Anda di halaman 1dari 16

BAGIAN 1: PENGETAHUAN MATERIAL TEKNIK

DASAR
Secara umum material teknik diklasifikasikan menjadi dua golongan yakni:
o Metal (logam)
Metal juga dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni:
a. Ferrous (besi)
b. Non Ferrous (bukan besi), contoh : Al dan paduannya, Ni dan paduannya,
dll.
o Non Metal (bukan logam)
1.1 Logam (Metal
)
(Metal)
Jika ditinjau dari sudut pandang susunan unsur dasar, logam dibagi menjadi
2, yakni:
o Logam murni (hanya terdiri satu jenis atom saja), contoh: besi (Fe) murni,
tembaga (Cu) murni.
o Logam paduan atau metal alloy (terdiri dari dua atau lebih jenis atom)
Logam paduan dibedakan menjadi tiga jenis:
a. Larut padat interstisi (menyisip), yaitu: suatu paduan yang terjadi bila
atom yang larut mempunyai diameter yang jauh lebih kecil daripada yang
dilaruti, contoh: pada baja carbon yang mengalami Nitriding dimana atom
Fe (yang dilaruti) mempunyai diameter atom lebih besar bila
dibandingkan dengan atom N (yang larut) dengan diameter lebih kecil
sehingga menyisip diantara atom Fe.
b. Larut padat subtitusi (menggantikan posisi yang dilaruti), yaitu: suatu
paduan yang terjadi terutama bila diameter atom yang larut hampir sama
dengan diameter atom yang dilaruti, contoh: pada paduan alumunium
(diameter atom Al dan diameter atom Cu hampir sama), pada stainless
steel (diameter atom Fe dan diameter atom Cr hampir sama), dll.
c. Senyawa, yaitu: suatu paduan yang terjadi karena adanya ikatan atom
yang sangat kuat, contoh: NaCl (Senyawa garam).
A.

Ferrous (besi)
Wrought Iron (besi tempa)
Fasa besi tempa berupa ferit (alpha), di dalamnya terdapat sisa terak
yang masih terperangkap. Terak tersebut banyak mengandung silikat
(silikon oksida), bentuknya menyerupai fiber (cukup kuat). Sifat dari
besi tempa ini ulet dan cukup kuat. Contoh komposisi dari besi tempa:
- Carbon
: 0.06%
- Mangaan
: 0.045%
- Silicon
: 0.101%
- Phospor
: 0.068%
- Sulfur (belerang) : 0.009%
- Terak (dalan berat)
: 1.97%
Besi tempa digunakan pada bangunan kereta api, bangunan kapal
laut, industri minyak, tujuan arsitektur, perlengkapan pertanian, dll.
Umumnya, pembuatan dari besi tempa ini menggunakan dapur
puddle (dapur aduk)
1

Steel (Baja)
Baja digolongkan menjadi dua, yakni:
1. Carbon steel (baja karbon)
Baja karbon dapat digolongkan menjadi tiga macam, yakni:
- Baja karbon rendah (antara 0,08%C hingga 0,20%C)
- Baja Karbon sedang (antara 0,20%C hingga 0,50%C)
- Baja Karbon tinggi (antara 0,50%C hingga 2,00%C)
Pembagian baja karbon yang lain yakni: baja hipoeutektoid
(<0,8%C), baja eutektoid (0,8%C) dan baja hipereutektoid
(>0,8%C). Fasa-fasa padat yang ada di dalam baja:
a. Ferit (alpha): merupakan sel satuan (susunan atom-atom yang
paling kecil dan teratur) berupa Body Centered Cubic
(BCC=kubus pusat badan), Ferit ini mempunyai sifat: magnetis,
agak ulet, agak kuat, dll.
b. Austenit: merupakan sel satuan yang berupa Face Centered
Cubic (FCC=kubus pusat muka), Austenit ini mempunyai sifat:
Non magnetis, ulet, dll.
c. Sementit (besi karbida): merupakan sel satuan yang berupa
orthorombik, Sementid ini mempunyai sifat keras dan getas.
d. Perlit: merupakan campuran fasa ferit dan sementit sehingga
mempunyai sifat Kuat.
e. Delta: merupakan sel satuan yang berupa BCC.
2. Alloy steel (baja paduan)
Sebenarnya perbedaan mendasar dari baja karbon dengan baja
paduan terletak pada dominasi atas unsur dalam suatu baja. Jika
yang mendominasi sifat fisik dan mekanik adalah prosentase atau
kadar karbon maka dapat disebut sebagai baja karbon sedang bila
yang mendominasi sifat fisik dan mekanik adalah paduan (selain
unsur karbon) maka dapat disebut sebagai baja paduan. Baja
paduan dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Baja paduan rendah, yaitu: bila jumlah unsur tambahan selain
karbon lebih kecil dari 8%, misalnya: suatu baja terdiri atas
1,35%C; 0,35%Si; 0,5%Mn; 0,03%P; 0,03%S; 0,75%Cr; 4,5%W
(Dalam hal ini 6,06%<8%)
b. Baja paduan tinggi, yaitu: bila jumlah unsur tambahan selain
karbon lebih dari atau sama dengan 8%, misalnya: baja HSS
(High Speed Steel) atau SKH 53 (JIS) atau M3-1 (AISI)
mempunyai kandungan unsur: 1,25%C; 4,5%Cr; 6,2%Mo;
6,7%W; 3,3%V.
Tujuan utama dari penambahan unsur paduan sebenarnya untuk
memperbaiki sifat-sifatnya seperti: kekuatan tarik, kekuatan
impak, ketahanan korosi, ketahanan panas, dll. Beberapa jenis
baja paduan antara lain:
- High Speed Steel (HSS), mempunyai sifat keras, ulet dan tahan
temperatur tinggi. Baja ini biasa digunakan untuk membuat
alat-alat potong seperti drill, reamer, countersink, lathe toolbit
dan mill cutter.
2

