Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Baja AISI 1045 adalah baja karbon yang memiliki komposisi kandungan
0,42-0,50% C, 0,50-0,80% Mn, 0,035% S, 0,17-0,37% Si, 0,25% Ni, 0,25% Cr,
0,035% P dan termasuk golongan baja karbon menengah (medium carbon steel) Baja
karbon menengah jenis ini banyak digunakan sebagai komponen automotif misalnya
untuk pembuatan roda gigi, poros, dan bantalan pada kendaraan bermotor. Baja AISI
1045 sering disebut sebagai baja karbon dikarenakan sesuai dengan pengkodean
internasional, yaitu seri 10xx berdasarkan nomenklatur yang dikeluarkan oleh AISI
dan SAE (Society of Automotive Engineers) pada angka 10 pertama merupakan kode
yang menunjukan plain carbon, selanjutnya pada kode xx setelah angka 10
menunjukan komposisi kadar karbon pada baja AISI 1045.
Pada penerapannya, baja tersebut harus memiliki sifat ketahanan aus yang baik
dikarenakan sesuai dengan fungsinya harus mampu menahan keausan akibat dari
gesekan dan beban tekanan. Ketahanan aus dapat didefinisikan sebagai ketahanan
suatu material terhadap pengurangan dimensi akibat dari suatu gesekan antara
permukaan tertentu. Salah satu usaha agar umur baja lebih tahan lama terhadap
gesekan atau tekanan adalah melalui proses perlakuan panas (heat treatment).
Quenching adalah salah satu proses perlakukan panas melalui proses pendinginan
cepat. Pada baja, proses quenching mengakibatnya adanya percepatan pendinginan
dari temperatur austenisasi menjadi fase bainite dan/atau martensite untuk mencapai
tingkat kekuatan dan kekerasan tertentu. Proses quenching dapat menyebabkan nilai
kekerasan menjadi meningkat seiring bertambahnya jumlah martensite. Pada
komponen sepeda motor yang menggunakan baja AISI 1045 proses perlakuan
quenching menjadi salah satu cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
ketahanan aus dan kekerasan secara sederhana. Namun, nilai yang optimum perlu
dilakukan berdasarkan parameter proses perlakuan panas yang tepat.[1]
2

Struktur mikro merupakan gambaran dari kumpulan fasa yang dapat diamati melalui
teknik metalografi.Struktur mikro suatu logam dapat dilihat melalui pemeriksaan fisis
dengan menggunakan mikroskop.pemeriksaan fisis terhadap logam dilakukan untuk
mendukung analisis sifat sifat yang dimiliki oleh logam. Logam yang telah
mengalami perlakuan tertentu baik perlakuan fisik, thermal atau kombinasi antara
fisik dan thermal akan mempunyai sifat sifat yang berlainan satu dengan lainnya.
Pada topik ini pemerisaan fisis menggunakan skala mikro, dimana kalau ingin
melihat struktur bahan harus memperhatikan terdahulu lapisan bahannya, suatu bahan
memiliki lapisan yang harus dihilangkan dengan cara mengikiskan permukaan agar
gambar terlihat jelas pada mikroskop, untuk memperoleh gambar struktur mikro yang
jelas dan baik sangat bergantung pada persiapan benda kerja dan proses
pengetsaannya. [2]

Etsa merupakan suatu proses dengan menggunakan asam kuat untuk mengikis bagian
permukaan logam yang tak dilindungi untuk menciptakan desain pada logam. Pada
penelitian kali ini etsa yang digunakan adalah HNO3 dengan kandungan 5%.
Spesimen yang digunakan merupakan besi tuang/cast iron, Besi tuang merupakan
logam paduan dari besi dengan kandungan zat karbon diatas 2% Waktu pengetsaan
tiap logam berbeda-beda tergantung jenis logam yang diuji, waktu pengetsaan yang
tepat sangat penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan hasil uji struktur mikro
yang akan ditampilkan alat uji. Oleh karena itu peneliti bermaksud mengambil
bagian dari penelitian yang akan dilakukan terhadap Baja AISI 1045 ini yaitu
“Pengaruh Variasi Cairan Etsa Nital Terhadap Kekerasan dan struktur Mikro
Baja AISI 1045”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dituliskan perumusan masalah


yaitu Bagaimana pengaruh variasi cairan Etsa Nital terhadap kekerasan dan struktur
mikro baja AISI 1045.

1.3 Batasan Masalah


3

Supaya tidak meluas perlu adanya batasan, penelitian ini dibatasi dengan hal-
hal sebagai berikut:

1. Spesimen yang digunakan yaitu Baja AISI 1045.


2. Metode Heat Treatment yang digunakan adalah dengan menggunakan
temperatur 950℃ dan waktu penahana selama 30 menit dengan menggunakan
media quenching air.
3. Metode pengujian yang digunakan adalah Variasi Etsa Nital dengan variasi
cairan sebesar 2%, 3% dan 4%.
4. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kekerasan dengan metode
Rockwell dan pengamatan Struktur Mikro dengan menggunakan Mikroskop
Optik untuk melihat serta mengetahui struktur yang terbentuk.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi cairan Etsa Nital pada Baja AISI 1045.
2. Untuk mengetahui nilai kekerasan material Baja AISI 1045
3. Dapat ditemukan terbentuknya struktruk mikro yang baik dari pengujian
variasi cairan etsa nital 2% 3% dan 4% pada Baja AISI 1045.

1.5 Manfaat

1. Untuk mengetahui hasil uji nilai kekerasan setelah diberi perlakuan Heat
Treatment dengan menggunakan temperatur 950℃ dan waktu penahana
selama 30 menit dengan menggunakan media quenching air dan pengamatan
struktur mikro baja AISI 1045 yang telah diberi perlakuan cairan etsa nital .
2. Diharapkan penelitian ini boleh bermanfaat sebagai literatur atau bahan
penelitian selanjutnya.
Diharapkan penelitian ini juga boleh menjadi tambahan untuk dunia industri

Anda mungkin juga menyukai