Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK

ANALISIS STRUKTUR MIKRO

Oleh:
Vitri Sheila Natalya Naibaho
(122310048)

Asisten Praktikum
Kevin Saputra (120170068)

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metalografi merupakan suatu disiplin ilu yang mempelajari metode doservasi atau
pemeriksaan atau pengamatan atau pengujian dangan hujuan untuk
mengindentifikasi dan mempelajari hubungan antara struktur dan karakteristik yang
dialami oleh logam atau paduan. Sebagian besar sifat mikrokopis suatu material
terkait dengan struktur mikronya. Sifat mekanik material, seperti kekuatan tarik,
perpanjangan dan ketahanan panas serta sıfat listrik, berhubungan langsung dengan
struktur mikro. Tujuan utama mikrografi adalah untuk memahami hubungan antara
struktur mikro dan sifat mikroskopis yang berperan penting dalam pengembangan
material. Dengan menguji dan mengamati struktur mikro suatu material, dapat
dipastikan kinerjanya. Oleh karena itu mikro/metalografi digunakan pada semua
tahap produksi bahan-bahan, mulai dari pengembangan hingga produksi,
Pengendalian proses pembuatan dan analisis cacat logam. Pameriksaan metalograf
biasanya dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya. Saat ini mikroskop
yang digunakan sudah terhubung dengan komputer dengan sistem analisis gambar
yang canggih. Dari pengamatan mikrokofis dapat dihitun 9 ukuran, bentuk dan
distribusi pasa, serta dapat diperoleh struktur mikro matriks. Selain itu, setelah data
mikrostruktur di peroleh data dapat digunakan untuk memprediksi seperti deformasi
plastik, regangan dan kekuatan tarik. Berbagai teknik pengambilan bentuk dari
struktur mikro dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan cara
sederhana menggunakan mikroskop optik, dengan tingkat menengah dengan Scaning
Electro Microscope (SEM), Energy Dispersive spectroscopy (EDS), Auger Elektron
spectroscopy (RES) dan dengan tingkat tinggi Transmision Electron Microscope
(TEM). Diperlukan beberapa cara untuk dapat membuat struktur mikro dapat terlihat
yaitu dengan pemolesan (polishing) dan pengetasan menggunakan lautan esa,
pemilihan teknik dan laru tan etsa diperlukan agar dapat terlihat batas butir dan
ukuran butirnya. Pemilihan teknik etsa terdapat beberapa jenis metode yang dapet
digunakan untuk pembentukan batas butir yaitu metode etsa kimia dengan membasmi
permukaan logam dengan lantan etsa dan metode etsa elektronik dengan
menggunakan reaksi elektronik dengan mereakukan reaksi elektrolisis dengan
mereaksikan logam tersebut.

Struktur mikro merupakan gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang diamati melalui
teknik metalografi. Berbagai macam unsur yang di temukan dalam baja karbon dan
paduan, seperti fasa ferit, Fasa semeritit, fasa perlit dan fasa beril. Unsur pada paduan
baja berpengaruh pada pasa pembentuk mikro, untuk menggambar kan mikro perlu
untuk mengindentifikasi konstitute yang ada, penilaian struktur mikro yang besar
bergantung pada spesmen metalografi yang tepat dimulai dari sectioning, mounting,
grinding polishing metreching

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
a. Mengetahui dan memahami struktur mikro pada specimen uji yang terbentuk
setelah proses persiapan heat treatment.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Mikro Pada Material


Dalam bidang material terdapat dua cara perlakuan panas untuk meningkatkan nilai
kekerasan baja yaitu perlakuan panas (heat treatment) dan deformasi plastik
pemanasan baja hingga suhu austenitik dan kemudian pendinginan cepat membentuk
struktur perlit atau ferittik, proses Ini disebut pendinginan (quenching). Tingkat
percepatan Pendinginan menentukan nilai transformasinya. Accrcular Ferrite
memiliki sifat lebih keras memiliki sifat/fungsi sebagai Inter-locking structure,
merupakan struktur yang diharapkan (azis, 2019). Selama proses quenching
perpindahan panas terjadi dari sampel baja pendinginan terlarut. Hal ini ditandai
dengan terbentuknya gelembung-gelembung udara yang diikuti dengan terbentuknya
selubung udara pada permukaan sampel. Adanya selubung di udara ini dapat
menyebabkan laju pendinginan menjadi lebih lambat dibandingkan laju pendinginan
kritis (Totten, 1993). Pengurangan laju pendinginan ini dapat mencegah tercapainya
pembentukan fase martensit. Oleh karena itu diperlukan media air dalam alat
quenching untuk mempersingkat waktu pembuatan udara sekitar dan meningkatkan
laju pendingman. Setelah diketahui variabel perlakuan panas hardening dapat
diketahui pengaruh waktu penahanan pada proses paerlakuan panas terhadap struktur
mikro (metalography) pada baja Al51 1045 dari pengaruh tebal sampel terhadap
volume air pada alat quenching. Pengaruh konsentrasi air pendinginan mengalami
perubahan pada struktur mikronya maba karakteristik baja juga mengalami
perubahan.