Baja than karat (Stainless Steel), memiliki sifat antara lain;


daya tahan panas, tahan karat dan goresan/gesekan (tahan
aus).
- High Strength Low Alloy Steel, memiliki sifat tegangan tarik
tinggi, anti bocor, tahan abrasi, mudah dibentuk, tahan korosi,
ulet, mampu mesin dan mampu las. Unsur-unsur pemadu
antara lain tembaga (Cu), nikel (Ni), Khrom (Cr), Molibdenum
(Mo), Vanadium (Va), dan Columbium.
- Tool Steel (Baja Perkakas), memiliki sifat tahan aus, tajam,
mudah diasah, tahan panas, ulet dan kuat.
3. Cast iron (besi cor)
Umumnya besi cor akan mengandung unsur Fe dan C [3,5% 4,3%]. Besi cor, diklasifikasikan menjadi :
a. Besi cor putih (white cast iron) mempunyai fasa sementit +
perlit sehingga mempunyai sifat keras dan getas dengan
patahan berwarna putih. Besi cor ini terbetuk ketika unsur
karbon tidak mengendap sebagai grafit selama proses
pembekuan, akan tetapi berikatan dengan unsur besi
membentuk karbida.
b. Besi cor kelabu (grey cast iron), unsur penyusun dari besi cor
kelabu yakni: Fe + C + Si. Adanya penambahan unsur Si
bertujuan untuk mengurai Sementit menjadi Fe (ferit atau
perlit) dan C (grafit). Bentuk grafitnya berupa serpih sehingga
secara sederhana dapat dikatakan bahwa fasa besi cor kelabu
berupa ferit/perlit + grafit serpih dengan sifat agak getas yang
dikarenakan ujung-ujung grafit berbentuk serpih tajam,
akibatnya konsentrasi tegangan tinggi sehingga mudah patah.
Besi cor ini dapat dikeraskan dengan proses quenching sekitar
1600oC tetapi akan membuat besi cor ini menjadi getas. Proses
tempering akan dapat meningkatkan ketangguhan dan
menurunkan kekerasannya. Contoh penggunaan besi cor
kelabu pada konstruksi mesin jahit, blok mesin, lampu hias,
mesin bubut, pagar, dll. Keistimawaan besi cor kelabu terhadap
baja yakni: mampu meredam getaran.
c. Besi cor bergrafit bulat (ductile cast iron atau noduler cast
iron). Unsur penyusun dari besi cor bergrafit bulat yakni: Fe + C
+ Si + Mg / Ce. Penambahan Mg atau Ce bertujuan untuk
melunakan grafit menjadi bulat sehingga konsentrasi
tegangan sedikit sekali (besi cor bersifat ulet). Contoh
penggunaan besi cor bergrafir bulat pada kontruksi penjepit rel
kereta api, batang torak kompresor, dll.
d. Besi cor mampu tempa (malleable cast iron). Untuk membuat
besi cor mampu tempa dapat dibuat dengan memanaskan besi
cor putih hingga mencapai temperaturr 1700oF selama 30 jam
dan didinginkan di dalam tungku. Hal ini bertujuan agar unsur
karbon larut dalam austenit dan akhirnya sementit terturai
menjadi Fe (ferit) dan endapan C (grafit) yang disebut dengan
karbon temper. Grafit yang dihasilkan berbentuk pipih dan
3

bulat tek beraturan. Contoh penggunaan besi cor mampu


tempa pada spare part yang berukuran kecil-kecil.
B.

