Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk
dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam
memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan-bahan lain. Kelebihan-kelebihan
tersebut menjadikan logam yang banyak dipilih untuk dijadikan bahan dari desain
peralatan/konstruksi. Diantara kelebihan-kelebihan tersebut logam memiliki
kelemahan yaitu mudah terkorosi. Korosi merupakan kerusakan material logam
yang disebabkan reaksi antara logam dengan lingkungannya yang menghasilkan
oksida logam, sulfida logam atau hasil reaksi lainnya yang lebih dikenal sebagai
pengkaratan. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya
merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung
dengan lingkungan berair dan oksigen (Sutjahjo, 2008).
Korosi merupakan bahaya nasional yang nyata yang tingkat kerugiannya
lebih besar dari segala bencana alam yang pernah dialami (Widharto, 2004).
Penyebab korosi secara umum ada 2 macam yaitu korosi kimia dan korosi elektrolit.
Berkaratnya besi dan baja disebabkan kedua hal di atas yaitu terjadinya proses
reaksi antara besi atau baja dengan oksigen yang terdapat dalam atmosfer
membentuk lapisan oksida pada permukaan logam (Amanto, 2006).

Banyak macam cara yang digunakan untuk membersihkan suatu karat atau
korosi yaitu dengan pencelupan ke dalam larutan asam, penyikatan dengan kawat
atau dengan penyemprotan partikel padat yang berupa pasir sebagai zat abarasif
atau disebut sand blasting. Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan
cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga
menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan menjadi
bersih dan kasar. Tingkat kekasaranya dapat disesuaikan dengan ukuran pasirnya
serta tekananya. Penyemprotan pasir ini digunakan untuk berbagai aplikasi, antara
lain untuk menghilangkan karat, debu, cat, dan pengotor lainya serta digunakan

1
juga untuk membentuk kekasaran permukaan pada persiapan untuk proses
pelapisan. (Amanto, 2006)

Pasir yang biasa digunakan adalah pasir silika atau pasir steel grade, namun
penggunaan pasir silica sebagai abrasif sangat berbahaya karena pasir ini memiliki
unsur penyusunan kimia SiO₂ berupa kristal silica yang dapagt menyebabkan
silikosis bagi operator blasting dikemudian hari. Banyak atlernatif jenis pasir
pengganti yang dapat digunakan untuk proses sand blasting salah satunya yaitu
dengan menggunakan Pasir Kulonprogo,yang mempunyai kadar Fe 50%, Al₂O₃
3,3%, SiO₂ 0,26%, P₂O₅ 0,55%, TiO₂ 9,2%, MgO 0,6%. Biji besi dalam bentuk
endapan pasir besi dengan kadar Fe sekitar 38-59%. (Totok & Gautama, dalam
Sumarni, 2006).
Korosi pada logam secara elektrokimia disebabkan karena komposisi kimia
logam tidak homogen sehingga terjadilah penurunan mutu logam. reaksi semacam
ini adalah reaksi yang berlangsung secara spontan. Oleh sebab itu, proses
terkorosinya logam oleh lingkungannya adalah proses yang spontan dan tidak dapat
dicegah terjadinya. Di situasi praktis tersebut, serangan korosi hanya dapat
dikendalikan sehingga struktur dan komponen logam mempunyai masa pakai yang
lebih panjang. Walaupun demikian pengendalian korosi harus dilakukan secara
maksimal, karena dari segi ekonomi dan keamanan merupakan hal yang tidak
mungkin ditinggalkan atau diabaikan (Widharto, 2004).

Dalam proses sandblasting jarak nozzle terhadap permukaan material


sangat berpengaruh terhadap hasil kekasaran permukaan material semakin jauh
jarak nosel ke permukaan permukaan material akan semakin halus.Ini dikarenakan
semakin jauh jarak nozzle,abrasive yang terjadi pada permukaan material akan
semakin sedikit (Putu hadi,2015)
Besarnya deformasi dan perubahan kekasaran permukaan yang terjadi
sangat tergantung pada ukuran, berat jenis dan kekerasan partikel blasting,
kecepatan partikel, dan sudut tembak. Lamanya proses blasting juga sangat
mempengaruhi deformasi yang terjadi demikian pula dengan tegangan sisa yang
terjadi. Semakin lama waktu proses blasting dapat meningkatkan tegangan sisa

2
pada material. Waktu dan sudut penyemprotan pada proses sand blasting juga dapat
mempengaruhi tingkat korosi yang terjadi (J.R. Davis, 2004)

Pengaruh kekasaran permukaan telah dipelajari oleh banyak peneliti


menggunakan faktor kekasaran permukaan seperti faktor kekasaran Wenzel.
Pengaruh kepadatan dan ketinggian puncak pada kekuatan fraktur adhesi telah
dibahas oleh (Kunio dan Mitsuru). Pengaruh grit peledakan pada sifat permukaan
untuk adhesi telah disajikan oleh (Harris dan Beevers). Masalah yang sama dari
permukaan pra-perlakuan pada permukaan aluminium telah diteliti oleh (Prolongo
dan Urena). (Shahid dan Hashim) meneliti pengaruh kekasaran permukaan dari
baja. (Hay, Dragila, dan Liburdy) menyajikan beberapa informasi tentang pengaruh
kekasaran permukaan.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dari pasir pantai
Kulonprogo dengan perbedaan jarak dan waktu blasting sehingga dapat diterapkan
sebagai media pasir pengganti dari pasir silica. Struktur dan komposisi dari pasir
Kulonprogo menjadi topik utama dalam permasalahan penelitian ini, diameter serta
kandungan besi dari pasir mempengaruhi kehalusan dari bahan uji tersebut, yang
mana kemudian dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalah yang diteliti sebagai


berikut :
1. Bagaimana pengaruh jarak dan waktu pada proses sand blasting dengan
media pasir Kulonprogo terhadap hasil kekasaran permukaan pada baja
AISI 304?
2. Bagaimana tingkat kekasaran baja AISI 304 dari hasil perbedaan jarak dan
waktu penembakan sebelum dan sesudah proses sand blasting?
3. bagaimana hasil perbedaan jarak dan waktu penyemprotan pada baja AISI
304 dengan perbedaan pasir silika dan pasir Kulon progo pada proses sand
blasting ?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh jarak dan waktu pada proses sand blasting dengan
media pasir Kulonprogo terhadap kekasaran permukaan pada baja AISI 304.
2. Mengetahui tingkat kekasaran baja AISI 304 dari hasil perbedaan jarak dan
waktu penembakan sebelum dan sesudah proses sand blasting
3. Mengetahui hasil perbedaan jarak dan waktu penyemprotan pada baja AISI
304 dengan perbedaan pasir silika dan pasir Kulon progo pada proses sand
blasting

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian yang dapat diharapkan memberikan manfaat tentang
penggunaan sandblasting untuk mendapatkan hasil yang optimal.Nilai kekasaran
permukaan yang dihasilkan dengan variasi waktu dan jarak penyemprotan partikel
diharapkan dapat menjadi acuan sebelum melakukan proses pengecatan atau
pelapisan material.Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam suatu penelitian ditunjukan agar pembahasan dan


tujuan masalah tidak menyimpang dari pokok bahasan masalah, batasan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Logam yang digunakan adalah AISI 304 (steel)
2. Pasir yang digunakan adalah Pasir Kulon Progo

3. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan uji X-Ray
Fluorosence, uji laju Korosi, uji distribusi butiran, uji Kekasaran.
4. Ketebalan plat AISI 304 menggunakan ketebalan 3 mm
5. Variasi jarak 10; 15; dan 20.
6. Variasi waktu 20; 25; 30.

4
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pasir Kulonprogo
Pasir Kulonprogo merupakan pasir yang ada disekitar pantai yang
sebelumnya akan dibuat penambangan pasir besi yang ditolak warga dan
sekarang dijadikan lahan pertanian oleh warga sekitar,pasir ini memiliki
kandungan kadar besi yang cukup tinggi.

2. Sandblasting
Sandblasting merupakan teknik dimana proses penyemprotan material
dengan menggunakan bahan abrasif dengan tekanan tinggi pada suatu
permukaan dengan tujuan untuk menghilangkan material-material seperti
karat, cat, garam, dan oli yang menempel.

3. Korosi
Korosi merupakan penurunan mutu material akibat rekasi elektro kimia
dengan lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini menggunakan larutan
kimia
4. Baja AISI 304
Baja karbon rendah mengandung kurang dari 0,5 % karbon. Kebanyakan
dari produk baja ini berbentuk pelat hasil pembentukan roll dingin dan
proses anneal. Kandungan karbonnya yang rendah dan mikrostrukturnya
yang terdiri dari fasa ferit dan pearlit menjadikan baja karbon rendah
bersifat lunak dan kekuatannya lemah namun keuletan dan ketangguhannya
sangat baik. Baja karbon rendah kurang responsif terhadap perlakuan panas
untuk mendapatkan mikrostruktur martensit maka dari itu untuk
meningkatkan kekuatan dari baja karbon rendah dapat dilakukan dengan
proses roll dingin maupun karburisasi.
5. Kekasaran
Kekasaran merupakan merupakan penyimpangan rata-rata aritmetik dari
garis rata-rata profil.

5
6. X-Ray Fluorescence (XRF)
XRF merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis komposisi kimia
beserta konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sample
dengan menggunakan metode spektrometri. XRF umumnya digunakan
untuk menganalisa unsur dalam mineral atau batuan. Analisis unsur di
lakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan
untuk menganalisi jenis unsur yang terkandung dalam bahan dan analisis
kuantitatif dilakukan untuk menentukan konsentrasi unsur dalam bahan.

6
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Korosi

Korosi merupakan suatu peristiwa kerusakan atau penurunan kualitas suatu


logam akibat beraksi dengan lingkungannya yang terjadi secara
elektrokimia.Kondisi lingkungan yang sering menyebabkan terjadinya korosi pada
logam adalah udara dan air (Fontana dan Greene,1986).Sedangkan menurut
Trethewey dan Chamberlin (1991) Korosi merupakan kerusakan material yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungannya. Proses korosi yang terjadi disamping
oleh reaksi kimia juga diakibatkan oleh proses elektrokimia. Lingkungan yang
berpengaruh dapat berupa lingkungan asam, embun, air tawar, air laut, air danau,
air sungai, dan air tanah Korosi merupakan proses elektrokimia yang terjadi pada
logam dan tidak dapat dihindari karena merupakan suatu proses alamiah. Berbagai
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya korosi, yaitu: sifat logam, yang meliputi
perbedaan potensial, ketidakmurnian, unsur paduan, perlakuan panas yang dialami,
dan tegangan, serta faktor lingkungan yang meliputi udara, temperatur,
mikroorganisme. Korosi adalah suatu peristiwa di mana reaksi terjadi di antara
logam dengan lingkungannya. Reaksi tersebut dengan mudah terjadi karena tingkat
keadaan yang sedemikian rupa ingin merubah keadaan dirinya ke bentuk lain.

Gambar 2.1 Korosi pada baja

7
2.2 Laju Korosi
Salah satu tujuan dari corrosion monitoring adalah dengan mengetahui laju korosi

pada logam dari suatu struktur sehingga dengan mengetahui laju korosi kita dapat

memprediksi kapan dan berapa lama struktur itu dapat bertahan terhadap serangan

korosi. Teknik monitoring korosi dapat dibagi menjadi beberapa metode yaitu

kinetika (weight loss) dan elektrokimia (diagram polarisasi, linear polarization

resistance, electrochemical impedance spectroscope, potensial korosi, dan

electrochemical noise).

Metode weight loss atau kehilangan berat merupakan metode yang dapat digunakan

untuk mendapatkan laju korosi. Prinsip dari metode ini adalah dengan menghitung

banyaknya material yang hilang atau kehilangan berat setelah dilakukan pengujian

rendaman sesuai dengan standar (ASTM G 31-72). Dengan menghitung massa

logam yang telah dibersihkan dari oksida dan massa tersebut dinyatakan sebagai

massa awal lalu dilakukan pada suatu lingkungan yang korosif seperti pada air laut

selama waktu tertentu. Setelah itu dilakukan penghitungan massa kembali dari

suatu logam setelah dibersihkan logam tersebut dari hasil korosi yang terbentuk dan

massa tersebut dinyatakan sebagai massa akhir. Dengan mengambil beberapa data

seperti luas permukaan yang terendam, waktu perendaman dan massa jenis logam

yang di uji maka dihasilkan suatu laju korosi. Menurut Apriansyah (2017)

Persamaan laju korosi dapat ditunjukkan pada persamaan 2.1 berikut:

K .W
Corrosion Rate =
A .T .D

Keterangan :

K : Konstanta, lihat pada Tabel 1.1

T : Time of exposure

8
A : Luas permukaan yang direndam (Cm2)

W : Kehilangan berat (gram)

D : Density ( 𝜌 ) = 𝑚 / 𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 𝑇 , gr/cm3

Tabel 1.1 Konstanta Perhitungan Laju Korosi Berdasarkan Satuannya

Satuan Laju Korosi/Corrosion Rate Konstanta

Mils per year (mpy) 3,45 x106

Inches per year (ipy) 3,45 x 103

Milimeters per year (mm/y) 8,76 x 104

Micrometers per year (µm/y) 8,76 x 107

(bunga, 2008)

Metode weight loss sering digunakan pada skala industri dan laboratorium karena

peralatan sederhana dan hasil cukup akurat, namun dari pengujian dengan metode

weight loss dalam mendapatkan suatu laju korosi memiliki kelemahan. Kelemahan

tersebut adalah tidak dapat mendeteksi secara cepat perubahan yang terjadi saat

proses korosi, perhitungan kupon yang tidak dapat diterjemahkan secara langsung

dari peralatan, korosi lokalisasi tidak dapat dilihat langsung tanpa pemindahan

kupon dari tempat pengujian, dan bentuk korosi yang tidak dapat dideteksi.

2.3 Sand Blasting

Dalam proses pelapisan logam baik pelapisan dengan cat, pelapisan dengan
logam (dengan metode flame powder coating), kondisi permukaan material yang
akan dilapisi perlu diperhatikan kebersihannya dan juga kekasarannya. Hal ini akan
mempengaruhi kekuatan material pelapis melekat pada benda yang akan dilapisi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membersihkan dan merubah kekasaran
permukaan material adalah dengan proses sand-blasting. Sandblasting adalah suatu
proses pengerjaan permukaan logam dengan cara menembakkan abrasive ke
permukaan logam dengan tekanan tertentu dan kecepatan yang relatif tinggi. Proses

9
sandblasting bertujuan agar permukaan logam menjadi kasar, sehingga cat atau
bahan pelapis lain dapat menempel pada permukaan logam dengan baik, tidak
mudah terkelupas, dan terhindar dari korosi (Parwata,I Made.2017). Tumbukan
pasir/partikel kecil ke permukaan material dengan kecepatan relatif tinggi
mengakibatkan terjadinya deformasi plastis pada permukaan material sehingga
mengakibatkan terjadinya perubahan topography permukaan material atau
perubahan kekasaran permukaan. Besarnya perubahan kekasaran permukaan
bergantung ada kecepatan/tekanan semprotan, ukuran partikel, sifat mekanis
partikel dan durasi proses tumbukan

Gambar 2.2 Proses sandblasting

2.4 Pasir Kulon Progo


Pasir Kulon Progo merupakan jenis pasir yang memiliki struktur yang
angular dan berwarna hitam keabu-abuan. Pasir pantai yang diteliti adalah berasal
dari pantai Kulonprogo Prov. D.I Yogyakarta yang pasirnya, belum termanfaatkan.

10
Gambar 2.3 Pasir Kulonprogo

Pengolahan pasir pantai menjadi abrasif dilakukan sangat sederhana, karena


memang karakteristik pasir pantai yang terbentuk dari alam memenuhi untuk proses
blasting jadi tidak perlu dilakukan pengolahan yang mengunakan metode canggih.
Proses produksi pasir pantai dilakukan tahapan sebagai berikut:

1. Dredging (pengerukan) : Proses pengambilan pasir pantai di sekitar


kawasan pantai Kulonprogo dengan mempergunakan alat berat.
2. Dry cleaning (pembersihan kering) : Proses pembersihan pasir pantai
dengan cara dikeringkan menggunakan oven.
3. Screening (pemisahan) : Proses pemisahan besar butir pasir pantai
berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya akan memiliki ukuran butir
yang sama.
4. Packing (pembungkusan) : Proses memasukan pasir pantai kedalam karung
sesuai dengan ukuran besar butir yang dikehendaki.
(Priyo Susetyo, 2009)

Menurut (wijatna, 2008) kandungan besi yang terdapat pada pasir Kulon progo
mencapai Fe sekitar 38-59 persen.

11
Gambar 2.4 Lokasi pengambilan Pasir Kulonprogo

2.3.1 Karakter Pasir Kulon Progo

Karakter pasir besi di pantai ,Kulon Progo mempunyai kadar Fe 51,36%,


Al 5,1%, Si 19,5%, P 0,88 %, Ti 3,92%, Mn 0,96%. Biji besi dalam bentuk endapan
pasir besi dengan kadar Fe sekitar 38-59%. Mengandung berbagai bahan pengotor
seperti kandungan Mg , Ca ,Sulfur kandungan logam berat Fe ,Mn dan Cd Bahan
pengotor tersebut menyebabkan pasir besi tidak efisien jika diolah menjadi besi
baja. Baja atau sering disebut besi baja adalah bahan baku vital dalam dunia
industri. Sekitar 95 persen dari seluruh konsumsi produk yang terbuat dari logam
didominasi baja yang digunakan hampir di semua segmen kehidupan. (Totok &
Gautama, dalam Sumarni, 2006).

Secara umum karakter pasir besi disepanjang pantai selatan kabupaten


Kulon Progo, mengandung 60 % bahan pengotor dan kandungan Fe-nya masih
rendah. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan teknologi yang canggih dan tepat
untuk mengolahnya. Salah satu cara meningkatkan daya guna pasir besi adalah
memisahkan bahan pengotor dari Fe. Maka apabila telah diperoleh Fe tanpa bahan
pengotor, bisa langsung diolah menjadi baja. Sedangkan untuk membersihkan pasir
besi dari bahan pengotor tersebut diperlukan alat pemisah magnet berbentuk roda
yang disebut Magnetik Separator. Alat ini secara otomatis akan memisahkan bahan

12
yang bersifat magnet yakni Fe dan bahan pengotor yang tidak bersifat magnet.
Bahan yang bersifat magnet dimurnikan lagi, sehingga menghasilkan Fe₃O₄ dan
TiO₂ (Titanium Dioksida). Dari Fe₃O₄ itulah yang nantinya diolah menjadi besi
baja. (Verlino C. Lopes, H. T. W. 2016)

2.3.2 Unsur Kimia Pasir Kulonprogo


Pasir Kulonprogo yang diambil dan kemudian diujikan untuk dilihat
kandungannya.Berikut hasil pengujian X-Ray Fluorescence (XRF) yang
dilakukan di Laboratorium Sentral FMIPA Universitas Negeri Malang

Tabel 2.1 Hasil Uji X-Ray Fluorescence (XRF)

Compound Conc (%) Metode


Al (Alumunium) 5,1
Si (Silicon) 19,5
P (Fosfor) 0,88
K (Kalium) 1,1
Ca (Kalsium) 15,6
Ti (Titanium) 3,96
V (Vanadium) 0,31 XRF
Cr (Kromium) 0,080
Mn (Mangan) 0,96
Fe (Iron) 51,36
Cu (Tembaga) 0,091
Eu (Europium) 0,63
Re (Rhenium) 0,46
(Laboratorium Sentral FMIPA UM)2018

2.4 BAJA AISI 304


Stainless steel merupakan baja tahan karat yang sulit untuk bereaksi
terhadap udara dan air karena memiliki kandungan karbon (Callister,2001: S-231).
Stainless steel AISI 304 merupakan salah satu tipe material yang sering digunakan
oleh para medis sebagai alat bantu implan pada jaringan tulang manusia, tetapi jika
dilihat dari segi ketahanan korosi masih dibawah material titanium. Baja tahan karat
AISI 304 merupakan material yang mudah didapat di pasaran, sudah secara umum
diproduksi massal, dan relatif murah. Baja tahan karat ini memiliki sifat mudah
dibentuk (machinability), tahan karat, dan ringan. Aplikasi baja tahan karat AISI
304 banyak digunakan pada material implan (Wibowo dkk, 2015) tabung tekanan

13
tinggi, pipa pada reaktor nuklir, pesawat terbang (Adriawan, 2011), material kawat
implan.
(Putra, Satyarno, Wijatna, & Fisika, 2008)

Gambar 2.5 Baja AISI 304

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Stainless steel AISI 304 (PT. Wijaya Makmur Sentosa)
% C Si Mn P S Cr Ni N
Min 0,022 0,530 1,03 0,043 0,003 18,34 8,01 0,054
Max 0,070 0,750 2,00 0,045 0,030 19,50 10,50 0,100

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Kerangka Penelitian

Mulai

Studi Literatur Studi Lapangan

Persiapan Peralatan

Proses Sandblasting

Jarak Waktu

10 cm 15cm 20cm 20sec 25sec 30sec

Uji Kekasaran

Tidak

30-85 μm

Ya

Hasil Pengujian

Analisa Data & Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Selesai 15
3.2 Rancangan Penelitian

Pada pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dengan cara ekperimental.


Penelitian eksperimental merupakan penelitian yang dilakukan dengan
memberikan suatu perlakuan tertentu kemudian dilakukan pengamatan secara
langsung akibat dari hasil perlakuan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kekasaran permukaan baja dengan variasi jarak dan waktu tembak pasir
Kulonprogo dalam proses sandblasting .
Pada tahap akhir penelitian ini, spesimen atau benda kerja yang telah
dilakukan proses sandblasting akan diuji kekasaran permukaannya untuk
mengetahui tingkat keefektifan dari pasir Kulonprogo tersebut dengan variasi jarak
dan waktu tembak.

Faktor A r Faktor B
Jarak (cm) Perulangan 20 25 300
1
10 2
3
1
15 2
3
1
20 2
3
Tabel 3.1 Pengujian Kekasaran

16
3.3 Variabel Pengukuran

3.3.1 Variabel Bebas

Yaitu variabel yang bebas ditentukan oleh peneliti sebelum melakukan


penelitian, variabel bebas yang digunakan adalah sebagai berikut:

Variasi perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Jenis pasir,
2. Jarak penembakan
3. Waktu tembak

Jarak 10 15 20

Waktu 20 25 30 20 25 30 20 25 30

Laju
Pengikisan

Rata-rata

Kekasaran

Rata-rata

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang besarnya tidak dapat ditentukan


sepenuhnya oleh peneliti, tetapi besarnya tergantung pada variabel bebasnya.
Penelitian ini mempunyai variabel terikat yang meliputi data-data yang diperoleh
pada pengujian sandblasting. Variabel terikat meliputi laju korosi dan kekasaran.
Tujuan dari pengujian sandblasting dengan beberapa variasi jarak dan waktu
penyemprotan pasir adalah untuk mengetahui kehalusan benda uji dan hasil
pengikisan karat pada besi tersebut dengan menganalisa data-datanya.

17
3.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol disebut pula sebagai variabel kendali. Variabel ini


merupakan variabel yang diupayakan untuk dinetralisasi. Dalam penelitian ini
variabel yang dibuat tetap yaitu ukuran pasir.

3.4 Alat yang Digunakan

- Kompresor
- Stopwatch
- Nozzle
- Alat ukur (Meteran)
- Sandblasting gun
- Pasir Kulonprogo

18
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H. Dan Daryanto, 2006. Ilmu Bahan. Jakarta: Bumi Aksara
Bangun, W. P., Widiyarta, I. M., Parwata, I. M., Teknik, J., Universitas, M.,
Bukit, K., & Bali, J. (2017). Pengaruh Waktu Dan Ukuran Partikel Dry Sand
blasting Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Baja Karbon Sedang, 6(1),
138–141.

Ii, B. A. B., Pustaka, T., & Dasar, D. A. N. (2015). No Title, 5–21.

Karbon, B., & Swadaya, P. T. (2016). Studi Eksperimen Pengaruh Tekanan dan,
5(2), 2–6.

Pendidikan, S., Mesin, T., Teknik, F., Surabaya, U. N., Mesin, J. T., Teknik, F., &
Surabaya, U. N. (2015). ASTM G31-72 PADA MEDIA AIR NIRA AREN,
1, 112–117.

Putra, H., Satyarno, I., Wijatna, A. B., & Fisika, J. T. (2008). Penggunaan Pasir
Besi Dari Kulon Progo Dengan Berat Jenis 4 , 311 Untuk Mortar Perisai.
Forum Teknik Sipil, (XVIII), 909–920.

Setyarini, P. H., & Sulistyo, E. (2011). Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap
Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430, 2(2), 106–109.

Sulistyo, E., & Setyarini, P. H. (2011). Pengaruh Waktu Dan Sudut Penyemprotan
Pada Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja
AISI 430, 2(3), 205–208.

Widiyarta, I. M., Parwata, I. M., & Putu, I. (n.d.). Kekasaran Permukaan Baja
Karbon Sedang Akibat Proses Sand- Blasting dengan Variasi Jarak Nosel,
179–182.

19

Anda mungkin juga menyukai