Pendahuluan
A. Latar Belakang
Logam besi atau Ferrum (Fe) merupakan salah satu jenis logam yang paling
banyak dipergunakan untuk kehidupan manusia, mulai dari keperluan rumah,
pertanian, permesinan, hingga alat transportasi. Besi adalah salah satu unsur
logam pembentuk kerak bumi yaitu sekitar 4,7% - 5%. Besi adalah logam yang
dihasilkan dari batuan besi, kebanyakan besi terdapat dalam bentuk batuan,
pasir dan tanah yang beroksidasi. Kadang besi terdapat sebagai kandungan
tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan merujuk pada rumusan berikut :
1. Pengertian Logam Ferros
2. Perbedaan Antara Logam Ferros dan Non Ferros
3. Jenis Logam Ferros
4. Stainless Steel
5. Penggunaan Stainless Steel Pada Pesawat
1
BAB II
Isi
Logam ferro adalah adalah logam besi(Fe). Besi merupakan logam yang penting
dalam bidang teknik, tetapi besi murni terlalu lunak dan rapuh sebagai bahan kerja,
bahan konstruksi dlln. Oleh karena itu besi selalu bercampur dengan unsur lain,
terutama zat arang/karbon (C).
Sebutan besi dapat berarti : Besi murni dengan simbol kimia Fe yang hanya
dapat diperoleh dengan jalan reaksi kimia. Besi teknik adalah yang sudah atau
selalu bercampur dengan unsur lain.
Besi teknik terbagi atas tiga macam yaitu : Besi mentah atau besi kasar yang
kadar karbonnya lebih besar dari 3,7%. Besi tuang yang kadar karbonnya antara 2,3
sampai 3,6 % dan tidak dapat ditempa. Disebut besi tuang kelabu karena karbon
tidak bersenyawa secara kimia dengan besi melainkan sebagai karbon yang lepas
yang memberikan warna abu-abu kehitaman, dan disebut besi tuang putih karena
karbon mampu bersenyawa dengan besi. Baja atau besi tempa yaitu kadar
karbonnya kurang dari 1,7 % dan dapat ditempa.
Logam ferro juga disebut besi karbon atau baja karbon. Bahan dasarnya adalah
unsur besi (Fe) dan karbon ( C) , tetapi sebenarnya juga mengandung unsur lain
seperti : silisium, mangan, fosfor, belerang dan sebagainya yang kadarnya relatif
rendah. Unsur-unsur dalam campuran itulah yang mempengaruhi sifat-sifat besi atau
baja pada umumnya, tetapi unsur zat arang (karbon) yang paling besar pengaruhnya
terhadap besi atau baja terutama kekerasannya. Pembuatan besi atau baja
dilakukan dengan mengolah bijih besi di dalam dapur tinggi yang akan menghasilkan
besi kasar atau besi mentah. Besi kasar belum dapat digunakan sebagai bahan
untuk membuat benda jadi maupun setengah jadi, oleh karena itu, besi kasar itu
masih harus diolah kembali di dalam dapur-dapur baja. Logam yang dihasilkan oleh
dapur baja itulah yang dikatakan sebagai besi atau baja karbon, yaitu bahan untuk
membuat benda jadi maupun setengah jadi.
2
B. Perbedaan Antara Logam Ferros dan Non Ferros
a. Logam ferro
Logam besi(Fe). Besi merupakan logam yang penting dalam bidang
teknik, tetapi besi murni terlalu lunak dan rapuh sebagai bahan kerja, bahan
konstruksi dlln. Oleh karena itu besi selalu bercampur dengan unsur lain,
terutama zat arang/karbon (C). Sebutan besi dapat berarti :
1. Besi murni dengan simbol kimia Fe yang hanya dapat diperoleh dengan
jalan reaksi kimia.
2. Besi teknik adalah yang sudah atau selalu bercampur dengan unsur lain.
3
C. Jenis Logam Ferros
Logam Besi (Ferrous) juga terdiri menjadi dua yaitu :
a. Baja (Steel)
Baja paduan adalah baja paduan dengan berbagai elemen dalam jumlah
total antara 1,0% dan 50% berat untuk meningkatkan sifat mekanik. Baja Paduan
dipecah menjadi dua kelompok:
1. Baja paduan rendah (low alloy steel)
Baja paduan rendah biasanya digunakan untuk mencapai hardenability
lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan sifat mekanis lainnya.
Mereka juga digunakan untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam kondisi
lingkungan tertentu. Dengan menengah ke tingkat karbon tinggi, baja paduan
rendah sulit untuk las. Menurunkan kandungan karbon pada kisaran 0,10%
menjadi 0,30%, bersama dengan beberapa pengurangan elemen paduan,
meningkatkan weldability dan sifat mampu bentuk baja dengan tetap
menjaga kekuatannya. Seperti logam digolongkan sebagai baja paduan
rendah kekuatan tinggi.
Baja paduan rendah dikelompokan menjadi 3 yaitu:
a) Baja Karbon Rendah (low carbon steel)
Baja ini dengan komposisi karbon kurang dari 2%. Fasa dan struktur
mikronya adalah ferrit dan perlit. Baja ini tidak bisa dikeraskan dengan
cara perlakuan panas (martensit) hanya bisa dengan pengerjaan dingin.
Sifat mekaniknya lunak, lemah dan memiliki keuletan dan ketangguhan
yang baik. Serta mampu mesin (machinability) dan mampu las nya
(weldability) baik.
b) Baja Karbon Sedang ( medium carbon steel)
Baja Mil memiliki komposisi karbon antara 0,2%-0,5% C (berat).
Dapat dikeraskan dengan perlakuan panas dengan cara memanaskan
hingga fasa austenit dan setelah ditahan beberapa saat didinginkan
dengan cepat ke dalam air atau sering disebut quenching untuk
memperoleh fasa ang keras yaitu martensit. Baja ini terdiri dari baja
karbon sedang biasa (plain) dan baja mampu keras. Kandungan karbon
yang relatif tinggi itu dapat meningkatkan kekerasannya. Namun tidak
cocok untuk di las, dengan kata lain mampu las nya rendah. Dengan
penambahan unsur lain seperti Cr, Ni, dan Mo lebih meningkatkan
mampu kerasnya. Baja ini lebih kuat dari baja karbon rendah dan cocok
untuk komponen mesin, roda kereta api, roda gigi (gear), poros engkol
4
(crankshaft) serta komponen struktur yang memerlukan kekuatan tinggi,
ketahanan aus, dan tangguh.
c) Baja Karbon Tinggi (high carbon steel)
Baja karbon tinggi memiliki komposisi antara 0,6- 1,4% C (berat).
Kekerasan dan kekuatannya sangat tinggi, namun keuletannya kurang.
baja ini cocok untuk baja perkakas, dies (cetakan), pegas, kawat
kekuatan tinggi dan alat potong yang dapat dikeraskan dan ditemper
dengan baik. Baja ini terdiri dari baja karbon tinggi biasa dan baja
perkakas. Khusus untuk baja perkakas biasanya mengandung Cr, V, W,
dan Mo. Dalam pemaduannya unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan
karbon menjadi senyawa yang sangat keras sehingga ketahanan aus
sangat baik.
5
D. Stainless Steel
Baja stainless ( stainless steel ) adalah baja paduan yang mengandung
minimal 10,5% Cr. Daya tahan stainless steel terhadap oksidasi yang tinggi di
udara dalam suhu lingkungan biasanya dicapai karena adanya tambahan
minimal 13% (dari berat) krom.
Krom membentuk sebuah lapisan tidak aktif Kromium(III) Oksida (Cr 2O3)
ketika bertemu oksigen. Lapisan ini terlalu tipis untuk dilihat, sehingga
logamnya akan tetap berkilau. Logam ini menjadi tahan air dan udara,
melindungi logam yang ada di bawah lapisan tersebut. Fenomena ini
disebut Passivation dan dapat dilihat pada logam yang lain, seperti pada
alumunium dan titanium.
Pada dasarnya untuk membuat besi yang tahan terhadap karat, krom
merupakan salah satu bahan paduan yang paling penting. Untuk mendapatkan
besi yang lebih baik lagi, dintaranya dilakukan penambahan beberapa zat-zat
berikut, Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki
ketahanan korosi pitting dan korosi celah Unsur karbon rendah dan
penambahan unsur penstabil karbida (titanium atau niobium) bertujuan
menekan korosi batas butir pada material yang mengalami proses sensitasi.
a. Sejarah Stainless Steel
Awalnya, beberapa besi tahan karat pertama berasal dari beberapa
artefak yang dapat bertahan dari zaman purbakala. Pada artefak ini tidak
ditemukan danya kandungan krom, namun diketahui, bahwa yang
membuat artefak logam ini tahan karat adalah banyaknya zat fosfor yang
dikandungnya yang mana bersama dengan kondisi cuaca lokal
6
membentuk sebuah lapisan basi oksida dan fosfat. Sedangkan, paduan
besi dan krom sebagai bahan tahan karat pertama kali ditemukan oleh
ahlimetal asal Prancis, Pierre Berthier pada tahun 1821, yang kemudian
diaplikasikan untuk alat-alat pemotong, seperti pisau. Kemudian pada
akhir 1890-an, Hans Goldschmidt dari Jerman, mengembangkan proses
aluminothermic untuk menghasilkan kromium bebas karbon.
7
Austenitic cocok juga untuk aplikasi temperature rendah disebabkan
unsur Nickel membuat Stainless Steel tidak menjadi rapuh pada
temperatur rendah.
8
ketangguhan baik, ketahanan korosinya cukup bagus terhadap
cuaca tetapi tidak sebaik stainless steel ferritic maupun austenitic.
9
E. Penggunaan Stainless Steel Pada Pesawat
Karena keserbagunaannya yang tinggi, Stainless Steel hampir digunakan
untuk semua bagian logam yang ditemukan di pesawat terbang. Namun,
karena pertimbangan seperti biaya dan berat berarti aluminium sering (tetapi
tidak selalu) menjadi pilihan pertama untuk banyak digunakan pada peswat
maskapai. Namun beberapa produsen pesawat masih menggunakan Stainless
Steel karena kekuatannya.
Bagian lain yang dibuat dari Stainless Steel adalah komponen struktural
utama, seperti fastener. Fastener adalah salah satu bagian yang menyatukan
pesawat, dan dapat ditemukan di landing gear, wing, engine, dan cockpit.
Fastener sering kali merupakan bagian terlemah dari struktur apa pun, dan
terutama di pesawat terbang,
10
b. Stainless Steel 321
Stainless Steel ini merupakan Stainless Steel dengan peforma yang
sangat tinggi. Stainless Steel di campur dengan titanium sehingga
dapat menahan suhu dari 800 ke 1500°F dan tetap stabil. Stainless
Steel ini biasa digunakan pada jet engines, exhaust ducts, flanges,
piston engine exhaust manifolds, afterburners, dan flash boilers.
11
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Stainless Steel merupakan salah satu material yang sangat penting dalam
pesawat. Material ini sangat banyak digunakan pada bagian bagian pesawat.
Tetapi Stainless Steel ini memiliki kelemahan dibanding alumunium diaman
alumunium harganya lebih terjangkau dan lebih ringan dibanding Stainless Steel.
Tetapi Stainless Steel memiliki ketahanan yang lebih baik dari pada alumunium.
B. Saran
Isi dari makalah ini penulis ambil dari berbagai sumber. Jadi menurut penulis
Dosen Pengampu jika menemui adanya kekeliuran dalam isinya. Sebainya
memberitahu penulis.
12
Daftar Pustaka
https://blog.ub.ac.id/adithyarahman/2012/04/17/105/
https://www.dosenpendidikan.co.id/stainless-steel-adalah/
https://www.alatuji.com/index.php?/article/detail/671/membedakan-logam-ferro-
dan-non-ferro
https://www.clintonaluminum.com/2378-2/
13