Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISASI METERIAL

Dr. Ir. Faisal Habib, M.T.

I. PENGANTAR KARAKTERISASI

1. PENDAHULUAN

Material adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang.
Termasuk ke dalam ilmu ini adalah unsur fisika terapan, teknik kimia, mesin, sipil dan listrik.
Material dapat berupa bahan logam dan nonlogam. Bahan logam ini terdiri darilogam ferro
dan nonferro. Bahan nonlogam dapat dibagi menjadi bahan organik (bahan yang berasal dari
alam) dan bahan anorganik. Logam mempunyai beberapa sifat antara lain: sifat mekanis,
sifat fisika, sifat kimia, dan sifat pengerjaan.
Teknik Material atau Materials Science and Engineering adalah suatu bidang yang
mempelajari ilmu dan merekayasa material. Material dibagi menjadi 4 yaitu logam, polimer,
keramik dan komposit. Memang agak mirip dengan Teknik Metalurgi, tapi sebenarnya
berbeda. Teknik Metalurgi lebih menekankan ekstraksi bahan tambang menjadi bahan
setengah jadi. Metalurgi juga lebih mempelajari ke arah Logam. Mereka mungkin tidak
belajar mengenai Polimer, Keramik dan Komposit.
Logam dibagi menjadi dua yaitu, ferrous dan non-ferrous. Material yang umum
digunakan adalah baja karena baja lebih tangguh dari pada besi biasa.Ini dikarenakan
kandungan karbon (C) dalam baja lebih sedikit dari besi. Pada teorinya baja mengandung
kurang dari 2,14% karbon namun pada prakteknya biasanya baja mengandung kurang dari
1% karbon. Pemilihan bahan dalam perancangan suatu komponen atau produk adalah
berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan tersebut yang sesuai dengan fungsi dan
prinsip kerja dari komponen yang dirancang.
Struktur mikro material terbagi atas :
1. Atom, merupakan suatu unsur terkecil dari material yang tidak dapat dibagi lagi dengan
reaksi kimia biasa.
2. Sel Satuan, merupakan susunan dari beberapa atom yang teratur.
Kebanyakan material yang kita gunakan material logam. Logam adalah bahan/material
teknik yang sangat banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam dunia keteknikan,
logam merupakan material yang paling mendominasi dari bahan-bahan teknik lainnya
sebagai bahan yang paling utama dalam pembuatan mesin.
Contoh dari logam yang sudah memiliki sifat-sifat penggunaan teknis tertentu dan dapat
diperoleh dalam jumlah yang cukup adalah besi, tembaga, seng, timah, timbel nikel,
aluminium, magnesium. Kemudian tampil logam-logam lain bagi penggunaan khusus dan
paduan, seperti emas, perak, platina, iridium, wolfram, tantal, molybdenum, titanium, vokalt,
anti monium (metaloid), khrom, vanadium, beryllium, dan lain-lain.
2. JENIS-JENIS SIFAT KARAKTERISASI MATERIAL

Berdasarkan sumbernya material dibagi atas dua macam : Material Organik dan Material
Anorganik. Material organik adalah material yang bersumber dari alam berupa makhluk
hidup dan dapat dimanfaatkan langsung tanpa melalui proses. Contoh : kayu, karet alam, dan
batu bara.
Material Anorganik adalah material yang bersumber dari alam selain makhluk hidup dan
untuk mendapatkannya harus diproses terlebih dahulu. Material anorganik dibedakan atas 2
macam yaitu Logam dan Non Logam. Logam adalah material yang mempunyai daya hantar
listrik yang tinggi dengan sifat konduktor yang baik dan tahan terhadap temperatur tinggi,
mempunyai titik didih tinggi, keras, mengkilap, tidak tembus cahaya, dan dapat dideformasi.

MATERIAL LOGAM

Logam terdiri dari Ferro dan Non Ferro. Logam ferro adalah logam dengan unsur
penyusun utamanya adalah Fe (besi). Logam ferro terbagi menjadi :
1) Baja, yang merupakan logam dengan unsur penyusun utamanya adalah Fe (besi) dan C
(karbon) dengan kadar karbon antara 0,02 % sampai 2,1 %. Baja ini terdiri atas :Baja
Karbon (Carbon Steel), terdiri dari : Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel), dengan
kadar karbon 0,02 % ≤ C ≤ 0,2 %. Contoh : plat dan paku. Baja Karbon Menengah
(Medium Carbon Steel), dengan kadar karbon 0,2 % < C ≤ 0,5 %. Contoh : roda gigi
dan poros. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel), dengan kadar karbon 0,5 % < C ≤
2,1 %. Contoh : spiral, dawai, dan cetakan tempa.
2) Baja Paduan (Alloy Steel). Baja paduan adalah baja yang diperoleh dari pemaduan dua
unsur atau lebih untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu yang diinginkan, baja paduan
dibagi atas; Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel), kadar paduan ≤ 8%; Baja Paduan
Tinggi (High Alloy Steel), kadar paduan > 8%. Contoh : baja tahan karat (Stain Less
Steel), baja perkakas dan baja tahan gesek. Berdasarkan kegunaan : 1) Baja tahan karat
(dengan penambahan Cr). Contoh: Stainless steel. 2) Baja tahan aus (dengan
penambahan Mn). Contoh: Kuku eskavator. 3) Baja tahan temperatur tinggi (dengan
penambahan Mo dan W). Contoh: Sudu turbin. 4) Tool steel(dengan penambahan Mo
dan V). Contoh: Pahat karbida.
3) Besi Cor (Cast Iron). Besi cor merupakan logam dengan unsur penyusunnya adalah Fe
dan grafit yang kadar karbonnya antara 2,1% sampai 6,67%. Berdasarkan proses
pembuatannya besi cor terbagi atas : 1).Besi Cor Putih (White Cast Iron). Besi cor putih
merupakan besi cor yang tidak mempunyai grafit dengan fasa α + Fe3C. Didapat dengan
pendinginan cepat, sehingga banyak mengandung Fe3C. Hal ini yang menyebabkan besi
cor putih bersifat keras dan getas dengan % Si < 1. 2). Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron).
Besi cor kelabu merupakan besi cor dengan bentuk grafit berbentuk serpihan yang
terbentuk dari Fe3C yang terurai, bersifat mampu meredam getaran, dan mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi. Pembentukannya sama dengan besi cor putih, perbedaannya
terletak pada laju pendinginan. Contoh : konstruksi mesin jahit, blok mesin, lampu hias,
dan mesin bubut.
Berdasarkan fasa terbagi dua, yaitu :
1) Besi Cor Kelabu Perapian Putih (Ferritic) berfasa α. Terbentuk dengan
pendinginan lambat.
2) Besi Cor Kelabu Perapian Hitam (Pearlitic)Berfasa α + Fe3C. Terbentuk
dengan pendinginan normal.
3) Besi Cor Nodular (Nodular Cast Iron) Bentuk grafit bulat, pembuatan dengan
cara besi cor dipanaskan kemudian ditambah Mg (Nokulen) dan akan terbentuk
gelembung-gelembung udara yang nantinya akan diisi oleh karbon dan memiliki
keuletan yang tinggi. Bersifat tahan beban tarik.

Berdasarkan fasanya terbagi dua, yaitu :


1) Besi Cor Nodular Putih fasa α. (Ferritic). Terbentuk dengan pendinginan secara
lambat.
2) Besi Cor Nodular Hitam berfasa α +Fe3C. (Pearlitic). Terbentuk dengan
pendinginan secara cepat.
3) Besi Cor Maliabel (Melleable Cast Iron)

Besi cor yang diperoleh melalui proses tempering yang mempunyai sifat keras dan
getas serta bentuk grafit seperti bongkahan. Contoh : spare part yang berukuran kecil.
Berdasarkan fasanya terbagi dua, yaitu :
1) Besi Cor Maliabel Putih berfasa α. (Ferritic). Terbentuk dengan pendinginan
secara lambat.
2) Besi Cor Maliabel Hitam Berfasa α +Fe3C. (Pearlitic). Terbentuk dengan
pendinginan secara cepat. Sementara Logam non ferro adalah logam dengan
unsur penyusun utamanya selain Fe (besi) yang dicampur dengan unsur lain.
Contoh: kuningan (Cu + Zn), alumunium, dan brass.

