BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kegunaan
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya.
Hal itu karena beberapa hal, diantaranya :
1. Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
2. Pengolahannya relatif lebih mudah dan murah
3. Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah
dimodifikasi.(Zamrodah, 2016)
manusia seperti kegiatan industri, limbah rumah tangga dan kegiatan lainnya
memalui limbah yang masuk ke dalam perairan.(Nuraini et al., 2017).
Kromium masuk ke perairan melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non
alamiah. Masuknya krom secara alamiah dapat terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor fisika, seperti erosi atau pengikisan yang terjadi pada batuan mineral.
Disamping itu debu-debu dan partikel-partikel krom yang di udara akan dibawa turun
oleh air hujan. Masuknya krom yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan
dampak atau aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber krom yang berkaitan
dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan
rumah tangga (Pratiwi, 2013). Industri penyamakan kulit termasuk salah satu industri
yang mengeluarkan limbah cair kromium dalam volume cukup besar. (Cookson &
Stirk, 2019).
oksidator kuat dan dalam tambak perikanan sebagai potas, sedangkan MnO2
digunakan sebagai katalis, depolarisator dalam baterai dan penyerap warna hijau pada
gelas dengan adanya Fe.
Mangan cukup berlimpah sekitar 0,1 % di kulit bumi. Meskipun bentuk unsur
murni dari mangan tidak dapat ditemukan di alam, namun mangan ditemukan lebih
dari 100 bentuk mineral, hidroksida, serta oksidanya. Bentuk mineral Mn yang paling
umum adalah mangan dioksida, mangan karbonat dan mangan silikat. Jumlah logam
Mn sangat besar di dalam tanah, dalam bentuk oksida maupun hidroksida. Senyawa
Mn secara alami berbentuk padat di lingkungan dan hanya sebagian kecil yang berada
dalam air dan di udara sebagai debu.
Senyawa mangan diperoleh melalui reaksi dari berbagai unsur dan senyawa
dengan bijih mangan atau besi(II) mangan. Beberapa senyawa mangan yang 16
umumnya ditemukan adalah mangan klorida, mangan sulfat, mangan(II) oksida dan
mangan(III) oksida, mangan dioksida dan kalium permanganat. Senyawa Mn ini
bervariasi dan dilepaskan di lingkungan secara meluas. Sekitar 80 % kalium
permanganat digunakan di Amerika Serikat dikeluarkan secara signifikan dalam
pengolahan air limbah dan air minum. Mangan dioksida digunakan dalam produksi
korek api, baterai sel kering, kembang api dan sebagai prekursor senyawa mangan
lainnya. Mangan klorida juga digunakan sebagai prekursor senyawa mangan.
Sebagian besar (60 %) mangan sulfat di Amerika Serikat digunakan sebagai pupuk,
sedangkan sisanya digunakan dalam pernis, fungisida dan sebagai suplemen pakan
ternak. Senyawa mangan organik, seperti trikarbonil mangan metilsiklopentadienil
(TMM) digunakan sebagai aditif antiknock pada bensin tanpa timbal yang akhirnya
dilarang.
1. Pembuatan Serbuk
Umumnya semua logam secara teoritis dapat dibuat menjadi serbuk. Beberapa
jenis serbuk logam mempunyai sifat fisis dan kimia tertentu sehingga memerlukan
cara pembuatan yang berbeda-beda. Begitu pula ukuran dan struktur partikel.
Salah satu di antara metode untuk pembuatan bahan paduan logam dengan
ukuran butiran yang sangat halus, nanokristalin adalah high energymilling
(HEM).Mekanikal sintesis dapat dilakukan secara langsungmenggunakan serbuk
elemen dasar sesuai komposisi nominal material, baik dalammedia udara biasa, inert
10
gas,maupun cairan tertentu sesuai kebutuhan. Proses milling terhadap bahan serbuk
Fe ukuran.(Tj Sulungbudi dan Mujamilah, 2005).
Ada beberapa cara dalam pembuatan serbuk antara lain:
2. Milling (Percampuran)
Pencampuran serbuk dapat dilakukan dengan mencampurkan logam yang
berbeda dan material-material lain untuk memberikan sifat fisik dan mekanik yang
lebih baik.
Ada 2 macam pencampuran, yaitu:
1. Pencampuran basah (wet mixing) yaitu proses pencampuaran dimana serbuk
matrik dan filler dicampur terlebih dahulu dengan pelarut polar. Metode ini
11
dipakai apabila material (matrik dan filler) yang digunakan mudah mengalami
oksidasi. Tujuan pemberian pelarut polar adalah untuk mempermudah proses
pencampuaran material yang digunakan dan untuk melapisi permukaan material
supaya tidak berhubungan dengan udara luar sehingga mencegah terjadinya
oksidasi pada material yang digunakan.
2. Pencampuran kering (dry mixing) yaitu proses pencampuran yang dilakukan tanpa
menggunakan pelarut untuk membantu melarutkan. Metode ini dipakai apabila
material yang digunakan tidak mudah mengalami oksidasi.
3. Penekanan (Kompaksi)
Proses kompaksi adalah salah satu tahapan didalam proses metalurgi serbuk yang
dilakukan guna memadatkan serbuk dan membuat ikatan secara mekanik antar serbuk
dengan memberikan tekanan dari luar terhadap serbuk yang telah dimasukkan ke
dalam suatu cetakan yang memiliki bentuk sesuai dengan yang diinginkan, serbuk
yang telah dikompaksi akan membentuk suatu komponen sesuai dengan bentuk dari
cetakan itu sendiri. Proses kompaksi ini digunakan untuk mendapatkan densitas yang
tinggi.(Safrudin & Widyastuti, 2018).
12
4. Sintering
Sintering atau frittae adalah proses pemadatan dan pembentukan bahan padat oleh
panas atau tekanan tanpa melelelahkannya ke titik leburnya. Kata sinter berasal dari
sinter jerman menengah tinggi, yang serumpun dari bahasa inggris cinder. Kata
"sinter" berasal dari sinter Jerman menengah tinggi yang serumpun dari bahasa
Inggris " cinder ". Sintering merupakan pemanasan material / bahan dengan cara
memanaskannya tidak sampai melampaui titik lelehnya.
Grenn compact yang dihasilkan dari sebuah proses pemadatan pada
17 temperature ruangan yang belum mmemiliki sebuah ikatan atom yang memadai.
Green Compact perlu dipanaskan dahulu hingga mencapai temperature 70% - 90%
dari titik lebur bahan paduan unsur yang diinginkan. Dalam proses pemanasan disebut
proses sintering , bahan aluminium titik lebur berada pada suhu 660°C dan untuk
temperature sinternyaberkisar antara 460° - 590°C. Solid State Sintering merupakan
sintering yang dilakukan pada material padat yang bertujuan untuk memperbaiki
struktur / kualitas material tersebut. (Rachman, 2018).
Selama proses sintering, gaya penggerak makroskopik menurunkan kelebihan
energi di permukaan. Ini dapat terjadi dengan :
a. Penyusutan luas permukaan total karena peningkatan ukuran rata-rata partikel,
yang memicu pada pengasaran “coarsening”.
b. Penghapusan antarmuka padatan / gas dan pembentukan batas area butir, diikuti
dengan pertumbuhan butir, yang memicu pada pemadatan “densification”.
5. Polishing
Proses polishing dikerjakan dengan menggunakan mesin centerless grinding,
yang terdiri dari grinding wheel,regulating wheel,dan support rack. Ketiganya
merupakan komponen utama yaitu grinding wheel untuk menghaluskan permukaan
benda kerja,regulating wheel untuk menjaga permukaan benda kerja dan support rack
untuk menopang benda kerja yang akan diproses.
Bahwa benda kerja berada diatas support rack dan benda kerja berada ditengah-
tengah antara grinding wheel dan regulating wheel. Ketika benda kerja berputar dan
bersinggungan dengan grinding dan regulating wheel maka akan terbentuk diameter
yang diinginkan
yang berbentuk khusus dan memerlukan ukuran yang beraneka ragam dapat
menggunakan metode penggerindaan ini. Proses berlangsung secara sebentar-
sebentar sehingga produktifitas lebih rendah dibanding metode pass through.
c. Metode end feed Benda kerja berprofil conus/tirus dapat menggunakan metode ini
untuk proses penggerindaan. Grinding wheel,regulating wheel ,dan support rack
diinstall dengan posisi mengikuti kontur conus.
Dalam pengujian struktur mikro, kualitas dan mutu bahan ditentukan dengan
mengamati struktur di bawah mikroskop, di samping itu pula dapat mengamati cacat
dan bagian yang tidak teratur. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop cahaya,
tetapi apabila perlu dipergunakan mikroskop elektron untuk mendapatkan
pembesaran yang tinggi. Dalam hal tertentu dipakai alat khusus yaitu mikroskop
pirometri untuk bisa mengamati perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
perubahan temperatur atau juga dapat dipakai penganalisa mikro untuk menganalisa
kotoran kecil dalam struktur.
Mikroskop dapat meneliti permukaan logam yang telah dipolis, selain deformasi
permukaan dapat diperiksa juga susunan dari logam tersebut. Bila cahaya-cahaya
yang dipantulkan masuk kedalam lensa mikroskop,permukaan tampak dengan jelas
(terang).
Batas butir tampak seperti alur yang mengelilingi setiap butir dan cahaya tidak
dipantulkan dalam lensa, jadi batas butir tampak seperti garis-garis hitam.
Mikroskop cahaya yang sederhana terdiri dari tiga bagian pokok yaitu:
a. Lensa pemantul (illuminator), yaitu untuk memantulkan pada bagian permukaan
logam.
b. Lensa obyektif, yaitu lensa yang mempunyai daya pisah.
c. Lensa mata (eyepiece), untuk memperbesar bayangan yang terbentuk oleh lensa
obyektif. Pengujian.
Pengujian mikroskopik dari suatu benda uji adalah dengan melakukan proses
poles dan kemudian dietsa dengan bantuan larutan kimia, hal tersebut dapat
memberikan banyak gambaran seperti keteraturan dan ukuran butir, distribusi fase,
hasil deformasi plastis dan eksistensi dari pengotor dan cacat- cacat. Proses kimia
atau etsa pada permukaan ini mula-mula memperlihatkan batas butir, tetapi dengan
proses etsa akan memperlihatkan bayangan yang berbeda antara satu butir dengan
butir yang lain, menunjukkan bahwa larutan etsa tidak mengikis permukaan logam
seluruhnya melainkan sepanjang bidang kristalografi tertentu. Bagian yang memiliki
orientasi yang sama kemudian terdapat dalam satu butir, setiap butir memiliki
orientasi yang berbeda dari butir sekitar. Setiap butir akan memantulkan sinar ke
17
lensa obyektif pada mikroskop dan hasilnya akan timbul sinar. (Rachman, 2018)
memberikan perbedaan berat molekul dari atom – atom yang menyusun permukaan,
atom dengan berat molekul tinggi akan berwarna lebih cerah daripada atom dengan
berat molekul rendah.
Untuk mengetahui komposisi kimia pada permukaan sampel, sebagian besar
alat SEM dilengkapi dengan kemampuan energy dispersive x-ray (EDX). EDX
dihasilkan dari sinar-X, yaitu dengan menembakkan sinar-X pada posisi yang ingin
diketahui komposisinya. Setelah ditembakkan pada posisi yang diinginkan maka akan
muncul puncak – puncak tertentu yang mewakili suatu unsur yang terkandung.
Dengan EDX juga bisa membuat elemental mapping (pemetaan elemen) dengan
memberikan warna berbeda – beda dari masing – masing elemen di permukaan
sampel. EDX bisa digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif dari persentase
masing – masing elemen.
SEM-EDX SEM-EDX dapat memberikan informasi tentang topografi,
morfologi, komposisi dari sampel yang dianalisis (Girao, 2017). Topografi adalah
kemampuan untuk menganalisa permukaan dan teksture. Morfologi adalah
kemampuan untuk menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel. Komposisi
adalah kemampuan menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif
dan kualitatif.
1. HRA digunakan untuk material yang sangat keras beban uji 60 kgf.
2. HRB digunakan untuk material yang sangat lunak dan indentor berupa bola baja
dengan diameter 1/16 inchi dan beban uji 100 kgf.
3. HRC digunakan untuk material dengan kekerasan sedang dan indentor berupa
intan kerucut dengan sudut 120 dan beban uji sebesar 150 kgf.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Studi Leteratur
Kompaksi
Pengujian
Pengumpulan Data
Analisis Dan
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
3. Timbangan
Timbangan yang di pakai untuk mengukur masa dari besi, cromium dan mangan
ialah timbangan digital.
4. Hidrolik press
Alat pres ini menggunakan sistem dongkrak hidrolik berkekuatan maksimal 20
ton digunakan untuk mengepres campuran besi, alumunium dan silika, setelah mixing
menggunakan mesin HEM.
5. Cetakan Kompaksi
Cetakan coran yang dipakai berupa jenis permanent mold yang terbuat dari baja
perkakas yang merupakan salah satu jenis baja karbon medium. Permanent mold
dibuat berdasarkan jenis pola cetakan logam yang berbentuk bentuk bundar.
)
Gambar 3. 5 Cetakan Kompaksi
(Dokumen Pribadi)
25
6. Muffle Furnace
Sintering dilakukan di dalam tungku pembakaran Muffle Furnace. Pemanasan
dilakukan pada temperatur 600°C.
7. Pinset
Tang penjepit dipakai untuk mengangkat bahan uji dari dalam furnacechamber
setelah proses perlakuan panas selesai dilakukan.
Gambar 3. 7 Pinset
(Dokumen Pribadi)
26
8. Sendok Serbuk
Sendok serbuk digunakan untuk mengambil serbuk yang akan di timbang dan
yang sudah selesai dimilling dari dalam tabung.
.
Gambar 3. 8 Sendok Serbuk
(Dokumen Pribadi)
10. Equatip
Pengujian kekerasan di lakukan menggunaan alat hardnse leeb tester dimana
pengujian ini menggunakan pantulan pada pengukuran tegangan yang menunjukan
hilangnya energy impact body setelah menumbuk sempel bahan uji . identor alat ini
terbuat dari tungsten carbide dan diamond ball yang terletak pada ujung impact
body.
Gambar 3. 10 Equetip
(Dokumen Pribadi)
Gambar 3. 11 SEM
(Dokumen Pribadi)
2. Serbuk Mangan
3. Serbuk Chromium
1. Studi literatul
Hari/ Tanggal : Kamis ,08 September 2022 Sampai 20 September 2022
Tempat :Perpustakaan Unpam Viktor , Pamulang – Tanggerang Selatan
2. Penimbangan Material
Hari / Tanggal : Senin, 26 september 2022 Sampai 03 Oktober 2022
Tempat : Laboratorium Prodi Teknik Mesin Unpam, Witanaharja
Pamulang – Tangerang Selatan.
3. Pencampuran serbuk material paduan (Milling)
Hari/Tanggal :Senin, 10 Oktober 2022 sampai 31 Oktober 2022
Tempat : Laboratorium Prodi Teknik Mesin Unpam, Witanaharja
Pamulang – Tangerang Selatan.
4. Pencetakan Material (Compaction)
Hari / Tanggal : Senin, Oktober 2022 Sampai 07 November 2022
Tempat : Laboratorium Fisika Pusat Penelitian Fisika LIPI
Komplek Puspitek Serpong – Tangerang Selatan
31
2. Proses Kompaksi
Proses kompaksi yang dilakukan menggunakan metode dye pressing yaitu
penekanan pada cetakan yang berisi serbuk. Sekali pengepresan berat serbuk yaitu
4 g. Campuran serbuk dimasukkan kedalam Permanent Mold / Cetakan cor lalu
tempatkan ke mesin hidrolik, kemudian dipres menggunakan mesin shidraulik
dengan tekanan 20 ton dalam waktu 30 detik.
33
dari yang kasar sampai yang paling halus memakai ampelas dengan nomor kekasaran:
220, 500, 1000, 1500, dan 2000. Dalam proses pemolesan harus selalu dialiri air
bersih secara terus menerus dengan maksud untuk menghindari timbulnya panas di
permukaan benda uji yang kontak langsung dengan kertas ampelas dan juga untuk
menghilangkan partikel – partikel bahan abrasive yang menempel pada permukaan
benda uji.
2. Pemolesan (polishing)
Setelah diampelas sampai halus sampel harus dilakukan pemolesan. Pemolesan
bertujuan untuk memperoleh permukaan sampel yang halus bebas goresan dan
mengkilap seperti cermin. Permukaan sampel yang akan diamati di bawah mikroskop
harus benar – benar rata.. Dalam memoles digunakan kain poles beludru dan mesin
poles. Kain beludru ditempelkan pada piringan yang berputar pada mesin poles,
kemudian kain diberi pasta alumunium berupa partikel abrasive yang sangat halus.
Benda uji yang sudah dipoles kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk dilihat
apakah masih ada goresan – goresan atau retakan maka benda uji harus dipoles
kembali. Polishing selesai apabila sudah diperoleh permukaan benda uji yang bebas
dari goresan/halus, retak, dan permukaan cermin.
3. Pengetsaan
Etsa merupakan proses pengikisan batas butir secara terkendali dengan
pencelupan kedalam larutan pengetsaan, struktur yang akan diamati akan terlihat
dengan jelas dan tajam. Untuk beberapa material, mikroskop baru muncul jika
diberikan zat etsa. Dalam pengujian ini menggunakan etsa kimia yaitu permukaan
benda uji dicelup menggunakan larutan Nital 2% (alkohol 97% 100 ml) dan Kallin
reagent dalam waktu ± 10 detik untuk mendapatkan hasil uji yang maksimal dan
setelah itu dibersihkan dengan air dan alkohol lalu dikeringkan di udara dengan
tujuan agar terhindar dari oksidasi udara sekitar.
Setelah bahan uji melalui beberapa tahapan, maka benda uji dapat langsung di
etsa, caranya tempatkan cairan etsa yang akan digunakan pada sebuah cawan,
35
kemudian celupkan permukaan benda uji pada cairan tersebut dengan waktu yang
telah ditetapkan, lalu cuci dengan air hangat atau alkohol untuk menghentikan reaksi,
lalu keringkan dengan udara atau kompresor.
Etsa larutan kimia sangat mempengaruhi bentuk permukaan benda uji. Dengan
kata lain, baik tidaknya hasil pengetsaan sedikit banyak dipengaruhi oleh larutan
kimia untuk pengetsaan. Dalam satu proses pengetsaan terkadang kita tidak berhasil
mengetsa benda uji.
4. Pengamatan
Setelah melalui proses pengetsaan maka tahap selanjutnya adalah pemotretan
spesimen benda uji. Karena yang dilihat adalah struktur mikronya, maka pengamatan
dan pemotretan dilakukan dengan menggunakan bantuan mikroskop dan kamera. Kita
cari gambar terbaik dari masing-masing dengan menggeser spesimen pelan-pelan
ataupun dengan penyetelan pada mikroskopnya hingga mendapatkan gambar yang
terbaik.