PENDAHULUAN
Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk
dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam
memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan-bahan lain. Kelebihan-kelebihan
tersebut menjadikan logam yang banyak dipilih untuk dijadikan bahan dari desain
peralatan/konstruksi. Diantara kelebihan-kelebihan tersebut logam memiliki
kelemahan yaitu mudah terkorosi. Korosi merupakan kerusakan material logam
yang disebabkan reaksi antara logam dengan lingkungannya yang menghasilkan
oksida logam, sulfida logam atau hasil reaksi lainnya yang lebih dikenal sebagai
pengkaratan. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya
merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan lingkungan berair dan oksigen (Sutjahjo, 2008).
Korosi merupakan bahaya nasional yang nyata yang tingkat kerugiannya
lebih besar dari segala bencana alam yang pernah dialami (Widharto, 2004).
Penyebab korosi secara umum ada 2 macam yaitu korosi kimia dan korosi elektrolit.
Berkaratnya besi dan baja disebabkan kedua hal di atas yaitu terjadinya proses
reaksi antara besi atau baja dengan oksigen yang terdapat dalam atmosfer
membentuk lapisan oksida pada permukaan logam (Amanto, 2006).
Banyak macam cara yang digunakan untuk membersihkan suatu karat atau
korosi yaitu dengan pencelupan ke dalam larutan asam, penyikatan dengan kawat
atau dengan penyemprotan partikel padat yang berupa pasir sebagai zat abarasif
atau disebut sand blasting. Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan
cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga
menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan menjadi
bersih dan kasar. Tingkat kekasaranya dapat disesuaikan dengan ukuran pasirnya
serta tekananya. Penyemprotan pasir ini digunakan untuk berbagai aplikasi, antara
lain untuk menghilangkan karat, debu, cat, dan pengotor lainya serta digunakan
1
juga untuk membentuk kekasaran permukaan pada persiapan untuk proses
pelapisan. (Amanto, 2006)
Pasir yang biasa digunakan adalah pasir silika atau pasir steel grade, namun
penggunaan pasir silica sebagai abrasif sangat berbahaya karena pasir ini memiliki
unsur penyusunan kimia SiO₂ berupa kristal silica yang dapagt menyebabkan
silikosis bagi operator blasting dikemudian hari. Banyak atlernatif jenis pasir
pengganti yang dapat digunakan untuk proses sand blasting salah satunya yaitu
dengan menggunakan Pasir Kulonprogo,yang mempunyai kadar Fe 50%, Al₂O₃
3,3%, SiO₂ 0,26%, P₂O₅ 0,55%, TiO₂ 9,2%, MgO 0,6%. Biji besi dalam bentuk
endapan pasir besi dengan kadar Fe sekitar 38-59%. (Totok & Gautama, dalam
Sumarni, 2006).
Korosi pada logam secara elektrokimia disebabkan karena komposisi kimia
logam tidak homogen sehingga terjadilah penurunan mutu logam. reaksi semacam
ini adalah reaksi yang berlangsung secara spontan. Oleh sebab itu, proses
terkorosinya logam oleh lingkungannya adalah proses yang spontan dan tidak dapat
dicegah terjadinya. Di situasi praktis tersebut, serangan korosi hanya dapat
dikendalikan sehingga struktur dan komponen logam mempunyai masa pakai yang
lebih panjang. Walaupun demikian pengendalian korosi harus dilakukan secara
maksimal, karena dari segi ekonomi dan keamanan merupakan hal yang tidak
mungkin ditinggalkan atau diabaikan (Widharto, 2004).
2
pada material. Waktu dan sudut penyemprotan pada proses sand blasting juga dapat
mempengaruhi tingkat korosi yang terjadi (J.R. Davis, 2004)
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dari pasir pantai
Kulonprogo dengan perbedaan jarak dan waktu blasting sehingga dapat diterapkan
sebagai media pasir pengganti dari pasir silica. Struktur dan komposisi dari pasir
Kulonprogo menjadi topik utama dalam permasalahan penelitian ini, diameter serta
kandungan besi dari pasir mempengaruhi kehalusan dari bahan uji tersebut, yang
mana kemudian dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari.
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh jarak dan waktu pada proses sand blasting dengan
media pasir Kulonprogo terhadap kekasaran permukaan pada baja AISI 304.
2. Mengetahui tingkat kekasaran baja AISI 304 dari hasil perbedaan jarak dan
waktu penembakan sebelum dan sesudah proses sand blasting
3. Mengetahui hasil perbedaan jarak dan waktu penyemprotan pada baja AISI
304 dengan perbedaan pasir silika dan pasir Kulon progo pada proses sand
blasting
3. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan uji X-Ray
Fluorosence, uji laju Korosi, uji distribusi butiran, uji Kekasaran.
4. Ketebalan plat AISI 304 menggunakan ketebalan 3 mm
5. Variasi jarak 10; 15; dan 20.
6. Variasi waktu 20; 25; 30.
4
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pasir Kulonprogo
Pasir Kulonprogo merupakan pasir yang ada disekitar pantai yang
sebelumnya akan dibuat penambangan pasir besi yang ditolak warga dan
sekarang dijadikan lahan pertanian oleh warga sekitar,pasir ini memiliki
kandungan kadar besi yang cukup tinggi.
2. Sandblasting
Sandblasting merupakan teknik dimana proses penyemprotan material
dengan menggunakan bahan abrasif dengan tekanan tinggi pada suatu
permukaan dengan tujuan untuk menghilangkan material-material seperti
karat, cat, garam, dan oli yang menempel.
3. Korosi
Korosi merupakan penurunan mutu material akibat rekasi elektro kimia
dengan lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini menggunakan larutan
kimia
4. Baja AISI 304
Baja karbon rendah mengandung kurang dari 0,5 % karbon. Kebanyakan
dari produk baja ini berbentuk pelat hasil pembentukan roll dingin dan
proses anneal. Kandungan karbonnya yang rendah dan mikrostrukturnya
yang terdiri dari fasa ferit dan pearlit menjadikan baja karbon rendah
bersifat lunak dan kekuatannya lemah namun keuletan dan ketangguhannya
sangat baik. Baja karbon rendah kurang responsif terhadap perlakuan panas
untuk mendapatkan mikrostruktur martensit maka dari itu untuk
meningkatkan kekuatan dari baja karbon rendah dapat dilakukan dengan
proses roll dingin maupun karburisasi.
5. Kekasaran
Kekasaran merupakan merupakan penyimpangan rata-rata aritmetik dari
garis rata-rata profil.
5
6. X-Ray Fluorescence (XRF)
XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia
beserta konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sample
dengan menggunakan metode spektrometri. XRF umumnya digunakan
untuk menganalisa unsur dalam mineral atau batuan. Analisis unsur di
lakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan
untuk menganalisi jenis unsur yang terkandung dalam bahan dan analisis
kuantitatif dilakukan untuk menentukan konsentrasi unsur dalam bahan.
6
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Korosi
7
2.2 Laju Korosi
Salah satu tujuan dari corrosion monitoring adalah dengan mengetahui laju korosi
pada logam dari suatu struktur sehingga dengan mengetahui laju korosi kita dapat
memprediksi kapan dan berapa lama struktur itu dapat bertahan terhadap serangan
korosi. Teknik monitoring korosi dapat dibagi menjadi beberapa metode yaitu
electrochemical noise).
Metode weight loss atau kehilangan berat merupakan metode yang dapat digunakan
untuk mendapatkan laju korosi. Prinsip dari metode ini adalah dengan menghitung
banyaknya material yang hilang atau kehilangan berat setelah dilakukan pengujian
logam yang telah dibersihkan dari oksida dan massa tersebut dinyatakan sebagai
massa awal lalu dilakukan pada suatu lingkungan yang korosif seperti pada air laut
selama waktu tertentu. Setelah itu dilakukan penghitungan massa kembali dari
suatu logam setelah dibersihkan logam tersebut dari hasil korosi yang terbentuk dan
massa tersebut dinyatakan sebagai massa akhir. Dengan mengambil beberapa data
seperti luas permukaan yang terendam, waktu perendaman dan massa jenis logam
yang di uji maka dihasilkan suatu laju korosi. Menurut Apriansyah (2017)
K .W
Corrosion Rate =
A .T .D
Keterangan :
T : Time of exposure
8
A : Luas permukaan yang direndam (Cm2)
D : Density ( 𝜌 ) = 𝑚 / 𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 𝑇 , gr/cm3
(bunga, 2008)
Metode weight loss sering digunakan pada skala industri dan laboratorium karena
peralatan sederhana dan hasil cukup akurat, namun dari pengujian dengan metode
weight loss dalam mendapatkan suatu laju korosi memiliki kelemahan. Kelemahan
tersebut adalah tidak dapat mendeteksi secara cepat perubahan yang terjadi saat
proses korosi, perhitungan kupon yang tidak dapat diterjemahkan secara langsung
dari peralatan, korosi lokalisasi tidak dapat dilihat langsung tanpa pemindahan
kupon dari tempat pengujian, dan bentuk korosi yang tidak dapat dideteksi.
Dalam proses pelapisan logam baik pelapisan dengan cat, pelapisan dengan
logam (dengan metode flame powder coating), kondisi permukaan material yang
akan dilapisi perlu diperhatikan kebersihannya dan juga kekasarannya. Hal ini akan
mempengaruhi kekuatan material pelapis melekat pada benda yang akan dilapisi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membersihkan dan merubah kekasaran
permukaan material adalah dengan proses sand-blasting. Sandblasting adalah suatu
proses pengerjaan permukaan logam dengan cara menembakkan abrasive ke
permukaan logam dengan tekanan tertentu dan kecepatan yang relatif tinggi. Proses
9
sandblasting bertujuan agar permukaan logam menjadi kasar, sehingga cat atau
bahan pelapis lain dapat menempel pada permukaan logam dengan baik, tidak
mudah terkelupas, dan terhindar dari korosi (Parwata,I Made.2017). Tumbukan
pasir/partikel kecil ke permukaan material dengan kecepatan relatif tinggi
mengakibatkan terjadinya deformasi plastis pada permukaan material sehingga
mengakibatkan terjadinya perubahan topography permukaan material atau
perubahan kekasaran permukaan. Besarnya perubahan kekasaran permukaan
bergantung ada kecepatan/tekanan semprotan, ukuran partikel, sifat mekanis
partikel dan durasi proses tumbukan
10
Gambar 2.3 Pasir Kulonprogo
Menurut (wijatna, 2008) kandungan besi yang terdapat pada pasir Kulon progo
mencapai Fe sekitar 38-59 persen.
11
Gambar 2.4 Lokasi pengambilan Pasir Kulonprogo
12
yang bersifat magnet yakni Fe dan bahan pengotor yang tidak bersifat magnet.
Bahan yang bersifat magnet dimurnikan lagi, sehingga menghasilkan Fe₃O₄ dan
TiO₂ (Titanium Dioksida). Dari Fe₃O₄ itulah yang nantinya diolah menjadi besi
baja. (Verlino C. Lopes, H. T. W. 2016)
13
tinggi, pipa pada reaktor nuklir, pesawat terbang (Adriawan, 2011), material kawat
implan.
(Putra, Satyarno, Wijatna, & Fisika, 2008)
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Stainless steel AISI 304 (PT. Wijaya Makmur Sentosa)
% C Si Mn P S Cr Ni N
Min 0,022 0,530 1,03 0,043 0,003 18,34 8,01 0,054
Max 0,070 0,750 2,00 0,045 0,030 19,50 10,50 0,100
14
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Persiapan Peralatan
Proses Sandblasting
Jarak Waktu
Uji Kekasaran
Tidak
30-85 μm
Ya
Hasil Pengujian
Selesai 15
3.2 Rancangan Penelitian
Faktor A r Faktor B
Jarak (cm) Perulangan 20 25 300
1
10 2
3
1
15 2
3
1
20 2
3
Tabel 3.1 Pengujian Kekasaran
16
3.3 Variabel Pengukuran
1. Jenis pasir,
2. Jarak penembakan
3. Waktu tembak
Jarak 10 15 20
Waktu 20 25 30 20 25 30 20 25 30
Laju
Pengikisan
Rata-rata
Kekasaran
Rata-rata
17
3.3.3 Variabel Kontrol
- Kompresor
- Stopwatch
- Nozzle
- Alat ukur (Meteran)
- Sandblasting gun
- Pasir Kulonprogo
18
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H. Dan Daryanto, 2006. Ilmu Bahan. Jakarta: Bumi Aksara
Bangun, W. P., Widiyarta, I. M., Parwata, I. M., Teknik, J., Universitas, M.,
Bukit, K., & Bali, J. (2017). Pengaruh Waktu Dan Ukuran Partikel Dry Sand
blasting Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Baja Karbon Sedang, 6(1),
138–141.
Karbon, B., & Swadaya, P. T. (2016). Studi Eksperimen Pengaruh Tekanan dan,
5(2), 2–6.
Pendidikan, S., Mesin, T., Teknik, F., Surabaya, U. N., Mesin, J. T., Teknik, F., &
Surabaya, U. N. (2015). ASTM G31-72 PADA MEDIA AIR NIRA AREN,
1, 112–117.
Putra, H., Satyarno, I., Wijatna, A. B., & Fisika, J. T. (2008). Penggunaan Pasir
Besi Dari Kulon Progo Dengan Berat Jenis 4 , 311 Untuk Mortar Perisai.
Forum Teknik Sipil, (XVIII), 909–920.
Setyarini, P. H., & Sulistyo, E. (2011). Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap
Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430, 2(2), 106–109.
Sulistyo, E., & Setyarini, P. H. (2011). Pengaruh Waktu Dan Sudut Penyemprotan
Pada Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja
AISI 430, 2(3), 205–208.
Widiyarta, I. M., Parwata, I. M., & Putu, I. (n.d.). Kekasaran Permukaan Baja
Karbon Sedang Akibat Proses Sand- Blasting dengan Variasi Jarak Nosel,
179–182.
19