Oleh:
Vitri Sheila Natalya Naibaho
(122310048)
Asisten Praktikum
Kevin Saputra (120170068)
Struktur mikro merupakan gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang diamati melalui
teknik metalografi. Berbagai macam unsur yang di temukan dalam baja karbon dan
paduan, seperti fasa ferit, Fasa semeritit, fasa perlit dan fasa beril. Unsur pada paduan
baja berpengaruh pada pasa pembentuk mikro, untuk menggambar kan mikro perlu
untuk mengindentifikasi konstitute yang ada, penilaian struktur mikro yang besar
bergantung pada spesmen metalografi yang tepat dimulai dari sectioning, mounting,
grinding polishing metreching
Baja memainkan peran yang sangat penting dalam industri dan bahan ini digunakan
dalam desain banyak komponen mesin pabrik (wijaya, 2018). Sifat mekanik material
ini cukup untuk berbagai aplikasi di berbagai bidang. efisiensi dan efektivitas baja
itu sendiri selalu dipertimbangkan ketika memilih material untuk aplikasi. Dalam
merancang dan membangun struktur mekanis, sifat material selalu diperlukan untuk
memastikan komponen yang dibangun berfungsi secara optimal dan memenuhi
persyaratan fungsional struktur serta kekuatannya dalam menahan beban. Karena
sangat penting untuk menentukan umur suatu struktur berdasarkan kelelahan, maka
sifat yang disebut kelelahan material harus dipelajari. Fungsi poros adalah
menyalurkan gaya berupa putaran, torsi, atau tekukan dari suatu bagian ke bagian
lainnya. Tegangan ini menyebabkan poros mengalami tegangan berulang, sering kali
mengakibatkan kerusakan poros. Kegagalan akibat stres yang berulang sangat tidak
diinginkan, karena tanda-tanda kegagalan yang akan datang tidak dapat dideteksi
secara langsung (Pujono, 2020). Kegagalan tersebut dapat berupa retakan yang terus
membesar hingga melebar dan pecah. Untuk logam yang terkena beban dinamis dan
siklik dalam jangka waktu lama, pengujian harus dilakukan untuk memprediksi
kegagalan material. Salah satu pengujian yang digunakan untuk memprediksi
kegagalan material (fatik) akibat pembebanan berulang adalah dengan
menggunakan alat uji kelelahan lentur berputar. Ekstraksi topik penelitian
“Karakteristik peningkatan ketahanan lelah pada proses perlakuan panas AISI 1045”
(Rusdi, 2017).
b. Baja karbon sedang. Baja ini lebih kuat dibandingkan jenis ringan dan bentuknya
tidak mudah berubah. Kandungan karbon baja ini antara 0,31% dan 0,60%. Baja
karbon sedang memiliki sifat mekanik yang lebih kuat dan kekerasan yang lebih
tinggi dibandingkan baja karbon rendah. Tingginya jumlah karbon pada besi
membuat baja menjadi lebih keras dengan memberikan perlakuan panas yang
sesuai. Penggunaanya bisa ditemukan pada poros, rel kereta, dan rangka
kendaraan.
c. Baja karbon tinggi. Baja dengan modifikasi yang sangat sulit. Kandungan karbon
baja ini antara 0,61% dan 1,5%. Baja karbon tinggi mempunyai ketahanan panas,
kekerasan dan kekuatan tarik yang sangat tinggi. Namun baja ini memiliki keuletan
yang lebih rendah sehingga membuat baja karbon lebih rapuh. Baja karbon tinggi ini
sulit untuk diberi perlakuan panas untuk meningkatkan kekerasannya. Hal ini
dikarenakan baja karbon tinggi memiliki proporsi martensit yang relatif tinggi
sehingga melakukan proses case hardening pada benda logam seperti yang digunakan
oleh pandai besi tidak akan memberikan hasil yang optimal pada palu.