Pemanfaatan logam pada sektor industri salah satunya membutuhkan perakitan.


proses penyambungan yang terjadi, mengakibatkan serangkaian siklus termal pada
logam (weld metal) dan HAZ, dari pemberian termal hingga temperatur maksimum.
sipat -sipat logam, seperti sifat mekanik dan Fisik dipengaruhi deh struktur mikro,
contohnya seperti logam paduan menunjukkan sifat mekanik yang berbeda-beda saat
struktur mikronya berformasi (Djafar Shieddieque, 2021)

2.2 Baja Karbon


Baja karbon merupakan paduan Ferro-karbon dengan kadar karbon tidak lebih dari
2%, apabila kandungan karbonnya adalah lebih dari 2% maka disebut dengan bear
tuang (cost iron) (avner H, 1974). Baja AIST 1095 adalah baja karbon yang
mempunyai kandungan karbon sekitar 0,43-0,50 dan termasuk golongan baja karben
menengah (glyn, 2021). Baja spesifikasi ini banyak digunakan sebagai komposisi
kimia dari baja AISI 1045. Baja AISI 1045 disebut dengan baja karbon karena sesuai
dengan pengkodean Internasional yaitu set 10xx berdasarkan nomenk latur yang
dikeluarkan oleh AISI dan SAE (krauss, 1986). Pada angka 10 pertama merupakan
kode yang menunjukkan plain carbon kemudian kode xxx setelah angka 10
menunjukkan komposisi karbon (glyn, 2021). Jadi baja AISI 1045 berarti baja karbon
untuk/mempunyai kamposi karbon sebesar 0,45 %. Baja spesifikasi ini banyak
digunakan sebagai komponen roda gigi, poros dan bantalan. Pada aplikasi ini baja
tersebut harus mempunyai ketahanan aus yang baik karena sesuai dengan fungsi
harus mampu menahan keausan akibat bergesekan pada rantai. Pada umumnya
ketahanan aus ini berbanding lurus dengan kekerasan.

Baja memainkan peran yang sangat penting dalam industri dan bahan ini digunakan
dalam desain banyak komponen mesin pabrik (wijaya, 2018). Sifat mekanik material
ini cukup untuk berbagai aplikasi di berbagai bidang. efisiensi dan efektivitas baja
itu sendiri selalu dipertimbangkan ketika memilih material untuk aplikasi. Dalam
merancang dan membangun struktur mekanis, sifat material selalu diperlukan untuk
memastikan komponen yang dibangun berfungsi secara optimal dan memenuhi
persyaratan fungsional struktur serta kekuatannya dalam menahan beban. Karena
sangat penting untuk menentukan umur suatu struktur berdasarkan kelelahan, maka
sifat yang disebut kelelahan material harus dipelajari. Fungsi poros adalah
menyalurkan gaya berupa putaran, torsi, atau tekukan dari suatu bagian ke bagian
lainnya. Tegangan ini menyebabkan poros mengalami tegangan berulang, sering kali
mengakibatkan kerusakan poros. Kegagalan akibat stres yang berulang sangat tidak
diinginkan, karena tanda-tanda kegagalan yang akan datang tidak dapat dideteksi
secara langsung (Pujono, 2020). Kegagalan tersebut dapat berupa retakan yang terus
membesar hingga melebar dan pecah. Untuk logam yang terkena beban dinamis dan
siklik dalam jangka waktu lama, pengujian harus dilakukan untuk memprediksi
kegagalan material. Salah satu pengujian yang digunakan untuk memprediksi
kegagalan material (fatik) akibat pembebanan berulang adalah dengan
menggunakan alat uji kelelahan lentur berputar. Ekstraksi topik penelitian
“Karakteristik peningkatan ketahanan lelah pada proses perlakuan panas AISI 1045”
(Rusdi, 2017).

Baja memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia


otomotif, baja merupakan material yang digunakan untuk membuat rangka, suku
cadang mesin, dan pelapis kendaraan. Di rumah, baja digunakan untuk peralatan
memasak dan barang lainnya. Baja memiliki banyak kegunaan lain dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut AISI (American Iron and Steel Institute), ada tiga tingkatan baja
karbon: ringan, sedang, dan tinggi.
a. Baja karbon ringan, mudah dibentuk, dan mudah digunakan. Kandungan karbon
baja ini antara 0,10% dan 0,30%. Baja karbon rendah ini memiliki ketangguhan
dan keuletan yang tinggi, namun kekerasan dan ketahanan ausnya rendah.
Biasanya digunakan pada bangunan dan rantai. Ini juga merupakan bahan yang
jauh lebih baik untuk peralatan mesin dibandingkan baja lainnya.

b. Baja karbon sedang. Baja ini lebih kuat dibandingkan jenis ringan dan bentuknya
tidak mudah berubah. Kandungan karbon baja ini antara 0,31% dan 0,60%. Baja
karbon sedang memiliki sifat mekanik yang lebih kuat dan kekerasan yang lebih
tinggi dibandingkan baja karbon rendah. Tingginya jumlah karbon pada besi
membuat baja menjadi lebih keras dengan memberikan perlakuan panas yang
sesuai. Penggunaanya bisa ditemukan pada poros, rel kereta, dan rangka
kendaraan.