MATERIAL NON-LOGAM

Non logam adalah material dengan titik didih rendah dan bersifat isolator, tidak tahan
temperatur yang tinggi, dan sebagian tembus cahaya. Material non logam terdiri dari :
1) Polimer; Polimer merupakan gabungan monomer-monomer yang membentuk
rantai hidrokarbon (C-H) yang panjang yang terdiri dari :
a). Termoplastik. Termoplastik merupakan polimer dengan rantai karbon lurus, tidak tahan
temperatur tinggi, dan berkekuatan rendah. Contoh : plastik.
b). Termosetting. Termosetting merupakan polimer dengan rantai hidrokarbon bercabang,
tahan terhadap temperatur tinggi, dan mempunyai stabilitas yang tinggi. Contoh : PVC
(Poly Vinyl Chloride) dan melamin.
c). Elastomer. Elastomer merupakan polimer yang mempunyai tingkat elastisitas yang tinggi
dan rantai karbon berbentuk jala. Contoh : Karet alam.
2)Komposit. Komposit merupakan perpaduan dua unsur yang terdiri dari matriks
dan fiber, yang masih memiliki sifat aslinya. Fiber sebagai penguat dan matriks sebagai
pengikat. Berdasarkan matriksnya, komposit terbagi menjadi : a) Metal Matrics Composite
(MMC) dengan logam sebagai matriks. Contoh: Body pesawat terbang. b) Ceramic Matrics
Composite (CMC) dengan keramik sebagai matriks. Contoh: Tiang bangunan beton. c)
Polymer Matrics Composite (PMC) dengan polimer sebagai matriks. Contoh: Ban.
3). Keramik. Keramik adalah suatu material yang merupakan perpaduan logam dan
non logam yang membentuk sifat baru melalui proses pemanasan. Keramik terbagi atas dua,
yaitu a) : Keramik Tradisional. Keramik tradisional adalah keramik yang pembuatannya
mengalami proses pemisahan secara tradisional. Contoh : gerabah dan ubin. b)Keramik
Modern. Keramik modern adalah keramik yang mengalami proses kimia secara modern
untuk mendapatkan properties / sifat yang diinginkan. Contoh : keramik pada besi dibuat
untuk mencegah rugi-rugi panas pada pencetusan awal pembakaran.

3. STRUKTUR MIKRO MATERIAL

Struktur mikro material adalah bagaimana susunan material ditinjau secara mikro
sebagai konstelasi dan korelasi antara penyusun mikro material terhadap sifat sifat makro
material. Struktur mikro material terdiri dari Atom, Sel, Butir dan Kristal.
Atom merupakan bagian terkecil dari material yang tidak dapat dibagi lagi dengan
reaksi kimia biasa. Sel atau satuan Atom merupakan gabungan dari beberapa atom yang
tersusun secara teratur dan berulang. Sel satuan dapat berbentuk kubik, tetragonal, triklin
dan monoklin.
Cubic. Sel satuan Cubic terdiri dari : 1) Body Centered Cubic (BCC), perhitungan
APF dari BCC adalah APF = 68 %. 2) Face Centered Cubic (FCC), perhitungan APF dari
FCC adalah APF = 74 %. 3) Hexagonal Closed Package (HCP). Cara perhitungan APF dari
HCP adalah volume sel satuan = luas alas x tinggi (tinggi = 1,633a), luas alas = 6 x luas
segitiga = 6 x (1/2 a x a sin 60) = 6 x (1/2 a2 sin 60) = 3a2 sin 60. Volume sel satuan = 3a2
sin 60 x 1,633a = 4,899a3 sin 60 = 4,24a3. a = 2R, maka : Volume sel satuan = 4,24(2R)3
= 4,24 x 8R3 = 33,94 R3 APF = 74%.
Tetragonal ; Syarat dari tetragonal ini adalah a = b ≠ c dan α = β = γ = 90.
Triklin ; Syarat dari Triklin adalah a ≠ b ≠ c dan α ≠ β ≠ γ ≠ 90. Monoklin ; Syarat
dari Monoklin adalah a ≠ b ≠ c dan α = γ = 90 ≠ β.
Butir merupakan kumpulan sel satuan yang mempunyai arah dan orientasi gerak
yang sama yang dilihat dari arah dua dimensi. Kristal merupakan susunan dari sel satuan
yang memiliki arah dan orientasi gerak yang sama dilihat dari arah tiga dimensi.

4. SIFAT-SIFAT MATERIAL

Sifat-sifat yang terdapat pada material antara lain, sifat Fisik, Termal, Akustik,
Kimia, Teknologi, Optik, dan mekanik. Sifat fisik adalah sifat material yang dapat dilihat
secara langsung tanpa melakukan pembebanan dan telah ada pada material tersebut. Contoh
: warna dan dimensi.
Sifat termal adalah sifat material yang dipengaruhi oleh temperatur. Contoh : titik
didih dan titik cair. Sifat akustik adalah sifat material yang berhubungan dengan bunyi.
Contoh : vibrasi. Sifat kimia adalah sifat kimia dari material untuk mampu berinteraksi
dengan lingkungannya. Contoh : korosi. Sifat teknologi adalah sifat material untuk mampu
diproses. Contoh : mampu cor.
Sifat magnetik ; Sifat magnetik adalah sifat material untuk merespon medan magnet.
Sifat optik adalah sifat material yang berhubungan dengan pencahayaan. Contoh :
pembiasan. Sifat mekanik adalah sifat material yang dipengaruhi oleh pembebanan. Sifat
mekanik terdiri dari : Kekerasan, Kekuatan, Kelentingan, keuletan, ketangguhan dan
Modulus elastisitas.
Kekerasan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi plastis lokal akibat
adanya penetrasi dipermukaan. Kekerasan ini tidak mempunyai kurva karena hanya
berbentuk titik. Kekuatan adalah Kemampuan material untuk menahan deformasi plastis
secara menyeluruh sampai material itu patah. Kelentingan adalah besarnya energi yang
diserap oleh material sampai pembebanan elastis dan bila gaya dihilangkan akan kembali ke
bentuk semula.
Keuletan adalah regangan plastis maksimum yang mampu ditahan oleh material
sampai material tersebut patah. Ketangguhan adalah besarnya energi yang dapat diserap oleh
material sampai material tersebut patah. Modulus Elastisitas adalah perbandingan antara
tegangan dan regangan pada daerah elastis yang menunjukkan derajat kekakuan material.

Mekanisme Penguatan Material

1. Penguatan Larut Padat


Penguatan dengan cara menambahkan sejumlah atom lain (atom asing) ke dalam
sebuah gugusan atom induk. Pemaduan dalam jumlah tertentu dimana semua unsur pemadu
terlarut padat dalam logam induk. Atom atom asing tersebut dapat larut padat intertisi atau
substitusi tergantung pada ukurannya. Bila atom asing berukuran besar (d > 0.15D), maka
larut padat substitusi. Kalau berukuran kecil (d < 0.15D) akan larut padat interstisi (d =
diameter atom terlarut, D = diameter atom pelarut (atom induk).

2. Penguatan dengan Fasa Kedua


Penguatan fasa kedua terjadi ketika penambahan unsur paduan menghasilkan fasa
kedua (second phase) atau fasa sekunder. Fasa kedua bersifat keras (kuat) dan getas.
Kekerasan (kekuatan) material meningkat dengan bertambahnya jumlah (fraksi berat) fasa
kedua. Contoh paduan yang menghasilkan (memiliki) fasa kedua: Baja (Steel) Besi (Fe)
yang dipadu dengan karbon (C) menghasilkan fasa kedua senyawa Fe3C (sementit)
disamping fasa utama ferrit (α) larut padat dalam (Fe). Fasa ferrit bersifat lebih lunak dan
ulet sedangkan sementit sangat keras tapi rapuh.

3. Penguatan Presipitat
Merupakan penambahan atom asing ke material utama. Keberadaan persipitat akan
menghambat pergerakan dari dislokasi
4. Penguatan Dispersi
Logam paduan bisa ditingkatkan kekerasannya dengan penambahan partikel oksida
yang akan menghalangi pergerakan dari dislokasi. Partikel oksida tidak larut dalam
matriknya pada suhu tinggi. Penambahan partikel Al2O3pada produk SAP (sintered
aluminium product) akan memberikan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan padual Al
biasa pada suhu tinggi.

5. Penguatan dengan Penghalusan Butir/Sub-butir


Batas butir adalah penghalang dislokasi atau disebut juga penghalang terjadinya slip.
Kemampuan menghalangi bertambah dengan peningkatan sudut mis-orientasi butir (angle
of misorientation). Butir halus mempunyai batas butir lebih banyak sehingga penghalang
dislokasi lebih banyak dan lebih susah terjadinya slip akhirnya material menjadi lebih kuat.
Makin halus ukuran butir maka bidang slip akan semakin pendek sehingga dislokasi akan
cepat sampai ke batas butir. Semakin halus ukuran butir maka material akan semakin kuat.

6. Pengerasan Regangan
Untuk masing masing kenaikan regangan plastis, dibutuhkan tegangan yang lebih
besar untuk menggerakkan dislokasi dibandingkan sebelumya karena dislokasi telah banyak
yang sampai kebatas butir. Ini berarti logam bertambah kekerasan dan kekuatan.

7. Penguatan dengan Tekstur


Proses defornasi akan menyebabkan butir-butir dari logam mengarah pada orientasi
tertentu. Logam yang orientasi kristalnya mengarah pada orientasi tertentu dikatakan
memiliki tekstur kristalografis. Dengan adanya orientasi yang tertentu tersebut, maka logam
tidak lagi bersifat isotrop melainkan justru bersifat anisotrop khususnya dalam hal
kekuatannya

8. Pengerasan Martensit
Martensit memiliki susunan atom BCT sehingga dislokasi menjadi susah untuk
bergerak. Baja dipanaskan sampai fasa austenit lalu dilakukan pendinginan cepat sehingga
atom-atom karbon pada austenit tidak sempat berdifusi keluar, akibatnya austenit akan
bertransformasi menjadi martensit yang memiliki sel satuan BCT. Kekerasan martensit akan
semakin tinggi dengan semakin banyaknya atom karbon yang larut didalamnya.
Material terbagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya; baja, keramik, polimer,
semikonduktor, dan material komposit
Struktur dari material terdiri dari beberapa level, di mana satu sama lain mempengaruhi
perilaku atau sifat dari produk akhirnya, (gambar 1-10). Level-level tersebut dimulai dari
tingkat struktur atom, struktur kristal, struktur butir,
serta struktur multi fasa.Tingkatan level yang paling tinggi adalah level struktur atom yang
menyusun material tersebut.
5. PEMILIHAN MATERIAL DAN RUANG LINGKUP

Pemilihan material untuk berbagai macam aplikasi pada awalnya sangat tergantung
kepada suatu proses yang dinamakan pemilihan material. Pemilihan ini biasanya didasari
oleh beberapa persyaratan yang harus dilewati, di antaranya:
1. Material tersebut harus mampu memenuhi persyaratan fisik dan mekanik.
2. Material tersebut mudah untuk dibentuk ataupun dipabrikasi.
3. Material yang dapat diproses tersebut haruslah memiliki nilai ekonomis.
Berbagai jenis bahan telah kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
industri. Penggunaannya pun sangat bergantung pada sifat-sifat dari bahan tersebut. Didalam
industri manufaktur tidak akan lepas dari dengan satu bidang ilmu teknik yang berhubungan
dengan material. Secara umum meterial teknik diklasifikasikan menjadi 2 (dua) golongan
yakni logam (metal) dan non logam (non metal). Jika ditinjau dari sudut pandang susunan
unsur dasar, logam (metal) dibagi menjadi 2 (dua), yaitu logam murni dan logam alloy
(logam paduan). Sedangkan non
logam dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu keramik, komposit, dan polimer.
Ilmu material atau teknik material atau ilmu bahan adalah sebuah interdisiplin ilmu
teknik yang mempelajari sifat bahan dan aplikasinya terhadap berbagai bidang ilmu dan
teknik. Ilmu ini mempelajari hubungan antara struktur bahan dan sifatnya. Termasuk ke
dalam ilmu ini adalah unsur fisika terapan, teknik kimia, mesin, sipil dan listrik. Ilmu
material juga mempelajari teknik proses atau fabrikasi (pengecoran, pengerolan, pengelasan,
dan lain-lain), teknik analisis, kalorimetri, mikroskopi optik dan elektron, dan lain-lain),serta
analisis biaya atau keuntungan dalam produksi material untuk industri.

Pada prinsipnya Sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu bahan logam dapat diketahui
dan dinyatakan atau direpresentasikan secara kuatitatif dengan melakukan beberapa
metoda pengujian.

REFERENSI

Tipler, Paul A,1991, Fisika untuk Sains dan Teknik, Edisi Ketiga, Alih Bahasa: Dra. Lea
Prasetio, M.sc., Rahmad W. Adi, Ph.D., Penerbit: Erlangga, Jakarta.
Mulyadishaleh,Irfan, Amd. , 2008. Pengetahuan Dasar Teknik Mesin.Martapura.
Askeland, Donald R, 1989. “The Science and Engineering of Materials”, 2nd edition, PWS-
KENT Publishing Company Boston, .
Sukardjo, 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
Vlack, Lawrence H. Van, 2004. Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material. Edisi ke-6.
Jakrta: Erlangga.
Krane, K., 1992. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Sutrisno, 1986. Seri Fisika Dasar: Fisika Modern. Bandung: Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai