Anda di halaman 1dari 113

JENIS MATERIAL

1. Material

adalah sesuatu yang disusun/dibuatoleh bahan. Material digunakan untuk transportasi


hingga makanan Ilmu material/bahan merupakan pengetahuan dasar tentang struktur, sifat-
sifat dan pengolahan bahan.
Jenis Material
•LogamKuat, ulet, mudah dibentuk dan bersifat penghantar panas dan listrik yang baik
•Keramik Keras, getas dan penghantar panas dan listrik yang buruk
•Polimer kerapatan rendah, penghantar panas dan listrik buruk dan mudah dibentuk
•Komposit merupakan ganbungan dari dua bahan atau lebih yang masing-masing sifat
tetap.

Pengetahuan Material Teknik Dasar


Didalam industri manufaktur tidak akan lepas dengan satu bidang ilmu teknik yang
berhubungan dengan material. Secara umum material teknik diklasifikasikan menjadi 2
golongan yakni :
1. Metal (logam)
2. Non Metal (bukan logam)

Metal (logam)
Jika ditinjau dari sudut pandang susunan unsur dasar, metal (logam) dibagi menjadi 2, yakni :
1.1 Logam murni (hanya terdiri satu jenis atom saja), contoh : besi (Fe) murni, tembaga (Cu)
murni
1.2 Logam paduan atau metal alloy (terdiri dari dua atau lebih jenis atom)
Logam paduan dibedakan menjadi 3 jenis :
a. Larut padat interstisi (menyisip), yaitu : suatu paduan yang terjadi bila atom yang
larut mempunyai diameter yang jauh lebih kecil daripada yang dilaruti, contoh : Pada
baja Carbon yang mengalami Nitriding dimana atom Fe (yang dilaruti) mempunyai
diameter atom lebih besar bila dibandingkan dengan atom N (yang larut) dengan
diameter lebih kecil sehingga menyisip diantara atom Fe.
b. Larut Padat Subtitusi (menggantikan posisi yang dilaruti), yaitu : suatu paduan yang
terjadi terutama bila diameter atom yang larut hampir sama dengan diameter
1
atom yang dilaruti, contoh : Pada paduan alumunium (diameter atom Al dan diameter
atom

2
Cu hampir sama), pada stainless steel (diameter atom Fe dan diameter atom Cr hampir
sama), dll.

c. Senyawa, yaitu : suatu paduan yang terjadi karena adanya ikatan atom yang
sangat kuat, contoh : NaCl (Senyawa garam).
Metal juga dapat diklasifikasikan menjadi jenis, yakni :
a. Ferrous (besi)
b. Non Ferrous (bukan besi), contoh : Al dan paduannya, Ni dan paduannya, dll.

Ferrous (besi)
a. Wrought Iron (besi tempa)
Fasa besi tempa berupa ferit (alpha), didalamnya terdapat sisa terak yang masih
terperangkap. Terak tersebut banyak mengandung silikat (silikon oksida), bentuknya
menyerupai fiber (cukup kuat). Sifat dari besi tempa ini Ulet dan cukup kuat. Contoh
komposisi dari besi tempa :
- Carbon : 0.06%
- Mangaan : 0.045%
- Silicon : 0.101%
- Phospor : 0.068%
- Sulfur (belerang) : 0.009%
- Terak (dalan berat) : 1.97%
Besi tempa digunakan pada bangunan kereta api, bangunan kapal laut, industri
minyak, tujuan arsitektur, perlengkapan pertanian, dll. Umumnya, pembuatan dari besi tempa
ini menggunakan dapur puddle (dapur aduk)
b. Steel (Baja)
Baja (Steel) digolongkan menjadi 2, yakni :
2.1 Carbon steel (baja karbon)
Baja karbon dapat digolongkan menjadi 3 macam, yakni :
-Baja karbon rendah [Kadar Carbon antara 0,1% hingga 0,20%]
-Baja Karbon sedang [Kadar Carbon antara 0,25% hingga 0,55%]
-Baja Karbon tinggi [Kadar Carbon antara 0,55% hingga 1,75%]
Pembagian baja karbon yang lain yakni : baja hipoeutektoid [Kadar Carbon Kurang dari
0,8%], baja eutektoid [Kadar Carbon 0,8%] dan baja hipereutektoid [Kadar Carbon lebih dari
0,8%]. Fasa-fasa padat yang ada didalam baja :
a) Ferit (alpha) : merupakan sel satuan (susunan atom-atom yang paling kecil dan
teratur) berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus pusat badan), Ferit ini mempunyai
sifat : magnetis, agak ulet, agak kuat, dll.
b) Autenit : merupakan sel satuan yang berupa Face Centered Cubic (FCC =kubus pusat
muka), Austenit ini mempunyai sifat : Non magnetis, ulet, dll.
c) Sementid (besi karbida) : merupakan sel satuan yang berupa orthorombik, Semented
ini mempunyai sifat : keras dan getas.
d) Perlit : merupakan campuran fasa ferit dan sementid sehingga mempunyai sifat Kuat.
e) Delta : merupakan sel satuan yang berupa Body Centered Cubic (BCC=kubus pusat
badan).
2.2 Alloy steel (baja paduan)
Sebenarnya perbedaan mendasar dari baja karbon dengan baja paduan terletak pada
dominasi atas unsur dalam suatu baja. Jika yang mendominasi sifat fisik dan mekanik adalah
prosentase atau kadar karbon maka dapat disebut sebagai baja karbon sedang bila yang
mendominasi sifat fisik dan mekanik adalah paduan (selain unsur karbon) maka dapat disebut
sebagai baja paduan. Baja paduan dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Baja paduan rendah, yaitu : bila jumlah unsur tambahan selain karbon lebih kecil dari 8%,
misalnya : suatu baja terdiri atas 1,35%C; 0,35%Si; 0,5%Mn; 0,03%P; 0,03%S; 0,75%Cr;
4,5%W [Dalam hal ini 6,06%<8%]>
b. Baja paduan tinggi, yaitu : bila jumlah unsur tambahan selain karban lebih dari atau sama
dengan 8%, misalnya : baja HSS (High Speed Steel) atau SKH 53 (JIS) atau M3-1 (AISI)
mempunyai kandungan unsur : 1,25%C; 4,5%Cr; 6,2%Mo; 6,7%W; 3,3%V.
Tujuan utama dari penambahan unsur paduan sebenarnya untuk memperbaiki sifat
- sifatnya seperti : kekuatan tarik, kekuatan impak, ketahanan korosi, ketahanan panas, dll.
Pada baja HSS (contoh diatas) mempunyai sifat keras, ulet, tahan temperatur tinggi, dll.
2.3 Cast iron (besi cor)
Umumnya besi cor akan mengandung unsur Fe dan C [3,5% - 4,3%]. Besi cor,
diklasifikasikan menjadi :
a. Besi cor putih (white cast iron) Besi cor putih mempunyai fasa sementid+perlit sehin
gga mempunyai sifat keras dan getas.
b. Besi cor kelabu (grey cast iron) Unsur penyusun dari besi cor kelabu yakni : Fe + C
+ Silikon (Si). Adanya penambahan unsur Si (Silikon) bertujuan untuk mengurai
Sementid menjadi Fe (ferit atau perlit) dan C (grafit). Bentuk grafitnya berupa
serpih sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa fasa besi cor kelabu berupa
ferit/perlit + grafit
serpih dengan sifat : agak getas yang dikarenakan ujung-ujung grafit berbentuk serpih
tajam, akibatnya konsentrasi tegangan tinggi sehingga mudah patah. Contoh penggunaan
besi cor kelabu pada konstruksi mesin jahit, blok mesin, lampu hias, mesin bubut, pagar,
dll. Keistimawaan besi cor kelabu terhadap baja yakni : mampu meredam getaran.
c. Besi cor bergrafit bulat (ductile cast iron atau noduler cast iron) Unsur penyusun dari besi
cor bergrafit bulat yakni : Fe + C + Si + Mg / Ce. Penambahan Mg atau Ce bertujuan
untuk “melunakan” grafit menjadi bulat sehingga konsentrasi tegangan sedikit sekali (besi
cor bersifat ulet). Contoh penggunaan besi cor bergrafir bulat pada kontruksi penjepit rel
kereta api, batang torak kompresor, dll.
d. Besi cor mampu tempa (malleable cast iron) Untuk membuat besi cor mampu tempa
dapat dibuat dengan memanaskan besi cor putih hingga mencapai suhu 700 Derajat
Celcius selama 30 Jam. Hal ini bertujuan agar sementid terturai menjadi Fe (ferit) dan C
(grafit). Grafit yang dihasilkan berbentuk pipih. Contoh penggunaan besi cor mampu
tempa pada spare part yang berukuran kecil-kecil.

Non Metal
Dikategorikan menjadi 3 jenis yakni : Polimer, Komposit dan keramik. Keramik merupakan
senyawa-senyawa dari karbida dan oksida logam atau oksida metaloid (Si). Perbedaan logam
dengan polimer yakni bahwa logam mempunyai butir-butir (kristal-kristal) sedang polimer
terdiri dari mer-mer (molekul-molekul) yang berikatan satu dengan lainnya. Butir (kristal)
adalah kumpulan atom-atom yang mempunyai orientasi atau arah yang sama.

Material non logam dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yaitu:


1. Keramik
2. Plastik (polimer)
3. Komposit

a. Keramik
Material keramik merupakan material yang terbentuk dari hasil senyawa (compound)
antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-
unsur non logam. material jenis keramik semakin banyak digunakan, mulai berbagai abrasive,
pahat potong, batu tahan api, kaca, dan lain-lain, bahkan teknologi roket dan penerbangan
luar angkasa sangat memerlukan keramik.
SIFAT MEKANIK KERAMIK
Keramik biasanya material yang kuat, dan keras dan juga tahan korosi. Sifat-sifat ini
bersama dengan kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi, membuat keramik
merupakan material struktural yang menarik.
Aplikasi struktural keramik maju termasuk komponen untuk mesin mobil dan struktur
pesawat. Misalnya, TiC mempunyai kekerasan 4 kali kekerasan baja. Jadi, kawat baja dalam
struktur pesawat dapat diganti dengan kawat TiC yang mampu menahan beban yang sama
hanya dengan diameter separuhnya dan 31 persen berat. Semen dan tanah liat adalah contoh
yang lain, keduanya dapat dibentuk ketika basah namun ketika kering akan menghasilkan
objek yang lebih keras dan lebih kuat. Material yang sangat kuat seperti alumina (Al2O3) dan
silikon karbida (SiC) digunakan sebagai abrasif untuk grinding dan polishing.
Keterbatasan utama keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan untuk patah
tiba-tiba dengan deformasi plastik yang sedikit. Ini merupakan masalah khusus bila bahan ini
digunakan untuk aplikasi struktural. Dalam logam, elektron-elektron yang terdelokalisasi
memungkinkan atom-atomnya berubah-ubah tetangganya tanpa semua ikatan dalam
strukturnya putus. Hal inilah yang memungkinkan logam terdeformasi di bawah pengaruh
tekanan. Tapi, dalam keramik, karena kombinasi ikatan ion dan kovalen, partikel-partikelnya
tidak mudah bergeser. Keramiknya dengan mudah putus bila gaya yang terlalu besar
diterapkan.
Faktur rapuh terjadi bila pembentukan dan propagasi keretakan yang cepat. Dalam
padatan kristalin, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan sepanjang bidang
cleavage (keretakan) dalam kristalnya. Permukaan tempat putus yang dihasilkan mungkin
memiliki tekstur yang penuh butiran atau kasar. Material yang amorf tidak memiliki butiran
dan bidang kristal yang teratur, sehingga permukaan putus kemungkinan besar mulus
penampakannya.
Kekuatan tekan penting untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti
bangunan. Kekuatan tekan keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk
memperbaiki sifat ini biasanya keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan. Sifat Hantaran
Listrik.
Sifat listrik bahan keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik sebagai
isolator. Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO3) dapat dipolarisasi dan digunaka
n sebagai kapasitor.
Keramik lain menghantarkan elektron bila energi ambangnya dicapai, dan oleh karena
itu disebut semikonduktor. Tahun 1986, keramik jenis baru, yakni superkonduktor temperatur
kritis tinggi ditemukan. Bahan jenis ini di bawah suhu kritisnya memiliki hambatan = 0.
Akhirnya, keramik yang disebut sebagai piezoelektrik dapat menghasilkan respons listrik
akibat tekanan mekanik atau sebaliknya.
Sering pula digunakan bahan yang disebut dielektrik. Bahan ini adalah isolator yang
dapat dipolarisasi pada tingkat molekular. Material semacam ini digunakan untuk menyimpan
muatan listrik.
Kekuatan dielektrik bahan adalah kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan
elektron pada tegangan tinggi. Bila kapasitor dalam keadaan bermuatan penuh, hampir tidak
ada arus yang lewat. Namun dengan tegangan tinggi dapat mengeksitasi elektron dari pita
valensi ke pita konduksi. Bila hal ini terjadi arus mengalir dalam kapasitor, dan mungkin
disertai dengan kerusakan material karena meleleh, terbakar atau menguap. Meda n
listrik yang diperlukan untuk menghasilkan kerusakan itu disebut kekuatan dielektrik.
Beberapa keramik mempunyai kekuatan dielektrik yang sangat besar.Porselain misalnya
sampai 160 kV/cm. Sebagian besar hantaran listrik dalam padatan dilakukan oleh elektron.
Di logam, elektron penghantar dihamburkan oleh vibrasi termal meningkat dengan kenaikan
suhu, maka hambatan logam meningkat pula dengan kenaikan suhu.
Sebaliknya, elektron valensi dalam keramik tidak berada di pita konduksi, sehingga
sebagian besar keramik adalah isolator. Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan
dengan memberikan ketakmurnian. Energi termal juga akan mempromosikan elektron ke pita
konduksi, sehingga dalam keramik, konduktivitas meningkat (hambatan menurun) dengan
kenaikan suhu.
Beberapa keramik memiliki sifat piezoelektrik, atau kelistrikan tekan. Sifat ini
merupakan bagian bahan "canggih" yang sering digunakan sebagai sensor. Dalam bahan
piezoelektrik, penerapan gaya atau tekanan dipermukaannya akan menginduksi polarisasi
dan akan terjadi medan listrik, jadi bahan tersebut mengubah tekanan mekanis menjadi
tegangan listrik. Bahan piezoelektrik digunakan untuk tranduser, yang ditemui pada
mikrofon, dan sebagainya.
Dalam bahan keramik, muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion. Sifat ini
dapat diubah-ubah dengan merubah komposisi, dan merupakan dasar banyak aplikasi
komersial, dari sensor zat kimia sampai generator daya listrik skala besar. Salah satu
teknologi yang paling prominen adalah sel bahan bakar. Kemampuan penghantaran ion
didasarkan kemampuan keramik tertentu untuk memungkinkan anion oksigen bergerak,
sementara pada waktu yang sama tetap berupa isolator. Zirkonia, ZrO2, yang distabilkan
dengan kalsia (CaO), adalah contoh padatan ionik.
Serbuk Keramik Silikat
Efek Domino pada Pemrosesan Keramik Sesuai dengan sifat alami keramik, bahan
baku keramik yang digunakan untuk produksi mempunyai banyak kendala yang
mempengaruhi pada sifat akhir benda jadi dibandingkan dengan kelompok bahan lain misal
logam atau polimer. Hal ini dikarenakan tidak terdapat tahapan penghalusan lanjut untuk
keramik, tidak seperti logam (peleburan – pembekuan – deformasi plastik). Pada dasarnya,
“apa yang masuk – itulah yang keluar”. Semua ketidak-sempurnaan pada bahan baku
diperbanyak kedalam pembesaran ketidak-sempurnaan dalam produk yang disinter.
Efek domino ini menekankan ketergantungan dari sifat akhir produk keramik dalam
karakteristik semua tahapan pemrosesan, dan secara umum dalam karakteristik bahan baku,
secara harfiah bila terdapat kesalahan dalam satu tahap pemrosesan keramik maka akan
mempengaruhi secara nyata hasil akhir keramiknya.

Mineralogi Keramik
Keramik secara tradisional berdasar pada mineral oksida, atau mineral -mineral
lain dimana dapat berubah menjadi oksida-oksida luluh, seperti hidroksida, karbonat, sulfida,
halida, phospatat dll. Mineral-mineral ini merupakan gabungan dari sebagian besar unsur
yang ada dipermukaan bumi ini. Bagaimanapun juga, berkenaan dengan keunggulan oksigen
dalam kerak bumi, hampir setengah unsur yang telah dikenali terjadi secara normal sebagai
oksida, biasanya oksida kompleks seperti silikat. Struktur silikat meliputi sejumlah besar
unsur-unsur dalam tabel periodik. Jadi, kita dapat secara nyata mengatakan bahwa “ separo
dari dunia ini adalah keramik…”Deret unsur-unsur relatif besar dimana sering terdapat dalam
keramik meliputi: O, Al, Si, Ca, Mg, Ti, Na, K. Hal ini menarik untuk dicatat, bahwa
beberapa keramik penting menunjukkan konsentrasi yang agak tinggi pada air laut.
Sungguh, sebagian besar MgO dengan kemurnian tinggi (suatu bahan tahan api yang
penting) sekarang ini disediakan dari air laut. Bagaimanapun juga, sebagian besar mineral
penting dalam keramik berasal dari transformasi batu beku dari perapian (igneous rock),
seperti halnya granit atau basal dimana kristal terbentuk dari magma (siapa tahu lumpur
lapindo merupakan bahan baku keramik maju yang tersedia…). Batu-batu ini adalah silikat
kompleks, dimana komposisi dapat menggambarkan kandungan dari oksida biner sederhana
seperti silika, alumina, alkali dll.
Silika, oksida yang relatif besar di Bumi (62% berat dari kerak kontinental Bumi)
adalah dasar dari klasifikasi ini. Batu dengan proporsi SiO2 yang tinggi (dan biasanya
mengandung alumina yang tingi, dimana merupakan komponen kedua terbesar di kerak
Bumi, mengandung 16% berat) dikenal dengan nama asidik (acidic), dan dengan silika
rendah (dan biasanya mengandung magnesia yang tinggi {[3,1% dari kerak bumi] dan/atau
kalsia [5,7% dari kerak bumi]): didefinisikan sebagai dasar
Alumina agak tidak umum dalam batuan dasar, dan sebaliknya: magnesia adalah tidak
umum dalam batuan asidik. Hal ini sangat menguntungkan untuk produksi bahan tahan api
khususnya: kontaminasi silang dari batuan dasar dan asidik akan menyebabkan kehilangan
ketahanan api yang signifikan, yaitu secara signifikan menurunkan titik lebur yang
mengkontaminasi bahan.
Kristalisasi dari batuan beku dari perapian menjadikan formasi dari silikat dan
mineral-mineral lain penting dalam pemrosesan keramik. Istimewanya, hal ini
dipercaya dimana kerusakan dari beberapa silikat, diikuti dengan sedimentasi,
membentuk formasi mineral tanah liat.Bahan baku dasar untuk keramik tradisional
termasuk lempung, silika SiO2, dan Fledspars (K, Na) AlSi3O8, dan beberapa industri
kimiawi lain. Tidak ada mineral-mineral yang digunakan dalam pemrosesan tradisional
keramik dapat diperlakukan sebagai “komposisi tetap”. Yaitu, mereka tidak mempunyai
komposisi yang diberikan oleh formula kimia. Sebagai contoh, kandungan silika pada lepung
Kaolin secara umum bervariasi pada 45% berat sampai 50% berat, dan alumina 35 % berat
sampai 40% berat. Keseimbangan dipengaruhi oleh komponen yang mudah menguap (air
dan organiks), dari 10% berat sampai
15% berat. Jumlah ini dapat dibandingkan dengan formula kimiawi ideal dari mineral-
mineral silikat terpilih berikut:
Mineral Formula Kimia Ideal Kaolinit Al2(Si2O5)(OH)4
Halosit Al2(Si2O5)(OH)4 2H2O
Piropillit Al2(Si2O5)2(OH)2
Monmorilonit (Al1,67 Na0,33 Mg0,33)(Si2O5)2(OH)2
Mika Al2K(Si1.5Al0,5)2 (OH)2
Ilit Al2-xMgxK-1-x-y(Si1,5-yAl0.5+YO5)2(OH)2

