ABSTRAK
Logam merupakan material yang sering dipakai dalam berbagai aplikasi bidang. Dalam pengembangan
menuju industrial estate, penggunaan logam sangat diperlukan. Misalnya dalam bidang kelautan, Fenomena
korosi yang terjadi pada pintu bendungan. Pada penelitian ini telah dilakukan studi laju korosi pada plat
Stainless Steel (SS) 316 dan 304. Penelitian ini menggunakan media laut, sungai, estuari, media pengenceran
E.coli dan media pengenceran Pseduomonas fluorescens dengan metode weight loss dengan monitoring
setiap 2,4,6 dan 8 minggu. Pengamatan produk korosi yang dihasilkan, dilakukan dengan analisa SEM EDX
untuk material Stainless Steel (SS) 316 dan 304. Pengamatan produk korosi dilakukan pada kondisi Laju
Korosi (CPR) terkekstrim, yaitu SS 316 dengan media pengenceran Pseudomonas fluorescens, SS 304
dengan media pengenceran E.coli, SS 304 dan 316 dengan media L|E (Laut|Estuari). Hasil penelitian
didapatkan bahwa nilai Laju Korosi (CPR) terkestrim terdapat pada plat SS 304 media pengenceran E.coli
sebesar 0,2645 mm/yy dan plat SS 304 pada media L|E (Laut|Estuari) 0,0344 mm/yy. Dengan jenis
korosinya adalah korosi celah (pitting corrosion) yang memiliki lubang dalam dan lebar. pada media Ps
dengan material SS 316 mengalami kehilangan unsur Nikel dan Chroum, yaitu unsur nikel menjadi 10,19%
dari 10,6% dan chroum menjadi 16,20%. dan pada media L|E (Laut|estuari) kehilangan unsur Nikel dan
Chroum, yaitu unsur nikel menjadi 5% dari 9,2% dan chroum menjadi 8,43% dari 12,8% untuk SS 304.
Sedangkan untuk SS 316 unsur nikel mejadi 7,49% dari 10,6% dan unsur chroum menjadi 10,58% dari
17,82%.
Kata Kunci: variasi media, Laju korosi, pitting corrosion, Stainless Steel 316, Stainless Steel 304,
Pseudomonas fluorescens, E.coli.
1. PENDAHULUAN
Dalam bidang kelautan, bidang yang sedangkan untuk pengujian dua media korosi
memiliki lingkungan yang cenderung korosif. lainnya menggunakan media bakteri Pseudomonas
Aplikasi dari ilmu korosi tentu saja sangat flourescences dan bakteri Escherichia coli.
diperlukan didalamnya. Sebagai contoh korosi Penelitian ini dilakukan guna mengetahui laju
pada pintu bendungan yang berada dimuara sungai. korosi, karakteristik terhadap plat SS 304 dan 316
Pintu bendungan merupakan bagian penting dari dan membandingkan pelat-pelat tersebut untuk
bendungan yang materialnya mengunakan logam. tiap-tiap kondisi tersebut. Sehingga dapat
Bendungan yang terletak di muara sungai ditentukan pengendalian dan pencegahan yang
mengalami 3 kondisi lingkungan yang berbeda, hal sesuai. Kemudian untuk kedepannya penelitian ini
itu dikarenakan adanya perbedaan jenis air. Selain dapat digunakan sebagai masukan informasi pada
itu, ada pengaruh faktor bakteri bakteri yang dunia industri serta berguna untuk perkembangan
terdapat dalam 3 jenis kondisi air yang berbeda dan dunia pendidikan.
dapat berperan dalam proses terjadinya korosi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Oleh sebab itu perlu dilakukan studi terhadap Mengetahui laju korosi pada plat Stainless Steel
pemilihan material pintu bendungan tersebut akibat (SS) 304 dan 316 dengan variasi pada media
adanya 3 kondisi yang berbeda, guna mengetahui korosi, membandingkan laju korosi yang terjadi
jenis, karakteristik serta cara pengendalian dan pada masing-masing media untuk menetukan laju
pencegahan korosi yang terjadi didaerah muara korosi terkstrim dan Mengetahui karakteristik
sungai. korosi yang terjadi terhadap plat Stainless Steel
Pada tugas akhir ini akan dilakukan (SS) 304 dan 316 dengan variasi pada media
penelitian lebih lanjut tentang laju korosi pada korosi.
pelat Stainless Steel (SS) 304 dan 316 dengan Dari tugas akhir ini diharapkan diharapkan bisa
variasi pada media korosi. Pengujian dilakukan di memberikan gambaran laju korosi (CPR) dan
lingkungan skala laboratorium. Pada pengujian ini karakterstik korosi dilingkungan laut, sungai dan
akan menggunakan lima macam media korosi. estuari pada plat (SS) 304 dan 316, seperti
Dimana media tersebut diambil langsung dari memberikan gambaran seperti apa korosi ekstrim
lingkungan aslinya dan dibedakan atas lingkungan yang terjadi, sehingga dapat menentukan cara yang
air laut, air sungai dan air campuran (estuari), tepat dalam mengurangi resiko terhadap korosi
tersebut, dan selanjutnya juga bisa digunakan banyak bentuk korosi lokal, yang mana termasuk
sebagai pertimbangan dalam proses pemilihan pitting, cervice, dengan endapan korosi dan stress
material yang tepat secara teknis dan ekonomis corrosion cracking. Dari hasil penelitian dengan
untuk daerah disekitar muara sungai. Disisi lain, menggunakan AFM (atomic force microscopy)
studi ini juga bisa dijadikan refrensi dalam dunia ditemukan bahwa pertumbuhan dari bakteri
pendidikan khususnya dalam bidang korosi Pseudomonas flourecens pada biofilm Stainless
Steel 304 mengalami pertumbuhan yang dinamis
2. DASAR TEORI dan berkelanjutan pada permukaan Stainless Steel
2.1. Prinsip Terjadinya Korosi 304 dan menyerang ketebalan dari pelat tersebut
Stainless Steel yang digunakan di berbagai sehingga terbentuk localized pit dan meningkat
bidang adalah untuk pertahanan korosi yang paling secara linier berdasarkan waktu. Dari hasil analisa
kuat. Pada atmosfer lingkungan laut, ini menjadi diketahui bahwa ditemukan pengurangan Cr dan
sebuah masalah pada bentuk pengkaratan dalam kekurangan unsur Fe pada pelat Stainless Steel
hubungannya dengan jenis korosi sumur (pitting akibat aktifitas dari Pseudomonas fluorescens
corrosion) yang disebabkan oleh deposisi dari dengan menggunakan alat XPS ( X-Ray
penguapan garam laut. Uap air yang ada pada photoelectron spectroscopy).
atmosfer mungkin berkondensasi dan dari tetesan Baja nikarat austenitik merupakan baja
atau penipisan lapisan elektrolit yang mengandung yang mengandung campuran nikel dan Nitrogen
ion-ion klorida ketika temperatur menurun dan dengan bentuk kubus berpusat muka (FCC) pada
relative humidity (RH) / kelembaban rata-rata suhu kamar. Tahanan spesifikasi baja terhadap
meningkat. Jadi, faktor lingkungan seperti korosi berbeda beda sesuai dengan kandungan
temperatur, relative humidity (RH) / kelembaban komposisi penyusunnya. Pada umumnya baja
rata-rata, air hujan dan penguapan garam laut dengan kandungan komposisi molibdenum akan
merupakan faktor yang sangat penting untuk tahan terhadap SCC (stress corrosion cracking) ,
kejadian dari korosi sumuran (pitting corrosion) namun apabila kandungan dari Mo berkisar antara
pada Stainless Steel (SS). 4-5 % masih rawan terhadap korosi celah (Crevice
ditambahkan ke dalam untuk memperoleh sifat Corrosion).
tertentu sehingga jenis baja akan beragam.
2.2. Pelat Baja Stainless Steel (SS) 304 dan 316
pada lingkungan laut, ketika temperatur Berdarakan ASTM A240, komposisi kimia dari
menurun dan Relative Humidity (RH) / 304 dan 316, sebagai berikut :
kelembaban rata-rata meningkat, uap air diudara Tabel 2.1 Komposisi Kimia SS 304
mungkin mengental dan juga dari tetesan atau
lapisan tipis yang mengandung ion klorida pada
lapisan permukaan logam. Pada proses evaporasi, % C Mn Si P S Cr Ni N
yang mana kenaikan konsentrasi ion klorida untuk Min - - - - - - 20 -
tiap tetes, berdasarkan waktu maka temperatur
Max 0.08 2 0.75 0.04 0.03 20 10 0.1
meningkat dan RH menurun. Perubahan tetes
Tabel 2.2 Komposisi SS 316
klorida mungkin bergantung pada kondensasi dan
air hujan, yang mana mempengaruhi laju transport
oksigen. Efek dari perubahan ukuran tetes klorida
% C Mn Si P Cr Mo Ni N
ini perlu dilakukan pengamatan. Studi lanjut
tentang pengamatan chlorida untuk korosi sumuran Min - - - - 16 2 10 -
(pitting corrosion) pada Stainless Steels (SS) 304 Max 0,08 2 0,045 0,03 18 3 14 0,1
sekarang ini sangat terbatas, sehingga efek dari
tetesan chlorida pada korosi sumuran (piting Stainless Steel yang digunakan untuk penelitian
corrosion) perlu dijelaskan. microbiologically dipotong sesuai code ASTM G48 dengan ukuran
influenced corrosion (MIC) atau bicorrosion 300 mm x 300 mm x 1,5 mm. kemudian SS 304
phenomenom pada baja adalah masalah serius pada dan 316 digosok dengan menggunakan kertas
lingkungan perairan dan banyak industri, seperti gosok grade 1000 dan 500, setelahnya di bersihkan
power generation, petrochemichal, pulp dan kertas, dengan menggunakan aseton.