c. Baja karbon tinggi. Baja dengan modifikasi yang sangat sulit. Kandungan karbon
baja ini antara 0,61% dan 1,5%. Baja karbon tinggi mempunyai ketahanan panas,
kekerasan dan kekuatan tarik yang sangat tinggi. Namun baja ini memiliki keuletan
yang lebih rendah sehingga membuat baja karbon lebih rapuh. Baja karbon tinggi ini
sulit untuk diberi perlakuan panas untuk meningkatkan kekerasannya. Hal ini
dikarenakan baja karbon tinggi memiliki proporsi martensit yang relatif tinggi
sehingga melakukan proses case hardening pada benda logam seperti yang digunakan
oleh pandai besi tidak akan memberikan hasil yang optimal pada palu.

2.3 Heat Treatment


Heat treatment merupakan kombinasi operasi pemanasan pada logam dibawah
temperatur lebur logam tersebut dan pendinginan terhadap logam atau paduan dalam
keadaan padat dengan waktu tertentu (avner H, 1974). Hal ini dimaksud untuk
memperoleh sifat yang diinginkan dengan merubah struktur mikronya. Struktur yang
terjadi pada akhir suatu logam dalam perilaku panas ditentukan oleh komposisi kimia
dari material dan proses laku panas yang dialami juga ditentukan oleh struktur awal
material. Paduan dengan komposisi kimia yang sa ma dan mengalami perlaku panas
yang sama, mungkin akan menghasilkan. struktur mikro dan sifat yang berbeda bila
struktur awal material berbeda. Struktur awal ini banyak ditentukan oleh pengerjaan
laku panas yang dialami sebelumnya. Langkah yang pertama laku panas baja adalah
memanaskan material sampai temperatur tertentu atau diatas temperatur panas
melibatkan transformasi untuk membentuk rasa austenit kemudian diberi waktu
penahanan agar autenit dapat lebih homogen lalu setelah itu dibert waktu
pendinginan proses pemanasan dan kecepatan laju pendinginan ini sangat
mempengaruhi hasil akhir dari perlakuan panas.

Proses ini berguna untuk memperbaiki kekerasan dari baja tanpa mengubah
komposisi kimia secara keseluruhan. Proses ini mencakup proses pemanasan sampai
pada austensi dan diikuti oleh pendinginan dengan kecepatan tertentu untuk
mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Sedangkan proses pendinginan bermacam-
macam tergantung pada kecepatan pendinginan dan media quenching yang
diklehendaki. Untuk pendinginan yang cepat akan didapatkan pendinginan sifat
logam yang keras dan getas sandangkan untuk pendnginan lambat akan
menghasilkan sifat logam yang lunak dan ulek. Holding time dilakukan untuk
mendapatkan kekerasan maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan
menahan pada temperatur pergeseren untuk memperoleh pemanasan yang hamogen
sehingga struktur austenitnya homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam
austenit dan difusi karbon dan unsur paduannya waku penahanan sangat berpengaruh
pada saat transformasi karena apabila waktu penahanan waktunya yang kurang tepat
atau terlalu cepat maka transformasi yang terjadi tidak sempurna dan tidak homogen
selain itu waktu tahan terlalu pendek akan menghasil kan kekerasan yang rendah hal
ini dikarenakan tidak cukupnya jumlah karbida yang larut dalam larutan. Sedangkan
apabila waktu penahanan lama pertumbuhan butir yang dapat menurunkan
ketangguhan (thelning, 1984). Pedoman untuk menentukan waktu penahanan dari
berbaga jenis baja pada logam.

2.4 Diagram Fe-Fe3C


Diagram Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur
dimana terjadi perubahan pasa selama proser pendinginan lambat dan pemanasan
lambat dengan kandungan karbon (% C). Diagram fasa pada besi dan karbida besi
Fe-Fe3C ini menjadi landasan untuk laku panas kebanyakan jenis baja yang kita
kenal. Dari diagram Fasa tersebut dapat diperoleh Inf informasi-informasi penting
yakni antara lain:
a. Fara yang terjadi pada komposisi dan temperatur berbeda dengan pendinginan
lambat
b. Temperatur Pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila
dilakukan pendinginan lambat
c. Temperature cair dari masing-masing paduan
d. Batas-batas kelautan atau batas keretimbangan dart unsur kar bon Fase tertentu
e. Reaker-roakes metalurgi yang terjadi

Diagram panah kesetimbangan fe-fe3c merupakan salah satu kesetimbangan yang


terpenting. Diagram kesetimbangan besi karbon adalah diagram yang menampilkan
hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses
pendinginan dan pemanasan yang lambat dengan kadar karbon. Diagram ini
merupakan dasar pemahaman untuk semua operasi-operasi perlakuan panas. Dimana
fungsi diagram fasa adalah untuk memudahkan memilih temperatur pemanasan yang
sesuai untuk setiap proses perlakuan panas.

Gambar 2.1 Diagram Fe-Fe3C


Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Fe-Fe3C-Phase-Diagram

komposisi autektid terdapat pada 4,3% (berat) karbon (17% atom) dan suhu eutektid
adalah 1148°C. Besi cor adalah besi yang berada pada daerah eutektid ini karena rata-
rata mengandung 2,5% -4% pada bagian dragram antara 700-900 °C dan daerah
karbon antara 0% -1% ini mikrostruktur baja dapat diatur dan disesuaikan dengan
keingaman struktur struktur yang terdapat pada dragram pasien Fe-Fe3C
a. Ferrit (besi α) adalah suatu besi karbon yang mempunyai batas maksimum
kelarutan, sifat-sifat nya adalah ketanguhan rendah, ke Uletan tinggi, kekerasan
<99 HRB struktur paling lunak pada dragram Fe-Fe3C ketahanan korosi medium.

Pada suhu ruang, kelarutan karbon dalam alpha-ferit hanya sekitar 0,05%
digunakan untuk memproduksi berbagai baja dan besi tuang yang memanfaatkan
sifat ferit. Misalnya, proses pembentukan lembaran logam sering kali
menghasilkan lembaran baja karbon rendah dengan fase ferit tunggal. Saat ini,
bahkan baja karbon ultra rendah sedang dikembangkan untuk meningkatkan sifat
mampu bentuk. Seperti disebutkan sebelumnya, peningkatan kandungan karbon
umumnya meningkatkan sifat mekanik ferit. Untuk paduan baja dengan fase ferit
tunggal, ukuran butir merupakan faktor lain yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap sifat mekanik.
Gambar 2.2 ferrit
Sumber: https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com

b. Austenit (besi Y) sifat-sifanya adalah ketangguhan baik, ketahanan korosi yang


paling baik dari ss yang lain. non hardened heat treatment, Paling banyak
digunakan di industri.

Kelarutan atom karbon dalam larutan padat austenitik lebih besar dibandingkan
kelarutan atom karbon dalam fasa ferit. Secara geometris, kita dapat menghitung
perbandingan besarnya celah antara fasa austenit (atau kristal FCC) dan fasa ferit
(atau kristal BCC). Perbedaan ini dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena
transformasi fasa selama quenching austenit. Selain pada suhu tinggi, austenit
berbahan dasar besi juga dapat dirancang stabil pada suhu ruangan. Misalnya,
unsur-unsur seperti mangan dan nikel dapat mengurangi laju konversi gamma
austenit menjadi alfa ferit. Penambahan unsur-unsur tersebut dalam jumlah
tertentu membuat austenit stabil pada suhu temperatur ruang.

Gambar 2.3 austenit


Sumber: https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com
c. cemenit (best karbida) adalah suatu larutan yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan
perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris dan dan struktur kristal orbit).

cemenit berperan sangat penting dalam membentuk sifat mekanik akhir baja.
cemenit dapat terdapat dalam sistem baja dalam berbagai bentuk: bentuk bola
(sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-ferrite), atau partikel-
partikel carbide kecil. Bentuk, ukuran, dan distribusi karbon berubah seiring
dengan siklus pemanasan dan pendinginan. Jarak rata-rata antar karbida disebut
kontinuitas ferit rata-rata (Ferrite Mean Path), merupakan parameter penting yang
dapat menjelaskan perubahan sifat baja. Diketahui bahwa variasi sifat kekuatan
luluh baja berbanding lurus dengan rata-rata logaritmik jalur ferit .

Gambar 2.4 cemmit


sumber: https://images.app.goo.gl/GqS3TAqxzCv6ea5P9

d. Ledeburite ialah campuran eutectic antara beri Gamma dengan cemetid yang
dibentuk pada temperature 1130°C dengan kandungan karbon 4,3% C

Gambar 2.5 Ledeburite


Sumber: https://images.app.goo.gl/TE6GyREkn5uvqYpd9
e. Pearlile adalah Eutectoid miyture dari Ferite dan cementite (& +fe3c) terjadi pada
temperature 723% mengandung 0,86 karbon.

Pearlit adalah campuran berlapis ferit dan sementit. Komponen ini dibentuk oleh
dekomposisi austenit melalui reaksi kesetimbangan eutektoid, dimana lapisan ferit
dan sementit bergantian terbentuk untuk mempertahankan keadaan keseimbangan
komposisi eutektoid. Pearlit memiliki struktur yang lebih keras dibandingkan ferit
karena adanya fasa sementit atau karbida terutama yang berbentuk lamela.

Gambar 4.6 Pearlile


Sumber: https://images.app.goo.gl/6gwMuZrT8C1Eiqb17

f. Martensit adalah larutan padat karbon dalam besi. Larutan ini terbentuk melalui
pendinginan cepat austenit ketika suhu melebihi suhu kritis dan stabil pada suhu
150 °C. Besi ini rapuh dan keras. Kekerasan struktur tergantung pada komposisi
karbon di dalam logam. Struktur ini memiliki kepadatan yang baik.

Gambar 2.7 martensit


Sumber: https://images.app.goo.gl/6gwMuZrT8C1Eiqb17
g. Bainite adalah fasa baja karbon yang merupakan campuran ferit, karbida, dan
autensit. Baja karbon ini dibuat pada suhu kritis. Suhu kritisnya sekitar 723 °C.
Kekerasan bainit berada di antara perlit dan martensit mentah untuk kekerasan
baja yang sama. Berbeda dengan baja martensit. Struktur bainite memiliki bentuk
yang sangat tidak beraturan dan banyak bercak hitam. Bainite terbentuk dibawah
kondisi Continous Cooling atau transformasi Isothermal yang kondisi
transformasinya intermediete diantara formasi pearlite dan martensite, sehingga
struktur dan formasinya sama dengan keduanya, pearlite dan martensite. Sama
seperti pearlite, bainite merupakan campuran dari fasa ferrite dan cementite yang
karakteristiknya berdasarkan komposisi paduan dan perubahan temperatur. Sama
seperti martensite, ferrite pada bainite berbentuk bilah ataupun plat yang
mengandung dislokasi struktur.

Gambar 2.8 bainite


sumber: https://ger.animalia-life.club/Bainit-Struktur

Teknik metallography dapat digunakan untuk melihat struktur mikro suatu material,
terutama logam. Studi tentang sifat dan struktur logam atau paduan dikenal sebagai
metalografi. Teknik metallography ini terdiri dari beberapa fase, seperti:
Sectioning: Sample dipisahkan menjadi ukuran tertentu.
Grinding, Polishing, dan Etching: Menggunakan grinding dan polishing untuk
menghaluskan permukaan material. Grinding menggunakan amplas, dan polishing
menggunakan kain beludru, pasta gigi yang mengandung alumina atau silica. Etching
adalah proses mencelupkan material pada zat kimia tertentu, biasanya larutan etsa,
yang berfungsi untuk membentuk kontur pada permukaan material.
Observasi: Menggunakan mikroskop optik, Anda dapat melihat struktur mikro pada
spesimen uji.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Trinocular Metalurgical Microscope

Gambar 3.1 Trinocular Metalurgical Microscope


Sumber: Laboratorium Rekayasa Material

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini:
a. Material Carbon Steel Medium (AISI 1045) yang siap di material preparation

Gambar 3.2 Material Carbon Steel Medium (AISI 1045) yang siap di material
preparation
Sumber: Laboratorium Rekayasa Material
3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini:
a. Prosedur kerja Trinocular Metalurgical Microscope

Gambar 3.3 indeks pada Trinocular Metalurgical Microscope Eyepieces


Sumber: Modul analisis struktur mikro

1. Binocular tube
2. Trasmitted light illumination
3. Filter Slider
4. Condensor
5. Specimen Stage
6. Focusing drive – fine focusing (right-hand side)
7. Focusing drive – coarse focusing (right-hand side)
8. Illumination intensity of transmitted light ON/OFF
9. Permanent/ECO (Mode Hemat Daya
10. Permanent/ECO (Mode Hemat Daya)
11. Power indicator (blue)
12. Slot for constrast sliders with analyzer or PlasDIC module (left-
righthand sides)
13. Slot for DIC sliders or PlasDIC sliders in the objective nosepiece
14. Knurled ring of the objective nosepiece
15. Stop for the vertical adjusting range of the focusing drive
16. Focusing drive – coarse focusing (left-hand side)
17. Focusing drive – fine focusing (left-hand side)
18. On / off switch
19. Slot for contrast slidres with analyzer or with PlasDICmodule (left-hand
and right-hand sides)

b. Prosedur pemakaian Trinocular Metalurgical Microscope:


1. Menghidupkan kabel plug ke listrik dan menekan tombol on

2. Meletakkan spesimen pada stage spesimen


3. Memfokuskan gambar dengan menggunakan lensa objektif dengan
perbesaran terkecil
4. Mengatur posisi lampu kondenser dan mengatur unit lampu iluminasi secara
benar
5. Mengatur intensitas cahaya lampu seperlunya
6. Mengfokuskan posisi spesimen dengan lensa objektif secaratepat dengan
memutar fine adjusting handle.
7. Untuk pengamatan saja menekan kedalam light-path changeover
lever,sedangkan untuk memotret menaarik keluar.
8. Dalam mengambil gambar, memastikan tidak ada getaran yang terjadi pada
saat itu

c. Prosedur pengunaan Power Supply 10V 100W :

Gambar 3.4 Power Supply 10V 100W


Sumber: Modul Analisis Struktur Mikro
1. No. 1 Saklar ON/OFF dan No. 2 Potensiometer

2. No. 3 Lampu Pilot untuk operasi remote control (eksternal)

3. No. 4 Saklar RL (Reflected Lamp) dan Saklar TL (Transmitted


Lamp)

4. Menghidupkan / mematikan Saklar dengan menggunakan Saklar ON/OFF


(Gbr.No 1). Menyalakan mikroskop (Lihat manual operasi terpisah).

5. Menyalakan / mematikan sistem iluminasi yang diinginkan secara alternatif

6. Saklar memilih cahaya yang dipantulkan / ditransmisikan (Gbr.No. 4),


masing-masing posisi RL dan TL.

7. Menyesuaikan intensitas pencahayaan lampu sakelar dengan memutar


Potensiometer (Gbr. No. 2) dari Power Supply.

8. Beralih di antara sistem iluminasi tidak berpengaruh pada kecerahan lampu


yang disesuaikan. Karena itu, kecerahan harus disesuaikan kembali setelah
setiap peralihan, jika perlu.
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Adapun data yang dapat diperoleh dari praktikum analisis struktur mikro kali
ini adalah sebagai berikut:
a. Lembar kerja
Tabel 4. 1 Spesfikasi data quenching
Kelompok 3
Nama Material Baja Karbon AISI 1045
Nama Mikroskop Trinocular Metalurgical Microscope
Heat Treatment Quenching Temperatur 800 ℃
Media Pendinginan Air Holding Time 60 Menit

Tabel 4. 2 Spesifikasi data heat treatment metode quenching


No Pendingina Struktur Mikro Pembesara Analisis
. n / HT n Fasa
Adapun
struktur
mikro
yang
terbentu
k dalam
1 Air 20𝜇𝑚
fasa ini
adalah
fasa
cementit
Tabel 4. 3 Spesfikasi data normalizing
Kelompok 3
Nama Material Baja Karbon AISI 1045
Nama Mikroskop Trinocular Metalurgical Microscope
Heat Treatment Normalizing Temperatur 800 ℃
Media Pendinginan Udara Holding Time 60
Menit

Tabel 4. 4 Spesifikasi data heat treatment metode normalizing


No Pendingina Struktur Mikro Pembesara Analisis
. n / HT n Fasa
Adapun
struktur
mikro
yang
terbentu
k dalam
2 Udara 20𝜇𝑚
fasa ini
adalah
fasa
Austenit
e

Tabel 4. 5 Spesfikasi data annealing


Kelompok 3
Nama Material Baja Karbon AISI 1045
Nama Mikroskop Trinocular Metalurgical Microscope
Heat Treatment Annealing Temperatur 800 ℃
Media Pendinginan Udara pada alat Holding Time 60
Menit
Tabel 4. 6 Spesifikasi data heat treatment metode annealing
No. Pendinginan Struktur Mikro Pembesaran Analisis
/ HT Fasa
Adapun
struktur
mikro
yang
terbentuk
3 Udara pada 20𝜇𝑚
dalam
alat
fasa ini
adalah
fasa
pearlite

4.1 Pengolahan Data


Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui jarak potong rata-rata pada
perhitungan kali ini yaitu:
Rumus:
I
Lk = n.V ........................................................ (1)

a. Jarak potong rata-rata metode quenching

Diketahui:
I= 7
n= 17
v= 200
Ditanyak:
LK=?
7
𝐿𝑘 =
17(200)
7
=
3.400
= 0,0020 𝑚𝑚

Jadi, jarak potong rata-rata pada metode quenching yang didapat sebesarn
0,0020 𝑚𝑚.

b. Jarak potong rata-rata metode normalizing

Diketahui:
I= 7
n= 24
v= 200
Ditanyak:
LK=?
7
Lk =
24.(200)
7
=
4.800
= 0,0014 mm
Jadi, jarak potong rata-rata pada metode normalizing di dapat sebesar
0,0010 mm

c. Jarak potong rata-rata metode annealing

Diketahui:
I= 7
n= 22
v= 200
Ditanyak:
LK=?
7
Lk =
22.(200)
7
=
4.400
= 0,0015 mm

Jadi, jarak potong rata-rata pada metode annealing didapat sebesar


0,0015mm
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis
Unsur paduan yang dapat dipastikan melalui pengamatan fotografis adalah.
Dalam media air, unsur paduan yang terlihat adalah fase sementit. Rephrase
Pada fase sementit, sementit dapat terurai menjadi bentuk yang lebih stabil
yaitu Fe dan C. Pendinginan air atau sementit menyebabkan pembentukan
struktur mikro dari ferrite dan pearlite dengan batas butir yang sangat kecil.
Dilihat dari kecilnya ukuran batas butir ini, kita dapat melihat bahwa proses
pendinginan media air ini menghasilkan kekuatan yang cukup tinggi. Fasa
pearlite adalah komponen paduan yang terlihat pada media udara alat. Di mana
pearlite adalah campuran ferit dan sementit yang memiliki lapisan halus.
Perubahan atau transformasi austenite terjadi selama pendinginan austenite.
Jika pendinginan austenite terjadi dengan cepat, karbon tidak sempat berdifusi,
yang mengakibatkan pembentukan fasa martensit. Butiran pearlite berbentuk
bulat yang merupakan batas butiran austenite tumbuh menjadi fase induk.
Jumlah batas butir yang dihasilkan oleh proses pendinginan media udara ini
cukup besar, yang menunjukkan bahwa kekerasan yang dihasilkan cukup
rendah. Pendinginan dalam tungku dilakukan untuk perlakuan panas yang
membutuhkan pendinginan lambat. Untuk keperluan tersebut dalam tunggku
yang disirkulasikan ke dalam ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang
rendah.
5.2 Pembahasan

Gambar 5.1 Diagram Fe-Fe3C

Diagram Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara


temperatur dimana terjadi perubahan pasa selama proser pendinginan lambat
dan pemanasan lambat dengan kandungan karbon (% C). Diagram fasa pada
besi dan karbida besi Fe-Fe3C ini menjadi landasan untuk laku panas
kebanyakan jenis baja yang kita kenal. Dari diagram Fasa tersebut dapat
diperoleh Inf informasi-informasi penting yakni antara lain:
a. Fara yang terjadi pada komposisi dan temperatur berbeda dengan
pendinginan lambat.
b. Temperatur Pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila
dilakukan pendinginan lambat.
c. Temperature cair dari masing-masing Paduan.
d. Batas-batas kelautan atau batas keretimbangan dart unsur kar bon Fase
tertentu.
e. Reaker-roakes metalurgi yang terjadi.
Adapun sifat dan proses terbentuknya material analisis mikro struktur yang
didapat dalam mikroskop:
a. Austenite
Kelarutan atom karbon dalam larutan padat austenitik lebih besar
dibandingkan kelarutan atom karbon dalam fasa ferit. Secara geometris,
kita dapat menghitung perbandingan besarnya celah antara fasa austenit
(atau kristal FCC) dan fasa ferit (atau kristal BCC). Perbedaan ini dapat
digunakan untuk menjelaskan fenomena transformasi fasa selama
quenching austenit. Selain pada suhu tinggi, austenit berbahan dasar besi
juga dapat dirancang stabil pada suhu ruangan. Misalnya, unsur-unsur
seperti mangan dan nikel dapat mengurangi laju konversi gamma austenit
menjadi alfa ferit. Penambahan unsur-unsur tersebut dalam jumlah tertentu
membuat austenit stabil pada suhu temperatur ruang.

Gambar 5.2 austenite

b. Ferrit
Pada suhu ruang, kelarutan karbon dalam alpha-ferit hanya sekitar 0,05%
digunakan untuk memproduksi berbagai baja dan besi tuang yang
memanfaatkan sifat ferit. Misalnya, proses pembentukan lembaran logam
sering kali menghasilkan lembaran baja karbon rendah dengan fase ferit
tunggal. Saat ini, bahkan baja karbon ultra rendah sedang dikembangkan
untuk meningkatkan sifat mampu bentuk. Seperti disebutkan sebelumnya,
peningkatan kandungan karbon umumnya meningkatkan sifat mekanik ferit.
Untuk paduan baja dengan fase ferit tunggal, ukuran butir merupakan faktor
lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat mekanik.

Gambar 5.3 ferrit


c. Cementit
cemenit berperan sangat penting dalam membentuk sifat mekanik akhir
baja. cemenit dapat terdapat dalam sistem baja dalam berbagai bentuk:
bentuk bola (sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-
ferrite), atau partikel-partikel carbide kecil. Bentuk, ukuran, dan distribusi
karbon berubah seiring dengan siklus pemanasan dan pendinginan. Jarak
rata-rata antar karbida disebut kontinuitas ferit rata-rata (Ferrite Mean
Path), merupakan parameter penting yang dapat menjelaskan perubahan
sifat baja. Diketahui bahwa variasi sifat kekuatan luluh baja berbanding
lurus dengan rata-rata logaritmik jalur ferit

Gambar 5.4 cementit

d. Ledeburite ialah campuran eutectic antara beri Gamma dengan cemetid


yang dibentuk pada temperature 1130°C dengan kandungan karbon 4,3% C

Gambar 5.5 ledeburite


e. Pearlit
Pearlit adalah campuran berlapis ferit dan sementit. Komponen ini
dibentuk oleh dekomposisi austenit melalui reaksi kesetimbangan
eutektoid, dimana lapisan ferit dan sementit bergantian terbentuk untuk
mempertahankan keadaan keseimbangan komposisi eutektoid. Pearlit
memiliki struktur yang lebih keras dibandingkan ferit karena adanya fasa
sementit atau karbida terutama yang berbentuk lamela.

Gambar 5.6 pearlite

f. Martensit
Martensit adalah larutan padat karbon dalam besi. Larutan ini terbentuk
melalui pendinginan cepat austenit ketika suhu melebihi suhu kritis dan
stabil pada suhu 150 °C. Besi ini rapuh dan keras. Kekerasan struktur
tergantung pada komposisi karbon di dalam logam. Struktur ini memiliki
kepadatan yang baik.

Gambar 5.7 martensit


g. Bainite
Bainite adalah fasa baja karbon yang merupakan campuran ferit, karbida,
dan autensit. Baja karbon ini dibuat pada suhu kritis. Suhu kritisnya sekitar
723 °C. Kekerasan bainit berada di antara perlit dan martensit mentah untuk
kekerasan baja yang sama. Berbeda dengan baja martensit. Struktur bainit
memiliki bentuk yang sangat tidak beraturan dan banyak bercak hitam.

Gambar 5.8 bainite

Heat treatment adalah proses perlakuan panas yang bertujuan untuk


mengubah sifat-sifat mekanis dan struktur mikro logam atau paduan. Untuk
mengubah sifat mikrostruktural dan mekanis material logam, terutama baja,
dua metode utama adalah perlakuan panas (heat treatment) dan deformasi
plastis. Beberapa jenis heat treatment yakni:
a. Annealing. Pemanasan logam sampai di atas titik kritisnya dan
kemudian pelan-pelan didinginkan untuk meratakan struktur mikro dan
melembutkan logam.
b. Normalizing. Logam dipanaskan sampai di atas titik kritisnya, kemudian
didinginkan secara udara untuk menghasilkan struktur mikro yang lebih
halus daripada annealing.
c. Quenching. Logam dipanaskan sampai di atas titik kritisnya dan
kemudian didinginkan dengan cepat menggunakan media pendingin
(seperti air atau minyak) untuk meningkatkan kekerasan.
d. Tempering. Proses tempering di mana bahan dipanaskan hingga suhu
kritis dan kemudian didinginkan dikenal sebagai pendinginan. Tujuan
dari perlakuan panas ini adalah untuk memperoleh sifat tangguh, kuat,
dan ulet.
e. Herdening. Salah satu jenis perlakuan panas yang disebut hardening
digunakan untuk meningkatkan kekerasan suatu bahan. Proses
hardening terdiri dari beberapa langkah, pertama-tama memanaskan
bahan hingga mencapai temperatur austenisasi, atau temperatur
pengerasannya, kemudian mempertahankan suhu ini selama waktu
tertentu dan kemudian melakukan proses pendinginan cepat, atau
quench, hingga mencapai tingkat kekerasan yang diinginkan.

Saat material mengalami tekanan atau tegangan yang cukup besar untuk
mengubah bentuknya secara permanen, ini disebut deformasi plastis.
Selama proses ini, kristal mengalami deformasi, dislokasi, dan perubahan
struktur mikro, yang biasanya ditunjukkan dengan penggandaan butir
kristal. Perubahan ini membedakan struktur mikro dari material yang
mengalami deformasi plastis.

Mekanisme perubahan struktur adalah hal yang membedakan dua


pendekatan ini. Perlakuan panas dan deformasi plastis dapat digunakan
untuk merancang material dengan sifat-sifat yang ideal untuk kebutuhan
aplikasi tertentu. Perlakuan panas mengubah ukuran butir, distribusi fase,
dan jenis fasa dalam material, sementara deformasi plastis mengubah
tingkat atomik dan struktural melalui pengerutan dan deformasi kristal.
Untuk aplikasi yang membutuhkan keseimbangan keduanya.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dalam proses praktikum ini:
a. Analisis mikrostruktur atau metalografi adalah ilmu menganalisis struktur
dan komponen fisik proses pembuatan logam dan paduan melalui
pengujian. Struktur yang dapat dibentuk antara lain martensit, austenit,
ledebrit, perlit, ferit, bainit, dan sementit. Dilakukan perlakuan panas
untuk mengetahui struktur-struktur yang terdapat dalam baja. Struktur
tersebut dibuat melalui proses pengerasan ferit dan perlit kemudian
dibentuk melalui proses normalisasi di sisi lain, proses anil menghasilkan
sementit.

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan dalam praktikum ini:
a. Sebainya praktikan lebih banyak aktif bertanya agar lebih memahami saat
melakukan praktikum.
b. Praktikan dan asprak sebaiknya menggunakan sarung tangan saat
praktikum/ lebih memerhatikan sop yang sudah di tentukan
c. Praktikan harus memerhatikan asprak saat sedang menjelaskan saat
praktikum
DAFTAR PUSTAKA

avner H, S. (1974). introductional to physical metallurgi . edition new york MC 6


raw-hill internasional edition.
azis, r. a. (2019). pengaruh variasi diameter elektroda E7018 terhadap kekuatan
tarik, kekerassan dan struktur mikro pengelasan pada baja karbon jenis ss
400 dengan metode SMAW. jurnal teknik.
Djafar Shieddieque, A. D. (2021). evaluasi kekuatan uji tarik pada proses
pengelasan bujur listrik pada benda material SPHC dan 230-c. Politik
STMI jsksrta jl letjen suprapto.
glyn. (2021). physical metalurgi of steel. class notes and lecture material for MSE.
krauss, g. (1986). principles off heat treatment of steel. amerika society of material
metal park chio.
Pujono, P. &. (2020). Rancang Bangun Mesin Flushing Oil. Bangun Rekaprima.
Majalah Ilmiah Pengembangan Rekayasa, Sosial Dan Humaniora.
Rusdi, N. &. ( 2017). Kaji Eksperimental Sustainable Machining Pada Proses
Pembubutan Baja Aisi 1045.
thelning. (1984). steel and it's treatmen. edition butterworth london.
Totten, G. B. (1993). hanol book hnologyof quenchant and quenching tec. ASM
internasional USA.
wijaya. (2018). Perencanaan Mesin Uji Lelah Rotating Bending Untuk Baja Aisi
1045. unimed.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai