Anda di halaman 1dari 9

Modul 1 : Analisis Struktur Mikro (Metalografi)

Kanekaputra, Mikhael Reynaldo (12517062)


Program Studi Sarjana Teknik Metalurgi
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan
Institut Teknologi Bandung, Indonesia

E-mail : mikhaelreynaldo24@gmail.com

Abstrak. Metalografi adalah sebuah studi mengenai struktur mikro. Setiap logam, baik murni
maupun paduan, memiliki struktur mikro yang berbeda karena mengalami perlakuan yang
berbeda dalam proses pembuatannya. Struktur mikro memiliki peranan penting dalam
menentukan sifat fisik dan sifat mekanis. Pada percobaan ini dipakai baja karbon sebagai
spesimen. Sebelum dilakukan pengamatan, spesimen terlebih dahulu dipreparasi melalui proses
pembingkaian, pengamplasan, pemolesan, dan pengetsaan Setelah itu, dilakukan pengamatan
struktur mikro sampel dibawah mikroskop optik. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan hasil perhitungan struktur mikro sampel dengan metode kuantifikasi point count
dan Hilliard serta membandingkan hasilnya dengan perhitungan software. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh fasa pearlite spesimen dengan metode point count sebesar 41.32%,
ukuran butiran menurut metode hilliard sebesar 3.538 mikrometer, dan ukuran butiran dengan
hasil pengamatan mikroskop dan komputer adalah 8.656 mikrometer.

Kata Kunci : Metalografi, struktur mikro, sifar mekanis, point count, Hilliard

1. Pendahuluan
Metalografi adalah studi mengenai struktur mikro dari suatu material [1]. Analisis struktur mikro
membantu dalam menentukan apakah material telah diproses dengan baik dan merupakan langkah
penting untuk menentukan kehandalan produk dan untuk menentukan mengapa sebuah material gagal
[1]. Pemahaman akan hubungan antara struktur mikro denngan sifat atau karakter material memainkan
peran penting dalam pengendalian dan pengembangan material terutama logam [2]. Tanpa ragu,
sebagian besar pengujian dilakukan dengan cahaya mikroskop untuk mengungkap sifat struktur mikro
yang beragam [2]. Begitu pula, jelas bahwa prasyarat yang sangat dibutuhkan adalah spesimen yang
disiapkan dengan baik [2]. Tahap preparasi metalografi umumnya membutuhkan rangkaian operasi yang
spesifik termasuk sectioning, mounting, identification, grinding, polishing, dan etching [1}

Tahap sectioning adalah tahap pemilihan dan pemisahan sampel dari ruah [2]. Tahap ini sebaiknya
menghasilkan permukaan yang datar untuk preparasi berikutnya tanpa menyebabkan perubahan kritis
pada material [1,2]. Sampel perlu dipotong untuk penanganan yang lebih mudah dan pengamatan
terfokus pada area yang diamati [1]. Tahap berikutnya adalah tahap mounting (pembingkaian) dimana
memiliki tujuan penting, diantaranya melindungi ujung spesimen dan menjaga fitur permukaan material,
mengisi kekosongan (void) pada bahan berpori, serta memperbaiki penanganan sampel yang berbentuk
tidak teratur, terutama preparasi spesimen otomatis [1]. Pembingkaian biasanya dilakukan dengan resin,
karena resin mempunyai kekerasan yang cukup untuk melindungi spesimen [3]. Berikutnya adalah tahap
grinding (pengamplasan), merupakan tahap yang dibutuhkan untuk meratakan permukaan spesimen dan
mengurangi kerusakan akibat sectioning [1]. Tahap ini dilakukan dengan mengurangi bagian/ukuran
partikel abrasif secara berurutan untuk mendapat permukaan yang siap dipoles [1]. Tahap polishing
merupakan proses pengamplasan lanjutan dengan serbuk alumina hingga diperoleh permukaan logam
sehalus kaca tanpa goresan, yang dapat memantulkan cahaya dengan baik [3]. Sebelum dilakukan
pengamatan di bawah mikroskop, dilakukan tahap etching, yakni untuk meningkatkan fitur struktur
mikro seperti ukuran butiran dan fitur fasa [1]. Pengetsaan secara selektif mengubah fitur mikrostruktur
berdasaekan komposisi, tegangan, atau strukur kristal [1].

Salah satu cara untuk menentukan ukuran butiran rata-rata berdasarkan American Society for Testing
and Materials (ASTM), dapat dihitung melalui metode Hilliard Single-Circle yakni metode untuk
menentukan fraksi volume butiran [3]. Metode Hilliard menggunakan satu lingkaran dengan diameter
tertentu sebagai dasar perhitungan ukuran butiran [3]. Dari diameter akan ditentukan keliling lingkaran,
kemudian melalui pengamatan dapat ditentukan banyaknya perpotongan antara lingkaran dengan
butiran [3]. Selanjutnya, dengan mengetahui perbesaran yang digunakan, maka dicari besar butiran
sesuai standar ASTM dengan menggunakan persamaan
𝐺 = −10−6.64log (𝐿𝑇/𝑃.𝑀)
dengan LT = keliling lingkaran (cm), P = jumlah butiran yang berpotongan, M = perbesaran yang
digunakan, dan G = besar ukuran (ASTM) [3]

2. Metode Percobaan

2.1. Alat dan Bahan

Dalam percobaan ini, digunakan spesimen berupa baja karbon yang telah dipreparasi. Pada proses
polishing, digunakan serbuk alumina dan alat polishing. Pada proses pengetsaan (etching) digunakan
larutan nital dengan komposisi 97% alkohol dan 3% HNO3. Adapun alat dan bahan yang digunakan
santara lain, kaca, vaseline, plastisin,pipa paralon, cawan petri, amplas dengan kekasaran 60#, 400#,
600#, 800#, 1000#, 1500#, dan 2000#, serta mikroskop optik yang terhubung ke komputer.

2.2. Prosedur Percobaan


Bagian dalam pipa dan
Spesimen dipreparasi kaca diolesi vaseline lalu Spesimen diletakkan
proses mounting. pipa diletakkan pada didalam pipa
kaca

Spesimen diamplas pada


arah yang sama dengan Media dituang ke dalam Media mounting
perubahan arah 90° pada pipa dan dibiarkan dicampur resin dengan
setiap penggantian grid hingga kering. katalis.
dari kasar ke halus

Larutan nital dituang


dilakukan pemolesan Disiapkan larutan nital
pada cawan lalu sampel
dengan menggunakan dengan komposisi 97%
dicelup selama 3 detik
alumin alkohol dan 3% HNO4
lalu dibasuh air

Pada gambar dibuat


Spesimen diamati
lingkaran dengan Diambil gambar
dibawah mikroskop
diameter 8 cm dan grid spesimen pada
dengan perbesaran
dengan ukuran 10 x 10 perbesaran tertentu
tertentu
cm kemudian dianalisis

3. Hasil Percobaan dan Pembahasan

3.1. Hasil Data Percobaan dan Perhitungan

3.1.1. Hasil Pengamatan dan Data Percobaan

Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop dan dengan metode Hilliard (penggambaran
lingkaran berdiameter 8 cm) dan penarikan grid 10 x 10 cm (100 kotak) diperoleh gambar sebagai
berikut :
Gambar 3.2. Hasil pengamatan struktur mikro dengan perbesaran 1000x dengan lingkaran berdiameter
8 cm
Gambar 3.2. Hasil pengamatan struktur mikro dengan perbesaran 1000x dengan grid 10x10 cm

Dari gambar di atas dapat diperoleh data :

a. Metode Point Count


Tabel 3.1 Hasi Pengamatan Metode Count Point
Spesimen Jumlah Titik ∑Titik menyinggung ∑Titik mengenai
butiran butiran
Spesimen 1 121 39 22

b. Metode Hilliard
Dengan menghitung jumlah perpotongan antara lingkaran dengan butiran, maka diperoleh data :
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Metode Hilliard
Spesimen D (cm) LT (cm) P M
Spesimen 1 8 25.143 82 1000

3.1.2. Perhitungan
Dengan menggunakan data pengamatan yang sudah didapat, dapat dihitung %fasa dan ukuran butiran
dengan metode sebagai berikut :

a. Metode Point Count


∑𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑎𝑟𝑙𝑖𝑡𝑒
% Fasa Pearlite = 𝑥 100%
∑𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
(39𝑥1)+(22𝑥0.5)
= 𝑥 100%
121
= 41.32%
b. Metode Hilliard
𝐺 = -10 - 6.64log (𝐿𝑇/𝑃.𝑀)
𝐺 = -10 - 6.64log (25.143/82x1000)
G = 13.33 ASTM

Jika nilai G diatas dikonversi menjadi satuan μm, maka didapat nilai G berada pada 4 μm
< G < 3,3 μm, sehingga besar butiran dalam satuan μm adalah :
13.33 − 13 𝐺−4
=
13.5 − 13 3.3 − 4
G = 3.538 μm (besar butiran)

c. Metode dengan software computer


𝑙 = 9.44 𝜇𝑚
2 = 7.69 𝜇𝑚
Rata-rata = 8.565 𝜇𝑚

3.2. Pembahasan

Percobaan metalografi dilakukan dengan serangkaian kegiatan, mulai dari preparasi spesimen,
penyiapan larutan nital, dan pengamatan mikroskop. Pada proses preparasi ditujukan agar memudahkan
spesimen dalam pengamatan di bawah mikroskop. Proses mounting ditujukan agar memudahkan dalam
memegang spesimen untuk proses amplas dan poles. Proses pengamplasan dan pemolesan dimaksudkan
agar didapatkan permukaan spesimen yang rata ketika dilakukan pengamatan. Selanjutnya, proses
pengetsaan dimaksudkan agar fitur permukaan dapat ditingkatkan. Larutan nital merupakan campuran
dari 3% asam nitrat dengan 97% alkohol. Larutan nital akan cenderung mengikat Fe pada paduan baja,
sehingga ketika dilakukan pengamatan dapat dilihat perbedaan untuk fasa ferrite dan pearlite pada
spesimen. Proses pengetsaan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan membuat Fe
terikat pada larutan dan spesimen tidak dapat diamati. Proses pengamatan di bawah mikroskop,
dilakukan dengan perbesaran 100x agar struktur mikro dapat diamati. Setelah struktur teramati,
dilakukan pengukuran panjang butiran pada specimen dan kemudian di rata-rata untuk mendapatkan
distribusi ukuran rata-ratanya. Selain pengukuran dengan menggunakan pengamatan melalui
mikroskop, perhitungan ukuran butiran dilakukan dengan menggunakan Metode Hilliard.

Berdasarkan perhitungan tersebut, ditemukan perbedaan hasil ukuran butiran antara perhitungan melalui
metode Hilliard dan pengamatan mikroskop Olympus. Hal ini dapat dapat disebabkan oleh ukuran
lingkaran yang digunakan metode Hilliard, ketidaktepatan praktikan dalam menentukan jumlah butiran
yang memotong lingkaran metode Hilliard. Selain itu, diakibatkan kurang jelasnya batas butiran yang
terbentuk.

Ukuran butiran dapat mempengaruhi sifat mekanis dari logam paduan tersebut. Salah satunya adalah
tingkat kekuatannya. Secara teoritis, pada suhu rendah logam dengan ukuran butiran yang kecil memiliki
kekuatan yang lebih besar daripada butiran besar. Hal tersebut dikarenakan logam berbutir kecil
memiliki sistem slip yang banyak dan membutuhkan energi yang besar untuk memberi kegagalan pada
logam tersebut. Sedangkan, pada suhu tinggi logam dengan butiran berukuran besar akan lebih kuat
daripada logam butiran kecil. Hal tersebut dikarenakan batas butiran pada suhu tinggi cenderung berlaku
sebagai fluida, sehingga memudahkan dislokasi dan slip dalam bergerak. Dari hal tersebut, logam
dengan butiran kecil akan memiliki batas butiran yang lebih banyak daripada logam butiran besar.

Dalam mengukur kekuatan butiran, dapat dilakukan perhitungan melalui persamaan Hall Petch.
Persamaan Hall Petch merupakan persamaan yang menghubungkan antara yield strength dengan ukuran
butiran. Persamaan Hall Petch dapat ditulis sebagai berikut
𝜎𝑦 = 𝜎𝑜 + 𝐾𝑑-1/2

dapat dilihat bahwa yield strength akan meningkat seiring dengan kecilnya ukuran butiran material
tersebut begitupun sebaliknya.

Pengujian metalografi banyak berguna dalam industri, contohnya dengan dilakukan pengujian ini dapat
diketahui suatu logam dan paduannya memiliki kekuatan yang tinggi atau tidak sehingga dapat
memperkirakan keekonomisannya. Kemudian dapat diperoleh bahan yang sifatnya sesuai dengan
kebutuhan, dapat memprediski kualitas bahan untuk pembuatan produk. Kemudian dapat digunakan
untuk mengetahui kekerasan serta keuletan suatu logam dan paduannya. Selain dengan menggunakan
mikroskop optik karakterisasi bahan dapat diidentifikasi menggunakan spektroskopi (FTIR, XRD, XRF,
NMR, TXRF) dan imagining (SEM, TEMSTEM, RTX)

4. Kesimpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan
1. Fasa Pearlite spesimen dengan metode Point Count sebesar 41.32%
2. Ukuran butiran menurut metode Hilliard didapatkan sebesar 3.538 mikrometer
3. Ukuran rara-rata butiran berdasarkan pengamatan mikroskop dan komputer adalah 8.565
mikrometer

4.2. Saran
Dari kegiatan percobaan yang telah dilakukan, terdapat saran untuk percobaan, yaitu sebaiknya kegiatan
dilakukan dengan preparasi yang baik sehingga akan didapatkan pengamatan mikrostruktur yang baik
pula.

5. Daftar Pustaka
[1] Donald C. Zipperian, Ph.D Metallographic Specimen Preparation Basics Pace Technologies
[2] G. Petzow 1999 Metallographic Etching, 2nd Ed. ASM International
[3] A. A. Korda.Modul Praktikum Metalurgi Fisik (Bandung: ITB) modul 1 Analisis Struktur Mikro
(Metalografi)
[4] http://file.scirp.org/Html/7-2710223_49874.htm diakses pada 21 April 2019 pukul 19.25 WIB

6. Lampiran

6.1. Proses pemolesan


6.2. Proses pengetsaan

6.3. Hasil pada computer


6.4. Mikroskop & computer yang digunakan

6.5 Tabel Konversi ASTM

Anda mungkin juga menyukai