Non Ferrous
Aluminium murni
Aluminium diperoleh dengan mengekstraksi alumine (Aluminium
oxide) dari bauxite melalui proses kimia, kemudian alumine tersebut
larut dalam elektrolit cair ketika arus listrik mengalir melalui alumine.
Hal tersebut mengakibatkan logam aluminium terkumpul pada
katoda. Umumnya, kemurniannya mencapai 99,85%. Dengan
mengelektrolisa kembali, maka akan didapat aluminium dengan
kemurnian 99,99%.
Alumunium merupakan logam yang mempunyai sifat-sifat:
- ringan
- tahan korosi
- daya hantar listrik yang baik
Namun, aluminium memiliki sifat mekanik yang buruk sehingga untuk
memperbaiki sifat-sifat mekaniknya perlu diberi unsur-unsur
tambahan seperti silikon, tembaga, mangaan, ferro, magnesium,
serta unsur-unsur lain yang dapat memperbaiki sifat aluminium itu
sendiri.
Tabel 1.1 Sifat-sifat fisik aluminium
Kemurnian Al (%)
99.996
> 99.0
26.989
2.71
660.2
653 657
0.2226
0.2297
64.94
59 (dianil)
0.00429
0.0115
23.86 x 10-6
23.5 x 10-6
fcc, = 4.013 kX
fcc, = 4.04 kX

Sifat-sifat
Massa jenis (g/cm3) pada 20oC
Titik cair (oC)
Panas jenis (cal/g.oC) pada 100oC
Hambatan listrik (%)
Tahanan listrik koefisien temp ( /oC)
Koefisien pemuaian (20 100)oC (mm3)
Jenis kristal, konstanta kisi

Tabel 1.2 Sifat-sifat mekanik aluminium


Sifat-sifat
Kekuatan tarik (kg/mm2)
Kekuatan mulur (0.2%) (kg/mm2)
Perpanjangan (%)
Kekerasan Brinell

dianil
4.9
1.3
48.8
17

Kemurnian Al (%)
99.996
> 99.0
75% dirol dingin
dianil
H 18
11.6
9.3
16.9
11.0
3.5
14.8
5.5
35
5
27
23
44

Paduan utama Aluminium


Fungsi dari penambahan unsur paduan adalah untuk memberikan
pengaruh atau melengkapi sifat dasar Aluminium murni. Selain itu,
unsur paduan juga berfungsi untuk memperkuat sifat dasar
Aluminium dan memperbaiki kualitasnya sehingga menghasilkan
Aluminium paduan yang sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini adalah
unsur yang sering dijadikan paduan Alumunium.
a. Silikon (Si)
Silikon memiliki kelebihan mencolok karena dapat memberikan
kemampuan cair yang baik terhadap logam induk. Unsur ini juga
4

b.

c.

d.

e.

f.

mempengaruhi ketahanan korosi, ketahanan panas, serta


memberikan sifat terhadap kondisi permukaan yang halus untuk
material coran.
Tembaga (Cu)
Tembaga dapat memberikan sifat kemampuan cair dan mampu
mesin yang baik. Namun bila unsur ini berlebih akan berpengaruh
terhadap ketahanan korosi.
Magnesium (Mg)
Dengan memadukan unsur ini, diharapkan akan mendapat sifat
ringan pada material karena berat jenis Magnesium adalah yang
paling ringan, yaitu 1,89 g/cm3. Unsur ini juga mampu menahan
oksidasi dan retak pada suhu tinggi.
Ferro (Fe)
Ferro berfungsi untuk mencegah penempelan logam cair pada
cetakan selama proses penuangan. Namun bila unsur ini berlebih
akan menurunkan kekuatan tarik dan meningkatkan kekerasan
sehingga akan sulit dalam proses machining.
Mangaan (Mn)
Unsur ini berpengaruh terhadap ketahanan, kekerasan unsur, dan
ketahanan korosi. Namun bila unsur ini berlebih akan menurunkan
kemampuan tuang dan mengkasarkan butir partikel sehingga
akan berpengaruh terhadap permukaan.
Nikel (Ni)
Unsur ini mempengaruhi sifat keras, keliatan, tahan api, panas
dan asam.