Proses ini berguna untuk memperbaiki kekerasan dari baja tanpa mengubah
komposisi kimia secara keseluruhan. Proses ini mencakup proses pemanasan sampai
pada austensi dan diikuti oleh pendinginan dengan kecepatan tertentu untuk
mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Sedangkan proses pendinginan bermacam-
macam tergantung pada kecepatan pendinginan dan media quenching yang
diklehendaki. Untuk pendinginan yang cepat akan didapatkan pendinginan sifat
logam yang keras dan getas sandangkan untuk pendnginan lambat akan
menghasilkan sifat logam yang lunak dan ulek. Holding time dilakukan untuk
mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan
menahan pada temperatur pergeseren untuk memperoleh pemanasan yang hamogen
sehingga struktur austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam
austenit dan difusi karbon dan unsur paduannya waku penahanan sangat berpengaruh
pada saat transformasi karena apabila waktu penahanan waktunya yang kurang tepat
atau terlalu cepat maka transformasi yang terjadi tidak sempurna dan tidak homogen
selain itu waktu tahan terlalu pendek akan menghasil kan kekerasan yang rendah hal
ini dikarenakan tidak cukupnya jumlah karbida yang larut dalam larutan. Sedangkan
apabila waktu penahanan lama pertumbuhan butir yang dapat menurunkan
ketangguhan (thelning, 1984). Pedoman untuk menentukan waktu penahanan dari
berbaga jenis baja pada logam.
komposisi autektid terdapat pada 4,3% (berat) karbon (17% atom) dan suhu eutektid
adalah 1148°C. Besi cor adalah besi yang berada pada daerah eutektid ini karena rata-
rata mengandung 2,5% -4% pada bagian dragram antara 700-900 °C dan daerah
karbon antara 0% -1% ini mikrostruktur baja dapat diatur dan disesuaikan dengan
keingaman struktur struktur yang terdapat pada dragram pasien Fe-Fe3C
a. Ferrit (besi α) adalah suatu besi karbon yang mempunyai batas maksimum
kelarutan, sifat-sifat nya adalah ketanguhan rendah, ke Uletan tinggi, kekerasan
<99 HRB struktur paling lunak pada dragram Fe-Fe3C ketahanan korosi medium.
Pada suhu ruang, kelarutan karbon dalam alpha-ferit hanya sekitar 0,05%
digunakan untuk memproduksi berbagai baja dan besi tuang yang memanfaatkan
sifat ferit. Misalnya, proses pembentukan lembaran logam sering kali
menghasilkan lembaran baja karbon rendah dengan fase ferit tunggal. Saat ini,
bahkan baja karbon ultra rendah sedang dikembangkan untuk meningkatkan sifat
mampu bentuk. Seperti disebutkan sebelumnya, peningkatan kandungan karbon
umumnya meningkatkan sifat mekanik ferit. Untuk paduan baja dengan fase ferit
tunggal, ukuran butir merupakan faktor lain yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap sifat mekanik.
Gambar 2.2 ferrit
Sumber: https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com
Kelarutan atom karbon dalam larutan padat austenitik lebih besar dibandingkan
kelarutan atom karbon dalam fasa ferit. Secara geometris, kita dapat menghitung
perbandingan besarnya celah antara fasa austenit (atau kristal FCC) dan fasa ferit
(atau kristal BCC). Perbedaan ini dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena
transformasi fasa selama quenching austenit. Selain pada suhu tinggi, austenit
berbahan dasar besi juga dapat dirancang stabil pada suhu ruangan. Misalnya,
unsur-unsur seperti mangan dan nikel dapat mengurangi laju konversi gamma
austenit menjadi alfa ferit. Penambahan unsur-unsur tersebut dalam jumlah
tertentu membuat austenit stabil pada suhu temperatur ruang.
cemenit berperan sangat penting dalam membentuk sifat mekanik akhir baja.
cemenit dapat terdapat dalam sistem baja dalam berbagai bentuk: bentuk bola
(sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-ferrite), atau partikel-
partikel carbide kecil. Bentuk, ukuran, dan distribusi karbon berubah seiring
dengan siklus pemanasan dan pendinginan. Jarak rata-rata antar karbida disebut
kontinuitas ferit rata-rata (Ferrite Mean Path), merupakan parameter penting yang
dapat menjelaskan perubahan sifat baja. Diketahui bahwa variasi sifat kekuatan
luluh baja berbanding lurus dengan rata-rata logaritmik jalur ferit .
d. Ledeburite ialah campuran eutectic antara beri Gamma dengan cemetid yang
dibentuk pada temperature 1130°C dengan kandungan karbon 4,3% C
Pearlit adalah campuran berlapis ferit dan sementit. Komponen ini dibentuk oleh
dekomposisi austenit melalui reaksi kesetimbangan eutektoid, dimana lapisan ferit
dan sementit bergantian terbentuk untuk mempertahankan keadaan keseimbangan
komposisi eutektoid. Pearlit memiliki struktur yang lebih keras dibandingkan ferit
karena adanya fasa sementit atau karbida terutama yang berbentuk lamela.
f. Martensit adalah larutan padat karbon dalam besi. Larutan ini terbentuk melalui
pendinginan cepat austenit ketika suhu melebihi suhu kritis dan stabil pada suhu
150 °C. Besi ini rapuh dan keras. Kekerasan struktur tergantung pada komposisi
karbon di dalam logam. Struktur ini memiliki kepadatan yang baik.
Teknik metallography dapat digunakan untuk melihat struktur mikro suatu material,
terutama logam. Studi tentang sifat dan struktur logam atau paduan dikenal sebagai
metalografi. Teknik metallography ini terdiri dari beberapa fase, seperti:
Sectioning: Sample dipisahkan menjadi ukuran tertentu.
Grinding, Polishing, dan Etching: Menggunakan grinding dan polishing untuk
menghaluskan permukaan material. Grinding menggunakan amplas, dan polishing
menggunakan kain beludru, pasta gigi yang mengandung alumina atau silica. Etching
adalah proses mencelupkan material pada zat kimia tertentu, biasanya larutan etsa,
yang berfungsi untuk membentuk kontur pada permukaan material.
Observasi: Menggunakan mikroskop optik, Anda dapat melihat struktur mikro pada
spesimen uji.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Trinocular Metalurgical Microscope
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini:
a. Material Carbon Steel Medium (AISI 1045) yang siap di material preparation
Gambar 3.2 Material Carbon Steel Medium (AISI 1045) yang siap di material
preparation
Sumber: Laboratorium Rekayasa Material
3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini:
a. Prosedur kerja Trinocular Metalurgical Microscope
1. Binocular tube
2. Trasmitted light illumination
3. Filter Slider
4. Condensor
5. Specimen Stage
6. Focusing drive – fine focusing (right-hand side)
7. Focusing drive – coarse focusing (right-hand side)
8. Illumination intensity of transmitted light ON/OFF
9. Permanent/ECO (Mode Hemat Daya
10. Permanent/ECO (Mode Hemat Daya)
11. Power indicator (blue)
12. Slot for constrast sliders with analyzer or PlasDIC module (left-
righthand sides)
13. Slot for DIC sliders or PlasDIC sliders in the objective nosepiece
14. Knurled ring of the objective nosepiece
15. Stop for the vertical adjusting range of the focusing drive
16. Focusing drive – coarse focusing (left-hand side)
17. Focusing drive – fine focusing (left-hand side)
18. On / off switch
19. Slot for contrast slidres with analyzer or with PlasDICmodule (left-hand
and right-hand sides)
Diketahui:
I= 7
n= 17
v= 200
Ditanyak:
LK=?
7
𝐿𝑘 =
17(200)
7
=
3.400
= 0,0020 𝑚𝑚
Jadi, jarak potong rata-rata pada metode quenching yang didapat sebesarn
0,0020 𝑚𝑚.
Diketahui:
I= 7
n= 24
v= 200
Ditanyak:
LK=?
7
Lk =
24.(200)
7
=
4.800
= 0,0014 mm
Jadi, jarak potong rata-rata pada metode normalizing di dapat sebesar
0,0010 mm
Diketahui:
I= 7
n= 22
v= 200
Ditanyak:
LK=?
7
Lk =
22.(200)
7
=
4.400
= 0,0015 mm
5.1 Analisis
Unsur paduan yang dapat dipastikan melalui pengamatan fotografis adalah.
Dalam media air, unsur paduan yang terlihat adalah fase sementit. Rephrase
Pada fase sementit, sementit dapat terurai menjadi bentuk yang lebih stabil
yaitu Fe dan C. Pendinginan air atau sementit menyebabkan pembentukan
struktur mikro dari ferrite dan pearlite dengan batas butir yang sangat kecil.
Dilihat dari kecilnya ukuran batas butir ini, kita dapat melihat bahwa proses
pendinginan media air ini menghasilkan kekuatan yang cukup tinggi. Fasa
pearlite adalah komponen paduan yang terlihat pada media udara alat. Di mana
pearlite adalah campuran ferit dan sementit yang memiliki lapisan halus.
Perubahan atau transformasi austenite terjadi selama pendinginan austenite.
Jika pendinginan austenite terjadi dengan cepat, karbon tidak sempat berdifusi,
yang mengakibatkan pembentukan fasa martensit. Butiran pearlite berbentuk
bulat yang merupakan batas butiran austenite tumbuh menjadi fase induk.
Jumlah batas butir yang dihasilkan oleh proses pendinginan media udara ini
cukup besar, yang menunjukkan bahwa kekerasan yang dihasilkan cukup
rendah. Pendinginan dalam tungku dilakukan untuk perlakuan panas yang
membutuhkan pendinginan lambat. Untuk keperluan tersebut dalam tunggku
yang disirkulasikan ke dalam ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang
rendah.
5.2 Pembahasan
b. Ferrit
Pada suhu ruang, kelarutan karbon dalam alpha-ferit hanya sekitar 0,05%
digunakan untuk memproduksi berbagai baja dan besi tuang yang
memanfaatkan sifat ferit. Misalnya, proses pembentukan lembaran logam
sering kali menghasilkan lembaran baja karbon rendah dengan fase ferit
tunggal. Saat ini, bahkan baja karbon ultra rendah sedang dikembangkan
untuk meningkatkan sifat mampu bentuk. Seperti disebutkan sebelumnya,
peningkatan kandungan karbon umumnya meningkatkan sifat mekanik ferit.
Untuk paduan baja dengan fase ferit tunggal, ukuran butir merupakan faktor
lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat mekanik.
f. Martensit
Martensit adalah larutan padat karbon dalam besi. Larutan ini terbentuk
melalui pendinginan cepat austenit ketika suhu melebihi suhu kritis dan
stabil pada suhu 150 °C. Besi ini rapuh dan keras. Kekerasan struktur
tergantung pada komposisi karbon di dalam logam. Struktur ini memiliki
kepadatan yang baik.
Saat material mengalami tekanan atau tegangan yang cukup besar untuk
mengubah bentuknya secara permanen, ini disebut deformasi plastis.
Selama proses ini, kristal mengalami deformasi, dislokasi, dan perubahan
struktur mikro, yang biasanya ditunjukkan dengan penggandaan butir
kristal. Perubahan ini membedakan struktur mikro dari material yang
mengalami deformasi plastis.
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dalam proses praktikum ini:
a. Analisis mikrostruktur atau metalografi adalah ilmu menganalisis struktur
dan komponen fisik proses pembuatan logam dan paduan melalui
pengujian. Struktur yang dapat dibentuk antara lain martensit, austenit,
ledebrit, perlit, ferit, bainit, dan sementit. Dilakukan perlakuan panas
untuk mengetahui struktur-struktur yang terdapat dalam baja. Struktur
tersebut dibuat melalui proses pengerasan ferit dan perlit kemudian
dibentuk melalui proses normalisasi di sisi lain, proses anil menghasilkan
sementit.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan dalam praktikum ini:
a. Sebainya praktikan lebih banyak aktif bertanya agar lebih memahami saat
melakukan praktikum.
b. Praktikan dan asprak sebaiknya menggunakan sarung tangan saat
praktikum/ lebih memerhatikan sop yang sudah di tentukan
c. Praktikan harus memerhatikan asprak saat sedang menjelaskan saat
praktikum
DAFTAR PUSTAKA