Anda di halaman 1dari 6

BAJA TAHAN KARAT (STAINLESS STEEL)

Baja Secara Umum


Baja (steel) merupakan material yang sering digunakan dan dijumpai pada kehidupan kita sehari-
hari. Kandungan utama dalam baja adalah ferrous atau iron. Selain ferrous, ada kandungan lain
yang selalu ada pada baja. Kandungan lain yang selalu ada dalam baja adalah karbon dan
manganese.
Baja dapat dibagi menjadi dua kategori yakni baja standar dan baja tool. Berdasarkan komposisi
kimianya, baja standar dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok baja standar antara
lain baja karbon, baja paduan, dan baja tahan karat. Berikut akan dibahas mengenai baja tahan
karat.
Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Baja tahan karat mengandung chromium minimal 10,5% (ada juga yang menyebutkan minimal
12%). Chromium bersifat unik, di mana dia dapat membentuk lapisan pasif pada permukaan baja.
Hal tersebut dapat memberikan perlindungan dari karat. Berdasarkan struktur mikro atau
mekanisme peningkatan kekuatannya, baja tahan karat dibagi menjadi lima jenis. Jenis-jenis baja
tahan karat antara lain:
Baja tahan karat austenitic (austenitic stainless steel)
Austenitic stainless steel memiliki paduan yang cukup untuk menstabilkan austenite pada suhu
ruang. Baja ini bersifat non ferromagnetic. Baja tahan karat austenitic memiliki sifat mampu
bentuk dan keuletan pada suhu rendah yang sangat baik. Selain itu baja tahan
karat austenitic juga memiliki sifat mampu las dan ketahanan karat yang sangat baik. Baja tahan
karat jenis ini sangat cocok diterapkan pada sistem dengan suhu tinggi. Di sisi lain baja tahan
karat austenitic relatif memiliki kekuatan yieldyang rendah dan hanya dapat ditingkatkan
kekuatannya dengan pengerjaan dingin (cold working),precipitation hardening, atau substitutional
solid solution strengthening.
Menurut standar AISI-SAE, baja tahan karat austenitic umumnya memiliki nomor 3xx. Material
AISI-SAE 3xx merupakan paduan ferro-karbon-chromium-nickel dengan kandungan chromium
sebesar 16%-26% dan kandungan nickel sebesar 6%-22%. Baja tahan karat austenitic yang
populer adalah tipe AISI-SAE 304, di mana mengandung 18%-20% Cr dan 8%-12% Ni.
Berikut beberapa variasi dari baja tahan karat austenitic:
201 sedikit nickel diganti dengan manganese dan nitrogen
202 kandungan manganese lebih besar daripada variasi 201
205 kandungan manganese dan nitrogen lebih besar daripada variasi 202
301 kandungan nickel dan chromium yang lebih rendah untuk meningkatkan kemampuan
kerja pengerasan
302 baja tahan karat yang dapat diterapkan secara umum
302B mampu menahan proses terbentuknya kerak dengan penambahan silicon
303 machinability meningkat dengan penambahan sulfur
303Se permukaan hasil penyayatan ditingkatkan dengan penambahan selenium
304 kandungan karbon lebih rendah dari variasi 302
304L kandungan karbon lebih rendah dari variasi 304, untuk meningkatkan ketahanan
karat
304LN kandungan karbon lebih rendah dari variasi 304 dengan penambahan nitrogen untuk
meningkatkan kekuatan
304H kandungan karbon lebih tinggi daripada variasi 304
304Cu penambahan tembaga untuk meningkatkan kemampuan pengerjaan dingin
304N penambahan nitrogen untuk meningkatkan kekuatan
305 peningkatan kandungan nickel untuk mengurangi kerja pengerasan
308 peningkatan chromium dan nickel untuk meningkatkan sifat mampu las
309 kandungan chromium dan nickel yang tinggi untuk meningkatkan ketahanan panas

309S kandungan karbon lebih rendah daripada variasi 309


309Cb penambahan niobium (columbium)
310 kandungan chromium dan nickel lebih tinggi daripada variasi 309 untuk meningkatkan
ketahanan panas
310S kandungan karbon lebih rendah daripada variasi 310
310Cb penambahan niobium (columbium)
314 peningkatan kandungan silicon untuk meningkatkan ketahanan panas
316 penambahan molybdenum untuk meningkatkan ketahanan karat
316F peningkatan sulfur dan phosphorus untuk machinability (mampu mesin atau mampu
sayat)
316L kandungan karbon yang lebih rendah untuk meningkatkan ketahanan karat dan sifat
mampu las
316LN kandungan karbon yang lebih rendah dan nitrogen yang lebih tinggi untuk
meningkatkan kekuatan
316H kandungan karbon lebih tinggi daripada variasi 316
316N penambahan nitrogen untuk meningkatkan kekuatan
316Ti penambahan titanium
316Cb penambahan niobium (columbium)
317 peningkatan chromium dan molybdenum untuk meningkatkan ketahanan karat

317L kandungan karbon lebih rendah dari variasi 317 untuk meningkatkan sifat mampu las

321 penambahan titanium untuk mengurangi timbulnya chromium carbide


330 kandungan nickel tinggi untuk mengurangi karburisasi dan meningkatkanthermal
shock
347 niobium dan tantalum ditambahkan untuk mengurangi timbulnya chromium carbide

347H kandungan karbon lebih tinggi daripada variasi 347


348 tantalum dan cobalt ditambahkan untuk beberapa aplikasi nuklir
348H kandungan karbon lebih tinggi daripada variasi 348
384 peningkatan nickel untuk mengurangi kerja pengerasan

Pada baja tahan karat austenitic, pembatasan karbon sangatlah penting. Ketika dipanaskan,
karbon akan membentuk chromium carbide yang mengendap pada batas butir austenite dan
menimbulkan kondisi yang dikenal dengan istilah sensitization. Karena chromium terikat
sebagai carbide, maka chromium akan berdekatan dengan batas atom dan memberikan ruang
kosong sebagai tempat terbentuknya karat. Sensitization dapat diubah dengan memanaskan
baja pada suhu 1040-1150C dan diikuti dengan pendinginan ke suhu ruang dengan cepat. Suhu
tinggi bisa menyebabkan carbidehancur. Sedangkan pendinginan cepat dapat mencegah
pengendapan ulang dari carbide.
Baja Hadfield diteliti dengan proses pemanasan pada temperatur 1000 C-1090 C
kemudian didinginkan cepat (water quenching). Bahan yang telah didinginkan cepat (water
quenching) kemudian diteliti perkembangan mikrostrukturnya setelah pemanasan kembali
dengan temperatur yang berbeda (500 C, 550 C dan 600 C) dengan dua kaki waktu
penahanan ( 30 menit, 60 menit) pada pendinginan lambat (air cooling) dan pendinginan
cepat (water quenching). Efek dari pendinginan cepat menghasilkan migrasi ferrite dari
butir kebatas butir pada fasa austenit. Berbeda dengan kondisi diatas, pendinginan lambat
pada beberapa fasa. Untuk memastikan, mikrostruktur kemudian diuji morfologi dengan
menggunakan scanning electron microscopy (SEM) dan untuk memastikan analisa unsur
dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan juga X-Ray fluorescence spectroscopy
(XRF). Seluruh bentuk keadaan mikrostruktur pada temperatur pemanasan ini ditunjukkan
dengan perbedaan peta morpologi. Hasil pemetaan morpologi menunjukkan pengintian
presifitasi terjadi pada proses pendinginan cepat. Pada pendinginan lambat ikatan
permukaan ferrite paralel yang diintikan pada permukaan butir austenit kurang jelas
kelihatannya.Pada temperatur tinggi proses pendinginan lambat fasa baru terbentuk diikuti
dengan pengisian struktur ferrite dengan karbida mangan yang kemudian diamati dengan
X- Ray Diffraction (XRD) pada daerah indeks Miller (hkl) yang dipastikan sebagai fasa
pearlit.

Pengaruh Mangan (Mn)


Baja karbon polos dapat mengandung unsur mangan (Mn) sampai dengan 0,8%, yang sengaja dibubuhkan kedalam
cairan untuk tujuan deoksidasi dan khususnya sebagai pengikat unsur belerang (S).

Pada temperatur kamar, besi mampu melarutkan unsur Mn sampai dengan 10%, dengan demikan kandungan
Mn yang kecil tidak akan memunculkan fasa-fasa yang khusus pada struktur mikro baja karbon polos, kecuali
mangansulfida (MnS). Oleh karenanya, kandungan mangan pada baja karbon polos tidak dapat diperkirakan
jumlahnya melalui gambar struktur mikronya.

Sebagian dari mangan akan bersenyawa dengan sementit dan membentuk karbida besimangan (Fe, Mn) 3C yang
pada proses pemanasan akan sangat cepat terurai kedalam austenit () sehingga kristal campuran akan memuai
tanpa dapat dicegah. Baja dengan kandungan Mn lebih tinggi akan sangat sensitip terhadap perlakuan pemanasan
serta cenderung memiliki butiran-butiran yang kasar.

Suatu karakter khas dari baja paduan Mn tinggi adalah strukturnya yang berserat. Perbandingan hasil uji takik
antara potongan memanjang dengan melintang dapat sampai 5 : 1. Serat-serat ini terjadi karena Mn memiliki
kemampuan reaksi yang tinggi dengan berbagai unsur nonmetalik menjadi MnO, MnS, MnO.SiO2 dan
(MnO)2.SiO2 yang terbentuk sebagai serat-serat memanjang.

Juga akibat dari persenyawaannya dengan unsur belerang (S) menjadi mangansulfid (MnS) yang memiliki
temperatur lebur tinggi, baja dengan kandungan Mn tinggi tidak mudah patah pada temperatur tinggi.
Perbandingan kandungan Mn dengan S yang ideal menurut Pigott adalah sebagai berikut:

CMn = 0,3 + 1,72 . CS

Dimana:

CMn = Kandungan mangan.


CS = Kandungan belerang.

Contoh adalah, suatu baja dengan kandungan S = 0,06%, bila didalamnya terdapat pula Mn = 0,4%, maka bahan
tersebut memiliki ketahanan cukup terhadap takikan panas.

2.4.2 Sifat-sifat dari baja cor mangan (Mn) tinggi


Mangan berwarna putih keabu-abuan, dengan sifat yang keras tapi rapuh. Mangan
sangat reaktif secara kimiawi, dan terurai dengan air dingin perlahan-lahan. Mangan
digunakan untuk membentuk banyak alloy yang penting. Dalam baja, mangan
meningkatkan kualitas tempaan baik dari segi kekuatan, kekerasan,dan kemampuan
pengerasan.Dengan aluminum dan bismut, khususnya dengan sejumlah kecil
tembaga, membentuk alloy yang bersifat ferromagnetik. Logam mangan bersifat
ferromagnetik setelah diberi perlakuan. Logam murninya terdapat sebagai bentuk
allotropik dengan empat jenis. Salah satunya, jenis alfa, stabil pada suhu luar biasa
tinggi; sedangkan mangan jenis gamma, yang berubah menjadi alfa pada suhu tinggi,
dikatakan fleksibel, mudah dipotong dan ditempa.
Baja cor mangan tinggi disebut juga baja Hadfield, menurut nama si penemu.
Baja ini mengandung mangan 11% sampai 14% dan karbon 0,9 sampai 1,2% dimana
harga perbandingan antara mangan (Mn) dan C kira-kira 10. Struktur setelah di cor
Universitas Sumatera Utara

Page 6
sangat getas karena karbid mengendap pada batas butir austensit, sedangkan struktur
yang dicelup dingin dalam air dari 1000
0
Mangan merupakan unsur deoksidasi, pemurni sekaligus meningkatkan
fluiditas, kekuatan dan kekerasan besi. Bila kadarnya ditingkatkan, kemungkinan
terbentuknya ikatan kompleks dengan karbon meningkat dan kekerasan besi cor akan
naik. Jumlah mangan yang hilang selama proses peleburan berkisar antara 10-20 %.
Semua baja mengandung mangan karena sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan
baja. Kandungan mangan lebih kurang 0,6 % masih belum dapat sebagai paduan dan
tidak mempengaruhi sifat baja, dengan kata lain mangan tidak memberikan pengaruh
yang besar pada struktur baja dalam jumlah rendah. Dengan bertambahnya
kandungan mangan maka suhu kritis menurun secara seimbang. Mangan membuat
butiran lebih halus, penambahan unsur mangan dalam baja dapat meningkatkan kuat
tarik tanpa mengurangi regang, sehingga baja dengan penambahan mangan memiliki
sifat kuat dan kenyal
C menjadi austensit seluruhnya dan
keuletannya jauh lebih baik.
Mangan dioksida (sebagai pirolusit) digunakan sebagai depolariser dan sel
kering baterai dan untuk menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan
oleh pengotor besi. Mangan sendiri memberi warna lembayung pada kaca.
Dioksidanya berguna untuk pembuatan oksigen dan khlorin, dan dalam pengeringan
cat hitam. Senyawa permanganat adalah oksidator yang kuat dan digunakan dalam
analisis kuantitatif dan dalam pengobatan. (Amanto, 1999)
Baja fasa ganda merupakan hasil proses perlakuan panas pada temperature pemanasan daerah ( dan
y) dan ditahan beberapa waktu kemudian didinginkan dengan laju pendinginan yang lebih besar dari laju
pendinginan kritis, sehingga diperoleh kombinasi struktur mikro martensite yang keras dengan ferrite
yang ulet. Baja hypoeutektoid dipanaskan di antara temperatur kritis atas (A3 ) dan temperatur kritis
bawah (A1 ). Kemudian didinginkan dengan cepat melebihi laju pendinginan kritisnya. Pendinginan 20
cepat dari temperatur tersebut akan menghasilkan struktur 10-20% martensit dalam matrik ferrit, di
mana butir ferrit yang terbentuk setelah proses pembentukan fasa ganda adalah poligonal (memiliki sisi
banyak). (ASM Vol 4, 2002). Gambar 2.10 dibawah menjelaskan laju pendingan terhadap waktu Gambar
2.10 Continues Cooling Transformations (CCT), Diagram Baja Hypoeutektoid (Tri Joko, 2005) Struktur
martensit dalam bentuk matrik ferrit memiliki ciri atau sifat tegangan luluhnya rendah akibat adanya
tegangan sisa dari proses transformasi austenite ke martensite dan penguatan regang yang mengikat
(Thelning, 1984) Pada temperatur kamar, baja hypoeutektoid terdiri dari butiran kristal ferite dan
pearlite. Apabila temperatur pemanasan mencapai tempertaur kritis bawah A, maka pearlite akan
mengalami reaksi eutektoid sehingga laurel-laurel ferite dan sementite dari pearlite akan bereaksi
menjadi austenite. Transformasi austenite didahului dengan pengintian yang selanjutnya diikuti
pertumbuhan kristal austenite (ferrit BCC menjadi austenit FCC) dan setelah temperatur mencapai A3
seluruh ferite akan menjadi austenite, lihat Gambar 2.11 dibawah, skema perubahan struktur mikro
selama pemanasan. (Tri Joko, 2005) 21 Gambar 2.11 Skema Perubahan Struktur Mikro Selama
Pemanasan (Tri Joko, 2005) Proses annealing untuk baja hypoeutektoid dilakukan dengan memanaskan
sampai temperatur sedikit di atas temperatur kritisnya A3, lihat Gambar Diagram fe3C (25 o C50 o C di
atas temperatur A3 ), dan ditahan beberapa saat pada temperatur tersebut, kemudian didinginkan
dengan laju pendinginan lambat di dalam dapur. Sifat baja hasil proses annealing adalah menjadi lebih
lunak dan ulet (tegangan tarik dan kekerasannya menurun). Proses normalising untuk baja
hypoeutektoid dilakukan dengan memanaskan sampai temperatur sedikit di atas temperatur proses
annealing yaitu mencapai 50oC di atas temperatur kritis A3, dengan laju pendinginan lebih cepat dari
annealing yaitu pendinginan dengan udara terbuka. Hasil proses normalising baja akan berbutir lebih
halus, lebih homogen dan lebih keras dari hasil annealing. Proses pengerasan atau hardening untuk baja
hypoeutektoid temperatur pemanasannya diatas temperatur kritisnya atau berada di fase austenite dan
pendinginannya sangat cepat menggunakan media pendingin zat cair, seperti air, oli dan sejenisnya,
sehingga hasilnya diperoleh struktur martensite yang keras dan menjadikan sifat baja tersebut keras dan
rapuh. (Tri Joko, 2005) 22 Proses tempering adalah pemanasan kembali hasil proses hardening,
pemberian panas 50 o C100 o C di bawah temperatur kritis A1 dan membiarkannya atau menahan
temperatur tersebut beberapa saat, kemudian didinginkan dengan pendinginan lambat yaitu pada
media udara terbuka. Hasil proses tempering adalah menghilangkan tegangan sisa dan mengembalikan
sebagian keuletan dan ketangguhan bahan meskipun kekerasan dan tegangan tariknya menurun (Tri
Joko, 2005)

Anda mungkin juga menyukai