Pemrosesan Mineral
Teknik modern dan keramik unggul membutuhkan serbuk kemurnian tinggi dimana
akan sangat menguntungkan dan mempunyai karakteristik tertentu (keuntungan dijabarkan
dalam seluruh proses penggilingan (milling) dan klasifikasi prosedur serbuk keramik). Salah
satu kemungkinan klasifikasi dari bahan baku keramik berhubungan dengan teknik
pemrosesan maju/unggul yaitu:
Mineral mentah (crude minerals): tanah liat (gerabah, ubin, bola, bentonit), serpihan, bauksit
mentah, kianit mentah.
Mineral Industri: bola lempung dimurnikan, kaolin, bentonit dimurnikan, piropilit,
talek, feldspar, nepelin syenit, wolastonit, spodumen, pasir kaca, batu api tembikar (potter’s
flint), kianit, bauksit, sirkon, rutil, bijih krom, kaolin kalsinasi, dolomit, dan banyak lagi yang
lain
Industri Kimia: alumina kalsinasi (dari proses Bayer), magnesia kalsinasi (dari air laut),
alumina fusi, magnesia fusi, silikon karbida (proses Acheson), abu soda, barium karbonat,
titania, titaniat kalsinasi, oksida besi, ferit kalsinasi, sirkonia kalsinasi stabil, pigmen sirkonia,
pigmen sirkon kalsinasi.
Operasi peremukan dan penggerindaan awal pada deposit mineral ditujukan
membebaskan komponen yang tidak dikehendaki (ketidak-murnian, organik) dengan
menempatkan dan/atau pemisahan magnetik, dan pengumpulan partikel-halus mineral murni
(misal lempung) dengan pengambangan (floating). Secara alami, lempung hasil proses
mempunyai variasi yang lebar dalam komposisi dan ukuran partikel, tergantung pada lokasi
dan pemrosesan mineral. Sebagai contoh, salah satu pencemar yang paling tidak dikehendaki
dalam kaolin adalah oksida besi, dimana akan secara efektif menghitamkan barang yang
putih. Kaolin Georgia kualitas tinggi dikenal akan kemurniannya (rendah besi) dan sifat
perapian putih bagus. Bola lempung pada umumnya lebih banyak mengandung bahan organik
(menunjukkan “hilangnya” permulaan dalam diagram komposisional) dan lebih plastik

b. POLIMER
Plastik (polimer) adalah material hasil rekayasa manusia, merupakan rantai molekul
yang sangat panjang dan banyak molekul MER yang saling mengikat. Pemakaian plastik juga
sangat luas, mulai peralatan rumah tangga, interior mobil, kabinet radio/televisi, sampai
konstruksi mesin.
Istilah polimer digunakan untuk menggambarkan bentuk molekul raksasa atau rantai
yang sangat panjang yang terdiri atas unit-unit terkecil yang berulangulang atau mer atau
meros sebagai blok-blok penyusunnya. Molekul-molekul (tunggal) penyusun polimer dikenal
dengan istilah monomer.
Polimer Polyethylene, misalnya, adalah salah satu jenis bahan polimer dengan rantai
linear sangat panjang yang tersusun atas unit-unit terkecil (mer) yang berulang-ulang yang
berasal dari monomer molekul ethylene. Perhatikan bahwa monomer memiliki ikatan kovalen
tak jenuh (ikatan ganda) sedangkan pada mer ikatan tersebut menjadi aktif atau ikatan
kovalen terbuka dengan elektron tak berpasangan.
Bahan organik alam mulai dikenal dan digunakan sejak tahun 1866, yaitu dengan
digunakannya polimer cellulose. Bahan organik buatan mulai dikenal tahun 1906
dengan ditemukannya polimer Phenol Formal dehide atau Bakelite, mengabadikan nama
penemunya L.H. Baekeland. Bakelite, hingga saat ini masih digunakan untuk berbagai
keperluan. Para mahasiswa metalurgi atau metallographist profesional misalnya
menggunakan bakelit untuk memegang (mounting) spesimen metalografi dari sampel
logam yang akan dilihat struktur mikronya di bawah mikroskop optik reflektif.
Istilah plastik, yang sering digunakan oleh masyarakat awam untuk menyebut
sebagian besar bahan polimer, mulai digunakan pada tahun 1909. Istilah tersebut berasal dari
kata Plastikos yang berarti mudah dibentuk dan dicetak. Teknologi modern plastik baru
dimulai tahun 1920-an, yaitu dengan mulai digunakannya polimer yang berasal dari produk
derivatif minyak bumi, seperti misalnya Polyethylene. Salah satu jenis plastik yang
sering kita jumpai adalah LDPE (Low Density Poly Ethylene) yang banyak digunakan
sebagai
plastik pembungkus yang lunak dan sangat mudah dibentuk.
Di samping pembagian di atas, yaitu natural polymer yang berasal dari alam
(misalnya cellulose) dan synthetic polymer yang merupakan hasil rekayasa manusia
(misalnya bakelite dan plyethylene), polimer umumnya dikelompokkan berdasarkan perilaku
mekanik dan struktur rantai atau molekulnya. Polimer thermoplastik, misalnya polyethylene,
adalah jenis polimer yang memiliki sifat-sifat thermoplastik yang disebabkan oleh struktur
rantainya yang linear (linear), bercabang (branched) atau sedikit bersambung (cross linked).
Polimer dari jenis ini akan bersifat lunak dan viskos (viscous) pada saat dipanasikan dan
menjadi keras dan kaku (rigid) pada saat didinginkan secara berulang-ulang. Sementara itu,
polimer thermoset (termosetting), misalnya bakelite, hanya melebur pada saat perta ma
kali dipanaskan dan selanjutnya mengeras secara permanen pada saat didinginkan. Polimer
jenis ini bersifat lebih keras dan kaku (rigid) karena strukturnya molekulnya yang
membentuk jejaring tiga dimensi yang saling berhubungan (network).
Polimer jenis elastomer, misalnya karet alam, memiliki daerah elastis non linear
yang sangat besar yang disebabkan oleh adanya sambungan-sambungan antar
rantai (cross links) yang berfungsi sebagai ’pengingat bentuk’ (shape memory) sehingga karet
dapat kembali ke bentuknya semula, pada saat beban eksternal dihilangkan.

Proses Pembentukan Polimer (Polimerisasi)


Proses pembentukan rantai molekul raksasa polimer dari unit-unit molekul
terkecilnya (mer atau meros) melibatkan reaksi yang kompleks. Prosespolimerisasi tersebut
yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis reaksi, yaitu:

(1) polimerisasi adisi (Addition), dan

(2) polimerisasi kondensasi (Condensation).


Reaksi adisi, seperti yang terjadi pada proses pembentukan makro molekul
polyethylene dari molekul-molekul ethylene, berlangsung secara cepat tanpa produk
samping (by-product) sehingga sering disebut pula sebagai Pertumbuhan Rantai (Chain
Growth). Sementara itu, polimerisasi kondensasi, seperti yang misalnya pada pembentukan
bakelit dari dua buah mer berbeda, berlangsung tahap demi tahap (Step Growth) dengan
menghasilkan produk samping, misalnya molekul air yang dikondensasikan keluar.

Contoh polimerisasi dengan reaksi adisi adalah proses pembentukan


Polyethylene (PE). Proses pembentukan polimer berlangsung dalam 3 tahap,
yaitu:
(1) inisiasi
(2) adisi atau pertumbuhan rantai, dan
(3) terminasi.
Untukmemulai proses polimerisasi ethylene, ditambahkan H2O2 sehingga terjadi
pemutusan ikatan kovalen antar oksigen dalam molekul Hidrogen Peroksida dan ikatan
kovalen antar karbon dalam molekul Ethylene. Polimerisasi dimulai dengan terbentuknya dua
kelompok inisiator (OH) dan mer. Satu dari dua kelompok OH selanjutnya akan bergabung
dengan mer ethylene mengawali terbentuknya rantai molekul polimer. Selanjutnya akan
terjadi pertumbuhan rantai yang berlangsung sangat cepat membentuk rantai molekul raksasa
linear. Terminasi dari pertumbuhan rantai dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) dengan
bergabungnya OH ke ujung rantai molekul, dan (2) bergabungnya dua rantai molekul.
Panjang dari rantai polimer dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan jumlah inisiator.

1
Secara, umum, jika jumlah inisiator yang diberikan sedikit, maka jumlah OH yang tersedia
untuk menghentikan reaksi semakin sedikit pula. Yang perlu dicatat adalah bahwa di reaksi
adisi ini tidak menghasilkan produk sampingan (by product).
Contoh dari polimerasi kondensasi adalah proses pembentukan Bakelit yang telah kita
kenal sebelumnya. Nama kondensasi diberikan karena pada proses polimerisasi ini
dikondensasikan molekul air sebagai produk sampingan (by product)-nya. Bakelit, produk
utama dari reaksi ini, terbentuk dari dua jenis molekul mer, yaitu Phenol dan Formal Dehide.
Tidak seperti halnya pada polimerisasi adisi, reaksi berlangsung lebih lambat, tahap demi
tahap, sehingga sering pula disebut sebagai reaksi pertumbuhan tahap demi tahap (step
growth reaction). Rantai molekul yang terbentuk dalam proses polimerisasi bakelit ini
lebih rigid, karena membentuk jejaring tiga dimensi (three dimensional network) yang
kompleks.
Berat Molekul dan Derajat Polimerisasi
Panjang rata-rata dari rantai polimer dapat dilihat dari berat molekul (molecular
weight) polimer. Berat molekul dari polimer pada dasarnya adalah penjumlahan dari berat
molekul-molekul mer-nya. Jadi semakin tinggi berat molekul dari suatu polimer tertentu,
semakin besar panjang rata-rata dari rantai polimernya. Mengingat polimerasasi
adalah peristiwa yang terjadi secara acak, maka berat molekul biasanya ditentukan secara
statistik dalam bentuk rata-rata berat molekul atau distribusi berat molekulnya.
Suatu polimer thermoplastik misalnya, memiliki distribusi berat molekul
sebagaimana terlihat dalam gambar berikut ini. Distribusi berat molekul tersebut terjadi
karena proses polimerisasi terjadi secara acak (random) sehingga thermoplastik tersebut
terdiri atas banyak rantai-rantai polimer yang berbeda-beda panjangnya. Dari distribusi
tersebut dapat ditentukan rata-rata berat molekul dari thermoplastik tersebut.
Derajat polimerisasi (DP) dari suatu polimer adalah rasio atau perbandingan berat
molekul polimer dengan berat molekul mer-nya. Suatu polyethylene (PE)
dengan berat molekul 28.000 g misalnya, memiliki derajat polimerisasi 1000
karena berat molekul dari mer-nya (C2H4) adalah 28 (12x2 + 1x4). DP
menggambarkan ukuran molekul dari suatu polimer berdasarkan atas jumlahdari monomer
penyusunnya
Berat molekul rata-rata atau derajat polimerisasi dari suatu polimer thermoplastik
sangat berpengaruh terhadap keadaan dan sifat-sifatnya.
Viskositas dan kekuatan polimer misalnya akan meningkat dengan meningkatnya
berat molekul atau derajat polimerisasinya. Sebagai ilustrasi, kita dapat
1
membandingkan

2
keadaan dari monomer ethylene pada derajat polimerisasi yang berbeda-beda. Perbedaan dari
sifat-sifat tersebut dapat dijelaskan oleh fakta bahwa semakin panjang rantai molekul suatu
polimer, semakin besar energi yang diperlukan untuk mengatasi ikatan sekundernya.
Ikatan-ikatan dalam Polimer Ikatan-ikatan dalam polimer dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu ikatan primer dan ikatan sekunder. Ikatan primer dari suatu
polimer adalah ikatan kovalen, yaitu ikatan antar atom dengan cara memakai elektron secara
bersama-sama, sebagaimana diilustrasikan dalam gambar.
Ikatan-ikatansekunder yang penting di dalam polimer misalnya adalah ikatan Van der
Waals, ikatan Hidrogen, dan ikatan Ionik. Ikatan primer kovalen termasuk ikatan antar atom
yang sangat kuat, jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan ikatan-ikatan sekunder, 10 hingga
100 kalinya. Kekuatan ikatan primer ganda antar atomkarbon di dalam ethylene (C=C),
misalnya besarnya adalah 721 kJ/(g.mol) sedangkan ikatan antar atom karbon dan hidrogen
(C-H) adalah 436 kJ/(g.mol).

Strukur Rantai Molekul Polimer


Arsitektur polimer sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan perilakunya secara
umum. Secara umum, polimer dapat dikelompokkan menjadi empat jenis berdasarkan
struktur molekulnya, yaitu:
(1) polimer linear (linear polymer)
(2) polimer bercabang (branched polymer)
(3) polimer berkait (cross-linked polymer)dan
(4) polimer berjejaring (network polymer).
Polyethy linear adalah contoh dari jenis polimer dengan struktur rantai linear dan
bercabang. Struktur rantai tersebut menyebabkan polyethylene berperilaku termoplastik,
yaitu dapat dibentuk menjadi suatu bentuk tertentu dan dikembalikan ke bentuk semula.
Struktur rantai molekul berkait adalah struktur rantai yang khas dari karet yang
memiliki daerah elastis non-linear yang sangat besar. Cross-link atau kaitan antar
rantai dalam hal ini berfungsi sebagai ‘pengingat bentuk’ (shape memory) dari karet.
Bakelite salah satu contoh polimer yang telah kita bahas sebelumnya memiliki struktur
rantai molekul berjejaring 3 dimensi yang kompleks. Struktur rantai ini sangat rigid
sehingga polimer dengan struktur rantai ini akan berperilaku termoset, yaitu menjadi rigid
secara permanen pada saat pertama kali didinginkan.
Secara umum, perilaku mekanik dari berbagai jenis polimer dapat dijelaskan dari ikatan-
ikatan atom dan struktur rantai molekulnya.
1
Derajat Kekristalan Polimer
Tidak seperti halnya logam, polimer pada umumnya bersifat amorphous, tidak bersifat
kristalin atau memiliki keteraturan dalam rentang cukup panjang.Namun, polimer dapat
mdirekayasa sehingga strukturnya memiliki daerah kristalin, baik pada proses sintesis
maupun deformasi. Besarnya daerah kristalin dalam polimer dinyatakan sebagai derajat
kekristalan polimer. Derajat kekristalan polimer misalnya dapat direkayasa dengan
mengendalikan laju solidifikasi dan struktur rantai, walaupun sangat sulit untuk mendapatkan
derajat kekristalan 100% sebagaimana halnya pada logam. Polimer dengan struktur
rantai bercabang misalnya akan memiliki derajat kekristalan yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan struktur tanpa cabang. Sifat-sifat mekanik dan fisik dari polimer
sangat dipengaruhi oleh derajat kekri jrestalannya. Sifat-sifat mekanik yang dipengaruhi oleh
derajat kekristalan misalnya adalah kekakuan (stiffness), kekerasan (hardness), dan
keuletan (ductility). Sedangkan sifat-sifat fisik yang berhubungan dengan derajat
kekristalan misalnya adalah sifat-sifat optik dan kerapatan (density) dari polimer.

c. KOMPOSIT
Komposit merupakan material hasil kombinasi dari dua material atau lebih, yang
sifatnya sangat berbeda dengan sifat masing-masing material asalnya. Komposit selain dibuat
dari hasil rekayasa manusia, juga dapat terjadi secara alamiah, misalnya kayu, yang terdiri
dari serat selulose yang berada dalam matriks lignin. Komposit saat ini banyak dipakai dalam
konstruksi pesawat terbang, karena mempunyai sifat ringan, kuat dan non magnetik.

B. Sifat – Sifat Material


Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik
mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat –sifat itu akan mendasari dalam
pemilihan material, sifat tersebut adalah:
· Sifat mekanik
· Sifat fisik
· Sifat teknologi
Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat material
tersebut
1. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari
pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau
perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau
gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban
statik dan beban dinamik. Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban
statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi
waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian mekanik.
Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari pengujian tersebut
akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen
pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis, komposisi dan
perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada material uji yang
memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada
material dan ketelitian dalam membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi antara
lain: kekuatan tarik, ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan
impak, kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.
Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:
1. Kekuatan (strength)
Merupakan kemampuan suatu material untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan
material menjadi patah. Berdasarkan pada jenis beban yang bekerja, kekuatan dibagi
dalam beberapa macam yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan
torsi, dan kekuatan lengkung.

2. Kekakuan (stiffness)
Adalah kemampuan suatu material untuk menerima tegangan/beban tanpa mengakibatkan
terjadinya deformasi atau difleksi.

3. Kekenyalan (elasticity)
Didefinisikan sebagai kemampuan meterial untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah tegangan
dihilangkan, atau dengan kata lain kemampuan material untuk kembali ke bentuk dan
ukuran semula setelah mengalami deformasi (perubahan bentuk).
4. Plastisitas (plasticity)
Adalah kemampuan material untuk mengalami deformasi plastik (perubahan bentuk
secara permanen) tanpa mengalami kerusakan. Material yang mempunyai plastisitas
tinggi dikatakan sebagai material yang ulet (ductile), sedangkan material yang
mempunyai plastisitas rendah dikatakan sebagai material yang getas (brittle).

5. Keuletan (ductility)
Adalah sutu sifat material yang digambarkan seprti kabel dengan aplikasi kekuatan tarik.
Material ductile ini harus kuat dan lentur. Keuletan biasanya diukur dengan suatu periode
tertentu, persentase keregangan. Sifat ini biasanya digunakan dalam bidan perteknikan,
dan bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak, tembaga, aluminium, nikel, dll.

6. Ketangguhan (toughness)
Merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan.

7. Kegetasan (brittleness)
Adalah suatu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan dengan keuletan. Kerapuhan
ini merupakan suatu sifat pecah dari suatu material dengan sedikit pergeseran permanent.
Material yang rapuh ini juga menjadi sasaran pada beban regang, tanpa memberi
keregangan yang terlalu besar. Contoh bahan yang memiliki sifat kerapuhan ini yaitu besi
cor.

8. Kelelahan (fatigue)
Merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila menerima beban bolak-
balik (dynamic load) yang besarnya masih jauh di bawah batas kekakuan elastiknya.

9. Melar (creep)
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik bila
pembebanan yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu yang lama pada suhu
yang tinggi.

10. Kekerasan (hardness)


Merupakan ketahanan material terhadap penekanan atau indentasi / penetrasi. Sifat ini
berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance) yaitu ketahanan material terhadap
penggoresan atau pengikisan.

Load
Didefinisikan sebagai kekuatan eksternal yang mendukung bagian dari sutau mesin. Beban
ini terdiri dari 3 tipe, yaitu:
ü Beban tetap (steady load), dikatakan beban tetap apabila beban dalam keadaan diam
dimana benda tersebut tidak dapat erubah arah.
ü Beban gerak (variying load), apabila beban dapat dipindahkan secara
kontiyu.
ü Beban kejut (shock load), apabila bebam digunakan dan dipindahkan secara tiba-
tiba.

Tegangan
Saat gaya atau beban dari system eksternal terjadi pada benda kerja, gaya internal aka muncul
dari dalam benda kerja baik searah ataupun berlawanan arah sebagai reaksi atas gaya
eksternal tersebut. Stress adalah besarnya gaya internal yangtimbul per satuan luas area pada
benda kerja.

Regangan
Adalah gaya yang diberikan pada suatu benda dengan memberikan tegangan tarik sehingga
benda tersebut juga mengalami perubahan bentuk.

Tensile Stress / Tegangan Tarik


Adalah suatu sifat bahan hubungan tegangan-regangan pada tarikan memberikan nilai yang
cukup berubah tergantung pada laju tegangan temperature dll. Umumpnya kekuatan tarik
lebih rendah daripada umpannya seperti baja, duralumin dll.

Compressive Stress / Tegangan Tekan


Compressive in terjadi bila suatu benda kerj ayang menjadi sasaran aksial yang sama ata
berlawanan, dimana tekanan ini disebabakan pada setiap sisi dari benda kerja dan inilah yang
disebut dengan compressive stress. Pertimbangan lain akan menunjukkan bahwa dengan
regangan.
1
adanya tegangan beban, akan ada penurunan penjang benda kerja dimana perbandingan
pengurangan panjang dengan panjang asli suatu benda kerja dikenal sebagai tegangan

regangan.
2
Shear Stress / Tegangan Geser
Ketika benda kerja menjadi sasaran dua kekuatan yang sama atau berlawanan, bergerak
secara tangensial dengan sisi yang berlawanan, dimana ini disebabkan pada setiap sisi dari
benda kerja dan inilah yang disebut shear stress. Dan yang berhubungan dengan regangan
dikenal shear strain, yang diukur dengan sudut deformasi yang berdekatan dengan shear
stress

Modulus Young
Hukum Hook menyatakan bahwa ketika benda kerja pada sutu bahan yang elastis maka
tegangan akan seimbang dengan regangan. Dimana E adalah konstanta maka dapat dikatakan
3 2
modulus young, dan satuan yang digunakan adalah kg/cm atau N/mm .
s
E=
e

Bearing Stress / Tegangan Dukung


Pembatasan compressive stress pada area antara 2 bagian dikenal sebagai bearing stress.
Bearing stress ini dapat digunakan dalam mendesign penyambungan paku. Distribusi dari
bearing stress ini tidak selalu sama tetapi bergantung pada bentuk permukaan benda kerja dan
sifat-sifat fisik dari dua material tersebur. Sedangkan distribusi tekanan akan sama. Bila
pendistribusian stress sulit untuk ditentikan oleh karena itu bearing stress biasanya
dikalkuasikan dengan membagi beban pada beberap area.

Bending Stress / Tegangan Tekuk


Dalam kegiatan perteknikan, bagian-bagian atau anggota structural mungkin menjadi
sasaran pada beban static atau dinamis yang disebut sebagai bending stress. Sedikit
pertimbangan akan menujukkan karena adanya moment bending, kabel pada bagian atas
benda kerja akan diperpendek karena akompresi terebut.

2. Sifat Fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat fisik adalah
kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh
pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada struktur
material. Sifat fisik material antara lain : temperatur cair, konduktivitas panas dan panas
spesifik.
1
Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat mekanik dapat diatur
dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya perlakuan fisik akan membawa
penyempurnaan dan pengembangan material bahkan penemuan material baru.

3. Sifat Teknologi
Selanjutnya sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat teknologi yaitu
kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan kekuatan tinggi dapat
dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan pengerolan atau penempaan.
Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat dengan proses pengecoran. Sifat-sifat
teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu
bentuk. Sifat material terdiri dari sifat mekanik yang merupakan sifat material terhadap
pengaruh yang berasal dari luar serta sifat-sifat fisik yang ditentukan oleh komposisi yang
dikandung oleh material itu sendiri.

Pengaruh Lingkungan Terhadap Perilaku Material


Hubungan antara struktur, sifat dan prosses juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar,di mana material tersebut diperlakukan. Beberapa kategori yang disebut sebagai
lingkungan adalah; suhu, korosi dan radiasi. Suhu. Perubahan suhu secara drastis dapat
mengubah sifat-sifat dari material
(gambar 1-12). Kekuatan dari sebagian besar material akan turun bila suhu dinaikkan.
Selanjutnya suatu kondisi yang sangat buruk dapat secara tiba – tiba terjadi pada
material bila ditempatkan pada temperatur yang melebihi titik kritisnya. Material
yang telah diperkuat dengan mendapatkan suatu perlakuan panas atau pada sebuah
teknik pembentukan bisa saja secara mendadak kehilangan kekuatannya bila
dipanaskan lanjut. Temperatur yang sangat rendah pun dapat menyebabkan material
baja menjadi rapuh walaupun hanya diberikan beban yang ringan. Temperatur tinggi
pun dapat menyebabkan perubahan struktur pada keramik dan menyebabkan material
polimer mencair atau menjadi hangus.
Saat ini teknologi untuk membuat material menjadi semakin tahan terhadap pengaruh
panas semakin marak seiring dengan tuntutan pasar seperti pada pesawat ataupun
kendaraan luar angkasa (gambar 1-13). Pada aplikasi pesawat terbang, pengaruh
peningkatan suhu permukaan yang diakibatkan oleh gesekan permukaan dengan udara
sangatlah kentara dan sebagai tambahan atas kondisi ini adalah mesin akan beroperasi
dengan effisien (hemat BBM) pada suhu yang tinggi. Untuk menjawab tantangan agar
mendapatkan kecepatan yang tinggi dengan menggunakan bahan bakar yang hemat
maka penemuan terhadap material yang tahan panas terhadap suhu permukaan dan
suhu mesin secara bertahap ditemukan.
Korosi. Sebagian besar metal dan polimer bereaksi terhadap oksigen atau gas
lainnya terutama pada temperatur tinggi. Metal dan keramik dapat hancur pada kondisi
ini, sedangkan material polimer akan menjadi getas atau rapuh (gambar 1-14). Material
juga bisa diserang oleh berbagai macam cairan yang korosif. Metal bisa mendapatkan
serangan korosi secara seragam atau secara selektif dalam bentuk munculnya celah
atau lubang yang mengkibatkan kegagalan prematur (gambar 1-15). Saat ini telah
banyak dikembangkan teknologi pelapis yang dapat melindungi material dari
pengaruh korosi.

Radiasi. Radiasi energi tinggi, seperti neutron yang dihasilkan pada reaktor nuklir,
dapat mempengaruhi struktur internal dari seluruh material serta dapat menghasilkan
kehilangan kekuatan, kegetasan, ataupun perubahan yang kritis dari sifat – sifat
fisis.
Selain itu juga dimensi dari suatu material juga dapat berubah seperti
terjadinya pembengkakan atau bahkan terjadinya retak.

Pemilihan Material
Pemilihan material untuk berbagai macam aplikasi pada awalnya sangat
tergantung kepada suatu proses yang dinamakan pemilihan material. Pemilihan ini
biasanya didasari oleh beberapa persyaratan yang harus dilewati, diantaranya :
1. Material tersebut harus mampu memenuhi persyaratan fisik dan mekanik.
2. Material tersebut mudah untuk dibentuk ataupun dipabrikasi.
3. Material yang dapat diproses tersebut haruslah memiliki nilai ekonomis.

C. PROSES PENGOLAHAN LOGAM

Secara umum logam bisa dibedakan atas dua yaitu : logam-logam besi (ferous) dan
logam-logam bukan besi (non feorus). Sesuai dengan namanya logam-logam besi adalah
logam atau paduan yang mengandung besi sebagai unsur utamanya, sedangkan logam-logam
bukan besi adalah logam yang tidak atau sedikit sekali mengandung besi.
Logam-logam besi terdiri atas :
- besi tuang (cast iron)
- baja karbon (carbon steel)
- baja paduan (alloy steel)
- baja spesial (specialty steel)
Keempat kelompok besi diatas terbagi lagi atas pengelompokan yang lebih kecil yang
diperlihatkan pada tabel 1. Untuk logam bukan besi contohnya adalah logam dan paduan
seperti : aluminium, tembaga, timah, emas, magnesium dsb.
Dalam penggunaannya pada bidang teknik diharuskan memilih bahan logam yang
sesuai dengan keperluan aplikasi dalam hal kekuatan, kekerasan, kekuatan lelah, ketahan
korosi dan sebagainya sehingga dalam pemakaiannya akan memberikan hasil yang paling
optimal.
Sifat-sifat yang diperlukan di dalam aplikasi sangat dipengaruhi oleh struktur bahan tersebut,
sedangkan struktur yang terbentuk dipengaruhi oleh komposisi kimia, teknik/proses
pembuatan serta proses perlakuan panas yang diberikan kepada logam tersebut. Secara
skematik hubungan antara struktur, sifat mekanik dan kualitas yang diberikan logam
diperlihatkan pada gambar 1.
Pada produk rekayasa, selain pengaruh faktor-faktor diatas, kualitasnya juga
dipengaruhi oleh faktor desain (perencanaan) dan kondisi pengoperasian.
Pada dewasa ini penggunaan logam yang paling banyak masih didominasi oleh logam
besi dan paduannya terutama di bidang permesinan. Logam aluminium dan paduannya juga
mengalami penggunaan yang meningkat akhir-akir ini karena beberapa sifat-sifatnya yang
disukai yang salah satunya adalah bobotnya yang ringan.

Tabel 1: Pembagian Paduan Besi dan Baja Menurut Komposisinya.

No. Paduan besi dan Baja Komposisi kimia (dalam %)

1 Besi tuang 2-4 %C, 1-3 %Si, 0,80 %Mn (maks)


0,10

- Besi tuang kelabu Disamping terdapat perbedaan yang


kecil
- Besi tuang putih dari segi komposisi, perbedaan sifat
-sifat
- Besi tuang noduler besi tuang ditentukan oleh struktur mikro
karena proses pembuatan atau karena
proses perlakuan panas.
- Besi tuang paduan Unsur-unsur pemadu : Cr, Ni, Mo, Al
atau logam-logam lainnya.

2. Baja karbon :
- Baja karbon rendah 0,08-0,35 %C | 0,25-1,50 %Mn
- Baja karbon sedang 0,35-0,50 %C plus | 0,25-0,30 %Si
- Baja karbon 0,04 %P (maks) | 0,05 %S (maks)

3. Baja paduan :
- Baja paduan rendah - Seperti pada baja karbon rendah
+unsur-unsur pemadu kurang dari 4 %
seperti : Cr, Ni, Mo, Cu, Al, Ti, V, Nb,B,
W dll.
- Baja paduan medium - Seperti pada baja paduan rendah
tetapi jumlah unsur-unsur pemadu
diatas 4%.
4. Baja Spesial :
- Baja stainless : a. Feritik (12-30 %Cr dan kadar karbon
rendah)
b. Martensitik (12-17 %Cr dan 0,1-1,0 %
C)
c. Austenitik (17-25 %Cr dan 8-20% Ni)
d. Duplek (23-30 %Cr, 2,5-7 %Ni, plus
Ti dan Mo)
e.Presipitasi (seperti pada austenitik,
plus
elemen pemadu seperti : Cu, Ti, Al,
Mo, Nb atau N)
- Baja perkakas General purpose steels Die steels
High speed steels (0,85-1,25 %C, 1,50-
20 %W, 4-9,5 %Mo, 3-4,5 %Cr, 1-4%V,
5-12 Co)

D. KARAKTERISTIK LOGAM

Sebelum mempelajari dasar-dasar fisik logam, kita terlebih dahulu harus mempunyai
gambaran yang jelas tentang golongan kualitas keadaan logam. Sering terbayang oleh kita
bahwa logam adalah sesuatu yang mempunyai kilauan tinggi, konduktivitas listrik serta panas
yang baik, dapat ditempa, dan ulet.
Diantara sesama logam sendiri variasi perbedaan sifat teryata sangat besar. Untuk
mengambarkan perbedaan mencolok antara perilaku logam yang satu dengan yang lain orang
cukup membandingkan masing-masing dengan ulet serta mudahnya timbal (lead) ditempa
pada suhu kamar, serta kekerasan dan kerapuhan tungsten pada suhu sama.
Sifat yang paling sering dianggap mencirikan logam adalah konduktivitas listrik atau
konduktivitas termalnya yang tinggi. Sebagai contoh, logam konduktor listrik yang paling
baik adalah tembaga sedangkan yang paling buruk adalah timbal, padahal kehambatan
(resituvity) timbal hanya dua belas kali kehambatan tembaga. Sangat besarnya perbedaan
konduktivitas antara logam dan non logam adalah karena pada logam yang mengalami beda
potensial elektron-elektron dapat bergerak bebas, sementara pada bahan non logam tidak
demikian. Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik dasar logam harus dipelajari dari
struktur elektronnya, atau dengan kata lain pengkajian material teknik harus dimulai dari
pemahaman struktur atom-atom yang membentuknya.

E. ATOM

Dalam gambaran sederhana oleh Rutherford, atom terbentuk atas inti bermuatan
positif pembawa sebagian besar massa atom, dengan elektron-elektron yang bergerak
mengitarinya. Ruterford mengatakan bahwa elektron-elektron mengitari inti dalam orbit
melingkar sehingga gaya sentrifugal semua elektron tepat sama dengan gaya tarik
elektrostatik antara inti yang bermuatan positif dan elektronelektron yang bemuatan negatif.
Guna menghindari kesulitan dalam pemahaman akibat adanya hokum
elektrodinamika yang disini menyatakan bahwa elektronelektron yang berevolusi harus terus-
menerus melepaskan energi berupa radiasi elektromagnetik, maka Bohr dalam tahun 1913
terpaksa menyimpulkan bahwa dari semua orbit yang mungkin, hanya orbit-orbit tertentu saja
yang boleh ditempati oleh electron.
Orbit-orbit khusus itu diandaikan mempunyai sifat luar biasa, yakni bahwa bila
sebuah elektron berada dalam salah satu orbit tersebut, radiasi tak akan terjadi.Kumpulan
orbit-orbit stabil tadi dicirikan menurut kritiria yang menyatakan bahwa momentum sudut
elektron-elektron dalam orbit dihitung mengunakan rumus nh h konstanta
Planck dan n bilangan bulat (n = 1, 2, 3, …). Dengan cara ini Bohr berhasil memberikan
penjelasan yang memuaskan tentang spektrum garis atom hydrogen, sekaligus membangun
batu pijakan untuk teori atom modern.
Ketika selanjutnya teori atom dikembangkan oleh de Broglie, Schodinger dan Heienberg,
orang yang menyadari bahwa hukum-hukum klasik tentang dinamika partikel tidak dapat
diterapkan terhadap partikel-partikel dasar (fundamental particles).
Dalam dinamika klasik, sudah menjadi prasyarat bahwa posisi dan momentum suatu
partikel diketahui secara tepat, namun dalam dinamika atom bila posisi partikel secara pasti,
maka besaran yang lain (momentum) tidak dapat ditentukan.
Dalam kenyataan, ketidak pastian tentang posisi dan momentum partikel kecil harus
kita akui, akan tetapi hasil kali derajat ketidakpastian masing-masing besaran tadi dapat kita
hubungkan dengan nilai konstanta Planck (h = 6.6256 x 10-34 Js).
Di alam makroskopik ketiddakpastian ini terlalu kecil untuk dapat diukur, namun bila
kita melakukan sesuatu terhadap gerak elektron yang mengelilingi inti atom, penerapan
prinsip ketidakpastian (Uncertainty Principle-istilah yang diperkenalkan oleh Heisenberg)
penting sekali.
Akibat menganut Prinsip Ketidakpastian ini, kita tak boleh lagi membayangkan
elektron sebagai sesuatu yang bergerak dalam orbit tetap mengelilingi inti. Kita harus
memandang gerak elektron sebagai fungsi gelombang.
Dengan fungsi ini kita hanya mungkin mendapatkan elkctron yang energinya tertentu
saja diruang disekitar inti. Situasi menjadi lebih rumit bila kita memperhitungkan kenyataan
bahwa elektron bukan hanya bergerak mengitari inti, namun juga berpusing pada porosnya
sendiri. Sebagai konsekuensi, untuk menyatakan gerak elkctron disebuah atom kita tidak lagi
mengunakan integer tunggal n, seperti pada teori Borh. Sekarang kita harus menyatakan
keadaan elektron mengunakan empat buah bilangan.
Bilangan-bilangan yang dikenal sebagai bilangan-bilangan kuantum ini adalah n, l, m
dan s, dimana n merupakan bilangan kkuatum pertama (principal quantum number),
1
l

2
bilangan kuantum orbit (orbital quantum number), m bilangan kuantum dalam (inner
quantum number) dan s bilangan kuantum spin (spin quantum number). Prinsip dasar lain
teori kuantum modern untuk atom adalah Prinsip Pengecualian Pauli (Pauli Exclusion
Principle) yang yang menyatakan bahwa dalam sebuah atom tidak ada dua elektron yang bias
memiliki perangkat bilangan kuantum
persis sama.
Jika kita ingin memahami cara membuat Tabel Periodik menurut struktur elektronik
atom-atom berbagai unsure, kita harus memperhatikan kebermaknaan keempat bilangan
kuantum tadi, sekaligus batasan harga-harga numeric yang dapat dimiliki masing-masing.
Bilangan kuantum yang paling penting adalah bilangan kuantum utama, karena inilah yang
paling berperan dalam penentuan energi elektron.
Bilangan kuantum utama dapat memiliki harga bilangan bulat mulai dari n = 1, yang
menyatakan energi paling rendah. Elektron dengan n = 1 paling stabil, dan kestabilan
berkurang dengan naiknya harga n. Elektron yang bilangan kuantum utamanya n dapat
mempunyai bilangan kuantum orbital bernilai bulat antara 0 dan (n - 1). Jadi jika n = 1,
l harus 0, sementara bila n = 2, l = 0 atau 1, dan bila n = 3, l = 0, 1, atau 2. bilangan
kuantum orbital menyatakan momentum sudut elektron ketika mengitari inti, dan ini
mnentukan sesuatu yang dalam mekanika nonkuantum disebut bentuk orbit.
Untuk suatu harga n, elektron dengan l paling rendah akan mempunyai energi paling
rendah, sehingga semakin tinggi harga l makin besar ula energinya. Dua bilangan kuantum
yang lain, yaitu m dan s berturut-turut menyatakan orientasi orbit elektron diseputar inti dan
orientasi arah spin elektron. Untuk suatu harga l, sebuah elektron boleh mempunyai bilangan
kuantum dalam m bernilai bulat dari +l sampai –l, termasuk 0. jadi untuk l = 2, m bisa
mempunyai harga-harga +2, +1, 0, -1, dan –2. Elektro-elektron dengan harga-harga n dan l
yang sama tetapi berbeda dalam harga-harga m mempunyai energi yang sama besar, asalkan
tidak dipengaruhi suatu medan magnet. Bila ada medan magnet, energi elektron-elektron
dengan harga-harga m berbeda akan berubah sedikit, seperti yang tampak dari terpisahnya
garis-garis spektrum pada efek Zeeman. Untuk sebuah electron yang mempunyai harga-harga
n, l dan m sama besar, bilangan kuantum spin s-
n bahwa harga tesebut bukan bilangan bulat untuk sementara ini tidak perlu
dirisaukan; yang perlu kita ingat hanyalah bahwa dua elektron dalam sebuah atom dapat
mempunyai harga-harga n, l dan m yang sama, serta bahwa kedua elektron tadi akan
berpusing dengan arah berlawanan. Hanya dibawah pengaruh medan magnet saja energi dua
elektron dengan spin berlawanan akan berbeda.
1
STRUKTUR ATOM
Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan neutron, dan
di kelilingi oleh elektron yang bergerak. Elektron dan proton mempunyai muatan listrik yang
besarnya 1,60 x 10-19 C dengan tanda negatif untuk elektron dan positif untuk proton
sedangkan neutron tidak bermuatan listrik. Massa partikel-partikel subatom ini sangat kecil:
proton dan neutron mempunyai massa kira-kira sama yaitu 1,67 x 10-27 kg, dan lebih besar
dari elektron yangmassanya 9,11 x 10-31 kg.
Setiap unsur kimia dibedakan oleh jumlah proton di dalam inti, atau nomor atom (Z).
Untuk atom yang bermuatan listrik netral atau atom yang lengkap, nomor atom adalah sama
dengan jumlah elektron. Nomor atom merupakan bilangan bulat dan mempunyai jangkauan
dari 1 untuk hidrogen hingga 94 untuk plutonium yang merupakan nomor atom yang paling
tinggi untuk unsur yang terbentuk secara alami.
Massa atom (A) dari sebuah atom tertentu bisa dinyatakan sebagai jumlah massa
proton dan neutron di dalam inti. Walaupun jumlah proton sama untuk semua atom pada
sebuah unsur tertentu, namun jumlah neutron (N) bisa bervariasi. Karena itu atom dari sebuah
unsur bisa mempunyai dua atau lebih massa atom yang disebut isotop. Berat atom berkaitan
dengan berat rata-rata massa atom dari isotop yang terjadi secara alami. Satuan massa atom
(sma) bisa digunakan untuk perhitungan berat atom. Suatu skala sudah ditentukan dimana 1
sma didefinisikan sebagai 1/12 massa atom dari isotop karbon yang paling umum, karbon 12
(12C) (A = 12,00000). Dengan teori tersebut, massa proton dan neutron sedikit lebih besar
dari satu, dan A Z + N Berat atom dari unsur atau berat molekul dari senyawa bisa
dijelaskan berdasarkan sma per atom (molekul) atau massa per mol material. Satu mol zat
terdiri dari 6,023 x 1023 atom atau molekul (bilangan Avogadro). Kedua teori berat
atom ini dikaitkan dengan persamaan berikut:
1 sma/atom (molekul) = 1 g/mol
Sebagai contoh, berat atom besi adalah 55,85 sma/atom, atau 55,85 g/mol.
Kadang-kadang penggunaan sma per atom atau molekul lebih disukai; pada
kesempatan lain g/mol (atau kg/mol) juga digunakan; satuan yang terakhirlah yang akan
digunakan pada buku ini.

IKATAN ATOM PADA BAHAN PADAT GAYA DAN ENERGI IKAT


Ketika atom didekatkan dari suatu jarak yang tak terbatas. Pada jarak jauh, interaksi
bisa diabaikan, tetapi ketika atom saling mendekati, masing-masing memberikan gaya ke
yang lainnya. Gaya ini ada dua macam, tarik atau tolak, dan besarnya merupakan fungsi
1
jarak

2
antar atom. Sumber gaya tarik FA tergantung pada jenis ikatan yang ada antara dua atom.
Besarnya berubah dengan jarak, seperti yang digambarkan secara skematis pada Gambar
2.8a. Akhirnya, kulit elektron terluar dari kedua atom mulai tumpang tindih, dan gaya tolak
yang kuat FR mulai timbul. Gaya netto FN antar dua atom adalah jumlah kedua komponen
tarik dan tolak, yaitu : F F F N A R = + yang juga merupakan fungsi jarak antar atom
sebagaimana di plot pada Gambar 2.8a.Jika FA dan FR sama besar, tidak ada gaya netto,
sehingga: F F A R + = 0
Kemudian kondisi kesetimbangan muncul. Pusat kedua atom tetap terpisah pada jarak
keseimbangan ro seperti ditunjukkan gambar 2.8a. Pada sebagian besar atom, ro kira-kira 0,3
nm (3Å). Ketika sudah berada pada posisi ini, kedua atom akan melawan semua usaha untuk
memisahkannya dengan gaya tarik, atau untuk mendorongnya dengan gaya tolak. Kadang-
kadang lebih menyenangkan untuk menggunakan energi potensial antara dua atom daripada
gaya. Secara matematik, energi (E) dan gaya (F)dihubungkan dengan :
E = ʃ F dr
Atau untuk sistem atom
E F dr N N
r

F dr F dr A
r
R
r
E EAR
dimana EN, EA dan ER masing-masing adalah energi netto, energi tarik dan energi tolak
bagi dua atom yang terisolasi dan berdekatan. Gambar 2.8b menggambarkan energi potensial
tarik, tolak dan energi potensial netto sebagai fungsi jarak antar atom untuk dua atom. Untuk
kurva netto, yaitu jumlah kedua energi, mempunyai energi potensial dititik minimum. Pada
posisi ini spasi kesetimbangan yang sama, ro, bersesuaian dengan jarak atom pada kurva
energi potensial minimum. Energi Ikat untuk kedua atom ini, Eo, bersesuaian dengan
energi pada titik minimum ini (juga diperlihatkan pada gambar 2.8b), dimana menyatakan
energi yang diperlukan untuk memisahkan kedua atom ini kejarak yang tak terbatas.
Besar energi ikat ini dan bentuk energi vs kurva jarak antar atom berbeda dari satu
material ke material lainnya, kedua variabel ini bergantung kepada jenis ikatan atom. Zat
padat dibentuk dengan energi ikat yang besar, sedangkan energi ikat yang kecil lebih
disukai oleh gas, kondisi cair berlaku bagi energi yang besarnya menengah. Pada umumnya
untuk material padat, temperatur leleh dan sifat ikatannya mencerminkan besarnya energi
ikat . TATANAMA KEADAAN ELEKTRON DI SEBUAH ATOM
Sebelum membahas cara membuat susunan berkala unsur-unsur menurut strktur
elektronika atom-atomnya, kita perlu menjabarkan dahulu system tatanama (nomeklatur)
yang memungkinkan dijelaskanya keadaan elektron-elektron dalam sebuah atom. Karena
energi sebuah elektron hanya ditentukan harga-harga bilangan kuantum utama dan orbital,
maka kedua bilangan kuantum ini saja yang perlu diperhatikan dalam nomenklatur kita.
Bilangan kuantum utama ditampilkan atau diekspresikan sebagaimana adanya, namun
bilangan kuantum orbital dinyatakan dengan huruf. Huruf-huruf ini, yang diturunkan dari
kebiasaan diawal perkembangan spektroskopi, adalah s, p, d, f yang berturut-turut
menyatakan bilangan-bilangan kuantum orbital l berharga 0, 1, 2 dan 3. (s = sharp, p =
principal, d = diffusi, f = fundamental).
Bila bilangan kuantum utama n = 1 maka l harus sama dengan nol, dan elektron
dalam keadaan demikian dinyatakan dengan simbol 1s. disini bilanga kuantum dalam tidak
boleh memiliki harga yang lain dari m = 0, namun harga bilangan kuantum spin-nya (s) boleh
2 + 1 atau 2 − 1 . Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah atom hanya dua elektron yang
boleh memiliki keadaan 1s, dan elektron-elektron itupun berpusing dalam arah berlawanan.
Dengan kata lain bila n =1, hanya s keadaan yang terjadi dan keadaan-keadaan itu hanya
dapat dimiliki oleh dua buah elektron. Begitu kedua keadaan 1s terisi penuh, keadaan energi
paling rendah berikutnya harus memiliki harga n = 2. Disini l boleh mempunyai harga 0 atau
1, dan karena itu elektron-elektron bias dalam keadaan entah 2s atau 2p. Energi sebuah
keadaan 2s lebih rendah dari energi dalam keadaan 2p, oleh sebab itu keadaan 2s akan terisi
lebih dahulu. Di sini pun, hanya dua electron bias berada dalam keadaan 2s, dan untuk
keadaan-keadan s ini selalu demikian, tidak peduli berapapun harga bilangan kuantum
utamanya. Electron-elektron dalam keadaan p dapat memiliki harga-harga m = +1, 0, -1, dan
elektron-elektron yang memiliki masing-masing dari harga tersebut dapat memilikidua
harga bilangan kuantum spin. Ini memungkinkan adanya enam buah elektron dalam setiap.
Tidak ada lagi elektron yang dapat ditambahkan ke dalam keadaan n = 2 sesudah
keadaan-keadaan 2s dan 2p-nya terisi. Elektron-elektron berikutnya harus menempati
keadaan denga n = 3 yang energinya lebih tinggi. Disini muncul kemungkinan adanya l
berharga 0, 1 dan 2, sehingga disampuing keadaan-keadaan s dan p, keadaan-keadaan dengan
d dengan l = 2 kini bias terjadi. Bila l = 2, m bias memilki harga-harga +2, +1, 0, -1, -2 dan
masing-masing dapat ditempati dua elektron dengan spin berlawanan, sehingga total keadaan
d mungkin adalah 10. Akhirnya bila n = 4, l bias mempunyai harga dari 0 hingga 4, dan bila l
= 4, dapat dibuktikan bahwa kita akan mendapatkan 14 keadaan 4f.
TABEL PERIODIK
Atom paling sederhana adalah atom hidrogen, yang mempunyai proton tunggal
sebagai intinya, dan karena itu hanya sebuah elektron yang dapat mengitarinya supaya
atom itu tetap netral. Bila atom hydrogen ini bebas, yaitu dalam keadaan energi paling
rendah, elektronnya akan berada dalam keadaan 1s. Untuk helium, yang intinya terdiri atas
dua proton dan dua neutron, massa atomnya akan empat kali lebih besar dari hidrogen,
tetapi karena muatan inti (nuclear charge) sematamata hanya ditentukan oleh banyaknya
proton, maka hanya dua elektron yang berkitar di orbitnya. Kedua elektron ini kakn
mempunyai energi paling rendah bila masing-masing menempati keadaan 1s. atom
berikutnya, lithium,
yang mempunyai tiga muatan inti, hanya dapat menempatkan dua elektronnya dalam keadaan
1s, sedangkan elektron ketiga harus masuk ke keadaan 2s yang energinya sedikit lebih tinggi.
Begitu seperangkat keadaan untuk kuantum utama tertentu terisi, elektronelektron dalam
1
keadaan demikian disebut membentuk selapis kulit yang rapat, dan dalam mekanika kuantum

2
begitu suatu kulit terisi, energi dari kulit tersebut turun ke harga yang demikian rendahnya
sehingga elektron-elektron bias berada dalam keadaan mantap sekali. Oleh sebab itu, lithium
mempunyai dua elektron yang terikatsekali ke intinya dan sebuah electron di keadaan 2s
yang sangat kurang terikat. Elektron ini, yang sering disebut electron valensi, dapat
dilepaskan dengan mudah, dan karena itu lithium dapat membentuk ion dengan muatan
positif satu, dan bervalensi satu. Elektron 2s yang terletek disebelah luar ini denga demikian
tergolong bebas.
Berilium mempunyai muatan inti empat, karena itu elektron-elektronnya akan
menempati keadaan-keadaan 1s dan 2s, sementara keenam keadaan 2p dengan energi lebih
tinggi tetap kosong. Dalam enam atom berikutnya, yang bermuatan inti dari lima hingga
sepuluh, keadaan 2p ini akan cepat terisi, dan pada usur dengan muatan sepuluh (neon) semua
keadaan tersedia yang memiliki bilangan kuantum utam 1 dan 2 terisi sehingga atom itu
memiliki dua lapis kulit yang rapat. Seperti dalam kasus helium, elektron-elektron berada
dalam keadaan energi rendah dan dari sini tidak dapat dipindahkan dengan mudah.
Akibatnya, seperti helium, neon tidak mudah membentuk ion dan karena itu tidak
dapat berperan serta dalam reaksi-reaksi kimia.
Dalam susunan berkala unsur-unsur, tiap kali sebuah atom mendapatka cukup
elektron untuk merapatkan kulitnya, unsur yang terbentuk bersifat nonreaktif, dan
unsur- unsur ini disebut gas mulia (inert gases).
Tabel 2.2 Tabel Periodik Unsur

Dengan mekanisme yang sama, atom-atom dengan muatan inti atau nomor atom
antara sebelas dan delapan belas akan membentuk kulit ketiga yang memiliki n = 3 dengan
mengisi keadaan-keadaan 3s dahulu, kemudian 3p. bukan tidak mungkin orang berpikir
bahwa sesudah argon yang bernomor atom Z = 18, atom-atom akan mempunyai electron
keadaan 3d. ternyata yang terjadi bukan demikian karena kebetulan saja energi elektron di
1
keadaan 4s lebih endah dibandingkan keadaan 3d. akibatnya, pada kalium (potassium) yang

2
mempunyai Z = 19 elektron-elektron berenergi tinggi keadaan s, dan unsure ini memiliki sifat
kimia lebih menyerupai natrium(sodium) dan litium yang juga mempunyai elektron-elektron
tunggal di keadaan s. Kalsium dengan Z = 20 memiliki dua elektron di keadaan 4s yang
dengan demikian terisi penuh, sehingga scandium yang mungkin diharapkan memiliki
elektron berenergi paling tinggi di keadaan 4p, ternyata menemukan bahwa energi elektron
lebih rendah bila ditempatkan di keadaan 3d yang sampai kini dibiarkan kosong karena
energinya lebih tinggi dibandingkan keadaan 4s. Sesudah skandium, unsur-unsur berikutnya
meneruskan proses pengisian keadaan 3d, yang menjadi penuh pada unsur seng (Zn).
Bagaimanapun, proses pengisian keadaan 3d ini ternyata tidak sederhana. Dalam atom-tom
bebas, diketahui bahwa ketika keadaan 3d diisi, elektron-elektron mula-mula menempati lima
keadaan yang sesuai dengan kelima harga bilangan kuantum dalam m dan elektron-elektron
tadi semuanya mempunyai bilangan spin sama (kaidah Hund). Apabila kelima keadaan itu
telah terisi, energi elektron-elektron turun sehingga dari segi energi bagi khrom lebih
menguntungkan andaikata sebuah elektron yang seharusnya menempati keadaan 4s
digunakan untuk melengkapi kelima keadaan 3d. Itu sebabnya khrom hanya mempunyai
sebuah elektron 4s dan lima elektron 3d. Proses serupa terjadi pada pada tembaga. Di sini
sebuah dari elektron-elektron 4s digunakan untuk melengkapi kesepuluh keadaan 3d, yang
dengan demikian merapatkan kulit ketiga dan mendapatkan reduksi energi elektron yang
lumayan untuk kulit ini. Unsur-unsur dari scandium hinga tembaga, yang keadaan-keadaan
3d-nya terisi dengan cepat, doikenal sebagai unsur-unsur trnsisi. Pada tujuh unsur sesudah
tembaga proses pengisian keadaan 4s dan 4p tidak begitu lancar, dan kripton, yang keadaan-
keadaan 4s serta 4p-nya terisi penuh, termasuk kelompok gas mulia.
Pada kelompok unsur berikutnya, dari rubidium hingga xenon, terjadi proses
pengisian seperti terdahulu, yaitu 5s dahulu, baru kemudian 4d dan akhirnya 5p. Keadaan 4f
untuk sementara belum terisi karena mempersyaratkan energi lebih tinggi ketimbang
keadaan-keadaan 5s, 4d, 5p dan 6s. Baru sesudah lanthanium, dari segi energi sudah pada
tempatnya mengisi keempat belas keadaan 4f. Kelompok unsur yang dalam tabel periodik
terletak antara lanthanium dan hafnium ini dikenal sebagai unsur tanah jarang. Setelah
keadaan-keadaan 4f terisi, unsur-unsur berikutnya hingga gas mulia radon, mulai mengisi
keadaan 5d dan akhirnya 6p. Unsur-unsur yang tersisa, lagilagi mengisi keadan s terlebih
dahulu, yaitu keadaan-keadaan 7s dan proses selanjutnya sama dengan pada kelompok logam
sebelumnya. Bagaimanapun, dari Material Teknik
unsur-unsur diatas untuk saat ini hanya enam unsur yang betul-betul terdapat di alam,
yang lainnya belum ditetapkan apakah termasuk kelompok unsur tanah jarang atau tidak.

1
Dengan cara ini kita dapat membuat skema untuk menjelaskan unsur-unsur seperti tampak
pada tabel 2.2. Di sini angka dibawah simbol kimia tiap unsur menyatakan nomor atom. Baris
horizontal menyatakan periode, sementara kolom vertikal menyatakan kelompok atau grup.
Di sini jelas bahwa tiap periode diakhiri dengan sebuah unsur gas mulia, yang semua keadaan
elektronya untuk harga bilangan kuantum utama tertentu telah terisi, dan bahwa unsur-unsur
di suatu kelompok mana pun memiliki elektron di kulit luar dalam konfigirasi yang sama.

PERILAKU KIMIA DAN IKATAN LOGAM


Perilaku kimia unsur-unsur dapat dijelaskan menurut tingkat stabilitas yang timbul
ketika kulit-kulit elektron terisi. Pada gas mulia yang kondisi mantapnya terdapat pada
setiap atom, sulit sekali memindahkan sebuah elektron dari kulit terluar yang berisi untuk
menghasilkan ion bermuatan positif. Demikian pula, sulit sekali menambahkan sebuah
elektron ke kulit terluar yang terisai penuh untuk menghasilkan ion bermuatan negatif. Oleh
sebab itu, gas mulia, yang tidak mudah diubah menjadi ion, tidak dapat membentuk senyawa
kimia.
Unsur-unsur yang mempunyai sedikit elektron di luar kulit terluar dapat dengan
mudah melepaskan elektron-elektron tersebut untuk membentuk ion positif (kation). Di pihak
lain, unsur-unsur yang mempunyai cukup banyak elektron di luar kulit terluar dengan mudah
mau menerima beberapa elektron lagi untuk membentuk kulit baru, dan dengan demikian
membentuk ion negatif (anion). Sebagai contoh, lithium, natrium, dan kalium yang
mempunyai sebuah elektron paling luar (elektron valensi) di keadaan s, bila melepaskan
elektron itu akan membentuk ion bermuatan positif satu. Unsur-unsur disebut unsur-unsur
univalent (bervalensi satu). Sebaliknya, khlor, brom dan iodium masing-masing kekurangan
sebuah electron untuk membentuk kulit terluar terbaru, dan bila kekurangan tersebut
terpenuhi, ion-ion bermuatan negatif satu yang terjadi akan mantap sekali. Afinitas kimia
antara natrium dan khlor dengan demikian dapat dijelaskan secara mudah sebagai pemberian
electron terluar dari atom natrium kepada atom khlor, yang akibat kejadian tersebut keduanya
sama-sama memiliki struktur electron dengan kulit luar terisi penuh, dan kedua ion
bermuatan berlawanan yang terbentuk akan saling rangkul akibat gaya tarik elektrostatik.
Ini juga menjelaskan terjadinya ikatan ion atau ikatan ikatan heteropolar.
Unsur-unsur dibagian kiri Tabel Periodik cenderung membentuk ion positif, dan
mempunyai valensi yang makin ke kanan makin besar, mulai dari grup I. Dengan demikian
pula, unsur-unsur di sebelah kanan cenderung membentuk ion negatif, dan dalam hal ini,
valensi menigkat dari kanan ke kiri. Situasi yang menarik terjadi pada unsur-unsur yang
1
kulit

2
terluarnya hanya terisi separuh, misalnya karbon, yang menurut teori dapat membentuk
ikatan ion-ion bervalensi empat entah bermuatan positif atau negatif. Pada kenyataannya
unsur-unsur semacam itu, meskipun kadangkadang membentuk ikatan dengan unsur lain,
lebih sering membentuk jenis ikatan lain yang disebut ikatan kovalen atau ikatan homopolar.
Dalam ikatan jenis ini atomatom yang bersebelahan secara bersama mengunakan elektron
valensi mereka sedemikian rupa sehingga tiap atom seolah-olah memiliki kulit terluar penuh
meskipun tidak purna waktu.
Dalam ikatan kovalen, atom-atom lebih suka memberika sebuah elektron saja untuk
dipakai bersama dengan tetangga masing-masing, separti tampak dalam
banyaknya ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur sama dengan (8 – N) di mana N adalah
banyaknya elektron diluar kulit terluar yang penuh. Ciri penting lain pada ikatan kovalen
adalah bahwa elektron-elektron yang dipakai bersama berada dalam keadaan-keadaan s dan
p. Jadi karbon, yang mempunyai empat buah electron terluar, dapat membentuk ikatan
kovalen dengan empat atom karbon lain. Dalam intan, yang pada hakikatnya adalah karbon
padat, tiap karbon dikelilingi empat atom lain yang secara simetrik terletak di sudut-sudut
sebuah tetrahedron beraturan. Dengan cara ini kita dapat menyusun jaringan atomatom
karbon tiga dimensi.
Zat padat yang ikatannya ionik atau kovalen, mempunyai elektron-elektron yang
tidak dapat bermigrasi dengan bebas meskipun berada di bawah pengaruh suatu gaya gerak
listrik (e.m.f), karena itu bersifat isolator. Seperti telah kita ketahui, karakteristik atom paling
penting adalah kemampuannya menghantarkan listrik, dan karena itu tidak boleh berikatan
ionik atau kovalen. Semua unsur yang jelas menunjukan karakteristik logam dikelompokan di
bagian selah kiri Tabel Periodik seperti pada table 2.2. Semua atom unsur logam mempunyai
elektron di luar kulit penuh dalam jumlah yang sedikit. Ini berlaku untuk semua unsur di
subkelompok I, II dan III, untuk unsur-unsur di ketiga kelompok transisi, dan untuk unsur-
unsur tanah jarang.
Pada logam, elektron-elektron terluar pada dasarnya bergerak dengan bebas di seluruh
bahan, karena itu kita membayangkan logam sebagai susunan ion bermuatan positif yang
berembesi awan elektron. ikatan di dalamnya terutama disebabka oleh tarik-menarik antara
ion-ion positif dan elektronelektron bebas. Salah satu akibat paling penting dari bentuk ikatan
ini adalah bahwa gaya ikat (bonding force) tidak mengikuti arah yang tertentu dan karena itu
ion-ion akan mengelompok menurut bentuk geometric yang paling ekonomis.
Bagaimanapun, perlu diingat bahwa apabila dua ion saling mendekati, di antara
keduanya juga terjadi gaya tolak menolak, dan gaya ini membatasi derajat keekonomisan

1
dalam

2
pengelompokannya, sehingga sesunguhnya ion-ion logam dapat dipandang sebagai bola-
bola yang keras. Ini pula sebabnya masalah struktur kristal logam sangat dapat dipandang
sebagai masalah pengepakan sejumlah bola berukuran sama.
SUSUNAN ATOM DALAM LOGAM
Ion logam sangat kecil dan diameternya hanya beberapa kaliu 10-10 mm, atau
kurang dari nanometer. Dengan demikian satu millimeter kubik logam diperkirakan
mengandung
1022. Di atas telah dibahas bahwa ion-ion dalam logam padat tidak tersusun secara acak,
namun seolah-olah dipak secara beraturan. Pada kebanyakan logam, ion-ion mengelompok
sedemikian rupa sehingga volume yang dibutuhkan sedikit mungkin. Pada semua logam,
termasuk yang ion-ionnya agak renggang, penataan ion-ion ternyata mengikuti mengikuti
suatu pola tertentu, dan karena struktur logam dicirikan menurut satuan (unit) pola sederhana
yang disebut sel struktur, yang kalau diulang-ulang secara beraturan di seluruh bagian badan
logam akan menentukan posisi semua ion dalam kristal logam bersangkutan.
Kita mengenal dua cara penataan bola-bola berukuran sama yang memungkinkan
volume minimum. Kedua cara itu adalah penataan kubus pusat sisi atau face-centerd cubic
arragement (f.c.c) dan penataan heksagonal susunan rapat atau closed-paccked hexagonal
arragement (c.p.h). Sel-sel struktur pada kedua cara penataan diatas dapat dilihat dalam
Gambar 2.2(a) dan 2.2(b). Sel struktur lain lagi yang tampak pada Gambar 2.2(c) adalah cara
pengepakan. Cara pengepakan bola ini dikenal sebagai penataan kubus pusat ruang atau
body-centered cubic arragement (b.c.c).
Gambar 2.2 Susunan atom dalam (a) struktur kubik pusat muka, (b) struktur
closedpackedheksagonal, dan (c) struktur body-centred cubic
Untuk menetapkan secara lengkap struktur suatu logam, kita perlu mempelajari
struktur kristal dan ukuran (dimensi) sel strukturnya. Banyaknya besaran yang dibutuhkan
untuk menentukan suatu sel struktur bergantung pada derajat keteraturan geometrik yang
ditunjukan oleh sel. Jadi, dalam sel-sel struktur kubus kita hanya perlu mengukur panjang
salah satu rusuk, sementara pada sel heksagonal kita perlu mengetahui panjang a dan c seperti
dalam Gambar 2.2(b). bagaimanapun, jika struktur yang ideal adalah susunan rapat, kedua
besaran a dan c harus memiliki perbandingan c/a = 1,633. Dalam struktur logam,
perbandingan c/a, yang sering disebut nisbah menyumbu (axial ratio), tidak pernah tepat
1,633, dan karena itu struktur logam tidak betul-betul tersusun secara rapat; untuk seng
misalnya, c/a = 1,86 dan untuk titanium, c/a = 1,58. Besaran yang menunjukan ukuran sel
struktur itu disebut parameter kisi (lattice parameter).
Pengetahuan tentang penetapan kisi memungkinkan kita menghitung jari-jari atom (r)
logam berdasrkan asumsi bahw atom-atom itu berbentuk bola dan masingmasing salling
kontak. Perlu di ketahui bahwa dalam struktur kubus pusat sisi (f.c.c) r = (a 2)/ 4 , dan dalam
struktur kubus pusat ruang (b.c.c) r = (a 3)/ 4, denga a parameter kisi. Karena besaran-besaran
a dan r sangat kecil, sudah menjadi kelaziman untuk mengukurnya dalam nanometer (10-9
m). Sebuah konsep yang penting sehubungan denga struktur kristal ini adalah bilangan
koordinasi, yang didefinisikan sebagai banyaknya atom berjarak terdekat sama dari sebuah
atom mana pun dalam struktur kristal. Jadi, dalam struktur kubus pusat ruang seperti pada
Gambar 2.2(c), dengan mudah dapat dilihat bahwa atom di pusat kubus dikekilingi oleh
delapan buah atom yang berjarak sama yang terletak di sudut-sudut kubus, dan bilangan
koordinasi disini adalah 8. Lain halnya dengan Gambar 2.2(a), mungkin anda tidak
langsung menyadari bahwa bilangan koordinasi di struktur kubus pusat sisi seperti ini
adalah 12.
Agaknya cara yang paling mudah untuk membayangkan ini adlah denga
menempatkan dua sel kubus pusat sisi berdampingan dan memperhatikan atom-atom
disekeliling atom yang menjadi pusat sisi bersama. Pada struktur heksagonal susunan rapat
dengan perbandingan ideal c/a = 1,633, bilangan koordinasi juga 12 seperti yang mudah
terlihat bila kita menumpukan dua sel dan memilih atom di pusat bidang bersama sebagai
titik acuan. Bidang ini sering disebut bidang basal. Bidang dengan susunan atom paling
padat dalam struktur heksagonal susunan rapat yang paling ideal adalah bidang basal, dan
mamiliki tatanan atom yang sama seperti pada bidang paling padat dalam struktur kubus
pusat sisi*. Baik struktur heksagoanl susunan rapat maupun kubus pusat sisi merupakan dua
metode pengepakan bola yangsama bagusnya; perbedaan di antara keduanya hanyalah pada
cara penumpukan bidang susunan rapat masing-masing. Gambar 2.3 memperlihatkan cara
atom- atom dalam suatu bidang susunan rapat.
Gambar 2.3 Susunan atom dalam bidang close-packed, (b) posisi dua bidang close-packed,
dan (c) stacking bidang seksutif
Ketika menumpukan atau mengandengkan bidang atom yang kedua, bidang atom
pertama mungkin ditempatkan entah dengan posisi B atau C, yang betul-betul merupakan
kedudukan setara. Bagaimanapun, begitu atom pertama ditempatkan di salah satu dari
duakedudukan, semua atom lain di bidang kedua harus berada di kedudukan serupa. Ini tidak
lain karena kedudukan-kedudukan bersebelahan untuk tipe-tipe B dan C terlalu dekat untuk
ditempati keduanya dalam lapisan yang sama. Sampai di sini kita belum menjumpai
perbedaan antara struktur heksagonal susunan rapat dan kubus pusat sisi. Perbedaan baru
timbul ketika lapisan ketiga diletakan.
Dalam peletakan lapisan ketiga, dengan mengandaikan bahwa kedudukankedudukan
tipe B telah digunakan untuk membentuk lapisan kedua, seperti dalam Gambar 2.3, atom-
atom dapat menempati kedudukan- kedudukan A atau C. kalau kedudukan A yang dipilih,
maka atom-atom di lapisan ketiga akan langsung di atas lapisan pertama, dan struktur yang
terbentuk adalah heksagonal susunan rapat, sedangkan jika kedudukan C yang dipilih,
kejadiannya tidak demikian dan struktur yang berbentuk adalah kubus pusat sisi. Jadi,
struktur heksagonal susunan rapat terdiri atas lapisan-lapisan atom tersusun rapat yang
ditumpuk dengan urutan ABABAB atau ACACAC. Struktur kubus pusat sisi memiliki cara
penumpukan dengan urutan ABCABCABC sehingga atom-atom di lapisan keempat terletak
langsung di atas atom-atom lapisan pertama.
Tabel 2.3 Struktur kristal beberapa logam biasa pada suhu ruang
Tabel 2.3. memperlihatkan struktur kristal yang dianut oleh sejumlah logamlogam pada
temperatur kamar. Beberapa logam ternyata menganut lebih dari satu struktur kristal, yang
masing-masing hanya stabil pada temperatur tertentu. Contoh paling baik untuk gejala
yang disebut polimorfisme ini adalah seperti yang ditunjukan oleh besi, yang berstruktur
kubus pusat ruang pada temperatur-temperatur di bawah 910o C serta di atas 1400o C,
namun berstruktur kubus pusat sisi bila di antara 910o C dan 1400o C. contoh lain yang
umum antara lain adalah titanium dan zirconium yang berubah dari kubus susunan rapat ke
kubus pusat ruang berturut-turut pada temperatur 882o C dan 815o C. timah putih berubah
dari
struktur kubus (kelabu) menjadi tetragonal (putih) pada suhu 13,2o C. uranium dan plutonium
juga menganut beberapa struktur kristal. Plutonium, khususnya, tergolong kompleks karena
memiliki enam struktur kristal di antara suhu kamar dan titik leburnya pada 640o C.

ELEKTRON-ELEKTRON DALAM KRISTAL LOGAM


Kalau kita membayangkan atom-atom dikumpulkan dan ditata membentuk struktur
kristal, maka ketika jarak antara atom-atom terdekat mendekati jarak antar atom yang khas
pada logam, elektron-elektron terluar tidak lagi mengacu ke atomnya masing-masing. Begitu
electron-elektron terluar tidak lagi terikat ke atomnya masing-masing melainkan bergerak
bebas di seluruh logam, maka menurut Prinsip Kekecualian Pauli, elektron-elektron tadi tidak
dapat memprtahankan perangkat bilangan kuantum yang sama seperti masih merupakan
bagian dari atom-atom. Akibatnya, elektron-elektron bebas tidak lagi bisa memiliki lebih
dari dua elektron dengan spin berlawanan untuk suatu energi tertentu. Energi-energi elektron
bebas itu didistribusikan ke suatu rentang yang terus meningkat sejalan proses pembentukan
logam oleh atom-atom. Jika atom-atom dimaksudkan untuk membentuk struktur logam yang
mantap, energi purata (mean energi) elektron-elektron bebas harus lebih rendah disbanding
energi tingkat elektron ketika atom-atom masih bebas.
Gambar 2.4 memperlihatkan pelebaran tingkat atomatik sejak atom-atom masih mulai
berhimpun dengan yang lain, serta penurunan energi elektron-elektron sebagai akibatnya.
Besar penurunan energi purata elektron-elektron terluar inilah yang menentuka kemantapan
logam. Dalam hal ini, yang disebut jarak keseimbangan (equilibrium spacing) antara atom -
atom dalam suatu logam adalah jarak yang apabila dikurangi lagi akan menyebabkan
bertambahnya gaya tolak-menolak ion-ion positif yang saling didekatkan itu, sehingga
gaya tolak-menolak tadi akan lebih besar dibanding penurunan energi elektron purata yang
disebabkannya.
Gambar 2.4 Perluasan tingkatan energi atomik dalam logam.

Dalam struktur metalik, elektron-elektron bebas dengan demikian harus dianggap


menempati serangkaian tingkat energi distrik (unik) dengan selang yang sangat rapat. Tiap
tingkat energi atomik yang mengurai menjadi sebuah pita memiliki banyak tingkat energi
yang sama dengan banyaknya N atom dalam sepotong logam. Seperti yang dinyatakan
1
sebelum ini, suatu tingkat energi tidak boleh ditempati oleh lebih dari dua elektron dengan
spin berlawanan. Oleh sebab itu, setiap pita paling banyak hanya dapat memiliki 2N elektron.
jelaslah, dalam keadaan energi paling rendah suatu logam, semua tingkat energi rendah telah
terisi. Sela energi antara tingkat-tingkat yang berturuttan tidak tetap melainkan mengecil
sejalan dengan naiknya tingkat energi. Dari segi kerapatan keadaan elektron N (E) ini
biasanya dinyatakan sebagai fungsi energi E. Besaran N(E)De menginformasikan banyaknya
tingkat energi dalam suatu ionterval energi dE yang sangat kecil, dan untuk elektron bebas
besaran ini membentuk fungsi parabola energi seperti yang tampak dalam Gambar 2.5.
Karena setiap tempat hanya dapat ditempati dua electron, energi electron yang
menempati suatu tingkat energi rendah tidak dapat diperbesar kecuali bila diberi tambahan
energi yang cukup untuk melompat ke tingkat kosong di bagian pita sebelah atas. Lebar
energi pita-pita umumnya sekitar 5 atau 6 elektron volt*, karena ini cukup besar energi yang
dibutuhkan oleh logam untuk mengeksitasikan elektronnya yang berada di tingkat bawah.
Energi sebesar itu tidak tersedia pada temperatur normal, dan hanya elektron dengan energi
mendekati yang terdapat pada bagian atas pita (disebut tingkat atau permukaan Fermi) dapat
dieksitasikan sehingga karena itu hanya sedkit elektron bebas pada logam yang dapat ambil
bagian dalam proses-proses thermal. Energi pada tingkat Fermi EF bergantung pada
banyaknya electron N per unit volume V, dapat dihitung denga rumus (h2/8m) x (3Nπ V)2/3.
Gambar 2.5 (a) Kepadatan tingkatan energi terhadap energi; (b) Pengisian tingkatan
energi oleh electron pada temperatur mutlak nol. Pada temperatur tertentu beberapa
electron tereksitasi secara termal ke tingkat yang lebih tinggi daripada yang berhubungan
dengan Emaks, seperti diperlihatkan pada kurva patah pada (a)
Elektron pada suatu pita metalik harus dianggap bergerak terus-menerus dalam
struktur dengan energi yang ditentukan oleh tingkat pada pita yang didudukinya. Dalam
mekanika kuantum gerak elektron ini dapat dipandang sebagai gelombang dengan
panjang gelombang yang ditentukan oleh energi elektron bersangkutan menurut rumus de
Broglie.
λ = h /mv (2.1)
dengan h konstanta Planck, m massa dan v kecepatan elektron yang sedang bergerak.
Makin besar energi electron, makin tinggi momentum mv-nya, dan karena itu makin kecil
panjang gelombang pada fungsi gelombang terhadap geraknya. Karena gerak electron yang
mempunyai aspek miring gelombang ini, elektron-elektron yang bergerak dapat
menimbulkan efek difraksi seperti pada gelombang optik. Lebih dari itu, tatanan atom-atom
yang beraturan pada kisi logam dapat bertindak sebagai kisi difraksi tiga dimensi, sebab
atom-atom di situ bermuatan positif dan karena ituberinteraksi dengan elektron-elektron
bergarak.
Pada panjang gelombang terntentu, yang ditentukan oleh jarak atom-atom pada kisi
metalik, elektron-elektron akan mengalami efek difraksi yang kuat. Ini menyebabkan
elektron-elektron dengan energi sesuai panjang gelombang tersebut tidak mampu bergerak
bebas di dalam struktur. Akibatnya, dalam pita-pita elektron, tingkat-tingkat energi tertentu
tidak dapat ditempati dan karena ini terjadi sela-sela energi yang menyebabkan spektrum-
spektrum energi dalam suatu pits tidak kontinu.
Interaksi elektron-elektron bergerak denga ion-ion logam yang terdiri terdistribusi
pada suatu kisi bergantung pada panjang gelombang elektron-elektron serta jarak antar ion
dalam arah gerak elektron. Karena jarak antar ion bergantung pada arah kisi, panjang
gelombang elektron-elektron yang mengalami difraksi oleh ion-ion juga akan bergantung
pada arah kisi tersebut. Energi kinetik sebuah electron bergeak merupakan fungsi panjang
gelombang yang hubungannya adalah sebagai berikut
E = h2 / 2mv2 (2.2)
dan karena kita berkepentingan dengan energi-energi electron, lebih baik bila efekefek
interaksi dibahas menurut kebalikan panjang gelombang. Besaran yang berbanding
tebalik dengan panjang gelombang ini disebut bilangan gelombang dan diberi notasi k.
Gambar 2.6 Gambaran skematik zona Brillouin dalam logam, (a) direproduksi dari
Extractive and Physical Metallurgy of Plutonium, seizin American Institute of Metallurgical
Engeneerrs
Dalam mengambarkan interaksi-interaksi elektron kisi orang lazim mengunakan
diagram vektor. Di situ arah vektor menyatakan arah lintasan elektron bergerak dan harga
(magnitude) vektor menyatakan bilangan gelombang elektron. Vector-vektor ini
mengambarkan elektron-elektron berenergi yang, karena efek difraksi, tidak dapat
menembus kisi, dan karena itu membentuk permukaan tiga dimensi yang disebut zona
Brillouin. Gambar
2.6(a) memperlihatkan zona Brillouin untuk sebuah kisi kubus pusat sisi. Daerah ini
terbentuk dari bidang-bidang datar yang sesungguhnya sejajar dengan bidang-bidang pada
kisi yang terpisah paling jauh, dalam hal ini bidang {111} dan {200}. Inilah cirri umum
untuk zona Brillouin yang berlaku untuk semua kisi. Untuk suatu arah dalam kisi, kita dapat
menganggap bentu energi elektron sebagai fungsi bilangan gelombang. Hubungan antara
kedua besaran tadi nila mengunakan persamaan 2.2 adalah
E = h2k 2 / 2m (2.3)
yang bias membentuk hubugan parabolic seperti tampak dalam Gambar 2.6(b). akibat
adanya zona Brillouin di harga k tertentu, tergantung arah kisinya, maka ada suatu rentang
harga energi yang tidak dapat diambil oleh elektron. Ini menghasilkan distorsi berbentuk
kurva E-k di sekitar harga kritis k yang pada gilirannya menyebabkan adanya serangkaian
sela energi (energi gap), yang tidak dapat ditempat oleh elektron. Efek ini dalam kurva E-k
tampak berupa sebuah garis menerus (Gambar 2.6(b)).
Adanya distorsi pada kurva E-k, akibat adanya zona Brillouin, direfleksikan denga
kurva kerapatan keadaan vs energi berlawanan berbentuk parabola, tetapi bentuknya tidak
demikian bila ada interaksi akibat zona Brillouin, seperti pada Gambar 2.7(a). Garis putus-
putus menyatakan kurva N(E)-E untuk elektron-elektron bebas ketika efek zona Brillouin
tidak ada dan garis penuh digunakan untuk kurva yang dipengaruhi zona Brillouin. Total
banyaknya elektron yang dibutuhkan untuk mengisi daerah elektron yang dibatasi oleh garis
penuh dalam Gambar 2.7(a) adalah 2N, dengan N total banyaknya atom dalam logam. Jadi,
zona Brillouin akan terisi bila tiap atom dalam logam menyumbangkan dua buah elektron ke
pita energi. Jika atom-atom logam menyumbangkan lebih dari dua elektron per atom,
elektronelektron lebihan itu harus ditempatkan ke zona kedua atau yang lebih tinggi.
Dalam Gambar 2.7(a) kedua zona tadi dipisahkan oleh sebuah sela energi, namun
pada logam sesungguhnya tidak harus demikian, jadi dua zona bias saja saling tumpang-
tindih sehingga pada kurva N(E)-E msela energi seperti itu tidak tampak. Keadaan tumpang-
tindih timbulk karena energi di daerah terlarang bervariasi terhadap arah kisi dan seringkali
tingkat energi dibagian atas zona pertama memiliki harga lebih tinggi untuk suatu arah
disbanding tingkat energi paling rendah di bagian bawah jurva N(E)-E, yang mengambarkan
jumlah tingkat-tingkat energi di semua arah dengan demikian tertutup rapat. (Gambar2.7(b)).

Gambar 2.7 Gambaran skematik zona Brillouin


LOGAM DAN ISOLATOR
Ketika suatu bahan mengalami medan magnet, agar penghantaran listrik
dimungkinkan, elektron-elektron di bagian atas pita harus mampu meningkatkan energi
sehingga aliran aliran elektron dalam arah potensial, yang pada hakekatnya adalah arus
listrik, bias terjadi. Apabila sela energi antara dua zona seperti dalam Gambar 2.7(a) memang
ada, dan bila zona rendah sudah cukup elektronnya, maka mungkin saja elektron di situ
meningkatkan energi dengan cara melompat ke tingkat yang kosong, asalkan ada medan
listrik dan kekuatan medan itu cukup besar untuk membuat elektron di bagian atas pita yang
isi mampu melompati sela energi. Dengan demikian, konduksi pada logam terjadi karena
banyak elektron per atom tidak cukup untuk mengisi pita energi sampai ke kedudukan sela
energi. Pada tembaga misalnya, elektron-elektron valensi 4s hanya mengisi separuh dari pita
s terluar. Pada logam lain, misalnya Mg, pita valensi tumpang-tindih dengan pita energi lebih
tiggi dan elektron-elektron dekat tingkat Fermi dengan demikian bebas untuk pindah ke
keadaan kosong di pita lebih tinggi. Bilamana pita valensi terisi penuh sementara pita yang
setingkat lebih tinggi, yaitu yang terpisah oleh sela energi, betul-betul kosong, maka bahan
bersangkutan bias tergolong isolator atau semikonduktor. Kalau sela itu beberapa electron
volt, misalnya 7 eV pada intan, diperlukan medan listrik luar biasa tinggi untuk
memindahkan elektron ke pita lebih tinggi dan bahan bersangkutan isolator. Kalau sela kecil,
misalnya 1 – 2 eV seperti pada silikon, maka energi thermal mungkin sudah memadai untuk
mengeksitasikan beberapa elektron ke pita lebih tinggi serta menciptakan tempat-tempat
kosong dalam pita valensi; dalam hal ini bahan tergolong semikonduktor. Pada umumnya,
pita energi paling rendah yang tidak terisi elektron secara penuh disebut pita konduksi,
sedangkan pita yang berisi elektron-elektron valensi disebut pita valensi. Pada konduktor
pita valensi juga bertindak sebagai pita konduksi. Keadaan electron untuk contoh-contoh
bahan degan valensi berbeda-beda dapat dilihat dalam Gambar 2.7(c).
Meskipun semua logam boleh dikatakan tergolong penghantar listrik yang baik,
ternyata masing-masing menunjukan kehambatan (resistivity) yang beragam. Penyebab
keragaman ini bermacam-macam. Kehambatan logam ditentukan oleh kerapatan keadaan
elektron-elektron paling kuat di bagian atas pita, dan bentuk kurva N(E)-E di situ.
Kehambatan juga bergantung pada derajat penyebab elektron-elektron oleh ion-ion logam
yang bergetar kaena panas, dan oleh atom-atom takmurnian (impurity atom) atau cacat-
catat pada logam.
IKATAN PRIMER
a. Ikatan Ion
Biasanya ditemukan pada senyawa yang dibangun oleh unsur logam dan bukan
logam. Atom logam akan memberikan elektron valensinya ke atom-atom non logam. Pada
proses ini semua atom akan menjadi stabil atau mempunyai konfigurasi gas mulia dan
bermuatan listrik, yaitu atom-atom ini menjadi ion. Sodium klorida (NaCl) adalah material
ion klasik. Atom sodium bisa mendapatkan stuktur elektron neon (dan muatan positif
tunggal) dengan menyerahkan satu elektron valensi 3s ke atom klorin. Setelah penyerahan
elektron ini, ion klorin akan bermuatan negatif dan dengan konfigurasi elektron menyerupai
argon, Pada sodium klorida, semua sodium dan klorin berada dalam bentuk ion. Jenis ikatan
ini digambarkan secara skematik pada Gambar 2.9.

Gaya ikat tarik menarik adalah coloumbik; yaitu ion positif dan negatif tarik menarik satu
sama lain karena adanya muatan listrik netto. Untuk dua ion yang terisolasi, energi tarik
EA adalah fungsi jarak atom sesuai dengan :
EA= A/ r
dan dengan analogi yang sama, energi tolak adalah :
ER B / r n
Pada perumusan diatas, A, B dan n adalah konstanta yang harganya tergantung pada
masing- masing sistem ion. Harga n kira-kira 8. Material ion mempunyai karakteristik keras
dan rapuh, secara listrik dan termal adalah isolator.
b. Ikatan Kovalen
Pada ikatan kovalen, konfigurasi elektron stabil diperoleh dengan membagi elektron
antara atom yang berdekatan. Dua atom yang berikatan kovalen masing-masing akan
menyumbangkan minimal satu elektron keikatan, dan elektron yang dipakai bersama bisa
di
anggap dipunyai bersama oleh kedua atom. Ikatan kovalen digambarkan secara skematik
pada Gambar 2.10 untuk molekul metana (CH4). Atom karbon mempunyai empat elektron
valensi, sedangkan setiap atom hidrogen mempunyai sebuah elektron valensi. Setiap atom
hidrogen bisa mendapatkan konfigurasi elektron helium (dua elektron valensi 1s) ketika atom
karbon membaginya dengan satu elektron. Karbon sekarang mempunyai empat tambahan
elektron, satu dari setiap hidrogen sehingga total elektron valensi menjadi delapan, dan
struktur elektronnya adalah neon.
Jumlah ikatan kovalen yang mungkin untuk suatu atom ditentukan oleh jumlah
elektron valensi. Untuk elektron valensi N’, sebuah atom bisa berikatan kovalen paling
banyak 8-N’ dengan atom lainnya. Contohnnya: N’ = 7 pada klorin, dan 8-N’ = 1, artinya
satu atom Cl bisa berikatan hanya dengan satu atom lainnya seperti Cl2. Dengan cara yang
sama untuk atom karbon N’ = 4, dan setiap atom karbon mempunyai 8 - 4 yaitu empat
elektron untuk dibagi. Intan adalah struktur yang berinteraksi secara tiga dimensi dimana
setiap atom karbon berikatan kovalen dengan atom karbon lainnya. Susunan intan ini
diperlihatkan pada Gambar 13.15. Ikatan kovalen bisa sangat kuat seperti pada intan, dimana
intan sangat sangat keras dan mempunyai temperatur leleh yang sangat tinggi yaitu >3550°C
(6400 °F ), atau ikatan kovalen bisa sangat lemah seperti pada bismut, dimana akan meleleh
pada 270°C (518°F). Material polimer bercirikan ikatan ini, dimana struktur molekul dasar
yang dipunyai rantai karbon yang panjang diikat bersamasama secara kovalen dengan dua
dari empat ikatan yang tersedia untuk setiap atomnya. Adalah mungkin ikatan antar atom
mempunyai ikatan yang sebagian berikatan ion dan sebagian lain berikatan kovalen, dan
kenyatannya sangat sedikit senyawa yang menunjukan murni mempunyai ikatan ion atau
ikatan kovalensaja.
c. Ikatan Logam
Ikatan logam, jenis ikatan primer terakhir, ditemukan pada logam dan paduannya.
Material logam mempunyai satu, dua atau paling banyak tiga elektron valensi. Dengan
model ini, elektron valensi tidak terikat kepada atom tertentu pada bahan padat namun lebih
kurang ia akan bebas hanyut/bergerak melewati keseluruhan logam. Elektron ini bisa
dianggap dimiliki oleh logam secara keseluruhan, atau membentuk “lautan elektron” atau
“awan elektron. Gambar 2.11 memperlihatkan ilustrasi skematik ikatan logam.
Ikatan ini bisa lemah atau kuat, jangkauan energinya antara 68 kJ/mol (0,7
ev/atom) untuk raksa hingga 850 kJ/mol (8.8 ev/atom) untuk wolfram. Temperatur leleh
masing-masing berturut-turut adalah –39 dan 3410 0C (–38 dan 61700F).

IKATAN SEKUNDER ATAU IKATAN VAN DER WAALS


Ikatan sekunder, van der Waals atau fisik adalah lemah jika dibandingkan dengan
ikatan primer atau kimia; energi ikat biasanya dalam kisaran 10 kJ/mol (0,1 ev/atom). Ikatan
sekunder timbul antara semua atom atau molekul, tapi keberadaannya tidak jelas jika salah
satu dari ketiga jenis ikatan primer ada. Ikatan sekunder dibuktikan oleh gas mulia, yang
mempunyai struktur elektron yang stabil, dan juga diantara molekul yang strukturnya
berikatan kovalen. Gaya ikatan sekunder timbul dari dipol atom atau molekul. Pada dasarnya
sebuah dipol listrik timbul jika ada jarak pisah antara bagian positif dan negatif dari sebuah
atom atau molekul. Ikatan di hasilkan dari gaya tarik-menarik coulombik antara ujung positif
sebuah dipol dan bagian negatif dari dipol yang berdekatan, sebagaimana ditunjukan pada
Gambar 2.12. Interaksi dipol terjadi antara dipol-dipol terimbas, antara dipol terimbas
dengan molekul polar (yang mempunyai dipol permanen), dan antara molekul-molekul polar.
Ikatan hidrogen, jenis khusus dari ikatan sekunder, ditemukan pada beberapa molekul dimana
hidrogen sebagai salah satu komponen. Mekanisme ikatan ini akan dibicarakan
secara singkat berikut ini.
a. Ikatan Dipol Terimbas yang Berfluktuasi
Sebuah dipol bisa dihasilkan atau diimbaskan ke sebuah atom atau molekul yang
simetris secara listrik, yaitu distribusi ruang keseluruhan elektron simetris terhadap inti
bermuatan positif, sebagaimana diperlihatkan Gambar 2.13a. Semua atom mengalami gerak
vibrasi konstan, yang akan menyebabkan distorsi seketika dan berumur pendek, terhadap
simetri listrik pada beberap atom atau molekul, dan menimbulkan dipol listrik kecil.

Salah satu dipol ini pada gilirannya bisa menimbulkan sebuah pergerakan pada distribusi
elektron dari molekul atau atom yang berdekatan, yang membuat atom atau molekul
kedua
ini menjadi dipol yang kemudian dengan lemah ditarik atau diikat ke atom atau molekul
yang pertama; ini adalah satu jenis ikatan van der Waals. Gaya-gaya tarik ini bisa timbul
diantara sejumlah besar atom atau molekul, dimana gaya-gaya ini bersifat sementara dan
berfluktuasi terhadap waktu.
Proses pencairan dan, dalam bebarapa hal, proses pembekuan dari gas mulia dan
molekul lain yang simetris dan netral secara listrik seperti H2 dan Cl2 dipercaya disebabkan
oleh ikatan jenis ini. Temperatur leleh dan didih adalah sangat rendah pada material dimana
ikatan dipol terimbas dominan, dan dari semua ikatan antar molekul yang mungkin terjadi,
ikatan ini paling lemah.
b. Ikatan Antara Dipol Molekul Polar dan Dipol Terimbas
Momen dipol permanen timbul pada beberapa molekul karena susunan yang tidak
simetris dari daerah yang bermuatan positif dan negatif; molekul ini disebut molekul polar.
Gambar 2.14 adalah penggambaran skematik dari molekul hidrogen klorida; momen dipol
permanen timbul dari muatan netto dari muatan positif dan negatif yang masing-masing
berkaitan dengan ujung-ujung hidrogen dan klorin dari molekul HCl.

Molekul polar bisa juga mengimbaskan dipol pada molekul non polar didekatnya, dan
sebuah ikatan akan terbentuk sebagai hasil gaya tarik menarik antara dua molekul ini. Lebih
jauh, besar ikatan ini akan lebih besar dari pada dipol terimbas yang berfluktuasi.
c. Ikatan Dipol Permanen
Gaya van der Waals juga akan timbul diantara molekul polar yang berdekatan.
Energi ikat yang terkait lebih besar secara signifikan dari pada energi ikat yang ada pada
dipol terimbas. Jenis ikatan sekunder yang paling kuat, ikatan hidrogen, adalah kasus khusus
dari ikatan molekul polar. Ikatan ini terjadi antara molekul dimana hidrogen berikatan
kovalen dengan fluorin (sebagai HF), dengan oksigen (sebagai H2O), dan dengan nitrogen
(sebagai NH3). Untuk setiap ikatan H-F, H-O atau H-N, elektron hidrogen tunggal dibagi
bersama dengan atom lainnya. Maka, ujung hidrogen dari ikatan pada dasarnya adalah
proton terbuka yang bermuatan positif, yang tak terlindungi oleh elektron.
Ujung molekul yang bermuatan positif sangat tinggi ini mempunyai gaya tarik
yang kuat terhadap ujung negatif dari molekul yang berdekatan, seperti ditunjukan pada
Gambar
2.15 untuk HF. Besar ikatan hidrogen umumnya lebih besar dari ikatan sekunder jenis
lainnya, dan bisa mencapai 51 kJ/mol (0,52 ev/molekul.
F. MOLEKUL
Molekul bisa didefinisikan sebagai sebuah kelompok atom yang terikat bersama-
sama oleh ikatan primer yang kuat. Dalam konteks ini, keseluruhan spesimen padat yang
terikat dengan ikatan logam dan ion bisa dianggap sebagai molekul tunggal. Pada cairan
terkondensasi dan bahan padat, ikatan antar molekulnya adalah ikatan sekunder lemah.
Konsekuensinya, material molekul mempunyai temperatur leleh dan didih yang rendah.
Sebagian besar dari mereka yang mempunyai molekul kecil yang dibentuk oleh beberapa
atom adalah gas pada temperatur dan tekanan biasa atau ambien. Disisi lain, banyak polimer
modern, merupakan material molekul yang dibangun oleh molekul yang sangat besar, berada
pada kondisi padat; beberapa dari sifat-sifat mereka sangat bergantung kuat atas keberadaan
ikatan sekunder van der Waals dan hidrogen.

KRISTAL
Material kristal adalah material padat dimana atom-atomnya tersusun dalam susunan
yang berulang dan periodik pada dimensi yang besar yaitu atomatom berada pada kondisi
“keteraturan jarak panjang”. Untuk material non-kristal atau amorfus, keteraturan atom jarak
panjang tidak muncul.

SEL SATUAN
Ketika menerangkan struktur kristal, atom (atau ion) dilukiskan sebagai bola padat
dan model ini disebut dengan model bola keras atom dimana setiap bola akan menyinggung
bola terdekat. Susunan atom pada kristal padat memperlihatkan bahwa sekelompok kecil
atom membentuk pola yang berulang. Karena itu dalam menerangkan struktur kristal, lebih
mudah untuk membagi struktur ke dalam kesatuan kecil yang berulang yang disebut sel
satuan. Sel satuan pada sebagian besar struktur kristal berbentuk jajaran genjang atau prisma
yang mempunyai tiga set permukaan yang sejajar (gambar 3.1c), dimana dalam hal ini
sebuah kubus.
Sel satuan bisa kadang-kadang digambarkan dengan model sel satuan bola diperkecil seperti
terlihat pada gambar 3.1b.
SISTEM KRISTAL
Jika dilihat dari geometri sel satuan, ditemukan bahwa kristal mempunyai tujuh
kombinasi geometri yang berbeda seperti diperlihatkan pada tabel 3.2.
Pada sebagian besar logam, struktur kristal yang dijumpai adalah:
kubus pusat sisi, FCC (face-centered cubic), kubus pusat ruang, BCC (bodycentered cubic)
dan tumpukan padat heksagonal, HCP (hexagonal closepacked).
Beberapa logam, dan juga non-logam, bisa mempunyai lebih dari satu
struktur kristal, fenomena ini disebut polimorfisme. Jika kondisi ini dijumpai pada
bahan padat elemental maka disebut alotropi. KUBUS PUSAT SISI, FCC
Struktur kristal ini termasuk kristal kubus dimana terdapat atom disetiap sudut kubus
ditambah masing-masing satu buah atom di setiap permukaan/sisi kubus. Sifat ini banyak
dijumpai pada logam seperti tembaga, aluminium, perak dan emas. Gambar 3.1
memperlihatkan kristal jenis ini. Panjang sisi kubus a dan jari-jari atom R dihubungkan
dengan persamaan:
a R√ 2
Fraksi volume bola padat di dalam sel satuan atau disebut faktor
penumpukan atom, FP dirumuskan:
FP = volume atom didalam sel satuan/volume total sel satuan
Untuk struktur FCC, Faktor Penumpukan Atom adalah 0,74. Logam umumnya mempunyai
faktor penumpukan atom yang relatif besar untukmemaksimalkan efek pembungkusan oleh
elektron bebas.
KUBUS PUSAT RUANG, BCC
Struktur kristal ini mempunyai atom di setiap sudut kubus ditambahsebuah atom didalam
kubus, seperti yang ditunjukkan gambar 3.2.Panjang sel satuan dirumuskan dengan:
a R/√3
Faktor Penumpukan Atom kristal ini adalah 0,68.

TUMPUKAN PADAT HEKSAGONAL, HCP


Gambar 3.3 memperlihatkan sel satuan jenis ini. Sel satuan jenis ini adalah jenis sel satuan
heksagonal. Permukaan atas dan bawah sel satuan terdiri dari enam atom yang membentuk
heksagonal yang teratur danmengelilingi sebuah atom ditengah-tengahnya. Bidang lain
yang mempunyai tigam atom tambahan pada sel satuan terletak antara bidang atas dengan
bidang
bawah. Enam atom ekivalen dipunyai oleh setiap sel satuan ini.

Struktur Logam

Dengan makin tingginya pemanfaatan material logam dalam kehidupan sehari – hari
terutama dunia industri, maka untuk memenuhi tuntutan. Suatu material logam perlu suatu
pengujian – pengujian terhadap material tersebut, sehingga di ketahui sifat – sifat fisik
maupun mekanik suatu material. Dengan mengetahui sifat – sifat material maka kita dapat
menentukan sifat – sifat mana yang harus dipetahankan ataupun di hilangkan sesuai dengan
fungsi material itu sendiri salah satu pengujian yang dapat di lakukan adalah metallographic
examination test.

Meskipun dimungkinkan untuk menghasilkan logam tanpa struktur kristal bahan yang
kini di gunakan dalam bidang rekayasa adalah logam kristalin. Akan tetapi struktur kristal
bahan ini tidak continue dan mengandung diskontunitas yang disebut batas butir.
1
larutan sabun kita kocok merupakan model tiga dimensi dari kristal dengan batas butirnya.
Butir kristal tak sepenuhnya berbentuk polihedial tetapi dapat mempunyai bentuk
yang berbeda, tergantung pada riwayat termal dan mekanik bahan utuh. Terjadinya
berbagai struktur di bahas pada bab – bab berikutnya sifat mekanik turut ditentukan oleh
ukuran butir makin halus butir, makin keras bahan dan kekuatan luluh ketangguhan bahan
juga makin
tinggi.
Kualitas suatu material sangat ditentukan oleh komposisi kimia dan mikrostrukturnya.
Mikro struktur merupakan struktur logam dalam reduksi mikroskopik (1 – 100 μm). Dalam
mikro struktur terdiri dari beberapa konstituen seperti fasa butir kristal, cacat kristal segresi.
Berikut ini gambar struktur mikrostruktur.
Pada baja ada berbagai macam fasa yang mungkin terbentuk akibat suatu proses heat
treatment. Diman setiap fasa yang terbentuk memiliki sifat – sifat khusus. Ferit mempunyai
sel satuan kubus pusat badan atau Body Centered Cubus (BCC). Menunjukkan molar yang
jelas dan menjadi getas pada temperatur rendah. Austenit mempunyai sel satuan kubus pusat
muka atau Fase Centered Cubus (FCC). Menunjukkan titik molar yang jelas tanpa
kegetasan pada keadaan dingin. Akan tetapi kalau berupa fasa menstabil bias berubah
menjadi α1 pada temperature rendah dengan pengerjaan matensit adalah fasa larutan padat
lewat jenuh dari
carbon.
Dalam sel satuan tetragonal pusat badan atau Body Centered Tetragonal (BET) makin
tinggi derajat kelewat jenuhan carbon makin besar perbandingan satuan sumbu sel satuannya
matensit tersebut, bainit mempunyai sifat – sifat antara lain martensit dan ferit.
Sesuai dengan keaneka ragaman strukturnya maka dapat diperoleh berbagai sifat baja
termasuk kekuatan dan keuletan, faktor – faktor yang menentukan sifat – sifat mekanik
adalah macam fasa adalah unsur paduan dalam fasa banyak fasa ukuran dan bentuk senyawa
untuk mendapatkan sifat–sifat mekanik yang didinginkan perlu mendapat struktur yang
cocok dengan komponen kimia dan perlakuan panas yang tepat.

G. MENGENAL MACAM-MACAM BAHAN TEKNIK (ENGINEERING


MATERIAL)
Alam disekitar kita terdiri dari berbagai jenis bahan (material) dan merupakan sumber
potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Jauh sebelum
revolusi industri manusia telah merasakan manfaat material dan menyadari bahwa
1
pemanfaatan material mampu mengubah peradaban manusia, oleh karena itu material (bahan)
menjadi sangat penting artinya dan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan

2
peradaban, Ilmu Pengetahuan serta Teknologi manusia itu sendiri. Untuk itulah maka
berbagai sumber daya alam dieksplorasi dan diolah secara besar - besaran. Teknologi
informasi berpengaruh besar terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
secara global dan menjadikan persaingan ekonomi yang sangat ketat, sementara
ketersediaan sumber daya alam akan bahan (material) menjadi sangat terbatas, tentu saja hal
ini menuntut inovasi dan efisiensi pemanfaatan bahan alam secara optimal. Bahan - bahan
Teknik (Materrials for Engineering) dan cara pemilihannya Yang dimaksud dengan bahan -
bahan
teknik ialah bahan (material) yang dapat digunakankan baik secara langsung maupun melalui
proses pengolahan dan berfungsi sebagai bahan baku suatu produk yang bermanfaat.
Keragaman kebutuhan manusia akan suatu produk baik kualitas maupun kuantitasnya maka
diperlukan pula keragaman dari bahan-bahan Teknik itu sendiri sebagai bahan bakunya,
kendati semua material diperoleh dari alam namun untuk mempermudah dalam
pemilihannya maka bahan teknik ini dikelompokkan berdasarkan pemakaiannya baik sebagai
prduk jadi maupun sebagai bahan baku, dimana bahan-bahan digunakan secara langsung dan
dipilih sesuai dengan sifat dan karakteristik alami dari bahan tersebut, bahan ini yang kita
sebut sebagai bahan alam, namun ada juga bahan yang diolah terlebih dahulu agar memiliki
sifat dan karakteristik secara spesifik atau menyerupai sifat dan karakteristik bahan-bahan
alam tertentu sehingga memenuhi syarat kebutuhan sifat dan karakterristik suatu produk
yang diinginkan dan bahan dari kelompok ini yang kita sebut sebagai bahan tiruan atau
syntetic material.

A. Bahan alam

Bahan alam merupakan bahan baku prorduk yang diperoleh dan digunakan secara
langsung dari bahan alam, oleh karena itu produk akhir yang menggunakan bahan baku ini
akan memiliki sifat yang sama dengan bahan asalnya, yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain kayu, batu, karet, kulit, keramik, Celulosa dan lain-lain.

B. Bahan-bahan tiruan (syntetic materials)

Bahan-bahan tiruan (syntetic materials) biasanya diperoleh dari senyawa kimia dengan
komposisi berbagai unsur akan diperoleh suatu sifat tertentu secara spesifik atau sifat yang
menyerupai sifat bahan alam. Bahan ini dikenal sebagai bahan plastic (Plastics Materrials),

1
yakni suatu bahan yang pertama kali dibuat oleh Leo Baekeland seorang Belgia tahun 1907

2
dan dipatenkan dengan nama Baklite. Molekul yan kita sebut sebagai “Polymer” yang
berarti, Materials Plastics yang terbentuk dari ikatan rantai atom-atom serta terdiri atas
“beberapa Unit” ikatan rantai atom-atom tersebut. oleh karena itu proses pengikatan
dengan molekul-molekul kecil ini dikenal sebagai “Polymerization”. Contoh dari bahan
jenis ini ialah Polythene yakni Polymer yang terdiri atas 1200 atom Carbon pada setiap 2
atom Hydrogen sehingga memiliki tegangan serta keuletan yang tinggi.dan pada beberapa
jenis plastic memiliki regangan yang besar yang dakibatkan oleh rantai ikatan yang
panjang. 1. Thermoplastics Thermoplastics dapat mencair melalui proses pemanasan dan
dapat diubah bentuknya melalui pencetakan sebagaimana yang dilakukan pada bahan
seperti Polythene, Polystyrene, Poly Vinyl Cloride (PVC), Nylon, Perspex, Propylene dan
lain-lain 2.
Thermosetting Thermosetting memiliki perbedaan dengan thermoplastics dimana pemanasan
akan hanya dapat melakukan perubahan formasi rantai molekul secara kimiawi dalam bentuk
ikatan melintang tiga dimensi. Gaya tarik antara rantai Molekul dapat terbentuk oleh
pergeseran tempat molekul dalam pemisahan diri akibat larutan dari bahan tersebut. Tempat
plastisizer memberikan pengaruh terhadap sifat polymer. Contohnya penambahan kapur
barus pada Cellulose nitrate yang menghasilkan suatu zat yang perdagangan diketahui
sebagai celluloid dan dapat dicetak melalui pemanasan. Sifat-sifat mekanik dari bahan-
bahan plastic dapat diperbaiki dengan penguatan oleh bahan tambah (filler material), serat
fibre, serbuk gergaji, sampah kertas, majun dan lain-lain dapat meningkatkan tegangannya,
serat asbes dapat meningkatkan ketahanan panasnya dan untuk resistensi arus listrik dapat
digunakan mica. Bahan pelapis digunakan lembaran platic (Plastic-impregnated paper)
dengan lapisan Cotton untuk pemakaian pada penguatan panel. Atau lapisan kayu untuk
memperbaiki performanya. Serat penguat plastic (Fibre-reinforced) dicoba untuk
meningkatkan tegangan dari keadaan rapuh dan lembek. Fibre-glass telah digunakan sejak
beberapa tahun yang lalu sebagai bahan pembuat body perahu, body kendaraan dan lain-
lain. Penambahan unsur Carbon menjadikannya sebagai bahan composite yang ringan namun
memiliki tegangan yang tinggi. 3. Karet sintetis (Synthetic-rubbers) Karet alam diproduksi
dari cairan latex atau getah pohon karet polymer yang panjang dengan rantai molekul yang
berserakan, Karet alam memiliki kedua sifat yakni elastic dan thermoplastic, deformasi
permanent dapat terjadi apabila diregang secara perlahan dengan peningkatan
temperature. Charles Goodyer (1839) mengolahnya dengan mencampurkan latek dengan
sulphur dan menghasilkan karet dengan sifat yang lebih kenyal dan elastic lembut serta
tahan terhadap temperature tinggi dan dikembangkan menjadi faberik Vulcanizing sebagai

1
mana yang kita kenal saat ini sebagai faberik ban (manufacture of tyre). The American-

2
developed syntetic rubber, GR-S, yang merupakan polymer hasil pencampuran antara
Butadiene dengan styrene, bahan ini memiliki sifat dan karakteristik yang sama dengan
karet alam dengan harga yang lebih murah juga digunakan di paberik ban (manufacture
of tyre), alas kaki (foot wear),pipa karet (hosepipe) sabuk konveyer serta isolasi kabel.
Neoprene ialah jenis lain dari karet syntetis yang memiliki sifat sama dengan karet alam
dengan sifatnya yang sangat tahan terhadap minyak nabati dan oli mineral serta tahan
terhadap temperature tinggi. Neoprene merupakan bahan yang relative mahal, pemakaiannya
adalah sebagai bahan pipa, sabuk konveyer serta lapisan kabel. Butyl-rubber merupakan co-
polymer dari isobutylene dan isoprene, bahan ini sangat stabil terhadap bahan kimia dan
temperratur tinggi, harganya sedikit lebih murah dari karet alam namun kurang tahan, kendati
demikian karret ini tidak tembus udara dan gas dan digunakan sebagai bahan innertube,
tubeless tyre, air bag peralatan olah raga, cetakan diapragma juga digunakan sebagai bahan
hose, lapisan tangki serta sabuk konveyor (Conveyor belts).

Bahan-bahan Logam Non-Ferro (Non-Ferrous Metals)


Logam Non-Ferro (Non-Ferrous Metal) ialah jenis logam yang secara kimiawi tidak
memiliki unsur besi atau Ferro (Fe), oleh karena itu logam jenis ini disebut sebagai logam
bukan Besi (non Ferro). Beberapa dari jenis logam ini telah disebutkan dimana termasuk
logam yang banyak dan umum digunakan baik secara murni maupun sebagai unsur paduan.
Pada uraian berikut akan kita lihat logam dari jenis non Ferro ini secara lebih luas lagi,
karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam
pengolahan bahan logam, menjadikan semua jenis logam digunakan secara luas dengan
berbagai alasan, mutu produk yang semakin ditingkatkan, kebutuhan berbagai peralatan
pendukung teknologi serta keterbatasan dari ketersediaan bahan-bahan yang secara umum
digunakan dan
lainlain. Logam non Ferro ini terdapat dalam berbagai jenis dan masingmasing memiliki
sifat dan karakteristik yang berbeda secara spesifik antara logam yang satu dengan logam
yang lainnya, demikian pula F. Sifat dan berbagai karakteristik dari beberapa logam non
Ferro.

1. Lead, Timbal, Timah hitam, Plumbum (Pb)


Timah hitam sangat sangat lunak, lembek tetapi ulet, memiliki warna putih terang
yang sangat jelas terlihat pada patahan atau pecahannya. Timah Hitam memiliki berat
jenis (ρ) yang sangat tinggi yaitu =11,3 kg/dm3 dengan titik cair 3270C, digunakan
sebagai isolator anti radiasi Nuclear. Timah hitam diperoleh dari senyawa Plumbum-
Sulphur (PbS)
yang disebut “Gelena” dengankadar yang sangat kecil. Proses pemurniannya dilakukan
dengan memanaskannya didalam dapur tinggi, proses pencairan untuk menghilangkan oxides
serta unsur lainnya. Selain untuk pemakaian sebagai isolator radiasi, Timah hitam digunakan
juga sebagai bahan pelapis pada bantalan luncur, bahan timah pateri serta sebagai unsur
paduan dengan baja atau logam Non Ferro lainnya yang menghasilkan logam dengan sifat
Free Cutting atau yang disebut sebagai baja Otomat.
2. Titanium (Ti)
Titanium (Ti) memiliki warna putih kelabu, sifatnya yang kuat seperti baja dan stabil
hingga temperature 4000C, tahan korosi dan memiliki berat jenis (ρ) = 4,5 kg/dm3.
Titanium (Ti) digunakan sebagai unsur pemurni pada baja serta sebagai bahan paduan dengan
Aluminium dan logam lainnya.
Titanium (Ti) memiliki titik cair 16600C dan kekuatan tarik 470 N/mm2 serta
densitas 56 %.
Titanium (Ti) tidak termasuk logam baru walaupun pengembangannya baru dilakukan pada
tahun 1949, karena sebenarnya Titanium (Ti) telah terdeteksi sejak tahun 1789 dalam
bentuk Oxide Silicon, karena pengaruh oxygen maka pada saat itu tidak memungkinkan
untuk dilakukan extraction, dimana Titanium (Ti) merupakan bagian penting dari Oxygen,
namun pada akhirnya ditemukan metoda pemurnian Titanium (Ti) ini melalui
pemanasan dengan Carbon dan Clorine, kemudian dengan Magnesium dan denganSodium
pada suhu pemanasan antara 8000C hingga 9000C yang menghasilkan Titanium Tetraclorite
sebagai produk awal dari Titanium (Ti) yang selanjutnya menggunakan Magnesiumcloride
atau Sodiumcloride.
Proses pencairan dan penuangan Titanium (Ti) kedalam bentuk Ingot memerlukan
teknik tersendiri karena proses pemanasan pada Titanium dapat mengikat oxides dari dapur
pemanas itu sendiri dimana Titanium cair berhubungan dengan udara (Oxygen)
yang merupakan komponen dari proses pencairan tersebut. Titanium cair mengikat electrode
yang merupakan larutan Titanium kasar, sedangkan electrode itu sendiri tergantung pada
bagian atas dari dapur pemanas, dalam keadaan yang demikian ini gas argon dihembuskan
untuk memvacumkan ruangan serta cairan, bersamaan dengan itu dialirkan pula air
pendingin.
Dengan demikian serbuk Titanium akan terkumpul dibagian dasar dari dapur pemanas
tersebut, selanjutnya setelah membentuk ingot diproses lagi melalui proses tempa (Forging),
rolling, drawing atau extrusing. Dapur pemanas ini biasanya berkapasitas sampai 2 Ton.
3. Nickel, Nickolium (Ni)
Nickel, Nickolium merupakan unsur penting yang terdapat pada endapan terak bumi
yang biasanya tercamppur dengan bijih tembaga. Oleh kerena itu diperlukan proses
pemisahan dan pemurnian dari berbagai unsur yang akan merugikan sifat Nickel tersebut.
Dalam beberapa hal Nickel memiliki kesamaan dengan bijih logam yang lain
seperti juga besi selalu memiliki sifat-sifat yang buruk seperti titik cair yang rendah
kekuatan dan kekerasannya juga rendah, tetapi juga memiliki keunggulan sebagaimana
pada Nickel
ini ialah ketahanannya terhadap berbagai pengaruh korosi dan dapat mempertahankan
sifatnya pada temepratur tinggi. Oleh karena itu Nickel banyak digunakan sebagai pelapis
dasar sebelum pelapisan dengan Chromium, dimana Nickel dapat memberikan
perlindungan terhadap berbagi pengaruh gangguan korosi pada baja atau
logamlogam lainnya.
Bijih Nickel mengandung 2,5 % Nickel yang bercampur bersama-sama unsur lain
yang sebagian besar terdiri atas besi dan silica serta hampir 4 % Tembaga dan sedikit Cobalt,
Selenium, Tellurium, Silver, Platinum dan Aurum. Sedangkan Tembaga, besi dan Nicel
berada pada bijih itu sebagai Sulfida. Setelah proses penambangan bijih itu dipecah dan
dilakukan pemisahan dari berbagai unsur yang mengandung batuan yang mengapung.
Kemudian sulfide Nickel dan Sulfide Tembaga dipisahkan melalui proses
pengapungan. Proses berikutnya ialah pemanggangan Sulfide Nicel untuk menggerakan
Sulphur, selanjutnya dituangkan kedalam bejana, untuk selnjutnya dilakukan pemurnian
melalui proses oxidasi sebagaimana dalam proses Bessemer dalam pemurnian baja.
Dari proses ini akan diperoleh 48 % Nickel dan 27 % Tembaga. Selanjutnya
dipanaskan bersama Sodium Sulfat dengan pemanasan kokas untuk memperoleh larutan
Tembaga Nickel dan Sulfide Besi, kemudian dituangkan kedalam ladle untuk dilakukan
pemadatan, Selama pendinginan Tembaga dan Sodium mengapung keatas dan ketika terjadi
pemadatan Nickel dan Tembaga akan terpisah oleh tiupan atau pemukulan.
Proses pemurnian lajut dilakukan dengan electrolisa dengan terlebih dahulu disinter
sehingga berbentuk Briket, atau dapat juga dengan proses ‘carbonil’ jika tresedia cukup daya
listrik dimana serbuk Nickel dipanggang untuk menhilangkan sisasisa Sulphur dan Besi
kemudian direduksi oleh Hydrogen. Dengan demikian maka oxide logam akan keluar dan
membentuk uap, akan terbang dan membentuk gas Nickel carbonil yang kemudian mencair
karena pengaruk Carbonmonoxide serta akan mengalir melalui kulit endapan Nickel.
Pemakaian Nickel
Secara komersial Nickel banyak digunakan secara murni terutama untuk peralatan-
1
peralatan yang menuntut ketahanan korosi yang tinggi, seperti peralatan dalam industri

2
makanan , industri kimia, obat-obatan serta peralatan kesehatan, industri petroleum dan
lainlain. Nickel dapat dibentuk melalui proses panas maupun dingin, memiliki sifat mampu
tempa, mampu mesin dengan pemotong HSS. Dapat dikerjakan dengan Cupping, Drawing,
Spining, Swaging, Bending, dan Forming. Penyambungan dapat dilakukan dengan
pengelasan, penyolderan, Brazing dan Welding.
4. Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) ialah logam yang berwarna putih mengkilap, sangat
lembek dengan titik cair yang rendah yakni 2320C. Logam ini memiliki sifat ketahanan
korosi yang tinggi sehingga bnayak digunakan sebagai bahan pelapis pada plat
baja, digunakan sebagai kemasan pada berbagai produk makanan karena Timah putih ini
sangat tahan terhadap asam buah dan Juice. Fungsi kegunaan yang lain ialah sebagai
bahan pelapis pada bantalan luncur serta sebagai unsur paduan pada bahan-bahan yang
memiliki titik cair rendah. Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling banyak digunakan sebagai
timah pateri serta paduan pada logam-logam bantalan seperti Bronzes dan gunmetal atau
ditambahkan sedikit pada paduan Tembaga Seng (Kuningan, Brasses) untuk
memperoleh ketahanan korosi.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) diproses dari bijih timah (Tinstone), extracsinya
dilakukan melalui pencairan dengan temperature tinggi sehingga timah dapat mengalir
keluar dari berbagai unsur pengikatnya.
5. Seng, Zincum (Zn)
Seng, Zincum (Zn) ialah logam yang berwarna putih kebiruan memiliki titik cair
4190C, sangat lunak dan lembek tetapi akan menjadi rapuh ketika dilakukan pembentukan
dengan temperature pengerjaan antara 1000C sampai 1500C tetapi sampai temperature
ini masih baik dan mudah untuk dikerjakan.
Seng memiliki sifat tahan terhadap korosi sehingga banyak digunakan dalam
pelapisan plat baja sebagai pelindung baja tersebut dari pengaruh gangguan korosi, selain
itu Seng juga digunakan sebagai unsur paduan dan sebagai bahan dasar paduan logam yang
dibentuk melalui pengecoran.
Sekalipun Seng merupakan bahan yang lembek akan tetapi peranannya sangat penting
sekali sebagai salah satu bahan Teknik yang memilki berbagai keunggulan, baik digunakan
sebagai bahan pelapis pada baja yang tahan terhadap korosi, misalnya untuk atap bangunan,
dinding serta container yang juga harus tahan terhadap pengaruh air dan udara serta serangga
dan binatang. Seng juga merupakan unsur paduan untuk bahan pengecoran. Bahan baku Seng
adalah Sulfida Carbonate, biasanya berada berdekatan dengan Lead atau Timah Hitam
atau kadang-kadang juga dengan Silver.
Konsentrat biasanya dilakukan dengan Grafitasi atau pengapungan.
Proses produksi awal dilakukan dengan mengurangi kadar Asam sulfat yang
terkandung pada Oxide Seng melalui penggarangan. Langkah selanjutnya ialah
menggunakan satu Thermal untuk menghasilkan penguapan serta kondensat, dari proses ini
akan diperolah
1 hingga 2 % Lead yang diketahui sebagai Spelter atau Seng kasar dengan 99,99 % yang
akan diproses lanjut dengan cara elektrolisa serta proses penggarangan, dan melalui proses ini
bijih Seng akan melarut didalam Asam Sulphuric sesuai dengan kebutuhannya.
Proses berikutnya ialah penggarangan agar unsur Carbon bercampur didalam Briket
sebelum pemanasan melalui pengolperasian didalam retor Vertical secara Continyu.
6. Manganese (Mn)
Manganese (Mn) logam yang memiliki titik cair 12600C Unsur Manganese (Mn) ini
diperoleh melalui proses reduksi pada bijih Manganese sebagaimana proses yang dilakukan
dalam pembuatan baja. Manganese digunakan pada hampir semua jenis baja dan besi tuang
sebagai unsur paduan kendati tidak menghasilkan pengaruh yang signifikan dalam
memperbaiki sifat baja tetapi tidak berpengaruh buruk karena didalam baja memiliki
kandungan unsur Sulphur. Disamping itu Manganese (Mn) merupakan unsur paduan pada
Aluminium, Magnesium ,Titanium dan Kuningan.
7. Chromium (Cr)
Chromium ialah logam berwarna kelabu, sangat keras dengan titik cair yang tinggi
yakni 18900C , Chromium diperoleh dari unsur Chromite, yaitu senyawa FeO.Cr2. Unsur
Chromite (Fe2 Cr2 06 ) serta Crocoisite (PbCrO4). Chromium memiliki sifat yang keras serta
tahan terhadap korosi jika digunakan sebagai unsur paduan pada baja dan besi tuang dan
dengan penambahan unsur Nickel maka akan diperoleh sifat baja yang keras dan tahan panas
(Heat resistance-Alloy).
8. Aluminium (Al)
Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap dengan
titik cair 6600C sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga bersifat electrical dan
Thermal Conductor dengan koefisien yang sangat tinggi. Chromium bersifat non
magnetic. Secara komersial Aluminium memiliki tingkat kemurnianhingga 99,9 % , dan
Aluminium non paduan kekuatan tariknya ialah 60 N/mm2 dan dikembangkan melelui proses
pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya hingga 140 N/mm2.
Uraian lebih luas tentang Aluminum dapat dilihat pada uraian tentang Aluminium dan
paduannya.
9. Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)
Tembaga ialah salah satu logam penting sebagai bahan Teknik yang pemakaiannya
sangat luas baik digunakan dalam keadaan murni maupun dalam bentuk paduan. Tembaga
memilki kekuatan Tarik 150 N/mm2 sebagai Tembaga Cor dan dengan proses pengerjaan
dingin kekuatan tarik Tembaga dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 demikian pula dengan
angka kekerasannya dimana Tembaga Cor memiliki angka kekerasan 45 HB dan meningkat
hingga 90 HB melalui proses pengerjaan dingin, dengan demikian juga akan diperoleh sifat
Tembaga yang ulet serta dapat dipertahankan walaupun dilakukan proses perlakuan
panas misalnya dengan Tempering (Lihat Heat treatment).
Sifat listrik dan sebagai penghantar panas yang baik dari Tembaga (Electrical
and Thermal Conductor) Tembaga dan menduduki urutan kedua setelah Silver namun untuk
ini Tembaga dipersyaratkan memiliki kemurnian hingga 99,9 %. Salah satu sifat yang baik
dari tembaga ini juga adalah ketahanannya terhadap korosi atmospheric bahkan jenis korosi
yang lainnya .
Tembaga mudah dibentuk dan disambung melalui penyolderan (Soldering), Brazing
dan pengelasan (Welding). Untuk membahas lebih jauh tentang Tembaga ini dapat dilihat
pada uraian tentang Tembaga dan paduannya.
10. Magnesium (Mg)
Magnesium ialah logam yang berwarna putih perak dan sangat mengkilap dengan titik
cair 6510C yang dapat digunakan sebagai bahan paduan ringan, sifat dan karakteristiknya
sama dengan Aluminium. Perbedaan titik cairnya sangat kecil tetapi sedikit berbeda dengan
Aluminium terutama pada permukaannya yang mudah keropos bila terjadi oxidasi dengan
udara. Oxid film yang melapisi permukaan Magnesium hanya cukup melindunginya dari
pengaruh udara kering, sedangkan udara lembab dengan kandungan unsur garam kekuatan
oxid dari Magnesium akan menurun, oleh kerana itu perlindungan dengan cat atau lac
(pernis) merupakan metoda dalam melidungi Magnesiumdari pengaruh korosi kelembaban
udara.

11. Antimony, Stibium (Sb)


Antimony, Stibium (Sb) ialah logam yang berwarna putih kelabu terang,
Antimony, Stibium memiliki titik cair 6300C, Logam ini diperoleh dari mineral Stibnite
(Sb2S3), Tetrahednite (Cu3SbS3) dan Famantinite (Cu3SbS4) dan dari kedua bahan
mineral inilah
Antimony, Stibium (Sb) dibuat melalui penguapan, akan tetapi karena tidak mencukupi maka
terpaksa dilakukan extracsi pada Stibinite. Antimony, Stibium (Sb) digunakan dalam
pemenuhan kebutuhan bahan yang digunakan pada temperature rendah, sebagai logam-
logam bantalan yang dipadu dengan lead (timah hitam) dan akan mempengaruhi kekerasan
dari Timah hitam itu sendiri.
12. Bismuth (Bi)
Bismuth ialah logam berwarna putih kelabu kemilau, sifat Bismuth sangat keras dan
rapuh dan tidak dapat ditemnpa. Titik Cairnya 2710C dan keadaannya relative murni.
Bismuth diperoleh dari campuran berbagai unsur dalam kondisi alami. Proses Pemisahannya
dilakukan dengan pembersihan terlebih dahulu dimana Bismuth ini terdapat dalam keadaan
kurang bersih, sehingga diperlukan berbagai perlakuan.
13. Boron (B)
Boron (B) memiliki titik cair 23000C dan Boron-Carbide sangat keras dan tahan
terhadap pengaruh kimia. Proses pemurnian Boron termasuk sangat sulit akan tetapi kerap
kali Boron ditemukan dalam keadaan murni sehingga disebut sebagai logam Murni atau
logam langka (rare-metal). Boron tidak digunakan sebagai element akan tetapiu
Boron digunakan sebagai bahan pembuatan Dies, Nozle untuk Injection moulding, perlatan
cetakan pasir Sand Blasting Gauge, pivot serta permukaan bearing. Boron dibuat dlkam
bentuk bubukan sehingga pembentukannya dilakukan dengan proses Sintering.
14. Cadmium (Cd)
Cadmium (Cd) ialah logam yang berwarna putih kebiruan sifatnya sangat lunak dan
lembek dengan titik cair hanya 3210C, sebagai bahan dasar dari Cadmium ini ialah endapan
Seng. Endapan pekat dari Cadmium terdapat dibagian tertentu dari instalasi pengolahan Seng
(Zn), Cadmium digunakan dalam paduan yang memiliki titik cair rendah serta bahan tambah
pada Tembaga. Yang penting dalam pemakaian Cadmium ini ialah sebagai
lapisan pelkindung pada Baja atau Kuningan (Brasses).
15. Cerium (Ce)
Cerium (Ce) disebut sebagai logam langka (rare earth-metal), memiliki titik cair
6400C dapat ditambahkan kedalam besi tuang untuk pembuatan electrode, pembuatan busur
listrik atau sebagai bahan batu pemantik (lighter flints).
16. Cobalt (Co)
Cobalt (Co) ialah LOgam yang brwarna putih silver ini memilki titik cair 14900C dan
bersifat magnetic tinggi. Cobalt diperoleh bersama unsur Nickel serta element-element

1
mineral tertentu dan dipisahkan selama proses pemurnian pada unsur Nickel.

2
17. Iridium (Ir)
Iridium (Ir) ini disebut sebagai baja putih ini adalah logam dari kelompok Platinum
yang memiliki titik cair 24540C sebagai bahan paduan dengan unsur Platinum-Alloy yang
kuat dank eras serta meningkatkan titik cairnya.
18. Germanium (Ge)
Germanium (Ge) merupakan logam dengan sifat kelistrikan yang spesifik sehingga
digunakan sebagai komponen adalam Teknik Kelistrikan.
19. Mercury, Hydragirum (Hg)
Mercury, Hydragirum (Hg) ialah salah satu jenis logam murni yang diperoleh dalam
skala kecil dengan logam murni lainnya serta Sulphide (HgS) yang dapat dilakukan extraksi
melalui pemanasan sederhana yang kemudian diproses secara destilasi, jika perlu dilakukan
penegrjaan lanjut untuk menghilangkan kadar Seng dan Cadmium. Mercury digunakan dalam
Thermometer dan Barrometer serta saklar atau electrical Switches.
20. Molybdenum (Mo)
Molybdenum (Mo) ialah Logam yang berwarna putih Silver dengan titik Cair
26200C. Terdapat dalam bentuk Sulphide serta berbagai Oxid pada berbagai jenis Logam.
Molybdenum (Mo) digunakan sebagai unsur paduan pada baja dan Besi Tuang (Cast Iron).
21. Platinum (Pt)
Platinum (Pt) adalah salah satu jenis logam berat yang berwarna putih kelabu dan
sangat mengkilap dengan titik cair 17730C dan memiliki sifat yang mudah dibentuk, ulet dan
tidak mengandung Oxide atau tar dalam udara bebas.
Platinum (Pt) sangat cocok digunakan dalam paduan dengan Iridium yang dapat
meningkatkan kekerasannya. Platinum (Pt) terdapat dalam paduan logam mulia serta
endapan Tembaga-Nickel. Platinum (Pt) dapat pula diperoleh melalui proses extraksi pada
mas (gold) dan Nickel.
22. Palladium (Pd)
Palladium (Pd) termasuk dalam kelompok Platinum yakni logam yang berwarna
putih dan sangat ulet, mudah dibentuk dan tahan terhadap oxidasi. Palladium (Pd) memiliki
titik cair 15550 C. Palladium (Pd) sering dipadukan dengan Silver yang dapat menggantikan
Platinum dalam pembuatan Contact Point dan akan memiliki sifat kekerasan yang tinggi
dengan ketahanan korosi yang berbeda dengan Silver.
23. Rhodium (Rh)
Rhodium (Rh) juga merupakan salah satu dari logam dalam kelompok Platinum,

1
Rhodium (Rh) memiliki titik cair 19850C sangat tahan terhadap berbagai bentuk pengaruh

2
asam. Digunakan sebagai bahan pelapis logam lain serta sebagai unsur paduan pada
Platinum dalam pembuatan kawat tahanan (Resisitor) pada Thermocouple.
24. Silver, Argentum (Ag)
Silver, Argentum (Ag) adalah salah satu logam mulia yang memiliki titik cair 9600C
terdapat dalam skala kecil dan terpadu pada Tembaga dan mas. Silver memiliki conduktifitas
listrik yang paling tinggi disbanding dengan logam lainnya dan digunakan dalam
kontak listrik juga dalam “Siver solders” serta bahan pelapis logam lain.
25. Selenium (Se)
Selenium (Se) memiliki titik cair 2200 C dan dapat diperoleh melalui proses extraksi
dari logam lain termasuk pada Tembaga. Sifat yang lain dari Selenium ialah memiliki sifat
hantaran listrik yang baik dan menjadi alternative pilihan dalam pemakaian ringan
serta digunakan pula dalam photoscell serta digunakan sebagai unsur paduan pada Tembaga
untuk meningkatkan sifat mampu mesin dari tembaga tersebut.
26. Tantalum (Ta)
Tantalum (Ta) logam yang berwarna putih dan dapat dibentuk melalui proses
pengerjaan dingin. Proses pengerjaan panas dapat meningkatkan angka kekerasannya secara
drastic. Tantalum (Ta) memiliki titik cair 32070C dan digunakan dalam perkakas Cementite
Carbide dan sebagai tambahan unsur paduan pada logam non-Ferro.
27. Tellurium (Te)
Tellurium (Te) memiliki titik cair 4520C sedikit ditambahkan pada Timah Hitam akan
meningkatkan kekerasannya, dan jika ditambahkan pada Tembaga akan memberikan sifat
free-Cutting.
28. Thorium (Th)
Thorium (Th) sangat lunak seperti timah hitam (Lead) dan dapat mencair pada
temperature 18270C. Thorium (Th) digunakan sebagai unsur paduan pada Tungsten dalam
pembuatan kawat filament serta digunakan pula dalam paduan Magnesium untuk
menghasilkan sifat Creep resistance.

29. Tungten, Wolfram (W)


Tungten, Wolfram (W) memiliki titik cair 34100C berwarna kelabu, sangat keras dan
rapuh pada temperature ruangan, tetapi ulet dan liat pada Temperatur tinggi. Bahan dasar dari
Tungten, Wolfram (W) ini ialah Oxide mineral dan diperoleh melalui proses reduksi.
Tungten, Wolfram (W) digunakan sebagai bahan pembuatan filament, untuk kwat radio dan

1
lampu serta digunakan pula sebagai unsur paduan pada alat potong (Tool Steel) yakni sebagai

2
bahan High Speed Steel (HSS) atau baja kecepatan tinggi, baja Magnet serta dibentuk
melalui proses sintering untuk bahan perkakas.
30. Vanadium (V)
Vanadium (V) akan mencair pada Temperatur diatas 19000C, logam yang berwarna
putih ini sangat keras, jika ditambahkan pada baja sebagai unsur paduan akan menambah
kekenyalan dari baja tersebut.
31. Beryllium (Be)
Beryllium (Be) Logam yang berwarna kelabu ini memiliki sifat yang sangat
keras dengan titik cair 12850C tetapi lebih ringan dari pada Aluminium.
Beryllium memiliki sifat yang rendah dalam peredaman Neutronnya pada arah memotong
sehingga tidak bereaksi terhadap berbagai bentuk dan derajat Neutron yang dilaluinya.
Beryllium (Be) merupakan logam yang memiliki sifat thermal konduktor serta tegangan
yang baik dan stabil pada Temperatur tinggi namun keuletannya rendah. Oleh karena itu
proses metallurgy bubukan (Powder metallurgy) bukan metoda yang baik dalam
pembentukan dengan bahan Beryllium ini. dengan putaran yang sangat rendah
sebagaimana pemotongan pada Aluminium.
Proses fabrikasi Zirconium harus dilakukan secara hati-hati terhadap kemungkinan
terjadinya kontaminasi dengan oxygen, Nitrogen serta Hydrogen akibat pemanasan.
Zirconium kadang-kadang digunakan sebagai unsur paduan padan Magnesium dalam
memenuhi kebutuhan dalam Teknologi Nuclear dimana Zirconium dapat meredam unsur
Neutron secara melintang dengan kekuatan tarik yang stabil didalam suhu runagan, tahan
terhadap korosi air , uap serta berbagai media pendingin. Pemakaian Zirconium juga
sebagai unsur paduan dengan bahan-bahan lain seperti timah putih (Tin), Besi, Chromium,
Nickel, Tembaga dan Molybdenum.
34. Niobium (Nb)
Niobium ialah logam yang sangat ulet (ductile) dan lunak dengan kekuatan tarik 280
N/mm2 dan titik cairnya 24690C. Keuletan dari sifat Niobium ini ialah karena pengaruh
Oxygen dan Carbon, pengerjaan panas serta udara. Niobium yang dibentuk menjadi plat tipis
dapat dilas dengan resistance-Welding, sedangkan untuk bahan yang tebal diatas 0,5 mm
harus dilas dengan Argon-arc atau Argon-arc Spot welding. Niobium digunakan dan
dikembangkan pemakaiannya untuk memenuhi kebutuhan bahan dlam Teknologi Nuclear
serta bahan pembuatan Turbine gas.
LOGAM PADUAN
Baja merupakan besi dengan kadar karbon kurang dari 2 %. Baja dapat dibentuk
menjadi berbagai macam bentuk sesuai dengan keperluan. Secara garis besar ada 2 jenis baja,
yaitu :
a. Baja karbon
b. Baja Paduan
a. Baja Karbon
Baja karbon disebut juga plain karbon steel, mengandung terutama unsure karbon dan sedikit
silicon, belerang dan pospor. Berdasarkan kandungan karbonnya, baja karbon dibagi menjadi
- baja dengan kadar karbon rendah ( < 0,2 % C)
- Baja dengan kadar karbon sedang ( 0,1%-0,5 % C)
- Baja dengan kadar karbon tinggi ( >0,5 % C)
Kadar karbon yang terdapat di dalam baja akan mempengaruhi kuat tarik, kekerasan dan
keuletan baja. Semakin tinggi kadar karbonnya, maka kuat tarik dan kekerasan baja semakin
meningkat tetapi keuletannya cenderung turun. Penggunaan baja di bidang teknik sipil pada
umumnya berupa baja konstruksi atau baja profil, baja tulangan untuk beton dengan kadar
karbon 0,10% - 0,50 %. Selain itu baja karbon juga digunakan untuk baja/kawat pra tekan
dengan kadar karbon s/d 0,90 %. Pada bidang teknik sipil sifat yang paling penting adalah
kuat tarik dari baja itu sendiri. b. Baja Paduan Baja dikatakan di padu jika komposisi unsur-
unsur paduannya secara khusus , bukan baja karbon biasa yang terdiri dari unsure silisium
dan mangan. Baja paduan semakin banyak di gunakan.Unsur yang paling banyak di
gunakan untuk baja paduan , yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr. 6.3.

H. KLASIFIKASI BAJA
Baja paduan dapat di klasifikasikan sesuai dengan :
· Komposisi
· Struktur
· Penggunaan
Komposisi
Berdasarkan komposisi baja paduan di bagi menjadi :
· Baja tiga komponen : terdiri satu unsure pemandu dalam penambahan Fe dan C.
· Baja empat komponen : terdiri dari dua unsure pemandu dst.

Struktur
Baja di klasifikasikan berdasarkan :
· Baja pearlit
· Baja martensit
· Baja austensit
· Baja ferrit
· Baja karbit / ledeburit

Baja pearlit (sorbit dan trostit), di dapat jika unsur-unsur paduan relative kecil
maximum 5 %, baja ini mampu di mesin, sifat mekaniknya meningkat oleh heat treatmen
(hardening &tempering) Baja martensit, unsure pemandunya lebih dari 5 % sangat keras dan
sukar di mesin. Baja autensit, terdiri dari 10 – 30 % unsure pemadu tertentu (Mi, Mn, atau
Co) misalnya : baja tahan karat (stainlees steel), non magnetic dan baja tahan panas (heat
resistant steel). Baja ferrit, terdiri dari sejumlah besar unsure pemadu (Cr, W atau Si) tetapi
karbonnya rendah. Tidak dapat di keraskan. Baja karbit (ledeburit), terdiri sejumlah karbon
dan unsure- unsur pembentuk karbit (Cr, W, Mn, Ti, Zr) Penggunaan Berdasarkan
penggunaan dan sifat-sifatnya, baja paduan diklasifikasikan :

· Baja konstruksi (structural steel)


· Baja perkakas (tool steel)
· Baja dengan sifat fisik khusus
Baja konstruksi, di bedakan lagi menjadi yiga golongan tergantung persentase unsure
pemadunya, yaitu :

· Baja paduan rendah (maximum 2 %)


· Baja paduan menengah (2 – 5 %)
· Baja paduan tinggi ( lebih dari 5 %)

Setelah di heat treatmen baja jenis ini sifat – sifat mekaniknya lebih baik dari baja
karbon biasa. Baja perkakas, di pakai untuk alat pemotong, komposisinya tergantung bahan
dan tebal benda yang di potong / di sayat pada kecepatan potong, suhu kerja. Baja paduan
rendah, kekerasannya tidak berubah hingga pada suhu 250 c. Baja paduan tinggi,
kekerasannya tidak berubah hingga pada suhu 600 c. Baja dengan sifat – sifat fisik khusus,
dapat di bedakan sebagai berikut :

· Baja tahan karat : 0,1 – 0,45 % C ; 12 – 14 % Cr.


· Baja tahan panas :12 – 14 % Cr tahan hinggga suhu 750 – 800 c
15 – 17 % Cr tahan hingga suhu 850 – 1000 c
· Baja tahan pakai pada suhu tinggi .
23 % Cr, 18 – 21 % Ni, 2 – 3 % Si 13 % - 15 % Cr, 13 – 15 % Ni 2 % - 5 % W, 0,25
0,4 % Mo, 0,4 – 0,5 % C

SIFAT-SIFAT FISIK DAN MEKANIS BAJA


Sifat baja pada umumnya terdiri dari sifat fisik dan sifat mekanis. Sifat fisik meliputi
: berat, berat jenis, daya hantar panas dan konduktivitas listrik. Baja dapat berubah sifatnya
karena adanya pengaruh beban dan panas.
Sifat mekanis
Sifat mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut memberikan
perlawanan apabila diberikan beban pada bahan tersebut. Atau dapat dikatakan sifat
mekanis adalah kekuatan bahan didalam memikul beban yang berasal dari luar. Sifat
mekanis pada baja meliputi :
a. Kekuatan.
Sifat penting pada baja adalah kuat tarik. Pada saat baja diberi beban, maka baja akan
cenderung mengalami deformasi/perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan menimbulkan
regangan/strain, yaitu sebesar terjadinya deformasi tiap satuan panjangnya Akibat regangan

tersebut, didalam baja terjadi tegangan/stress sebesar, , dimana P = beban yang membebani
baja, A = luas penampang baja. Pada waktu baja diberi beban, maka terjadi regangan. Pada
waktu terjadi regangan awal, dimana baja belum sampai berubah bentuknya dan bila beban
yang menyababkan regangan tadi dilepas, maka baja akan kembali ke bentuk semula.
Regangan ini disebut dengan regangan elastis karena sifat bahan masih elastis.
Perbandingan antara tegangan dengan regangan dalam keadaan elastis disebut dengan
“Modulus Elastisitas/Modulus Young” ( ). Ada 3 jenis tegangan yang terjadi pada baja, yaitu
: AP E
- tegangan , dimana baja masih dalam keadaan elastis

- tegangan leleh, dimana baja mulai rusak/leleh

- tegangan plastis, tegangan maksimum baja, dimana baja mencapai kekuatan maksimum.
b. Keuletan (ductility), Kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum baja putus. Keuletan
ini berhubungan dengan besarnya regangan/strain yang permanen sebelum baja putus.
Keuletan ini juga berhubungan dengan sifat dapat dikerjakan pada baja. Cara ujinya
berupa uji tarik.

c. Kekerasan, adalah ketahanan baja terhadap besarnya gaya yang dapat


menembus permukaan baja. Cara ujinya dengan kekerasan Brinell, Rockwell,
ultrasonic, dll

d. Ketangguhan (toughness), adalah hubungan antara jumlah energi yang dapat diserap oleh
baja sampai baja tersebut putus. Semakin kecil energi yang diserap oleh baja, maka baja
tersebut makin rapuh dan makin kecil ketangguhannya. Cara ujinya dengan cara memeberi
pukulan mendadak.

Macam - Macam Paduan Dari Logam Non - Ferro (Non - Ferrous Alloys)

Tembaga dan Paduannya


Tembaga digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik dalam keadaan murni
maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150 N/mm2 dalam bentuk
tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 melalui proses pengerjaan
dingin dan untuk jenis tuangan aangka kekerasanya hanya mencapai 45 HB namun dapat
ditingkatkan menjadi 90 HB melalui pengerjaan dingin, dimana dengan proses pengerjaan
dingin ini akan mereduksi keuletan, walaupun demikian keuletannya dapat ditingkatkan
melalui proses annealing (lihat proses perlakuan panas) dapat menurunkan angka kekerasan
serta tegangannya atau yang disebut proses “temperature” dimana dapat dicapai melalui
pengendalian jarak pengerjaan setelah annealing. Tembaga memiliki sifat thermal dan
electrical conduktifitas nomor dua setelah Silver. Tembaga yang digunakan
sebagai penghantar listrik banyak digunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang tinggi
hingga 99,9 %. Sifat lain dari tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap korosi atmospheric
serta berbagai serangan media korosi lainnya. Tembaga sangat mudah disambung melalui
proses penyoderan, Brazing serta pengelasan. Tembaga termasuk dalam golongan logam
berat dimana memiliki berat jenis 8,9 kg/m3 dengan titik cair 10830C. Pembuatan tembaga
Unsur dasar tembaga diperoleh dalam bentuk bijih tembaga dengan kadar yang rendah
dengan rata-rata kurang dari 4%. Proses pemecahan dan pembubukan dilakukan
untuk memisahkan unsur tembaga dari butiran-butiran pengikat melalui pengapungan serta
untuk menghilangkan butiran-butiran yang tidak berguna Butiran-butiran yang
mengandung unsur tembaga dipanasakan didalam dapur pemanas untuk melepaskan
ikatannya
dengan unsur batuan serta persenyawaan dengan unsur sulphide besi. Unsur ini kemudian
diolah didalam converter untuk pemisahan besi dan sulphur. Proses pemurnian api (Fire-
refining) Dari proses tersebut diatas akan dihasilkan tembaga untuk dilakukan proses
pemurnian api (Fire-refining) dimana tembaga yang dalalm keadaan tidak murni dicairkan
dan dilakukan proses oksidasi untuk melepaskan berbagai unsur lainnya yang terkandung
didalam Tembaga tersebut. Selanjutnya dengan menggunakan batang kayu yang
ditekankan kedalam larutan untuk menggerakkan oxygen oleh pembakaran dan selanjutnya
dituangkan kedalam cetakan dan menghasilkan tembaga dalam bentuk batangan.
Electrolytic refining Electrolytic refining yaitu proses pemurnian dengan cara elektrolit yang
akan menghasilkan tembaga murni, prosesnya ialah tembaga yang berbentuk batangan yakni
tembaga yang akan dimurnikan berfungsi sebagai anoda digantungkan didalam cairan panas
asam sulphuric dan cooper sulphate dan dihubungkan melalui plat tembaga murni
sebagai katoda, dengan demikian unsur tembaga ini akan mngendap pada cathode dan unsur-
unsur lainnya akan mengendap pada kubangan dari larutan elektrolite. Kadar Tembaga Kadar
Tembaga ialah derajat kemurnian tembaga yang berhubungan dengan proses pembuatan serta
fungsi pemakaiannya, yang meliputi Cathode Copper Kadar Tembaga diperoleh dari proses
electrolisa (electrolytic refining) yang digunakan sebagai raw material untuk penghantar
arus listrik serta tembaga paduan dan bahan tuangan. Electrolytic Tough High Conductivity
Copper Tembaga ini ialah dimana Cathode copper dicairkan dan dituangkan kedalam cetakan
dengan bentuk yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, kadar oxygen atau Pitch harus
dikendalikan secarahati - hati karena dapat mengakibatkan timbulnya efek yang merugikan
terhadap sifat kemurniannya.Fire refined Tough Pitch High Condictivity
Copper Conduktifitas Tembaga ini lebih baik dari pada electrolytic Tough Pitch Copper, akan
tetapi tingkat kemurniannya lebih rendah dimana sebagian kecil dari unsur-unsur lain tidak
sapat dihilangkan melalui proses ini.

I. Sifat & Penggunaan Unsur Logam dan Nonlogam

a. LOGAM
Dalam kimia, sebuah logam (bahasa Yunani: Metallon) adalah sebuah unsur
kimia yang siap membentuk ion (kation). Logam adalah salah satu dari tiga kelompok unsur
yang dibedakan oleh sifat ionisasi dan ikatan, bersama dengan metaloid dan nonlogam.
Pengelompokan dikemukakan oleh Lavoisier, namun masih sangat sederhana, sebab
antara unsur-unsur logam sendiri masih terdapat banyak perbedaan.
Dalam tabel periodik, garis diagonal yang membedakan unsur logam dari nonlogam.
Unsur dalam garis ini adalah metaloid, kadangkala disebut semi-logam. Unsur-unsur yang
termasuk metaloid adalah Boron (B), Silikon (Si), Germanium (Ge), Arsen (As), Antimon
(Sb), Telurium (Te), Polonium (Po).
Logam sendiri terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Alkali : Lithium (Li), Natrium (Na), Potassium (K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs),
Francium (Fr).
2. Logam Alkali Tanah : Beryllium (Be), Magnesium (Mg), Calcium (Ca), Strontium (Sr),
Barium (Ba), Radium (Ra).
3. Logam Transisi : Lantanida dan Aktinida.
4. Logam Lainnya : Aluminium (Al), Gallium (Ga), Indium (In), Thallium (Tl), Ununtrium
(Uut), Tin (Sn), Lead (Pb), Ununquadium (Uuq), Bismuth (Bi), Ununpentium (Uup),
Ununhexium (Uuh).
Beberapa logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas, timah, perak, titanium,
uranium, dan zink.

B. NONLOGAM
Nonlogam adalah kelompok unsur kimia yang bersifat elektronegatif, yaitu lebih
mudah menarik elektron valensi dari atom lain dari pada melepaskannya. Unsur-unsur
yang termasuk dalam nonlogam adalah:
1. Halogen : Fluorine (F), Chlorine (Cl), Bromine (Br), Iodine (I), Astatine
(At), Ununseptium (Uus).
2. Gas mulia : Helium (H), Neon (Ne), Argon (Ar), Krypton (Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn),
Ununoctium (Uuo).
3. Nonlogam lainnya : Hidrogen (H), Carbon (C), Nitrogen (N), Phosphorus (F), Oxygen
(O), Sulfur (B), Selenium (Se).
Sebagian besar nonlogam ditemukan pada bagian atas tabel periodik, kecuali hidrogen
yang terletak pada bagian kiri atas bersama logam alkali. Walaupun hanya terdiri dari 20
unsur, dibandingkan dengan lebih dari 80 lebih jenis logam, nonlogam merupakan penyusun
sebagian besar isi bumi, terutama lapisan luarnya.
Pada tabel periodik, unsur-unsur di daerah perbatasan antara logam dan nonlogam
mempunyai sifat ganda. Misalnya unsur Boron (B) dan Silikon (Si) merupakan unsur
nonlogam yang memilki beberapa sifat logam yang disebut unsur metaloid.

b. SIFAT FISIS LOGAM


Pada umumnya unsur logam mempunyai sifat fisis, antara lain:
1. Logam akan memantulkan sinar yang datang dengan panjang gelombang dan frekuensi
yang sama sehingga logam terlihat lebih mengkilat. Contohnya, emas (Au), perak (Ag), besi
(Fe), dan seng (Zn).
2. Logam dapat menghantarkan panas ketika dikenai sinar matahari, sehingga logam akan
sangat panas (terbakar). Energi panas diteruskan oleh elektron sebagai akibat dari
penambahan energi kinetik. Hal ini menyebabkan elektron bergerak lebih cepat. Energi panas
ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang bergerak.
3. Logam juga dapat menghantarkan listrik karena elektronnya terdelokalisasi bebas
bergerak di seluruh bagian struktur atom. Tembaga (Cu) sering dipakai dalam pembuatan
kawat penghantar lisrik.
4. Meabilitas, yaitu kemampuan logam untuk ditempa atau diubah menjadi bentuk
lembaran. Sifat ini digunakan oleh pandai besi untuk membuat sepatu kuda dari batangan
logam. Gulungan baja (besi) penggiling menggunakan sifat ini saat mereka mengulung
batangan baja menjadi lembaran tipis untuk pembuatan alat-alat rumah tangga. Hal ini karena
kemampuan atom-atom logam untuk menggelimpang antara atom yang satu dengan atom
yang lain menjadi posisi yang baru tanpa memutuskan ikatan logam.
5. Duktilitas yaitu kemampuan logam dirubah menjadi kawat dengan sifatnya yang mudah
meregang jika ditarik. Tembaga (Cu) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kawat.
6. Semua logam merupakan padatan pada suhu kamar dengan pengecualian raksa atau
merkuri (Hg) yang berupa cairan pada suhu kamar.
7. Semua logam bersifat keras, kecuali natrium (Na) dan kalium (Ca), yang lunak dan
dapat dipotong dengan pisau.
8. Umumnya logam memiliki kepadatan yang tinggi sehingga terasa berat jika
dibawa.
9. Logam juga dapat menimbulkan suara yang nyaring jika dipukul, sehingga dapat
digunakan dalam pembuatan bel atau lonceng.
10. Logam dapat ditarik magnet, sehingga logam disebut diamagnetik, misalnya besi
(Fe).
c. SIFAT FISIS NONLOGAM
Pada umumnya unsur nonlogam mempunyai sifat fisis, antara lain:
1. Nonlogam tidak dapat memantulkan sinar yang datang sehingga nonlogam tidak terlihat
mengkilat.
2. Nonlogam tidak dapat menghantarkan panas dan listrik sehingga disebut sebagai
isolator.
3. Nonlogam sangat rapuh sehingga tidak dapat ditarik menjadi kabel atau ditempa
menjadi lembaran.
4. Densitas atau kepadatannya pun relatif rendah sehingga terasa ringan jika dibawa dan
tidak bersifat diamagnetik (dapat ditarik magnet).
5. Nonlogam berupa padatan, cairan dan gas pada suhu kamar. Contohnya padatan Carbon
(C), cairan Bromin (Br) dan gas Hidrogen (H).

c. SIFAT KIMIA LOGAM


Sifat-sifat kimia logam antara lain:
.
1. Logam memiliki energi ionisasi yang rendah, oleh karena itu logam cenderung
melepaskan elektronnya dengan mudah. Logam cenderung melepaskan elektron daripada
menangkap elektron untuk membentuk kation. Logam berikatan dengan lainnya untuk
+ 2+ 3+
mencapai stabil. Contohnya, Na Mg Al .
2. Umumnya logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi karena kekuatan
ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan logam yang lain
tergantung pada jumlah elektron yang terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan
atom-atomnya.Sifat titik leleh menunjukkan kekerasan logam, titik leleh yang tinggi artinya
logamnya keras, sedangkan titik leleh rendah artinya logamnya lemah. Semua logam
memiliki titik leleh yang tinggi, kecuali merkuri (Hg), cerium (Ce), galium (Ga), timah (Sn)
dan timbal (Pb).
3. Logam memiliki 1 sampai 3 elektron dalam kulit terluar dari atom-
atomnya.
4. Kebanyakan logam oksida yang larut dalam air bereaksi untuk membentuk
logam hidroksida. Contonya:
logam oksida + air logam hidroksida
Na2O (s) + H2O (l) 2NaOH (aq)
CaO (s) + H2O (l) Ca(OH)2 (aq)
5. Logam oksida bereaksi dengan asam membentuk garam dan air. Contohnya:
logam oksida + asam garam + air
MgO (s) + 2HCl (aq) MgCl 2 (aq) + H2O (l)
NiO (s) + H2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + H2O (l)

d. SIFAT KIMIA NONLOGAM


Sifat-sifat kimia yang dimiliki unsur nonlogam antara lain:
1. Jika dilihat dari konfigurasi elektronnya, unsur-unsur nonlogam cenderung
menangkap
elektron karena memiliki energi ionisasi yang besar untuk membentuk
- 2- 3-
anion. Contohnya, Cl O N .
2. Umumnya unsur nonlogam memiliki titik leleh dan titik didih yang relatif rendah jika
dibandingkan dengan unsur logam.
3. Nonlogam memiliki 4 sampai 8 elektron dalam kulit terluar dari atom-atomnya.
4. Nonlogam yang bereaksi dengan logam akan membentuk garam.
nonlogam + logam garam
3Br 2 (l) + 2Al (s) 2AlBr 3 (s)
5. Kebanyakan nonlogam oksida yang larut dalam air akan bereaksi membentuk
asam. Contohnya:
nonlogam oksida + air asam
CO2 (g) + H2O (l) H2CO3 (aq)
6. Nonlogam dapat bereaksi dengan basa membentuk garam dan air.
nonlogam oksida + basa garam + air
CO 2 (g) + 2NaOH (aq) Na2CO3 (aq) + H2O (l)

e. PENGGUNAAN LOGAM
Umumnya, logam bermanfaat bagi manusia, karena penggunaannya di
bidang industri, pertanian, dan kedokteran. Contohnya, merkuri yang digunakan dalam
proses klor alkali. Proses klor alkali merupakan proses elektrolisis yang berperan penting
dalam industri manufaktur dan pemurnian zat kimia. Beberapa zat kimia yang dapat
diperoleh dengan proses elektrolisis adalah natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
aluminium (Al), tembaga, seng, perak, hidrogen, klor, fluor, natrium hidroksida, kalium
dikromat, dan kalium permanganat. Proses elektrolisis larutan natrium klorida tersebut
merupakan proses klor alkali. Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan natrium
1
hidroksida di katode (kutub positif) dan gas klor di anode (kutub negatif).

2
Pada industri angkasa luar dan profesi kedokteran dibutuhkan bahan yang kuat, tahan
karat, dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium. Sebagian jenis logam merupakan
unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi. Pada zaman dahulu,
logam tertentu, seperti tembaga, besi, dan timah digunakan untuk membuat
peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata.
Secara umum logam mulia berarti logam-logam termasuk paduannya yang biasa
dijadikan perhiasan, antara lain emas, perak, perunggu dan platina. Logam-logam tersebut
memiliki warna yang bagus, tahan karat, lunak dan terdapat dalam jumlah yang sedikit di
alam, sehingga harganya mahal. Emas dan perak memiliki sifat penghantar listrik yang
sangat baik sehingga banyak dipakai untuk melapisi konektor-konektor pada perangkat
elektronik.
Kemampuan logam untuk meregang apabila ditarik disebut duktilitas. Kemampuan
logam meregang dan menghantarkan listrik dimanfaatkan untuk membuat kawat atau kabel,
contohnya tembaga. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa disebut maleabilitas.
Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa dimanfaatkan untuk membuat berbagai
macam jenis barang, misalnya golok, pisau, cangkul, dan lain-lain.
Sebagai konduktor panas yang baik, logam juga digunakan untuk membuat panci.
Logam bersifat kuat sehingga dapat digunakan untuk membangun rangka bangunan dan
jembatan. Logam juga dapat menimbulkan suara dering yang nyaring jika dipukul, maka
logam juga dapat digunakan dalam pembuatan bel.
Logam berat adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22
sampai dengan 92. Namun logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan apabila
terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh manusia. Beberapa logam tersebut di
antaranya bersifat membangkitkan kanker (karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan
dengan kandungan logam berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi.
Kasus-kasus pencemaran lingkungan menyebabkan banyak bahan pangan
mengandung logam berat berlebihan. Kasus yang populer adalah sindrom Minamata, sebagai
akibat akumulasi raksa (Hg) dalam tubuh ikan konsumsi.
Di Indonesia, pernah dilaporkan bahwa ikan-ikan di Teluk Jakarta juga memiliki
kandungan raksa (Hg) yang tinggi. Udang dari tambak Sidoarjo pun pernah ditolak oleh
importir dari Jepang karena dinilai memiliki kandungan Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb)
yang melebihi ambang batas. Diduga logam-logam ini merupakan dampak buangan limbah
industri di sekitarnya. Kakao dari Indonesia juga pernah ditolak pada lelang internasional
karena dinilai memiliki kandungan Cd di atas ambang batas yang diizinkan. Cd diduga
1
berasal dari pupuk TSP yang diberikan pada tanaman di perkebunan.

2
f. PENGGUNAAN NONLOGAM
Belerang merupakan endapan gas belerang yang membatu. Terbentuknya belerang
karena aktifitas vulkanisme. Belerang (Su) ini banyak digunakan di berbagai macam industri,
misalnya
pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak bumi, industri karet dan ban,
industri gula pasir, aki, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan fotografi, industri
logam dan besi baja, bahan korek api, obat-obatan dan lain-lain.
Belerang atau sulfur ini banyak tersebar didaerah Pegunungan, dan Dataran Tinggi,
Fosfat merupakan bahan endapan dari kotoran kelelawar dan burung. Fosfat terdapat di
daerah karst terutama di dalam gua-gua. Pemanfaatannya digunakan untuk bahan utama
pupuk fosfat. Contoh dari carbon (C) adalah intan atau berlian. Intan dalam tingkatan
kekerasan batuan, merupakan batuan yang mempunyai tingkatan kekerasan paling tinggi,
sehingga intan bisa digunakan untuk mengiris kaca dan marmer. Intan berasal dari endapan
tumbuhan jenis pakis-pakisan yang telah mengalami proses yang sangat panjang dan lama.
Pemanfaatan utama intan ialah digunakan sebagai perhiasan.

Karbon monoksida (CO) lebih dikenal karena sifatnya yang beracun daripada
kegunaannya. Gas ini dapat berikatan dengan haemoglobin dalam darah sehingga
menghalangi fungsi utama darah sebagai pengangkut oksigen. Gas CO tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. CO di udara berasal dari pembakaran tak sempurna dalam mesin
kendaraan bermotor dan industri. Beberapa penggunaan CO adalah sebagai reduktor pada
pengolahan logam, sebagai bahan baku untuk membuat methanol dan merupakan komponen
berbagai jenis bahan bakar gas.
Gas CO2 tidak beracun, tetapi jika kadarnya terlalu besar (10-20%) dapat membuat
pingsan dan merusak sistem pernapasan. CO2 terbentuk pada pembakaran bahan bakar yang
mengandung karbon seperti batu bara, minyak bumi, gas alam dan kayu. Gas ini juga
dihasilkan pada pernapasan makhluk hidup. Karbon dioksida komersial diperoleh dari
pembakaran residu penyulingan minyak bumi. Dalam jumlah besar juga diperoleh sebagai
hasil samping produksi urea dan pembuatan alkohol dari proses peragian. Beberapa
penggunaan komersial karbon dioksida adalah karbon dioksida padat yang disebut es kering
digunakan sebagai pendingin, untuk memadamkan kebakaran dan untuk membuat minuman
ringan.

BAB III
KESIMPULAN

Kelebihan logam(Material) sebagai bahan konstuksi adalah memiliki kuat tarik tinggi,
dapat di rubah – rubah bentuknya, mudah di sambung / di las. Empat tahap pengerjaan untuk
menghasilkan logam yaitu : penggalian bijih logam, penyiapan bijih, untuk diambil logam
dari bijih, Ektraksi atau mengeluarkan / memisahkan logam dari bijih, Pemurnian dan
pengolahan logam. Kadar karbon yang terdapat di dalam baja akan mempengaruhi kuat tarik,
kekerasan dan keuletan baja. Semakin tinggi kadar karbonnya, maka kuat tarik dan kekerasan
baja semakin meningkat tetapi keuletannya cenderung turun. Penggunaan baja di bidang
teknik sipil pada umumnya berupa baja konstruksi atau baja profil, baja tulangan untuk beton
dengan kadar karbon 0,10% - 0,50 %. Selain itu baja karbon juga digunakan untuk
baja/kawat pra tekan dengan kadar karbon s/d 0,90 %. Sifat fisik baja meliputi : berat, berat
jenis, daya hantar panas dan konduktivitas listrik. Sifat mekanis pada baja meliputi :
Kekuatan, Keuletan (ductility), Kekerasan, Ketangguhan (toughness).

Anda mungkin juga menyukai