Material adalah segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang. Berdasarkan
pengertian tersebut maka material teknik adalah material yang digunakan untuk menyusun
sebuah benda dan digunakan untuk perekayasaan dan perancangan di bidang teknik.
A.1 Klasifikasi Material
Berdasarkan sumbernya material dibagi atas dua macam :
1. Material Organik
Material organik adalah material yang bersumber dari alam berupa makhluk hidup dan dapat
dimanfaatkan langsung tanpa melalui proses. Contoh : kayu, karet alam, dan batu bara.
2. Material Anorganik
Material anorganik adalah material yang bersumber dari alam selain makhluk hidup dan
untuk mendapatkannya harus diproses terlebih dahulu.
Material anorganik dibedakan atas 2 macam yaitu :
1. Logam
Logam adalah material yang mempunyai daya hantar listrik yang tinggi dengan sifat
konduktor yang baik dan tahan terhadap temperatur tinggi, mempunyai titik didih tinggi,
keras, mengkilap, tidak tembus cahaya, dan dapat dideformasi.
Logam terdiri dari :
1. Ferro
Logam ferro adalah logam dengan unsur penyusun utamanya adalah Fe (besi). Logam ferro
terbagi menjadi :
1) Baja
Baja merupakan logam dengan unsur penyusun utamanya adalah Fe (besi) dan C (karbon)
dengan kadar karbon antara 0,02 % sampai 2,1 %. Baja ini terdiri atas :
a) Baja Karbon (Carbon Steel), terdiri dari :
Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel), dengan kadar karbon 0,02 % C 0,2 %.
Contoh : plat dan paku.
Baja Karbon Menengah (Medium Carbon Steel), dengan kadar karbon 0,2 % < C
0,5 %.
Contoh : roda gigi dan poros.
Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel), dengan kadar karbon 0,5 % < C 2,1 %.
Contoh : spiral, dawai, dan cetakan tempa.
b) Baja Paduan (Alloy Steel)
Baja paduan adalah baja yang diperoleh dari pemaduan dua unsur atau lebih untuk
mendapatkan sifat mekanik tertentu yang diinginkan, baja paduan dibagi atas :
1. Berdasarkan paduan
Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel), kadar paduan 8%.
Baja Paduan Tinggi (High Alloy Steel), kadar paduan > 8%.
Contoh : baja tahan karat (Stain Less Steel), baja perkakas dan baja tahan gesek,
1. Berdasarkan kegunaan :
Baja tahan karat
Dengan penambahan Cr
Contoh : Stainless steel
Baja tahan aus
Dengan penambahan Mn
Contoh : Kuku eskavator
Baja tahan temperatur tinggi
Dengan penambahan Mo dan W
Contoh : Sudu turbin
Tool steel
Dengan penambahan Mo dan V
Contoh : Pahat karbida
2) Besi Cor (Cast Iron)
Besi cor merupakan logam dengan unsur penyusunnya adalah Fe dan grafit yang kadar
karbonnya antara 2,1% sampai 6,67%.
Berdasarkan proses pembuatannya besi cor terbagi atas :
a) Besi Cor Putih (White Cast Iron)
Besi cor putih merupakan besi cor yang tidak mempunyai grafit dengan fasa + Fe3C.
Didapat dengan pendinginan cepat, sehingga banyak mengandung Fe3C. Hal ini yang
menyebabkan besi cor putih bersifat keras dan getas dengan % Si < 1..
b) Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)
Besi cor kelabu merupakan besi cor dengan bentuk grafit berbentuk serpihan yang terbentuk
dari Fe3C yang terurai, bersifat mampu meredam getaran, dan mempunyai kekuatan tekan
yang tinggi. Pembentukannya sama dengan besi cor putih, perbedaannya terletak pada laju
pendinginan.
Contoh : konstruksi mesin jahit, blok mesin, lampu hias, dan mesin bubut.
Berdasarkan fasa terbagi dua, yaitu :
Besi Cor Kelabu Perapian Putih (Ferritic) berfasa .
Terbentuk dengan pendinginan lambat.
Besi Cor Kelabu Perapian Hitam (Pearlitic)Berfasa + Fe3C. Terbentuk dengan
pendinginan normal
c) Besi Cor Nodular (Nodular Cast Iron)
Bentuk grafit bulat, pembuatan dengan cara besi cor dipanaskan kemudian ditambah Mg
(Nokulen) dan akan terbentuk gelembung-gelembung udara yang nantinya akan diisi oleh
karbon dan memiliki keuletan yang tinggi. Bersifat tahan beban tarik.
Berdasarkan fasanya terbagi dua, yaitu :
Besi Cor Nodular Putih fasa . (Ferritic)
Terbentuk dengan pendinginan secara lambat.
Besi Cor Nodular Hitam Berfasa +Fe3C. (Pearlitic)
Terbentuk dengan pendinginan secara cepat.
d) Besi Cor Maliabel (Melleable Cast Iron)
Besi cor yang diperoleh melalui proses tempering yang mempunyai sifat keras dan getas serta
bentuk grafit seperti bongkahan.
Contoh : spare part yang berukuran kecil.
Berdasarkan fasanya terbagi dua, yaitu :
Besi Cor Maliabel Putih berfasa . (Ferritic)
Terbentuk dengan pendinginan secara lambat.
Besi Cor Maliabel Hitam Berfasa +Fe3C. (Pearlitic)
Terbentuk dengan pendinginan secara cepat.
2. Non Ferro
Logam non ferro adalah logam dengan unsur penyusun utamanya selain Fe (besi) yang
dicampur dengan unsur lain.
Contoh : kuningan (Cu + Zn), alumunium, dan brass.
1. Non Logam
Non logam adalah material dengan titik didih rendah dan bersifat isolator, tidak tahan
temperatur yang tinggi, dan sebagian tembus cahaya. Material non logam terdiri dari :
1. Polimer
Polimer merupakan gabungan monomer-monomer yang membentuk rantai hidrokarbon (C-
H) yang panjang yang terdiri dari :
1) Termoplastik
Termoplastik merupakan polimer dengan rantai karbon lurus, tidak tahan temperatur tinggi,
dan berkekuatan rendah.
Contoh : plastik.
2) Termosetting
Termosetting merupakan polimer dengan rantai hidrokarbon bercabang, tahan terhadap
temperatur tinggi, dan mempunyai stabilitas yang tinggi.
Contoh : PVC (Poly Vinyl Chloride) dan melamin.
3) Elastomer
Elastomer merupakan polimer yang mempunyai tingkat elastisitas yang tinggi dan rantai
karbon berbentuk jala.
Contoh : Karet alam.
2. Komposit
Komposit merupakan perpaduan dua unsur yang terdiri dari matriks dan fiber, yang masih
memiliki sifat aslinya. Fiber sebagai penguat dan matriks sebagai pengikat.
Berdasarkan matriksnya, komposit terbagi menjadi :
1) Metal Matrics Composite (MMC) dengan logam sebagai matriks.
Contoh : Body pesawat terbang
2) Ceramic Matrics Composite (CMC) dengan keramik sebagai matriks.
Contoh : Tiang bangunan beton
3) Polymer Matrics Composite (PMC) dengan polimer sebagai matriks.
Contoh : Ban
3. Keramik
Keramik adalah suatu material yang merupakan perpaduan logam dan non logam yang
membentuk sifat baru melalui proses pemanasan. Keramik terbagi atas dua, yaitu :
1) Keramik Tradisional
Keramik tradisional adalah keramik yang pembuatannya mengalami proses pemisahan
secara tradisional.
Contoh : gerabah dan ubin.
2) Keramik Modern
Keramik modern adalah keramik yang mengalami proses kimia secara modern untuk
mendapatkan properties / sifat yang diinginkan.
Contoh : keramik pada besi dibuat untuk mencegah rugi-rugi panas pada pencetusan awal
pembakaran.
A.2 Struktur Mikro Material
Struktur mikro material terdiri atas :
a. Atom
Atom merupakan bagian terkecil dari material yang tidak dapat dibagi lagi dengan reaksi
kimia biasa.
b. Sel Satuan
Sel satuan merupakan gabungan dari beberapa atom yang tersusun secara teratur dan
berulang.
Jenis-jenis sel satuan antara lain :
1. Cubic
Sel satuan Cubic terdiri dari :
1) Body Centered Cubic (BCC)
Perhitungan APF dari BCC adalah
APF = 68 %
2) Face Centered Cubic (FCC)
Perhitungan APF dari FCC adalah
APF = 0,74 = 74 %
3). Hexagonal Closed Package (HCP)
Cara perhitungan APF dari HCP :
volume sel satuan = luas alas x tinggi
tinggi = 1,633a
luas alas = 6 x luas segitiga
= 6 x (1/2 a x a sin 60)
= 6 x (1/2 a2 sin 60)
= 3a2 sin 60
Volume sel satuan = 3a2 sin 60 x 1,633a
= 4,899a3 sin 60
= 4,24a3
a = 2R, maka :
Volume sel satuan = 4,24(2R)3
= 4,24 x 8R3
= 33,94 R3
APF = 74%
1. Tetragonal
Syarat dari tetragonal ini adalah a = b c dan = = = 90.
2. Triklin
Syarat dari Triklin adalah a b c dan 90.
3. Monoklin
Syarat dari Monoklin adalah a b c dan = = 90 .
c. Butir
Butir merupakan kumpulan sel satuan yang mempunyai arah dan orientasi gerak yang sama
yang dilihat dari arah dua dimensi.
d. Kristal
Kristal merupakan susunan dari sel satuan yang memiliki arah dan orientasi gerak yang sama
dilihat dari arah tiga dimensi.
A.3 Sifat-Sifat Material
Sifat-sifat yang terdapat pada material adalah :
1. Sifat fisik
Sifat fisik adalah sifat material yang dapat dilihat secara langsung tanpa melakukan
pembebanan dan telah ada pada material tersebut.
Contoh : warna dan dimensi.
2. Sifat termal
Sifat termal adalah sifat material yang dipengaruhi oleh temperatur. Contoh : titik didih dan
titik cair.
3. Sifat akustik
Sifat akustik adalah sifat material yang berhubungan dengan bunyi. Contoh : fibrasi.
4. Sifat kimia
Sifat kimia adalah sifat kimia dari material untuk mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Contoh : korosi.
5. Sifat teknologi
Sifat teknologi adalah sifat material untuk mampu diproses.
Contoh : mampu cor.
6. Sifat magnetik
Sifat magnetik adalah sifat material untuk merespon medan magnet.
7. Sifat optik
Sifat optik adalah sifat material yang berhubungan dengan pencahayaan. Contoh : pembiasan.
8. Sifat mekanik
Sifat mekanik adalah sifat material yang dipengaruhi oleh pembebanan. Sifat mekanik terdiri
dari :
1. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi plastis lokal akibat adanya
penetrasi dipermukaan. Kekerasan ini tidak mempunyai kurva karena hanya berbentuk titik.
2. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan material untuk menahan deformasi plastis secara menyeluruh
sampai material itu patah.
3. Kelentingan
Kelentingan adalah besarnya energi yang diserap oleh material sampai pembebanan elastis
dan bila gaya dihilangkan akan kembali ke bentuk semula.
4. Keuletan
Keuletan adalah regangan plastis maksimum yang mampu ditahan oleh material sampai
material tersebut patah.
5. Ketangguhan
Ketangguhan adalah besarnya energi yang dapat diserap oleh material sampai material
tersebut patah.
6. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan pada daerah elastis
yang menunjukkan derajat kekakuan material.
A.4 Jenis-Jenis Pengujian
Pengujian mekanik adalah pengujian untuk melihat pengaruh atau respon material terhadap
pembebanan.
Jenis-jenis pengujian terbagi menjadi dua bagian :
A.4.1 Akibat yang Ditimbulkan pada Material
Terbagi atas :
1. Pengujian yang merusak (DT/ Destructive Test)
Pengujian yang merusak (DT) adalah pengujian yang dilakukan dengan memberikan beban /
deformasi sampai material (spesimen) gagal atau rusak.
Contoh : uji tarik, uji impak, uji tekan, dan uji keras.
2. Pengujian yang tidak merusak (NDT/ Nondestructive Test)
Pengujian yang tidak merusak (NDT) adalah pengujian yang dilakukan tanpa merusak
sampel. Pada umumnya pengujian ini bertujuan untuk menemukan cacat makro dan mikro
pada material.
Contoh : Ultrasonik, Dye-Penetrant, Radiography Test, Visual test, dan Magnetic test.
A.4.2 Berdasarkan Pembebanan
Terbagi atas :
1. Pembebanan Statis
Pengujian dengan pembebanan statis adalah pengujian yang dilakukan dengan memberikan
beban yang konstan setiap perubahan waktu kepada suatu material. Jadi, berapapun lamanya
pengujian, jumlah beban yang diberikan pada material itu adalah sama.
Contoh : uji tarik, uji keras, uji tekan, uji puntir, dan uji lentur.
2. Pembebanan Dinamis
Pengujian dengan pembebanan dinamis adalah pengujian yang dilakukan dengan
memberikan beban yang berbeda setiap perubahan waktu kepada suatu material. Jadi, setiap
perubahan waktu yang terjadi, beban yang diberikan kepada material haruslah berbeda.
Contoh : Uji lelah.
3. Pembebanan Impak
Pengujian dengan pembebanan impak adalah pengujian yang dilakukan dengan memberikan
beban secara tibatiba atau beban kejut kepada suatu material. Jadi waktu yang dibutuhkan
untuk pembebanan ini sangat sedikit sekali.
Contoh : uji impak.
A.5 Cacat-Cacat pada material
Cacat material adalah ketidaksempurnaan pada struktur material. Cacat pada material terdiri
dari :
a. Cacat titik
Cacat titik adalah ketidaksempurnaan pada material dalam skala atomik. Cacat yang terjadi
berupa titik yang terdapat pada susunan atom, terbagi menjadi :
1. Vacancy
Vacancy adalah adanya kekosongan pada susunan atom.
2. Substitusi
Substitusi adalah adanya penggantian atom dengan atom lain.
3. Intertisi
Intertisi adalah adanya penyisipan oleh atom asing.
4. Self-Intertisi
Self-Intertisi adalah adanya penyisipan oleh atom sendiri.
b. Cacat garis
Cacat garis yaitu cacat yang terjadi karena adanya segaris atom yang hilang atau yang tidak
sempurna. Terdiri dari :
1. Dislokasi Sisi
Dislokasi sisi adalah dislokasi yang arah geraknya tegak lurus terhadap garis dislokasi.
2. Dislokasi Ulir
Dislokasi ulir adalah dislokasi yang arah geraknya sejajar dengan garis dislokasi.
c. Cacat bidang
Cacat bidang adalah cacat kompleks pada material karena ketidaksempurnaan pada sebidang
atom yang terjadi pada batas butir.
d. Cacat ruang
Cacat volume atau cacat ruang adalah adanya ketidaksempurnaan kristal pada seruang atom
dengan timbulnya rongga antar batas butir karena orientasi butir dapat dilihat secara
langsung.
Sejarah Penemuan Baja
Baja sudah diolah dan digunakan sejak ribuan tahun silam, sebelum ditemukannya baja
awalnya berupa biji besi yang belum sekuat baja karena kandungan unsur-unsur kimia yang
menyebabkan karbon yang tidak begitu kuat mengikat unsur atom-atom besi pada
logam tersebut. Sekitar 3000 SM pada jaman mesir kuno sudah ada teknik untuk peleburan
logam, bahkan pada jamam sebelumnya sudah ada pembuatan perhiasan dari besi.
Pada zaman Yunani sekitar 1000 tahun SM telah ada perkembangan proses pengerasan besi
dengan teknik pemanasan (heat treatment) untuk pembuatan senjata seperti tombak dan
pedang.
Pembuatan baja telah ada selama ribuan tahun, namun belum secara resmi diperkenalkan
dan dikomersialkan hingga abad ke-19. Pada masa kuno seperti jaman kerajaan jaman dulu,
kerajinan proses pembuatan baja adalah dengan proses wadah di dapur pemanasan.
Pada masa sejarah peradaban manusia baja hanya telah dibuat dalam jumlah kecil. Namun
setelah ditemukan formula pengolahan baja yang lebih baik, yaitu penemuan proses
Bessemer pada abad ke-19 dan perkembangan teknologi berikutnya dalam teknologi injeksi
dan kontrol proses.
Setelah sukses pembuatan baja dengan proses Bessemer yang baru dimulai pada akhir tahun
1850-an, selanjutnya diikuti oleh tungku perapian terbuka. Tahun 1850-an hingga 1860-an,
metode pemrosesan bahan baku utama baja dengan proses Bessemer dan proses Siemens-
Martin berubah untuk digunakan untuk pembuatan baja untuk industri berat.
Produksi baja secara massal telah berperan penting dalam perekonomi dunia dan indikator
kunci dari perkembangan pembangunan. Bahan baja kuat dan relatif lebih mudah terbentuk
untuk menjadi bahan serbaguna jika dibandingkan dengan besi.
Dalam proses pembuatan baja, kandungan senyawa seperti silikon, nitrogen, sulfur, fosfor
dan kelebihan karbon dikeluarkan dari besi mentah agar kandungan besi semakin murni dan
atom besi semakin terikat kuat. Elemen perpaduan seperti nikel, kromium, mangan dan
vanadium ditambahkan pada proses pengolahan untuk menghasilkan nilai yang berbeda dari
baja yang dihasilkan.
Karbon pada besi bekerja sebagai unsur pengeras, mencegah atom besi untuk teratur dalam
keterikatan. Kadar jumlah karbon dan penyebaran perpaduan campuran (alloy) bahan baku
dapat mengontrol kualitas baja. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras
dan memperkuat besi, tetapi juga bisa menajdikannya lebih rapuh. Pengertian baja secara
ilmiah, baja adalah besi-karbon campuran dengan kadar karbon sampai 5,1 persen, namun
alloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi.
Banyak aspek yang diperhatikan untuk pembuatan baja seperti pembatasan gas-gas terlarut
seperti nitrogen dan oksigen serta limbah yang tertahan (disebut inklusi) pada pembuatan
baja juga penting untuk menjamin kualitas produk baja.
Bentuk jadi produk baja dari bahan karbon seperti pipa baja untuk industri pertambangan,
pondasi dan kerangka baja untuk menara dan gedung bertingkat. Sedangkan produk jadi dari
baja alloy seperti peluru baja, komponen-komponen mobil seperti cakram rem, velg mobil
dan gear.
Baja diproduksi di dalam dapur pengolahan baja dengan bahan utama besi kasar yang berupa
padat maupun cair, besi bekas (skrap) dan beberapa paduan logam. Inilah beberapa proses
yang digunakan dalam pembuatan baja, secara gambaran umum prosesnya adalah seperti
berikut ini :
Konvertor adalah salah satu wadah untuk mengolah besi menjadi baja siap untuk diproduksi.
Dibuat dari plat baja dengan sambungan las atau paku keling. Pada bagian dalam konvertor
dibuat dari batu yang tahan api, batu tahan api tersebut dapat bersifat asam atau basa
tergantung dari sifat baja yang akan diolah.
Di bagian bawah konvertor terdapat lubang-lubang angin (tuyer) sebagai saluran udara
penghembus yang disebut sebagai air blast. Terdapat juga penyangga pada konvertor yang
dilengkapi dengan trunnion untuk mengatur posisi horizontal atau vertikal konvertor.
Sistem kerja
a. Bahan baku dipanaskan dengan kokas (seperti batu bara komposisi karbon) sampai
1500 derajat C.
b. Konvertor miringkan untuk memasukkan bahan baku baja kurang lebih 1/8 dari
volume konvertor.
Proses Thomas pada lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa atau
dolomit [kalsium karbonat dan magnesium (CaCO3 + MgCO3)]. Bahan baku yang diolah
adalah besi kasar putih yang mengandung P antara 1,7 2 %, Mn 1 2 % dan Si 0,6-0,8 %.
Setelah unsur Mn dan Si terbakar, P membentuk oksida phospor (P2O5) untuk mengeluarkan
besi cair ditambahkan zat kapur (CaO), 3 CaO + P2O5 Ca3(PO4)2 (terak cair)
Proses siemens martin diolah didalam dapur pelebur baja yang dapat mencapai suhu tinggi,
Proses pengolahan baja siemens martin dibuat oleh dua orang yang bernama Siemen dan
Martin, sehingga dapurnya disebut pula dapur siemen martin. Dapur untuk proses siemens
martin mempunyai tungku kerja yang diperlengkapi dengan ruang-ruang hawa.
Tungku pengolahan ini mempunyai kapasitas 30 50 ton, bahan baku yang diolah selain besi
kasar juga dapat dimasukkan besi bekas atau besi tua. Jika besi yang dimasukkan
mengandung posfor, bahan lapisan dapurnya bersifat basa. Sebaliknya jika besinya tidak
mengandung posfor bahan lapisan dalam pada dapurnya bersifat asam.
Sistem kerjanya
Sistem kerja dengan proses siemens martin menggunakan sistem regenerator dengan suhu
mencapai 3000 derajat C. Fungsi dari regenerator adalah:
Bahan baku yang bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih. Besi kelabu dinding
dalamnya dilapisi batu silika (SiO2) sedangkan besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 %
MgCO3 + 60 % CaCO3).
Proses pengolahan baja dengan proses Basic Oxygen Furnace (BOF) merupakan modifikasi
dari proses Bessemer. Pada proses Bessemer menggunakan uap air panas ditiupkan pada besi
kasar cair untuk membakar zat kotoran yang tersisa. Sedangkan pada proses BOF memakai
oksigen murni sebagai ganti uap air.
Dapur bejana BOF biasanya berukuran 5 m untuk diameternya dan mampu memproses 35
200 ton dalam satu pemanasan. Peleburan baja menggunakan BOF ini juga termasuk proses
yang paling baru dalam industri pembuatan baja. Tungku konstruksi relatif sederhana, pada
bagian luarnya dibuat dari plat baja sedangkan dinding bagian dalamnya dibuat dari batu
tahan api (firebrick).
Sistem kerjanya
Proses BOF menggunakan besi kasar cair (65 85%) yang dihasilkan oleh tanur tinggi
sebagai bahan dasar utama dicampur dengan besi bekas (skrap baja) sebanyak (15 35%),
batu kapur dan gas oksigen dengan kemurnian 99,5%.
Oksigen akan mengikat karbon yang terdapat pada besi kasar secara berangsur-angsur turun
sampai mencapai tingkat baja yang dibuat. Saat proses oksidasi berlangsung terjadi panas
yang sangat tinggi sehingga dapat menaikkan temperatur logam cair hingga mencapai diatas
165 derajat C.
Saat oksidasi berlangsung, ditambahkan batu kapur yang dimasukkan kedalam tungku. Batu
kapur tersebut akan mencair kemudian bercampur dengan bahan-bahan impuritas (termasuk
bahan bahan yang teroksidasi) sehingga membentuk terak yang terapung diatas baja cair.
Ketika proses oksidasi selesai, aliran oksigen dihentikan dan pipa pengalir oksigen diangkat
dari tungku. Tungku BOF kemudian dimiringkan, pengambilan sampel baja cair
kemidian dilakukan analisa komposisi kimia untuk menilai kadar bajanya.
Jika komposisi kimia pada unsur baja telah tercapai maka dilakukan penuangan (tapping).
Penuangan dilakukan ketika temperature baja cair sekitar 165 derajat C. cara penuangan yang
dilakukan yaitu dengan memiringkan perlahan-lahan tungku pengolahan sehingga cairan baja
tertuang masuk kedalam ladel (wadah tuangan baja cari yang belum dicetak).
Di dalam ladel kemudian dilakukan skimming untuk membersihkan terak dari permukaan
baja cair. Setalh terak dibersihkan dilakukan proses perlakuan logam cair (metal treatment).
c. Pada dapur olah / tungku tidak diperlukan tuyer pada bagian bawahnya.
d. Filtering zat yang tidak digunakan seperti phosphor dan sulfur dapat dipisahkan dulu
daripada karbon
e. Biaya operasional dengan proses BOF relatif lebih murah dengan proses lainnya.
(menggunkan O2, proses lebih cepat)
Pada dapur lisrik busur nyala mempunyai kapasitas 25 100 ton, dilengkapi dengan tiga
buah elektroda karbon yang dipasang pada bagian atas / atap dapur. Elektroda karbon dapat
disetel dan secara otomatis bisa menghasilkan busur nyala sehingga secara langsung dapat
memanaskan dan mencairkan logam.
Pada dapur modern ini mampu mengolah logam dengan proses asam atau basa. Bagian dalam
dapur masih berlapiskan batu tahan api. Bahan olah yang dimasukkan ke dalam dapur adalah
besi kasar dan juga logam keras (baja atau besi) yang terlebih dahulu diketahui komposisinya.
Apabila dilakukan proses basa pada pengolahan baja, maka akan terjadi oksidasi terak dari
kapur yang ditambahkan untuk mereduksi unsur-unsur campuran. Selanjutnya diperoleh
pemisahan terak (mengandung kapur) dari baja cair. Untuk mencegah oksidasi ditambahkan
lagi logam campur pada logam baja yang telah diolah sebelum dikeluarkan dari tungku.
Dapur listrik dengan cara induksi frekuensi tinggi ini terdiri dari kumparan yang dililiti kawat
mengelilingi cawan batu tahan api. Tenaga yang dialirkan dari listrik akan menghasilkan arus
listrik yang bersirkulasi di dalam logam sehingga menyebabkan terjadinya pencairan.
Setelah bahan baku logam mencair selanjutnya peran arus listrik yaitu untuk membuat gerak
mengaduk secara berputar. Kapasitas isi dari dapur jenis ini adalah 350 kg 6 ton, pada
umumnya dapur ini digunakan untuk meproduksi baja paduan (alloy steel) yang khusus.
d. Cairan besi terlindungi dari kotoran dan pengaruh lingkungan sehingga kualitas baja
lebih baik
Dapur Cupola (Cupola Funace) digunakan untuk peleburan besi kasar kelabu dan besi bekas
menjadi baja atau besi tuang, pada umumnya digunakan untuk menghasilkan peleburan
sehari-hari berdasarkan pada kapasitas dari pabrik (foundry). Cupola (kubah-
kubahnya) biasanya dioperasikan secara berpasangan, jadi pemeliharaannya bisa diatur pada
satu kubah dankubah yang lainnya tetap bisa beroperasi, demikian seterusnya secara
bergantian.
Sistem kerjanya
a. Dilakukan pemanasan terlebih dahulu pada kubah agar bebas dari uap cair.
b. Bahan bakar berupa arang kayu dan kokas dinyalakan selama 15 jam.
d. Setelah kokas terbakar habis kemudian dimasukan kepingan baja dan besi kasa.
e. Setelah beberapa menit 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar pospor dan sulfur, kemudian ditambahkan
batu kapur (CaCO3) dan akan terurai lagi dengan reaksi kimia dan terakhir menghasilkan gas
CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
mesin-mesin lain.
Proses terkahir saat di dalam dapur setelah pembersihan terak diatas cairan dari dalam dapur
selanjutnya adalah mengeluarkan baja cair yang ditampung panci panci untuk dibawa ke
tempat penuangan besi atau baja.
Klasifikasi Baja
Baja dan Besi sampai saat ini menduduki peringkat pertama logam yang paling banyak
penggunaanya, besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe, hanya
kadar karbon lah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan baja dewasa ini
sangat luas mulai dari perlatan yang sepele seperti jarum, peniti sampai dengan alat alat dan
mesin berat.
Klasifikasi baja
1. Menurut komposisi kimianya:
a. Baja karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Baja karbon rendah (low carbon steel) machine, machinery dan mild steel
0,05 % 0,30% C. Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
0,05 % 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws, nails.
0,20 % 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.
2. Baja karbon menengah (medium carbon steel)
Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
o 0,30 % 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
o 0,40 % 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits, screwdrivers.
o 0,50 % 0,60 % C : hammers dan sledges.
3. Baja karbon tinggi (high carbon steel) > tool steel
Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % 1,50 % C Penggunaan :
screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws, knives, drills.
tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard metals, saws for cutting
steel, wire drawing dies, fine cutters.
b. Baja paduan (alloy steel)
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya)
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special
alloy steel) dan high speed steel.
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium, manganese,
molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke dalam baja
maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi
lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).
Memiliki daya tahan yang baik terhadap panas, karat dan goresan/gesekan
Mudah dibersihkan
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap
abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat
mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka baja ini
diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni),
Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau mudah
diasah, tahan panas, kuat dan ulet.
Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang
diberikan antara lain:
1. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock resisting
(Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan repeat loading.
Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
2. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang berbeda-
beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe A dan D
didinginkan di udara.
3. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 500) C dan didinginkan
perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan molybdenum sehingga
sifatnya keras.
4. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan
molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan panas
tetapi tidak tahan kejut.
5. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan tidak
cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.
a. Menurut penggunaannya:
Electric steel
Magnetic steel
Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia
maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
Pengolahan Alumunium
Kelebihan
1. Tahan keropos dan tidak akan dimakan rayap. Bahan aluminium yang lebih tahan lama
daripada kayu. Ia tidak menyusut seperti kayu, dan bentuk tidak akan berubah atau jadi
melengkung jika dilanda cuaca ekstrim seperti panas di musim kemarau atau dingin di musim
penghujan.
2. Tampilan kusen aluminium dapat dicat atau dilapis dengan warna kayu atau bahkan motif
kayu sehingga menyerupai kayu.
3. Desainnya dapat dibuat sesuai pesanan. Keunggulan kusen aluminium adalah karena
materialnya kuat namun bobotnya tetap ringan sehingga mudah dipindahkan. Bahan
aluminium juga mudah dirawat.
4. Ekonomis, dalam pengertian biaya proses pembuatan, pemasangan, dan perawatan. Kusen
aluminium lebih murah karena lebih tahan lama.
Kekurangan
1. Variasi bentuknya yang terbatas, karena merupakan standar produksi pabrik. Bentuk kusen
aluminium hanya terbatas pada model minimalis dan klasik Eropa.
2. Pemasangannya menggunakan teknik fischer. Teknik ini mengandalkan kekuatan sekrup
fischer yang dibor dan ditanam bersama kusen. Sebelum kusen dipasang, terlebih dulu
dinding sekitarnya perlu diplester rapi sesuai ukuran dan sudut siku-sikunya. Untuk teknik
pemasangan ini, apabila terjadi kesalahan pengukuran, maka dapat berakibat fatal.
3. Kusen aluminium yang dipasang mengandalkan kekuatan sekrup yang melekat pada
dinding. Hal ini memuat sekrup harus dipasang dengan presisi dan diplester rapi agar tidak
terjadi kebocoran dan kesalahan lainnya.
4. Sambungan yang kurang baik pada siku atau kaca dapat menyebabkan air hujan rembes.
Karena itu faktor sambungan pada karet penyekat kaca dan alumunium harus terbuat dari
bahan berkualitas dan tahan lama, agar air tidak mudah masuk ke dalam kusen atau ke
ruangan. Namun pada dasarnya masalah karet penyekat ini tidak berdampak pada kusen
alumuniumnya, karena bahan alumunium tidak terpengaruh air.
1. pengolahan senyawa sulfida (CuFeS2, Cu2S) yang mengandung 0,3-0,7% Tembaga untuk
memperoleh partikel sulfida dengan kadar 25-35% tembaga.
Bijih tembaga dengan kandungan 0,3-0,7% tembaga digerus, lalu dicampur dengan air dan zat kimia.
Zat kimia akan menyebabkan partikel sulfida terpisah dari air (menjadi hidrofob). Lalu udara ditiup ke
dalam campuran ini untuk mengikat partikel sulfida dan menyebabkannya terapung. Partikel sulfida
ini mengandung 25-35% Cu dan sisanya Fe dan pengotor lainnya . Partikel sulfida ini kemudian
dikeringkan.
Bijih tembaga CuFS2 dan CuS2 dipanggang utuk mengubah besi menjadi FeO.
Kemudian bijih dilebur / dilelehkan dan diperoleh 2 lapisan terpisah. Lapisan atas berupa lelehan
terak yang mengandung pengotor. Sedangkan lapisan bawah mengandung ~7% Cu dalam senyawa
Cu2S, dan juga FeO serta pengotor lainnya. Reaksi ini juga menghasilkan gas SO 2 yang akan diproses
menajadi H2SO4.
Lelehan Cu matte dimasukkan ke dalam konverter bersama dengan udara, batu kapur, dan silika. Suhu
konverter yang tinggi akan mengakibatkan semua unsur teroksidasi, kecuali Cu. Lelehan Cu 2S
tembaga sulfida teroksidasi membentuk tembaga lepuh.
Udara ditiupka ke dalam lelehan tembaga lepuh untuk mengoksidasi sisa S agar kadarnya berkurang
menjadi ~0.001%. Gas alam atau amonia digunakan untuk mereduksi sisa O agar kadarnya menjadi
1.500-3.500 ppm. Proses ini menghasilkan tembaga dengan kemurnian ~99,4%. Tembaga ini
selanjutnya dicetak menjadi bentuk anode untuk proses pemurnian akhir.