g. Krom (Cr)
korosi dengan pembentukan Cr carbide. Unsur ini juga dapat
meningkatkan kekuatan tarik dan pengerasan inti.
1.2 Non Metal
Dikategorikan menjadi 3 jenis yakni:
1. Polimer
2. Komposit dan
3. Keramik, merupakan senyawa dari karbida dan oksida logam atau oksida
metaloid (Si).
Perbedaan logam dengan polimer yakni bahwa logam mempunyai butir-butir
(kristal-kristal) sedang polimer terdiri dari mer-mer (molekul-molekul) yang
berikatan satu dengan lainnya. Butir (kristal) adalah kumpulan atom-atom
yang mempunyai orientasi atau arah yang sama.
Komposit merupakan gabungan dari dua bahan atau lebih yang bergabung
secara makroskopis yang bibuat manusia. Bahan penyusun komposit antara
lain:
Serat, antara lain serat gelas, graphite atau karbon, aramid, serat
boron dan serat silikon karbida.
Matrik, berfungsi untuk melindungi serat.

BAGIAN 2: PENGECORAN LOGAM


Untuk dapat melakukan suatu pengecoran logam, harus dilakukan
pencairan terhadap logam induk. Untuk mencairkan logam seperti besi cor,
biasanya digunakan tanur, kupola, atau tanur induksi berfrekwensi rendah.
Sedangkan untuk baja tuang, biasanya digunakan tanur induksi berfrekwensi
tinggi. Sedangkan untuk paduan tembaga atau coran paduan ringan, digunakan
tanur krus karena hal ini dapat memberikan logam cair yang baik dan sangat
ekonomis untuk logam-logam tersebut.
Untuk cetakan, biasanya digunakan pasir yang dipadatkan. Untuk pengikat
pasir digunakan air kaca, resin fural, resin fenol, atau minyak pengering. Untuk
logam yang memiliki titik cair yang tidak tinggi seperti Aluminium, dapat
menggunakan logam sebagai cetakannya, asalkan titik cair logam tersebut lebih
tinggi dari titik cair Aluminium.
Berdasarkan umur dari cetakan, pengecoran dapat dibedakan menjadi:
- Expandable Mold, pengecoran yang dilakukan hanya sekali. Pengecoran
jenis ini biasanya menggunakan cetakan pasir.
- Permanent Mold, pengecoran yang dapat dilakukan secara berulangulang menggunakan cetakan permanent.
Ada 4 macam jenis pengecoran, yaitu:
1. Gravity casting
Jenis pengecoran ini biasanya digunakan untuk logam yang titik cainya
tinggi dan menggunakan pasir sebagai cetakannya. Tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk logam yang titik cairnya rendah. Mengalirnya logam ke
6

dalam cetakan hanya berdasarkan berat cairan logam itu sendiri atau
gravity.
2. Pengecoran sentrifugal
Ini adalah pengecoran dengan cetakan diputar dan logam cair dituang ke
dalamnya. Sehingga logam cair mendapat tekanan dari gaya sentrifugal
yang terjadi dan menuju permukaan cetakan sampai ketebalan yang
diinginkan. Pengecoran jenis ini biasanya digunakan dalam pembuatan
pipa.
3. Pengecoran tekanan rendah
Ini adalah pengecoran dimana aliran cairan logam masuk ke dalam
cetakan akibat tekanan yang diberikan terhadap cairan tersebut lebih
tinggi daripada tekanan atmosfer pada permukaan logan. Tekanan ini
mengakibatkan logam cair mengalir ke atas melalui pipa dan masuk ke
dalam cetakan.
4. Pengecoran tekanan tinggi
Ini adalah pengecoran dimana logam cair yang akan dicetak memiliki titik
cair yang rendah seperti aluminium. Cetakan terbuat dari logam karena
jika terbuat dari pasir, bila diberi tekanan tinggi akan menghancurkan
cetakan yang terbuat dari pasir tersebut. Tenaga yang digunakan untuk
menekan dan menginjeksikan logam cair ke dalam cetakan biasanya
menggunakan tenaga hidrolik atau pneumatik.
2.1 Pembekuan Logam Murni
Bila cairan logam murni didinginkan perlahan-lahan, maka pembekuan
akan terjadi pada temperatur yang konstan. Temperatur ini disebut sebagai titik
beku. Pada permulaan pembekuan logam cair, timbul inti-inti kristal. Kemudian
kristal-kristal tumbuh di sekeliling inti tersebut dan inti-inti yang baru tumbuh
dalam waktu yang sama. Akhirnya, seluruhnya ditutupi oleh butir-butir kristal
sampai logam cair tersebut menjadi padat. Ini akan mengakibatkan seluruh
logam menjadi susunan kelompok butir kristal serta batas-batas terjadi
diantaranya dan ini disebut batas butir.