dengan keseriusan keselamatan dan urusan
ekonomi. Metal yang secara umum bergantung
pada formasi dari kestabilan oxide film
ketahanannya terhadap korosi, seperti Stainless
Steel yang terutama sekali rentan terhadap MIC,
MIC dari Stainlees Steel telah dinyatakan dalam
2.3 Bakteri Pseudomonas fluorescens dan KxW
Escherichia coli Laju korosi = ...............................(2.1)
AxTxD
Bakteri Pseudomonas fluorescens termasuk
dimana :
dalam kelas Schazomycetes, ordo
K = Konstanta
Pseudomonadales, famili Pseudomadaceae, genus
T = Waktu ekspos (jam)
Pseudomonas, spesies Pseudomonas flourescencs.
A = Luas permukaan logam (cm2)
Bakteri Pseudomonas fluorescens memiliki sel
W = Kehilangan berat (gram)
tunggal, gram negatif berbentuk batang lurus atau
D = Densitas logam (gram/cm2)
melengkung, mempunyai ukuran 0,5 1,0 m x
1,5 5 m dan dapat bergerak karena mempunyai Tabel 1. Satuan Laju Korosi (ASTM G1-90 vol 3.2
flagela, tidak membentuk spora dan tumbuh secara 2002).
aerob. Selain itu juga dapat menggunakan H 2 atau
CO 2 sebagai sumber energi yang terdapat ditanah,
air limbah kemudian dapat diolah menjadi 3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
sejumlah substrat organik dan umumnya dapat Dalam penelitian ini dilakukan perlakuan
berpean dalam proses biotranformasi misalnya pencelupan material Stainless Steel (SS) 304 dan
dalam mendegradasi minyak. Pseudomonas 316 dengan varia media korosi, yaitu
fluorescens resistance terhadap logam berat seperti L|S(Laut|Sungai),L|E(Laut|Estuari),S|E(Sungai|ESt
Pb, Cd, Cr, mampu menurunkan toksisitas Cr6+
menjadi Cr3+ yang kurang toksik. Bakteri ini
mengahsilkan asam organik dan metabolit lain
seperti H2S dan ligan yang dapat menghilangkan
ion ion logam berat dari larutan dan atau
merubah menjadi spesies yang kurang toksik,
bakteri tersebut telah berhasil digunakan dalam
meremidiasi ion kadium dalam larutan.
Bakteri Escherichia coli diklasifikasikan
dalam divis Schizophyta kelas Schazomycetes, ordo
Eubacteriales, genus Escherichia, spesies
Escherichia Coli. Bakteri jenis ini merupakan
akteri yang berbentuk batang lurus, mempunyai uari), P|E(Pseudomonas fluorescens |Escherichia
ukuran 1,1 1,5 m x 2 6 m, bersifat gram coli), Pe(Pseudomonas fluorescens) dan Ec
negatif, tidak berkapul dan dapat bergerak aktif (Escherichia coli). Penghitungan laju korosi
(motil) , dapat memfermentasikan berbagai dilakukan berdasarkan ASTM G1-90 vol. 3.2.2002
karbohidrat menjadi asam dan gas. Bakteri ini pada dengan metode kehilangan berat.
suasana anaerob terjadi fermentasi dan pada aerob
terjadi siklus asam karboksilat dan transport 3.1. Hasil Pengujian Korosi
elektron untuk pembentukan energi. Escherichia Dari hasil pegujian dengan mengunakan plat
coli dapat memproduksi 2 macam enterotoksin, SS 304, didapatkan hasil kehilangan berat pada
yaitu enteroktoksin tidak tahan panas (heat labile masing-masing media sebagai berikut :
enterotoxin) yang bersifat sebagai antigen dan
mekanisme kerjanya merangsang keluarnya enzim
adenilat siklase yang terdapat didalam sel epitel
mikosa usus halus, dan enterotoksin tahan panas
(heat stable enterotoxin) yang mempunyai sifat
tidak sebagai antigen dan mekanisme kerjanya
merangsang keluarnya enzim guanilat siklase yang
menghasilkan siklik guanosin monofosfat yang
menyebabkan gangguan absrobsi klorida dan
natrium.
= mm/ y
= 0,0049 mm/y
Perhitungan tersebut, dilakukan untuk setiap jenis Gambar 3.5 Hasil CPR pada Plat 316 dengan
plat dengan tiap-tiap medianya. Kemudian variasi media korosi
didapatkan hasil CPR seperti pada gambar 3.4,
sebagai berikut : diketahui hasil dari perhitungan Laju
Korosi (CPR) pada plat Stainless Steel (SS) 316
pada media L|S, L|E, S|E, Pseudomonas
fluorescens dan E. coli nilai Laju Korosi (CPR)
yang paling besar terdapat pada media
pengenceran dengan bakteri Escherichia coli. Nilai
Laju Korosi pada media Pengenceran E.coli adalah
sebesar 0,051623454 mm/y. Untuk media uji
sampel langsung, media yang memiliki nilai Laju
Korosi (CPR) terbesar adalah pada media L|E
(Laut|Estuari). Nilai Laju Korosiny adalah sebesar
0,008182015 mm/y. Pada Plat SS 316 ini Kondisi
media yang memiliki nilai Laju Korosi (CPR)
Gambar 3.4 Hasil CPR pada Plat 304 dengan paling kecil adalah media S|E (Sungai|Estuari)
variasi media korosi untuk uji sampel langsung, dan media dengan
bakteri Pseudomonas fluorescens untuk media
bahwa nilai Laju korosi (CPR) pada plat pengenceran. Nilai Laju Korosi (CPR) pada media
Stainless Steel (SS) 304 dengan masing masing S|E (Sungai|Estuari) adalah 0,00262935 mm/y, dan
media berbeda. Untuk media paling korosif dalam nilai Laju Korosi (CPR) pada media Pseudomonas
eksperimen ini adalah media dengan pengenceran fluorescens adalah sebesar 0,020855157 mm/y.
bakteri Escherichia coli dimana dengan nilai Laju
Korosi (CPR) nya sebesar 0,264534015 mm/y. 3.2 Hasil Foto SEM EDX
Sedangkan untuk media yang langsung diambil Foto SEM EDX dilakukan untuk
langsung dari lapangan, paling korosif adalah mengetahui karakteristik korosi yang terjadi.
media dengan kondisi L|E (Laut|Estuari) yaitu Analisa foto SEM EDX hanya dilakukan pada
sebesar 0,034385034 mm/y. Untuk media dengan kondisi terbesar yaitu : SS 304 Ec, SS 316 Ps, SS
kondisi S|E (Sungai|Estuari) merupakan media uji 304 L|E dan SS 316 L|E. Hasil dari foto SEM EDX
sampel yang memiliki nilai Laju Korosi (CPR) , dapat dilihat pada gambar 3.6, sebagai berikut :
paling kecil yaitu sebesar 0,013162513 mm/y.
Sedangkan untuk media pengenceran dengan
bakteri, adalah media dengan pengenceran
Pseudomonas fluorescens dengan nilai Laju Korosi
(CPR) 0,072767573 mm/y. Pada media L|S
(Laut|Saungai) memiliki nilai Laju Korosi sebesar
0,019370019 mm/y dan pada media dengan
pengenceran P|E (Pseudomonas fluorescens|
Escherichia coli) memiliki nilai Laju Korosi (CPR)
adalah 0,100766351 mm/y.
Sedangkan untuk hasil dari perhitungan Gambar 3.6 Hasil Foto SEM pada Plat Stainless
plat SS 316, didapatkan seperti pada gambar 3.5, Steel (SS) 304 dengan Media Pengenceran
sebagai berikut : Escherichia coli.
Gambar 3.6 merupakan hasil dari foto sama lain, namun berbeda dengan ukuran dengan
SEM yang digunakan untuk melihat karakteristik yang terjadi pada SS 304 dengan media
morfologi permukaan yang ada setelah dilakukan pengenceran E.coli. Pada SS 316 dengan media
running eksperimen Laju Korosi (CPR). Dalam pengenceran Pseudomonas fluorescens memiliki
satu kali pengujian, dilakukan pengambilan 3 spot cirri khas dengan lubang kecil yang merata. Hal ini
dalam 1 material. Hal ini digunakan untuk melihat disebabkan karena
secara keseluruhan morfologi permukaan pada koloni bakteri
material Stainless Steel (SS) 304. Dari hasil Pseudomonas
gambar 3.6, memiliki bentuk yang cenderung tidak fluorescens tersebar
melebar namun memiliki ciri khas lubang (pitting) secara merata.
yang dalam.
Gambar 3.9 Hasil Foto
SEM EDX pada Plat
Stainless Steel (SS) 316 dengan Media
Pengenceran Pseudomonas fluorescens