . 6 mm

σ f =525 ,67 MPa

b. Berapa pertambahan panjang saat 60% leleh jika panjang yang diuji 100 mm.
Dipakai modulus elastisitas baja dari referensi, yaitu 𝐸 = 200.000 𝑀𝑃𝑎

Dengan rumus:

σ
E=
ε

σ
ε=
E
∆L σ
=
L0 E

σ
∆ L= .L
E 0

333 , 33 MPa . 0 ,6
∆ L= .100 mm
150000 MPa

∆ L=0,133 mm

5. Baja dengan diameter 12.8 mm dan panjang gauge (panjang uji) sebesar 50,8 mm
yang diuji tarik. Gunakan data beban-elongasi ditunjukkan pada tabel dibawah.

Dengan menggunakan program Excel, tentukan hal berikut:


a. Gambarkan kurva hubungan regangan-tegangan

b. Tentukan modulus elasitisnya dengan pendekatan yang tepat (Tunjukkan


gambar/sketsanya).
Dengan metode regresi linear, digunakan kurva tegangan dan regangan dari grafik
berikut lalu dicari regresi linearnya.
Dari hasil regresi linear grafik diatas, didapatkan persamaan regresi yang sangat
akurat, diperoleh persamaan:
y=59210 x
Bentuk persamaan tersebut serupa dengan persamaan modulus elastis, yaitu:
σ
E=
ε
σ =Eε
Didapatkan modulus elastis dari gradient grafik tegangan dan regangan, yaitu
E=59210 MPa
c. Tentukan Kuat leleh.
Dengan menggunakan metode offset 0,2% dari regangan, kita cari tegangan offset
dengan mengalikan strain dari data dengan modulus elastisitas yang didapat dari soal
a. Setelah itu, nilai regangan dan tegangan offset diplot pada grafik yang sama dengan
grafik tegangan dan regangan biasa, kemudian kita lihat perpotongan antara kedua
grafik. Nilai pada perpotongan tersebut merupakan perkiraan kuat leleh benda uji.
kurva baja
400
350
300
Tegangan (MPa)

250 Tegangan
200 offset
Tegangan
150 offset
100
50
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Regangan

Dari grafik tersebut, diperkirakan kuat leleh senilai:


σ y ≈ 298,097 MPa
d. Tentukan kuat tarik dan regangan maksimum.
Dengan mencari nilai maksimum dari perhitungan tegangan data, didapatkan besar
kuat tarik:
σ UTS=¿ 369,1327324 MPa
Nilai maksimum didapatkan dari regangan maksimum:
ε maks=ε fracture =236,24495 MPa
e. Tentukan perkiraan nilai daktilitas dalam persen elongasi
Daktilitas merupakan parameter yang mengukur sejauh mana material dapat
mengalami pepanjangan sebelum mengalami kegagalan.
L−L0
Daktilitas(%) = .100 %
L0
59 ,1−50 ,8
(%) = .100 %
50 , 8
(%) = 16,3386%
6. Berdasarkan data uji pada soal No.5, Buatlah kurva tegangan-regangan dengan
menggunakan persamaan Ramberg-Osgood (gunakan program Excel). Bandingkan
hasilnya dengan hasil pengukuran dan berikan komentar/penjelasan.
Diketahui persamaan Ramberg-Osgood sebagai berikut:
2
σ σ
ε = + 0,002( )
E σy
Dengan keterangan:
𝜎 = Tegangan (MPa)
𝜎𝑦 = Tegangan leleh (MPa)
𝐸 = Modulus elastisitas (MPa)
𝜀 = Regangan
𝑛 = Parameter Ramberg-Osgood (strain hardening exponent) biasanya digunakan nilai
5 atau lebih, menyesuaikan dengan grafik.
Dengan menginput data yang diketahui, didapat persamaan sebagai berikut:
σ
ε= +0,002 ¿
59210
Dengan mengambil nilai n = 16 (menyesuaikan dengan bentuk grafik data), diperoleh
grafik seperti berikut:
400

350

300

250
Tegngan (MPa)

200
kurva regangan dan tegangan
150 kurva Ramberd Osgood

100

50

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Regangan

Terlihat bahwa kurva Ramberg-Osgood berbeda dengan hasil grafik data. Perbedaan
yang jelasnya mulai tampak setelah melewati daerah elastis. Kurva data cenderung
melengkung kebawah dan fraktur pada suatu titik, sedangkan kurva Ramberg-Osgood
selalu naik. Hal ini disebabkan oleh ketika bahan uji ditarik terus, setelah melewati
tegangan ultimate, bahan uji terus memanjang namun dengan menurunkan luas
(

Anda mungkin juga menyukai