Gambar 2.1 Solidification logam murni


Keterangan Gambar 2.1:
a. Keadaan cair
b. Inti timbul
c. Kristal tumbuh di sekeliling inti inti baru tumbuh
d. Kristal menyentuh tetangganya dan menghentikan pertumbuhannya
e. Pembekuan logam selesai menjadi kristal berstruktur banyak
Besar kecilnya kristal tergantung pada laju pengintian dan pertumbuhan
inti. Kalau laju pertumbuhan inti lebih besar dari laju pengintian, maka didapat
kelompok butir kristal besar. Jika laju pengintian lebih besar dari laju
pertumbuhan inti, maka didapat kelompok butir kristal halus.
2.2 Pembekuan Logam Paduan
7

Bila logam terdiri dari 2 unsur atau lebih didinginkan dari keadaan cair,
maka butirbutir kristalnya akan berbeda dengan butir kristal logam murni.
Apabila paduan terdiri dari unsur A dan unsur B membeku, maka didapat
susunan butirbutir kristal A dan B, tetapi umumnya didapat butirbutir kristal
campuran unsur A dan B. Bila dipelajari lebih cermat akan didapat 2
kemungkinan, yaitu:
a. A larut dalam B atau B larut dalam A
b. A dan B terikat satu sama lain dengan perbandingan tertentu
Kemungkinan pertama disebut larutan padat dan kemungkinan kedua
disebut senyawa antar logam. Senyawa antar logam terdiri dari unsur A dan B
yang memiliki kisi kristal yang berbeda. Namun kedua kemungkinan tersebut
jarang terjadi dimana sebagian kecil dari keduanya akan muncul dalam keadaan
murni.
2.3 Pembekuan Logam Coran
Pembekuan logam coran dimulai dari bagian-bagian yang bersentuhan
langsung dengan cetakan, yaitu dimana panas logam cair merambat ke cetakan.
Logam cair yang bersentuhan dengan cetakan mendingin sampai titik beku
sehingga akan tumbuh inti-inti kristal. Pembekuan logam coran tersebut secara
perlahan maju dari bagian luar menuju ke dalam. Lamanya waktu pembekuan
sebanding dengan volume coran dan luas permukaan yang berhubungan
langsung dengan cetakan.
2.4 Diagram Kesetimbangan Fasa
Fase adalah suatu himpunan keadaan sistem fisik makroskopik yang
memiliki komposisi kimia yang seragam dan ciri-ciri fisik (seperti densitas,
struktur kristal, indeks refraktif, dan lain-lain). Diagram fase adalah sejenis
grafik yang digunakan untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan antara fasefase yang berbeda dari suatu zat yang sama.
Komponen-komponen umum diagram fase adalah garis kesetimbangan,
yang merujuk pada garis yang menandakan terjadinya transisi fase. Titik tripel
adalah titik potong dari garis-garis kesetimbangan antara tiga fase benda,
biasanya padat, cair, dan gas. Solidus adalah temperatur di mana zat tersebut
stabil dalam keadaan padat. Likuidus adalah temperatur di mana zat tersebut
stabil dalam keadaan cair. Adalah mungkin terdapat celah di antara solidus dan
likuidus; di antara celah tersebut, zat tersebut terdiri dari campuran kristal dan
cairan.
Gambar 2.1 memperlihatkan diagram kesetimbangan fasa besi karbon.
Diagram tersebut menunjukkan besi dan karbon dipadukan untuk membentuk FeFe3C pada maksimum 6.67%C. Pada bagian sisi kiri diagram adalah paduan besi
murni dengan karbon untuk menghasilkan baja-baja paduan. Terdapat tiga
daerah yang dapat membedakan klasifikasi dari baja, yaitu eutectoid E,
hypoeutectoid A dan hypereutectoid B. Semakin kekanan maka akan terdapat
variasi paduan besi karbon yang disebut sebagai besi alpha (ferrit), besi gamma
(austenit) dan besi delta.

Gambar 2.2 Diagram kesetimbangan fasa besi - karbon


Proses pembekuan yang terjadi pada garis A adalah sebagai berikut:
- Pada titik teratas fasa yang terjadi adalah fasa austenit, ; (a).
- Pendinginan berlanjut, maka akan memasuki daerah ( + ); (b,c).
- Pendinginan telah melewati garis eutektoid; (d).

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2.3 Perubahan fasa pada pembekuan Besi karbon pada garis A
Keterangan:
- Pada Gambar (a) fasa yang terjadi adalah 100% .
- Pada batas butir timbul inti-inti , Gambar (b).
- Inti-inti tumbuh hingga saling menyentuh satu sama yang lain dan
menghentikan pertumbuhannya, Gambar (c).
- Proses pembekuan sempurna menghasilkan struktur yang terdiri dari
+ Perlit, Gambar (d).

Gambar 2.4 Struktur mikro Besi karbon pada garis A

Gambar 2.5 Perubahan fasa pada pembekuan Besi karbon pada garis E

Gambar 2.6 Perubahan fasa pada pembekuan Besi karbon pada garis B
Terdapat dua perubahan fasa penting yang terjadi pada 0.83%C dan pada
4.3%C. Pada 0.83%C terjadi transformasi eutektoid yang disebut dengan perlit.
Pada 4.3%C terjadi transformasi eutektoid yang disebut dengan ledeburit.

gamma (austenite) alpha + Fe3C (cementite)


L(liquid) gamma (austenite) + Fe3C (cementite)
Latihan
1. Dari diagram kesetimbangan fasa Fe-Fe 3C, hitung besarnya perbandingan fasafasa yang terjadi pada komposisi eutektoid saat:
a.
T = 3000oF
b.
T = 2200 oF
c.
T = 1333oF
d.
T = 410oF
2. Hitung besarnya perbandingan fasa-fasa yang terjadi dalam besi cor pada
komposisi eutektik 4.3%C dan 95.7% ferrite saat:
a.
T = 3000oF
b.
T = 1670oF
c.
T = 1333oF
10

3. Baja eutektoid (0.8%C) dipanaskan hingga 800oC (1472oF) dan didinginkan


perlahan melewati temperatur eutektoid. Hitung berapa gram karbida yang
terbentuk per 100 gram baja.
4. Tentukan besarnya perlit dalam paduan 99.5%Fe 0.5%C yang didinginkan dari
temperatur pada 100 gram paduan.

1. a.

Penyelesaian
T = 3000 F. Karena komposisi E adalah eutektoid maka kadar karbonnya
adalah 0.83%.
b. T = 2200oF. Pada temperatur ini seluruhnya fasa padat austenit.
c. T = 1333oF. Pada temperatur ini terdapat fasa ferrit dan austenit.
Besarnya komposisi fasa yang terjadi dapat ditentukan dengan hukum
lengan tuas: X (X+Y) = (Cy-C) (Cy-Cx).
proeutectoid ferrite = (0.83 - 0.18) / (0.83 - 0.025) x 100 = 80.7%
austenite = (0.18 - 0.025) / (0.83 - 0.025) x 100 = 19.3%
d. T = 410oF. Sejumlah kecil sementit akan berlaku sebagai presipitat yang
berasal dari daerah 0.025%C saat temperatur 1333 oF hingga 0.008%C
o

