Anda di halaman 1dari 68

Material teknik

Dr. Lilik Dwi Setyana, S.T., M.T


Material Teknik
1. Klasifikasi Material
2. Baja Karbon
3. Besi Cor
4. Baja Paduan, Stainless Steel
5. Aluminium
6. Perlakuan Panas Baja Karbon
7. Pengujian Material
8. Analisa Kegagalan
Klasifikasi Material Baja Karbon
FERRO Baja Paduan
Besi Cor, dll
LOGAM
Aluminium
NON Tembaga
FERRO Nikel
MATERIAL Emas, dll
KERAMIK
NON
KOMPOSIT
LOGAM
POLIMER
Logam adalah unsur kimia yang secara umum memiliki sifat
kuat, keras, liat, merupakan penghantar panas dan listrik,
serta mempunyai titik lebur tinggi
Logam Ferro
Fe murni lunak dan tidak kuat sebagai bahan kerja (spare
part) ataupun bahan konstruksi (jembatan, kendaraan, dll).
Fe  selalu dicampur dengan unsur lain untuk perbaikan
sifat mekanik.
Fe + C (sd 2%)  Baja Karbon
Fe + C (2 sd 6,67 %)  Besi Cor
Fe + Mn,Cr, Mg, .....  Baja Paduan
BAJA KARBON
Baja karbon logam paduan besi (Fe) + karbon
(C) dengan prosentase hingga 2,1%, selain
unsur lain seperti Si 0.20-0.70%, Mn 0.50-
1.00%, P < 0.60% dan S < 0.06%.

Karbon (C)  unsur kimia pokok yang


menentukan sifat baja. Semakin tinggi kadar
karbon didalam baja, semakin keras dan tinggi
kekuatan tarik namun keuletan menurun
Klasifikasi Baja Karbon
1. Baja Karbon Rendah (mild steel)
 Kandungan karbon : 0,05 s.d 0,3 % C
 Sifat : Lunak, ulet, mudah ditempa, mudah
dimesin, mudah dirol
 Aplikasi :
Besi plat, strip, siku, dan Besi beton (0,05 s.d 0,2%C)
Mur, Baut, Paku keling ,Baja tempa (0,2 s.d 0,3 %C)
2. Baja Karbon Sedang (Medium Carbon Steel)
 Kandungan karbon : 0,3 s.d 0,6 %C
 Sifat : Kuat, Ulet, mudah di mesin, keras
 Aplikasi :
Pipa, Kawat, Baja tempa (0,3 s.d 0,5 %C)
Tambang baja, Kepala martil (0,5 s.d 0,6 %C)
3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)
 Kandungan karbon : 0,6 s.d 1,5 %C
 Sifat : Keras, getas, sulit dimesin, sulit ditempa
 Penggunaan:
Pegas, mata pahat kayu, gergaji kayu, tap, snei,
poros, gergaji besi, dll
Diagram Fasa Baja Karbon

Diagram Fasa 
Diagram
kesetimbangan
yang
menghubungkan
antara temperatur,
kandungan karbon
dan fasa
Transformasi Fasa
Baja Hypoeutectoid (< 0,8%C)
Titik c Pemanasan hingga
temp austenit (γ)
Titik d tumbuh α dibatas
butir
Titik e α membesar (tumbuh)
Titik f γ bertransformasi
menjadi α +Fe3C (perlit)
Baja eutectoid (0,8%C)
Titik a Pemanasan hingga
temp austenit (γ)
Titik bγ bertransformasi
menjadi α +Fe3C (perlit)
Baja Hypereutectoid (> 0,8%C)
Titik g Pemanasan hingga
temp austenit (γ)
Titik h tumbuh Fe3C
(sementit) dibatas butir
Titik iγ bertransformasi
menjadi α +Fe3C (perlit)
Baja, 0,38%C Fe3C-proeutektoid (sementit proeutektoid)

Baja, 1,4%C
α-proeutektoid(ferit) α + Fe3C (perlit)
BESI COR
BESI COR (CAST IRON)

Paduan Fe dengan C dimana %C > 2.14% ;


(umumnya 3%C)

A. Besi Cor Putih (White Cast Iron)

B. Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

C. Besi Cor Nodular (Nodular Cast Iron)

D. Besi Cor Malleable (Malleable Cast Iron)


BESI COR PUTIH

Cara Pembuatan:
 Dari diagram fasa Fe-C pada
komposisi 3%C dengan pendinginan
cepat

Karakteristik:
 Kandungan Si < 1%
 Struktur mikro terdiri perlit + sementit
(Fe3C), matriknya sementit
 Permukaan patahan berwarna putih
 Sangat keras dan getas
 Tidak mampu dimesin
 Tahan aus
 Tahan korosi
BESI COR PUTIH
BESI COR PUTIH

Aplikasi besi cor putih:


 Bahan rol
 Bahan untuk membuat besi cor
malleable
BESI COR KELABU

Cara Pembuatan:
 Dari diagram fasa, besi cor kelabu diperoleh
melalui proses pendinginan yang sangat
lambat (super lambat), sehingga terjadi
dekomposisi sementit (jarang dilakukan)

Fe3C  Fe(α) + C bebas (grafit)

 Menambahkan Si > 2% ke dalam besi cor


putih (paling banyak dilakukan)
Si mudah larut dalam Fe daripada C dalam
Fe; sehingga C-nya bebas
 terbentuk C bebas (grafit)
BESI COR KELABU

Karakteristik:
 Struktur mikro terdiri ferit + perlit + C
bebas (grafit, berbentuk “flakes/serpih”);
matriknya ferit atau perlit
 Permukaan patahan berwarna kelabu
 Sifat mekanik lemah dan getas ketika
menerima beban tarik (grafit serpih dan
tajam pada ujungnya); kuat dan ulet jika
menerima beban tekan
 Penyusutan rendah
 Mampu meredam getaran
 Mampu menyimpan panas
 Tidak mudah aus
BESI COR KELABU
BESI COR KELABU
BESI COR KELABU

Aplikasi besi cor kelabu:


 Struktur dasar dari mesin-mesin
 Bodi mesin perkakas
 Blok silinder, tutup silinder, rumah
engkol, tromol rem
BESI COR NODULAR

Cara Pembuatan:
 Menambahkan Mg atau Ce ke dalam besi
cor kelabu pada saat proses pengecoran.
Fungsi Mg/Ce : membulatkan grafit

Karakteristik:
 Struktur mikro:
 Perlit+grafit  pendinginan moderate
 Ferit+grafit  pendinginan lambat
 Lebih kuat dan ulet daripada besi cor kelabu
 Sifat mekaniknya mirip baja
BESI COR NODULAR
BESI COR NODULAR

Aplikasi besi cor nodular:


 Valve (katup)
 Bodi pompa
 Crankshaft (poros engkol)
BESI COR MAMPU TEMPA

Cara Pembuatan:
 Pemanasan besi cor putih pada 800-
900°C selama waktu yang lama dan di
dalam atmosfir netral

 Pemanasan besi cor putih pada 700°C


selama 30 jam
BESI COR MAMPU TEMPA
BESI COR MAMPU TEMPA

Karakteristik:
 Struktur mikro:
 Perlit+grafit  pendinginan cepat
 Ferit+grafit  pendinginan lambat
 Kekuatan relatif tinggi
 Ulet dan dapat ditempa

Aplikasi besi cor mampu tempa:


 Connecting rod
 Pipe fitting
VARIASI LAJU PENDINGINAN PADA BESI COR
Komposisi kimia besi cor
Efek unsur paduan pada besi cor

Si:
 Ditambahkan 1-4% untuk menaikkan
jumlah under-cooling yang diperlukan
untuk pembentukan sementit dan
meningkatkan pembentukan grafit selama
solidifikasi
 Meningkatkan fluiditas
 Sebagai agen penggrafitan
 Mengontrol laju pendinginan untuk
dekomposisi sementit
 Meningkatkan presipitasi grafit sekunder
pada grafit primer selama transformasi
eutektoid yang menghasilkan daerah luas
ferit (“free ferrite”) di sekitar grafit
Efek unsur paduan pada besi cor

S:
 Menurunkan fluiditas

Mn:
 Carbide stabilizer

Cr:
 Meningkatkan ketahanan korosi
STANDAR NOTASI BESI COR

 Standar Jepang (JIS)


 FC25: besi cor kelabu kekuatan
tarik minimum 25 kg/mm2
 FCD: besi cor nodular

 Standar Jerman (DIN)


 GG25 = FC25
 GGG = FCD
Baja Paduan
BAJA PADUAN

Baja dengan sifat fisik dan mekanik ditentukan oleh unsur


paduan selain karbon. Penambahan unsur paduan untuk
mendapatkan sifat sesuai keinginan

Unsur paduan  Mn, Cr, Mo, Ni, dll

Penggolongan:
Baja paduan rendah (low alloy steel)
Baja paduan tinggi (high alloy steel)
Baja paduan rendah

 jumlah unsur paduan < 8%

 Beberapa jenis material memiliki kadar


karbon sama seperti baja karbon

 dengan penambahan unsur paduan, kekuatan


dapat dinaikkan tanpa mengurangi
keuletannya, kekuatan fatik, dan daya tahan
terhadap korosi, aus, dan panas lebih baik

Aplikasi :
 kapal, jembatan, roda kereta api, ketel uap,
tangki gas
Baja paduan tinggi

 Jumlah unsur paduannya lebih besar 8%

Contoh baja paduan tinggi:


1. Baja tahan karat (stainless steel)
2. Baja Perkakas (tool steel)
3. Baja Mangan (manganese steel)
Baja tahan karat

Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung


setidaknya 10,5% Kromium (Chrom) untuk mencegah
proses korosi (pengkaratan logam).
Stainless Steel juga sering disebut baja tahan karat.

Komposisi chrom membentuk Protective Layer . Yang


merupakan hasil Oksidasi oksigen terhadap Chrom
yang terjadi secara spontan
Jenis-jenis Stainless Steel
Stainless steel didasarkan pada kandungan krom (Cr),
namun unsur paduan lainnya ditambahkan untuk
memperbaiki sifatnya sesuai aplikasi. Kategori Stainless
Steel didasarkan pada struktur metalurginya:
1. Ferritic Stainless Steel
2. Austenitic Stainless Steel
3. Martensitic Stainless Steel
4. Duplex Stainless Steel
5. Precipitation Hardening Steel
1. Ferritic Stainless Steel
Baja paduan dengan kandungan Kromium 10,5 - 18 % seperti
grade 430 dan 409. Jenis Ferritic kurang mempunyai sifat kenyal
daripada jenis austenitic. Ketahanan korosi tidak begitu bagus
dan relatif lebih sulit di fabrikasi / machining.
Sifat – sifatnya :
1. Ketahanan korosi kurang
2. Tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas .
3. Mampu las rendah
4. Mampu bentuk tidak sebagus austenitic
2. Austenitic Stainless Steel

Austenitic SS mengandung sedikitnya 16% Krom dan >


6% Nikel. Memiliki struktur (fcc). Mudah dalam proses
machining dan mampu bertahan dalam suhu rendah
maupun tinggi.

>6 %
Sifat-sifat Dasar Austenitic Stainless Steel :
1. Daya tahan korosi yang sangat bagus dalam asam organik,
industri, dan lingkungan laut.
2. Mampu las yang sangat bagus (semua proses)
3. Mampu bentuk bagus, kemampuan pembuatan dan sifat
kenyal yang sangat bagus
4. Sifat-sifat suhu tingginya bagus dan suhu rendahnya sangat
bagus (kekerasan tinggi pada semua suhu)
5. Tidak mengandung magnit.
Pemakaian Umum
 Alat pemrosesan makanan
 Aplikasi kearsitekan
 Alat kimia dan tanaman

Stainless steel 304


3. Martensitic Stainless Steel

Martensitic memiliki
kandungan Chrome
sebesar 12.5% sampai
maksimal 14% dan
Carbon pada kisaran
0,08-2,0%.

Martensit
.Respon terhadap magnet : merespon
baik
Ketahanan korosi : sedang
Ketahanan temperatur tinggi :
rendah
Ketahanan temperatur rendah :
rendah
Kemampuan welding : rendah
b. Type 416 Memiliki
kandungan yang sama dengan
type 410, namun ada
penambahan unsur shulpur
Sifat-sifat Dasar Baja Martensitic:
1. Daya tahan korosinya sedang
2. Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dan oleh
karena itu tingkat kekerasan dan daya tahannya
tinggi
3. Kemampuan mengelasnya kurang
4. Bersifat magnetic
4. Duplex Stainless Steel
Kandungan nikel tidak cukup untuk menghasilkan
susunan austenitic secara penuh dan menghasilkan
kombinasi susunan ferritic dan austenitic (duplex).

Ferite

Austenit
Sifat-sifat Dasar Baja Duplex:
1. Daya tahan yang tinggi untuk menekan keretakan korosi
2. Perenggangan dan kuat luluh yang lebih tinggi dari
baja-baja austenitic dan ferritic
3. Kemampuan peleburan, kemampuan membentuk yang
baik
Pemakaian Umum
 Penerapan di laut, terutama sekali pada suhu-suhu yang
dinaikkan dengan rendah (eksplorasi gas lepas pantai)
 Instalasi penghilangan zat garam / rasa asin
 Perubah panas
 Instalasi petro kimia
5. Precipitation Hardening Steel

Terbentuk karena suatu presipitat (endapan) dalam


struktur mikro logam. Pembentukan ini disebabkan oleh
penambahan unsur tembaga (Cu), Titanium (Ti),
Niobium (Nb) dan Alumunium.

Sifat-sifat Dasar Baja Precipitation Hardening :


1. Hambatan korosi yang sedang sampai baik
2. Kemampuan mengelas yang baik
3. Bersifat magnetic
4. Dapat dikeraskan
ALUMINIUM
Aluminium (Al) adalah salah satu unsur
kimia dengan nomor atom 13 berfasa solid dengan
massa jenis 2,73 g/cm3 dan memiliki struktur
kristal face centered cubic (FCC). Bahan dasar
terpenting untuk pembuatan aluminium adalah
bauksit yang merupakan campuran mineral (tanah
tawas, oksida aluminium) dengan oksida besi dari
asam siklat.
SIFAT-SIFAT ALUMINIUM
1. Ringan
2. Kuat
3. Reflektif
4. Konduktor Panas
5. konduktor listrik
6. tahan korosi
7. tak beracun
8. mudah difabrikasi
KLASIFIKASI PADUAN ALUMINIUM
Klasifikasi Paduan Aluminium Klasifikasi Paduan
Cor* Aluminium Tempa**
Seri Paduan Unsur Paduan Seri Paduan Unsur Paduan
Utama Utama
1xx.x Al >= 99% 1xxx Al >= 99%
2xx.x Cu 2xxx Cu atau Cu+Mg
3xx.x Si + Cu atau Mg 3xxx Mn
4xx.x Si 4xxx Si
5xx.x Mg 5xxx Mg
6xx.x Tidak digunakan 6xxx Mg + Si
7xx.x Zn 7xxx Zn+Mg atau
Zn+Mg+Cu
8xx.x Sn
8xxx Unsur Lainnya

*J.M. DORLOT, Des Materiaux, Ecole Polytechnique de Montreal, 1986


**Meyer Kutz, Mechanical Engineers Handbook, John Wiley & Sons, Inc., USA.
1. Aluminium Copper Alloy (seri 2xxx)
Karakteristik :
 Tahan Temperature tinggi
 Dapat ditreatment
 Kuat
Komposisi Kimia :
 4 % Cu dengan sedikit silicon, besi dan
magnesium.
Penggunaan :
 Piston
 Silinder Head
2. Aluminium Manganese Alloy (seri 3xxx)
Karakteristik :
 Tidak Dapat Dikeraskan dengan Heat
Treatment
 Mudah Dibentuk
 Tahan Korosi
 Mampu Las Baik
Komposisi :
 1,2 % Mn sisanya Aluminium
Penggunaan :
 Pipa
 Tangki minyak
3. Aluminium Silikon Alloy (seri 4xxx)
Karakteristik :
 termasuk non heat treatable
 mudah ditempa
 memiliki koefisien muai panas sangat rendah.
Komposisi
 mengandung 12,5 % Si
Kegunaan :
 piston yang ditempa
4. Aluminium Magnesium Alloy (seri 5xxx)
 Seri ini umumnya non heat treatable. Seri 5052 dengan
2,5 % Mg. Banyak digunakan untuk campuran minyak
dan bahan bakar pesawat terbang.
 Seri 5005 dengan 0,8 % Mg banyak digunakan sebagai
batang profil extrusi.
 Seri 5050 dengan 1,2 % Mg dipakai sebagai pipa saluran
minyak dan gas pada kendaraan.
5. Aluminium Silicon Magnesium (seri 6xxx)
 Magnesium dan silicon membentuk senyawa Mg2Si
(magnesium silisida) yang memberikan kekuatan tinggi pada
paduan ini setelah proses heat treatment.
 Seri 6053, 6061, 6063 memiliki sifat tahan korosi sangat baik
dari pada heat treatable aluminium lainnya.
 Penggunaan aluminium seri 6xxx banyak digunakan untuk
piston motor dan silinder head motor bakar.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
ALUMINIUM
Kelemahan

Kelebihan

• Mempunyai bobot • Mudah tergores.


yang ringan. • Lemah terhadap
• Kuat tarik tinggi. benturan.
• Minim perawatan. • Kurang fleksibel
• Tahan terhadap dalam hal desain.
karat.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai