Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMELIHARAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Industri & Manajemen SDM
Dosen : Ir. Refiza, MT

Disusun Oleh :
REZA IS PRADANA
NIM : 16205012

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin


adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi
dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang
dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin
untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa
memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya
untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini tergantung dari
stimulus atau hal-hal yang bisa memotivasi individu tersebut untuk berprilaku
dan juga bagaimana individu tersebut mengelola menindaklanjuti stimulus
tersebut. Perbedaan inilah yang memunculkan adanya perilaku yang bersifat
positif dan negative.
Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga
berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori
perilaku yang dipaparkan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side
of Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu
terbagi menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X mengasumsikan
individu bersifat negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif.
Salah satu asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara
ketat dan seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan
asumsi teori Y adalah kebanyakan orang bersifat self-directed dalam
pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara yang tepat.
Gaya atau perilaku kepemimpinan terkait dengan karakteristik tersebut.
Gaya kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah pola
perilaku pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka
menerimanya. Pemimpin dapat memimpin dengan gaya kepemimpinan yang
disesuaikan dengan perilaku teori X dan Y yang dimiliki oleh pegawai/
karyawannya. Penyesuaian ini dibutuhkan agar pemimpin dapat memimpin
dengan baik dan tepat sehingga tidak salah arahan ataupun sasaran. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan kesesuaian gaya kepemimpinan
dengan perilaku individu dalam suatu organisasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan


1. Holistik Atau Humanis
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang
berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu
merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa
ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme
menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how
(bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu.
How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai
tujuan (goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan
why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan
terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri
individu itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun yang bersumber dari luar
individu (motivasi ekstrinsik)
2. Motivasi Individu
Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan
mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji
& Singgih-Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar
dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan.
Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah
aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu
aktivitas.
3. Bentuk Perilaku Individu
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang
dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini
terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian
inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku
manusia yang kompleks.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana
konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan
kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi
meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang
baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan
kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras
hati atau terlalu mengganggu.
Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek
mana dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi,
perilaku reflek, perilaku otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku
instingtif, dan sebagainya.

B. Tipe Dan Gaya Kepemimpinan


1. Tipe Otokratik
Semua ilmuwan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik
mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai
karakteritik yang negatif.
Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang
yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap
yang menonjolkan keakuannya. antara lain dalam bentuk:
a) Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat
lain dalam organisasi. seperti mesin dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan martabat mereka.
b) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas
tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan
kebutuhan para bawahannya.
c) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pernimpin yang otokratik antara lain:

o Menuntut ketaatan penuh dan para bawahannya


o Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
o Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
o Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan
oleh bawahan.

2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang
bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama
masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh
para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.

Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat.


Biasanya tokoh - tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat
mengembangkan sikap kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria
kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas
yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang
pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak
pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan
secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan
lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-
orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak tertalu sering
intervensi.

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara


keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam
pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang
menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).

Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-


198) :
o Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan
partisipasi minimal dari pemimpin.
o Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang
membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat
ditanya.
o Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
o Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota
atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu
kejadian.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo,
1997, p. 304):
Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai
tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.
Karakteristik dan Gaya Kepemimpinan tipe ini adalah:
Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang
lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal
tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
Status quo organisasional tidak terganggu
Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah
yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang
bersangkutan sendiri.
Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku
dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi
berada pada tingkat yang minimum.

5. Tipe Demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku
koordinator dan integrator dan berbagai unsur dan komponen organisasi.
Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa
sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang
tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan. Melihat
kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
BAB III
ANALISIS MASALAH

A. KASUS

Alasan Jokowi Doyan Blusukan


TEMPO.CO, Jakarta-- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan,
perintah yang disampaikannya di lapangan akan lebih efektif tersampaikan
kepada para petugas lapangan. "Perintah lapangan itu paling gampang ditangkep
dan dilaksanakan," kata Jokowi, sapaan akrabnya, saat ditemui di Taman
Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, pada Ahad, 12 Januari 2014.

Jokowi dikenal sebagai gubernur yang gemar blusukan atau turun ke lapangan
untuk melihat langsung kondisi yang dilaporkan kepadanya. Kondisi yang kerap
ditinjaunya langsung antara lain adalah normalisasi waduk, sungai, hingga
penggunaan Bandara Halim Perdanakusumah sebagai bandara komersil.

Jokowi mengatakan, seluruh instruksi pembenahan agar akses menuju bandara


lebih efisien telah disampaikan langsung kepada Dinas Perhubungan DKI Jakarta
saat dirinya menghadiri pembukaan bandara Halim bagi penerbangan komersil.
"Pertama harus ada bus, pelebaran jalan, hingga traffict management, sudah saya
sampaikan semua ke Dishub," katanya.

Sejak masa kampanye saat dirinya mencalonkan diri sebagai pemilihan kepala
daerah DKI Jakarta 2012 lalu, Jokowi mengatakan dirinya akan mengutamakan
kerja lapangan dibanding berkantor di Medan Merdeka Selatan. Hingga satu
tahun kepemimpinannya, prioritas pembenahan Jakarta oleh Jokowi difokuskan
pada penyelesaian banjir dan kemacetan.
Indonesia Butuh Pemimpin Sederhana dan Bisa Kerja Seperti
Jokowi
Jakarta - Momentum Pilpres 2014 harus dijadikan sebuah gerakan nasional
untuk menghasilkan sosok pemimpin yang dapat menampung dan menjalankan
aspirasi rakyat.

Saat ini, Indonesia butuh sosok pemimpin yang mengerti akan kebutuhan
masyarakat dan ruang tata kota.

"Kapasitas Jokowi sudah diakui lah. Secara fisik terlihat perubahan Jakarta
seperti apa sekarang. MRT hanya Jokowi yang memutuskan," kata Firdaus,
Ketua Dewan Sumber Tanah Air, di Jakarta, Selasa (2/6).

Meski sebelumnya ia tidak mendukung siapa-siapa pada Pileg 2014, Firdaus


menilai, setelah melihat kinerja Jokowi yang ikhlas bekerja serta terbukti secara
fisik, diapun tak bisa membohongi dirinya untuk tak mendukung Jokowi.

"Yang saya dukung adalah kebenaran yang hakiki, gunakan hati nurani," ujarnya.

Kini baginya yang terpenting adalah, Indonesia membutuhkan pemimpin yang


dapat melakukan perubahan dan kemajuan.

"Gaya hidupnya dia sederhana, kita ingin orang yang bisa membuat perubahan.
Lihat track record-nya aja sudah jelas. Kita butuh orang seperti Jokowi. Dapat
mengerjakan sesuatu hal kemajuan dari sebelumnya," tandasnya.

Ketua MPR Sidarto Dhanusoebroto mengatakan Indonesia saat ini perlu


reformasi birokrasi yang bertujuan untuk sebuah perubahan di tubuh birokrasi
Indonesia.

Politisi PDI Perjuangan itu berharap pada Pilpres 9 Juli nanti, akan menghasilkan
sosok pemimpin jujur, sederhana, dan berani menyeleksi orang-orang yang dapat
bekerja secara profesional. Dia pun yakin jika pasangan Joko Widodo-Jusuf
Kalla bisa melakukan hal tersebut.

"Saya memang tidak boleh kampanye. Tapi untuk saat ini memang rakyat butuh
pemimpin yang bisa melayani bukan menyuruh. Sosok sederhana tapi
berkualitas," kata Sidarto.
B. ANALISA KASUS

Analisa kepemimpinan jokowi :

1 . Blusukan yang di lakukan jokowi masuk ke dalam manajemen


perencanaan dan manajemen control
Kita sering mendengar, bagaimana Gubernur Jakarta sekarang, Joko
Widodo, sering berkunjung ke masyarakat untuk memahami masalah-masalah
masyarakat. Media memberi nama untuk gaya memimpin semacam ini, yakni
blusukan.
Hampir setiap hari, ia berkeliling kota, mengunjungi berbagai tempat, dan
berbicara dengan warganya. Dari tatap muka langsung ini, ia bisa mendapatkan
gambaran nyata tentang akar masalah sosial masyarakatnya, lalu mulai membuat
langkah nyata untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Gaya semacam ini tentu memiliki kelebihannya sendiri. Setiap kebijakan
politik yang bermutu lahir dari data-data yang akurat. Namun, data-data yang
diberikan kepada para pemimpin politik seringkali tidak akurat, sehingga
kebijakan yang dibuat pun akhirnya tidak menyelesaikan masalah yang ada,
justru memperbesarnya. Jarak antara data yang biasanya berupa statistik, dengan
kenyataan di lapangan inilah yang bisa diperkecil dengan gaya politik blusukan.
Politik blusukan juga memungkinkan para pemimpin politik bertatap
muka langsung dengan warganya. Interaksi ini tentu saja membangun kedekatan
dan rasa percaya, yang amat penting sebagai pengikat masyarakat, supaya tak
mudah pecah, dan bisa bekerja sama menyelesaikan berbagai persoalan yang ada.
Dengan politik blusukan, para pemimpin politik bisa memeriksa
langsung, apakah keputusan yang telah ia buat dijalankan dengan baik atau tidak.
Dari sudut pandangan metode berpikir ilmiah, ini disebut juga verifikasi. Banyak
pemimpin lupa memeriksa lagi, apakah kebijakan yang telah dibuat sungguh
membantu masyarakat atau tidak. Dengan politik blusukan, gaya lama semacam
ini bisa dihindari.
Namun, blusukan juga memiliki kelemahannya. Blusukan bisa merosot
menjadi politik pencitraan, ketika pimpinan politik hanya berkeliling di
masyarakat, supaya terlihat peduli, namun tak ada keputusan nyata yang bisa
membantu memecahkan pesoalan-persoalan sosial masyarakat.

2. Mendelegasikan wewenang
Jokowi bisa mendelegasikan tidak hanya tugas tetapi juga wewenang atau
mandat untuk melakukan tugas-tugas. Pedelegasian dapat menumbuhkan rasa
bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang harus dikerjakan. Jokowi sadar
sebagai pemimpin dia tidak bisa bekerja sendiri. (Contoh: Jokowi
mendelegasikan tugas dan wewenang kepada ahok dan kepala2 dinas dan juga
kepada para walikota serta camat dan lurah, meskipun ini masih belum berjalan
dengan baik tetapi dia telah berusaha dengan lelang jabatan dan rotasi petugas
sehingga mempunyai sama visi dan misi untuk nantinya bisa dipercayakan
dengan tugas dan wewenang demi memajukan Jakarta, dan untuk mencapai
tujuan yang sama).
pendelegasikan wewenang mesti dibarengi dengan skala prioritas kerja
yang diintruksikan gubernur, sehingga menjadi acuan bagi setiap pejabat dan
pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Supaya pemerintahan efektif, tidak mungkin ditangani sendiri semuanya,
tapi ada pendelegasian wewenang. Tanggung jawab utama tetap penuh ada di
kepala daerah, bukan di wakil.

3. Setiap bekerja selalu ingin mendengar, tahu keluhan rakyat, dan


kesulitan rakyat
Pemimpin yang mau langsung turun lapangan dan mendengarkan
permasalahan dari warganya, maka akan mendapatkan laporan yang sebenarnya.
Dengan demikian akan bisa langsung diambil tindakan.
Empathy atau ikut merasakan perasaan atau penderitaan orang lain adalah
karakteristik lain kepemimpinan Jokowi yang menonjol.

4. Blusukan juga menjaring aspirasi bagi rakyat


Pemimpin dengan mengenali dan memahami kebutuhan masyarakat yang
sesungguhnya sehingga bantuan yang diberikan sesuai dengan kepentingan
mereka.
Strategi blusukan ke jantung masyarakat yang dilakukan Jokowi jelas
dimaksaudkan untuk healing sehingga keluarlah kebijakan-kebijakan yang pro-
rakyat, seperti Kartu Jakarta Sehat, Relokasi ke Rusun, Pesta Rakyat Betawi, dll.

5. Dalam membuat sebuah kebijakan/keputusan harus merencanakan


nya terlebih dahulu
berorientasi pada hasil dilakukan Jokowi dengan mengawali dengan
membangun konsensus bersama, kemudian membagi tugas secara jelas, dan
selanjutnya memantau pelaksanaan pekerjaan hingga berhasil sesuai yang
direncanakan.

Dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tipe kepemimpinan yang


dipakai jokowi yaitu :
1. Demokrat
Sebelum membuat suatu keputusan jokowi selalu ingin mendengar, tahu keluhan
rakyat, dan kesulitan rakyatnya, dengan begitu iya bisa memutuskan
kebijakan/keputusan yang direncanakannya dan berunding dengan bawahan nya
terlebih dahulu.
2. Non personal
Karena jokowi menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta yang di lantik oleh
Menteri dalam Negeri melalui sumpah/janji.
3. Kharismatik
Jokowi mempunyai daya penarik yang sangat besar, karena itu umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya juga besar.
Pengikut jokowi tidak dapat menjelaskan, mengapa mereka tertarik
mengikuti dan menaati pemimpinnya.
Karisma yang dimiliki tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan,
ataupun ketampanan jokowi.

Dari analiasa diatas kita juga bisa menyimpulkan gaya kepemimpinan


yang dipakai oleh jokowi:
Gaya kepemimpinan demokratis
Karena jokowi selalu mendelegasikan wewenangnya, dengan pendelegasian
wewenang tersebut tiap-tiap divisi diberi kepercayaan penuh untuk
menyelesaikan tugasnya dan secara berkala jokowi akan memantau/mengontrol
pekerjaan yang telah diberikan pada masing-masing divisi.
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan menurut Kenneth Blanchard (1988, p.1) adalah
pola perilaku pada saat seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan
mereka menerimanya. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk
bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa
berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai
tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami
perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa
menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya.
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang
dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini
terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah
yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang
kompleks.

Kesimpulan Analisa kepemimpinan jokowi :


1 . Blusukan yang di lakukan jokowi iya masukkan ke dalam manajemen
perencanaan dan manajemen control
Menimbang kelemahan dan kekurangannya, politik blusukan tetap perlu
dijalankan oleh para pimpinan politik kita di Indonesia, asalkan tetap
mempertimbangkan efisiensi dan keterukuran kinerja. Politik blusukan jelas
cocok dengan masyarakat demokratis, di mana kebutuhan masyarakat yang
menjadi prioritas utama.
Namun, blusukan tetap harus dibarengi dengan langkah-langkah terukur untuk
menyelesaikan masalah-masalah sosial yang nyata, mulai dari persoalan kecil
(trotoar untuk pejalan kaki) sampai dengan yang paling besar (banjir dan macet).
2. Mendelegasikan wewenang
3. Setiap bekerja selalu ingin mendengar, tahu keluhan rakyat, dan kesulitan
rakyat
4. Blusukan juga menjaring aspirasi bagi rakyat
5. Dalam membuat sebuah kebijakan/keputusan harus merencanakan nya
terlebih dahulu

B. SARAN
1. Untuk meningkatkan kinerja pemimpin harus berupaya seefektif
mungkin mengoptimalkan gaya kepemimpinan demokrasi. Karena
semakin efektifnya gaya kepemimpinan demokrasi akan meningkatkan
kinerja.
2. Pemimpin harus meningkatkan komunikasi, sehingga hubungan dengan
bawahan terjalin dengan baik. Dengan semakin baiknya hubungan
dengan karyawan secara otomatis akan meningkatkan kinerja.
3. Pemimpin harus berupaya untuk memberikan pengertian tentang hasil
yang didapat dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga bawahan akan
berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dari
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://farizsasongko.blogspot.com/2014/01/pengertian-kepemimpinan-tipe-dan-
gaya.html

https://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-
macam-gaya-kepemimpinan/

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5309/fproses_certod.htm

http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/2399

http://news.tempo .com/read/111450/alasan-jokowi-doyan-blusukan

http://news.liputan6.com/read/18760/indonesia-butuh-pemimpin-sederhana-dan-
bisa-kerja-seperti-jokowi

Anda mungkin juga menyukai