11

pada temperatur kamar. Secara keseluruhan persentase komposisi ferrit


and cementit adalah:
ferrite = (6.67 - 0.18) / (6.67 - 0.01) x 100 = 97.4%
cementite = (0.18 - 0.01) / (6.67 - 0.01) x 100 = 2.6%
2. a. T = 3000oF. Pada temperatur ini seluruhnya berada dalam fasa cair.
b. T = 1670oF. Karena terdapat perubahan setelah garis kelarutan, maka akan
terjadi perubahan komposisi fasa austenit hingga eutectoid pada 1333 oF.
Secara keseluruhan persentase komposisi austenit and cementit adalah:
austenite = (6.67 - 4.3) / (6.67 - 1.2) x 100 = 43.3%
cementite = (4.3 - 1.2) / (6.67 - 1.2) x 100 = 56.7%
c. T = 1333oF. Pada temperatur ini austenit adalah komposisi dari eutectoid
dan akan berubah menjadi pearlite. Komposisi dari proeutectoid cementite
dan austenite adalah:
eutectoid austenite = (6.67 - 4.3) / (6.67 - 0.83) x 100 = 40.6%
proeutectoid cementite = (4.3 - 0.83) / (6.67 - 0.83) x 100 = 59.4%
Komposisi dari austenite eutectoid adalah:
eutectoid ferrite = (6.67 - 0.83) / (6.67 - 0.025) x 100 = 88%
eutectoid cementite = (0.83 - 0.025) / (6.67 - 0.025) x 100 = 12%
3. Interpolasi antara alpha (0.02%C) and Fe 3C (6.7%) pada 1333oF.
Carbide = (0.8 - 0.02) / (6.7 - 0.02) x 100 = 12 gram
4. Karena pearlite berasal dari austenite komposisi eutectoid, jumlah gamma
terlebih dahulu ditentukan reaksi eutectoidnya.
From 870oC - 780oC : 100 gram austenite dengan 0.5%C
From 780C - 727oC : ferrite terpisah dari austenite dan karbon yang
merupakan kandungan dari austenite meningkat hingga 0.8%C.
Pada 727oC (+) : proeutectoid ferrite: komposisi dari ferrite = 0.02% C,
jumlah karbon = 38 gram
Gamma yang berubah menjadi pearlite: komposisi dari austenite =
0.8%C, jumlah austenite = 62 gram.
Pada 727oC (-): Jumlah pearlite = 62 gram

12

BAGIAN 3: POLA
Kayu yang dipergunakan untuk membuat pola adalah kayu pinus, mahoni,
jati dan lain-lain. Pemilihan kayu didasarkan pada jenis dan ukuran pola, jumlah
produksi dan lamanya penggunaan. Kayu dengan kadar air lebih dari 14% tidak
dapat digunakan karena akan terjadi pelentingan akibat perubahan kadar air
dalam kayu.
Pembuatan Pola
Pola (pattern) merupakan bentuk tiruan atau bentuk negatif dari produk cor yang
akan dibuat. Kualitas produk coran sangat tergantung pada bahan pola, desain
pola dan konstruksi pola.
Jenis-jenis Pola
1. Pola tunggal(one piece pattern/solid pattern)
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah
produk sedikit. Pola ini dibuat dari kayu.
2. Pola terpisah (split pattern)
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga
cetak dari masing-masing pola. Dengan pola ini, bentuk produk yang rumit
dari pola tunggal dapat dibuat.
3. Match Plate
Jenis ini populer digunakan di industri. Pola terpasang menjadi satu dengan
suatu bidang datar dimana dua buah pola atas da bawah dipasang
berlawanan arah pada suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan
bersama-sama dengan mesin pembuatan cetakan dan dapat
menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produk-produk kecil.
4. Pola Plat
a. Pola plat pasangan
13

Pola ini merupakan plat dimana kedua belahnya ditempelkan pola dan
juga saluran turun, pengalir, saluran masuk dan penambah. Pola ini
cocok untuk produksi massal dari coran yang kecil. Bahan pola biasa
terbuat dari logam atau plastik.
b. Pola plat kup dan drag
Pola ini menggunakan bahan kayu, logam atau plastik yang diletakkan
pada dua buah plat dan juga saluran turun, pengalir, saluran masuk
dan penambah. Kedua plat dijamin oleh pena-pena agar bagian atas
dan bawah menjadi tepat.
Kup dan Drag
Kup dan drag berfungsi sebagai rangka cetak bagian atas dan bawah, yang akan
diisi dengan pasir cetak. Rangka cetak ini terbuat dari kayu.

ISTILAH-ISTILAH
Activity: A function of the chemical potential of a system.
Alloy: A metallic substance that is composed of two or more elements.
Austenite: Face-centered cubic iron or an iron alloy based on this structure.
Bainite: The product of the final transformation of austenite decomposition.
Binary Eutectic: In this context, it means a phase diagram that consists of two
elemwnts that are not completely soluble in the solid state.
Binary Isomorphous: In this context, it means a phase diagram that consists of
two elements that are completely soluble in both the liquid and solid states.
Body-centered: A structure in which every atom is surrounded by eight
adjacent atoms, whether the atom is located at a corner or at the center of a unit
cell.
Cementite: The second phase formed when carbon is in excess of the solubility
limit.
Component: Either a pure metal or a compound of which an alloy is composed.
Compositions: The concentrations of all components or elements that are found
in an alloy.
Constituents: Severing to form, compose, or make up a unit or whole:
component.
Critical point: Point where the densities of liquid and vapor become equal and
the interface between the two vanishes. Above this point, only one phase can
exist.

14

Delta iron: The body-centered cubic phase which results when austenite is no
longer the most stable form of iron. Exists between 2802 and 2552 degrees F,
has BCC lattice structure and is magnetic.
Dilatometer: An instrument used to measure thermal expansion in solids,
liquids, and gases.
Enthalpy: A state function where it is the heat supplied to a system at constant
pressure to the system.
Entropy: Measure of randomness or disorder in a system
Equilibrium: When the Gibbs free energy is at a minimum
Eutectic: A eutectic system occurs when a liquid phase tramsforms directly to a
two-phase solid.
Eutectoid: A eutectoid system occurs when a single-phase solid transforms
directly to a two-phase solid.
Face-centered: A structure in which there is an atom at the corner of each unit
cell and one in the center of each face, but no atom in the center of the cube.
Ferrite: Body-centered cubic iron or an iron alloy based on this structure.
Fine pearlite:Results from thin lamellae when cooling rates are accelerated and
diffusion is limited to shorter distances.
Free Energy: A function of the internal energy of a system - a measure of
entropy of a system
Heterogeneous system: When a system is composed of multiple phases.
Homogeneous system: When only one phase is present in the system.
Hypereutectoid: Hypereutectoid systems exist below the eutectoid
temperature.
Hypoeutectoid: Hypoeutectoid systems exist above the eutectoid temperature.
Isomorphus: Having the same structure. In the phase diagram sense,
isomorphicity means having the same crystal structure or complete solid
solubility for all compositions.
Incongruent phase transformation: This is a phase transformation where at
least one of the phases involved undergoes a change in composition.
Lamellae: A thin scale, plate, or layer of phases
Ledeburite: Eutectic of cast iron. It exists when the carbon content is greater
than 2 percent. It contains 4.3 percent carbon in combination with iron.
Lever rule: A mathematical expression whereby the relative phase amounts in a
two-phase alloy at equilibrium may be computed.
Liquidus Line: On a binary phase diagram, that line or boundary separating
liquid and liquid + solid phase regions. For an alloy, the liquidus temperature is
that temperature at which a solid phase first forms under conditions of
equilibrium cooling.
Martensite: An unstable polymorphic phase of iron which forms at temperatures
below the eutectoid because the face-centered cubic structure of austenite
becomes unstable. It changes spontaneously to a body-centered structure by
shearing action, not diffusion.
Mass spectrometer: An instrument used to separate charged particles from a
prepared beam by means of an electromagnetic field and to photograph the
resulting distribution or spectrum of masses.
Microstructure: Structure of the phases in a material. Can only be seen with an
optical or electron mircoscope.
15

Pearlite: A lamellar mixture of ferrite and carbide formed by decomposing


austenite of eutectoid composition.
Phase: A homogeneous portion of a system that has uniform physical and
chemical characteristics.
Phase diagram: A graphical representation of the relationships between
environmental constraints, composition, and regions of phase stability, ordinarily
under conditions of equilibrium.
Polymorphic: The ability of a solid material to exist in more than one form or
crystal structure.
Quench: To rapidly cool
Reference State: Usually an elements most stable state at a given temperature
Solidus Line: On a phase diagram, the locus of points at which solidification is
complete upon equilibrium cooling, or at which melting begins upon equilibrium
heating.
Solubility: The amount of substance that will dissolve in a given amount of
another substance.
Tie line: A horizontal line constructed across a two phase region of a binary
phase diagram; its intersections with the phase boundaries on either end
represent the equilibrium conditions of the respective phases at the temperature
in question.
Xray diffraction: The scattering of x-rays by atoms in a crystal, producing a
diffraction pattern that yields information about the structure of the crystal.
Xray flourescence: A method of determining the amount of an element present
in a substance by bombarding it with electrons and measuring the intensity of the
charicteristic x-rays that are given off by the sample.

PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai