Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MATERIAL

MODUL 6
PENGUJIAN METALOGRAFI

NAMA : Attalla Rafana Azizah


NIM : 19525058
Kelas : F
Asisten : Pamungkas Wisnu Kusuma
Hari / Tanggal : Sabtu, 7 Juni 2021

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
6.1 Tujuan
Tujuan pengujian metalografi adalah mampu membuat analisis makro dan
mikro material menggunakan mikroskop metalurgi/optic serta mampu melakukan
proses pengambilan foto mikro dan makro.

6.2 Dasar Teori


6.2.1 Pengertian
Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan material untuk
mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi-informasi yang
terdapat dalam material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia,
orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya. Adapun secara
garis besar langkah-langkah yang dilakukan pada metalografi adalah:
1. Pemotongan spesimen (sectioning)
2. Pembikaian (mounting)
3. Penggerindaan, abrasi dan pemolesan (grinding, abrasion and
polishing)
4. Pengetsaan (etching)
5. Observasi pada mikroskop optik
Pada metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua hal yaitu
macrostructure (stuktur makro) dan microstructure (struktur mikro). Struktur
makro adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada permukaan
yang dietsa dari spesimen yang telah dipoles. Sedangkan struktur mikro adalah
struktur dari sebuah permukaan logam yang telah disiapkan secara khusus yang
terlihat dengan menggunakan perbesaran minimum 25x.
Metalografi juga dapat mencakup pemeriksaan atau observasi struktur kristal
dengan menggunakan teknik seperti x-ray difraksi. Namun demikian, alat yang
paling umum digunakan dalam pengamatan metalografi adalah mikroskop cahaya
atau mikroskop optik dengan pembesaran mulai dari 50 hingga 1000x dan 76
kemampuan untuk memisahkan atau resolusi struktur mikro sekitar 0,2 mikron
atau lebih besar (Sawitri & Firdausi, 2017).
Metalografi merupakan suatu bidang ilmu metalurgi yang mempelajari
karakteristik mikrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya serta
hubungannya dengan material tersebut dengan metode yang dipakai, yaitu :
mikroskopik (optik maupun elektron), difraksi (sinar-x, elektron dan neutron) dan
juga metalografi stereometri. Secara umum, pengamatan metalografi dibagi
menjadi dua, yaitu : metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan
pembesaran 10 - 100 kali dan metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur
logam dengan pembesaran hingga 1000 kali. Sebelum kita menguji suatu material
logam, yang harus dipertimbangkan adalah dalam tahap pemotongan (shearing,
punching, flame cutting) tidak boleh membuat cacat awal pada material logam uji,
dimensi atau toleransi spesimen harus tercatat dan yang terakhir adalah penandaan
(marking) harus dilakukan karena ditakutkan akan terjadi kekeliruan pada saat
benda uji atau logam akan diuji.
Dalam ilmu metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat penting
untuk dipelajari karena struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat fisik dan
mekanik suatu logam. Struktur mikro yang berbeda sifat logam akan berbeda pula.
Struktur mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam meningkat. Dan juga
sebaliknya, struktur mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau
kekerasannya menurun. Struktur mikro sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia
dari logam atau paduannya tersebut serta proses yang dialaminya. Karena pada
dasarnya tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan sifat mekanik dan
sifat fisik dari suatu material logam maka sangat penting sekali.
kita harus mempertimbangkan design dari suatu struktur atau mesin maka
yang harus kita lakukan adalah melihat kekutan dari mesin yang akan kita coba,
untuk menjalankan fungsinya secara aman dan baik. Contoh sebuah crane harus
medukung (support) beban tanpa terjadi perpatahan atau tanpa pembengkokan
(bending) sehingga tidak mempersulit operator crane. (Avner, 1964).

6.2.2 Langkah Langkah


1. Sectioning
Proses pemotongan adalah penghapusan materi dari sampel besar
menjadi spesimen dengan ukuran kecil. Pemotongan yang salah akan
menyebabkan struktur mikro itu tidak benar karena telah berubah. Kerusakan pada
materi dalam proses pemotongan sangat tergantung pada bahan dipotong, alat
yang digunakan untuk memotong, kecepatan dan kecepatan makan pemotongan.
Dalam beberapa spesimen, kerusakan tidak terlalu banyak dan dapat dibuang pada
saat pengamplasan dan polishing.
2. Framing atau Mounting
Framing atau pembingkaian yang sering diperlukan dalam penyusunan
spesimen metalografi, meskipun di beberapa spesimen dengan ukuran agak besar,
itu tidak mutlak. Namun, untuk bentuk kecil atau tidak teratur harus dibingkai
untuk memfasilitasi memegang spesimen dalam proses pengamplasan dan
polishing Sebelum melakukan framing, membersihkan spesimen harus dilakukan
dan hanya dibatasi oleh pengobatan sederhana rincian kita ingin melihat tidak
hilang. Perbedaan akan muncul antara bentuk fisik dan kimia bersih permukaan.
Kebersihan fisik secara tidak langsung bebas dari kotoran padat, minyak pelumas
dan kotoran lainnya, sementara kebersihan kimia bebas dari semua kontaminasi.
Pembersihan ini dimaksudkan bahwa hasil framing tidak retak atau rusak karena
pengaruh kotoran di sana. Dalam pemilihan bahan untuk framing, yang perlu
diperhatikan adalah perlindungan dan pemeliharaan spesimen. Frame harus
memiliki kekerasan yang cukup, meskipun kekerasan bukan merupakan indikasi,
dari karakteristik abrasif. Bahan bingkai juga harus tahan terhadap distorsi fisik
yang disebabkan oleh panas selama pengamplasan, tetapi juga harus mampu
menembus ke dalam lubang kecil dan bentuk permukaan yang tidak teratur.77
3. Grinding, Abrasi dan Polishing
Dalam proses ini dilakukan penggunaan partikel abrasif tertentu yang
bertindak sebagai alat pemotong berulang kali. Pada beberapa proses, partikel
bersatu sehingga bentuk blok mana permukaan Anda akan menikmati permukaan
kerja. Partikel yang dilengkapi dengan menonjol partikel abrasif untuk
membentuk titik yang tajam sangat banyak. Perbedaan antara grinding dan
pengamplasan terletak pada batas kecepatan keduanya. Grinding adalah proses
yang memerlukan pergerakan permukaan abrasif sangat cepat, menyebabkan
panas ke permukaan spesimen. Sementara pengamplasan adalah proses untuk
mengurangi permukaan dengan gerakan permukaan abrasif bergerak relatif lambat
sehingga panas yang dihasilkan tidak signifikan. Dari proses pengamplasan
diperoleh adalah munculnya sistem yang memiliki permukaan yang relatif halus
atau seragam goresan pada permukaan spesimen. Pengamplasan juga
memproduksi deformasi plastik dari lapisan permukaan spesimen cukup
mendalam. Proses polishing menggunakan partikel abrasif tidak kuat melekat di
pesawat tetapi pada cairan dalam serat kain. Tujuannya adalah untuk menciptakan
permukaan yang sangat halus yang dapat sehalus kaca yang dapat memantulkan
cahaya dengan sangat baik. Dalam polishing biasanya digunakan pasta gigi, pasta
gigi yang mengandung Zn dan Ca yang akan mampu menghasilkan permukaan
yang sangat halus. Proses untuk memoles hampir sama dengan pengamplasan,
namun proses polishing hanya menggunakan kekuatan kecil di abrasif, karena
tekanan yang diperoleh diredam oleh serat yang memegang partikel.
4. Etching
Etsa metalografi dilakukan dalam proses ini adalah untuk melihat
struktur mikro spesimen dengan menggunakan mikroskop optik. Spesimen cocok
untuk proses etsa harus mencakup daerah dengan hati-hati dipoles, bebas dari
deformasi plastik karena deformasi plastik akan mengubah struktur mikro
spesimen. Proses etsa untuk mendapatkan kontras dapat diklasifikasikan pada
proses etsa tidak merusak dan proses etsa merusak (Pranata & Mujiat, 2014).

6.2.4 Macam Macam Struktur Pada Baja


1. Sectioning
Proses adalah larutan padat karbon dan unsur paduan lainya pada besi
kubus pusat badan (Fe). Ferit terbentuk akibat proses pendinginan yang lambat
dari austenit baja hypotektoid pada saat mencapai A3 . ferit bersifat sangat lunak,
ulet dan memiliki kekerasan sekitar 70 - 100 BHN dan memiliki konduktivitas
yang tinggi.
2. Sementit
Sementit adalah senyawa besi dengan karbon yang umum dikenal
sebagai karbida besi dengan presentase karbon 6,67%C. yang bersifat keras
sekitar 5 – 68 HRC80.
3. Perlit
Perlit adalah campuran sementit dan ferit yang memiliki kekerasan
sekitar 10-30HRC . Perlit yang terbentuk sedikit di bawah temperatur eutektoid
memiliki kekerasan yang lebih rendah dan memerlukan waktu inkubasi yang lebih
banyak.
4. Bainit
Bainit merupakan fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari austenit
pada temperatur yang lebih rendah dari temperatur transformasi ke perlit dan lebih
tinggi dari transformasi ke martensit.
5. Martensit
Martensit merupakan larutan padat dari karbon yang lewat jenuh pada
besi alfa sehingga latis-latis sel satuannya terdistorsi. Karbon adalah unsur
penstabil austenit. Kelarutan maksimum dari karbon pada austenit adalah sekitar
1,7% (E) pada 1140 0C, Sedangkan kelarutan karbon pada ferit naik dari 0% pada
910 0C menjadi 0,025% pada 723 0C. Pada pendinginan lanjut, kelarutan karbon
pada ferrit menurun menjadi 0,08% pada temperatur kamar. Kegunaan dari baja
tergantung dari sifat-sifatnya yang sangat bervariasi yang diperoleh melalui
pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas. Sifat mekanik dari baja sangat
tergantung pada struktur mikronya, sedangkan struktur mikro sangat mudah
diubah melalui proses perlakuan panas (Suprapto, Press, & Media, 2017).
Beberapa jenis baja memiliki sifat-sifat yang tertentu sebagai akibat
penambahan unsur paduan. Salah satu unsur paduan yang sangat penting yang
dapat mengontrol sifat baja adalah karbon (C). Jika besi dipadu dengan karbon,
transformasi yang terjadi pada rentang temperatur tertentu erat kaitannya dengan
kandungan karbon. Berdasarkan pemaduan antara besi dan karbon, karbon di
dalam besi dapat berbentuk larutan atau berkombinasi dengan besi membentuk
karbida besi (Fe3C).
6.2.5 Analisa Metalografi
Setelah sampel tersebut diamati di bawah mikroskop optik dan didapat
gambar struktur mikronya kemudian gambar struktur mikro tersebut di analisa.
Ada dua cara menganalisa sampel yaitu dengan analisa metalografi kuantitatif dan
metalografi kualitatif.
1. Metalografi Kuantitatif
Metalografi kuantitatif adalah pengukuran gambar struktur dari
potongan, replika, atau lapisan tipis dari logam-logam yang dapat diamati dengan
mikroskop optik dan mikroskop electron
2. Metalografi Kualitatif
Metalografi kualitatif adalah pengukuran komposisi fasa-fasa yang
terbentuk pada potongan atau replica dari logam-logam yang diamati dari
mikroskop optik ataupun mikroskop elektron. Biasanya obyek yang dianalisa
adalah jumlah/banyaknya fasa-fasa yang terbentuk pada logam tersebut
(Djaka, Tri 2009).
Dengan mengetahui fasa-fasa apa saja yang terbentuk dan banyaknya
fasa yang terbentuk pada logam tersebut maka kita dapat mengetahui sifat-sifat
fisik dan mekanis dari logam tersebut, karena sifat-sifat fisik dan mekanis suatu
logam dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk pada butir-butir tersebut.
6.3 Alat Dan Bahan
6.3.1 Alat

1. Mikroskop

Gambar 6.1 Mikroskop


(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

2. Komputer

Gambar 6.2 Komputer


(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

6.3.2 Bahan
1. Alumunium

Gambar 6.3 Alumunium


(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

2. Alumunium + Fe

Gambar 6.4 Alumunium + Fe


(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

6.4 Langkah Percobaan


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyiapkan spesimen uji dan meletakkan spesimen diatas meja objektif
mikroskop optik.
3. Menyalakan lampu mikroskop
4. Mengatur perbesaran ke 10x, serta mengatur fokus dengan menaik-
turunkan lensa dan mengambil gambarnya.
5. Mengatur perbesaran ke 40x serta mengatur fokus dengan menaik-turunkan
lensa dan mengambil gambarnya.
6. Mengatur perbesaran ke 60x serta mengatur fokus dengan menaik-turunkan
lensa dan mengambil gambarnya.
7. Merapikan kembali alat dan bahan.

6.5 Analisis Data Dan Pembahasan


Gambar 6.5 Percobaan 1 Aluminium 10x
(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

Gambar 6.6 Percobaan 2 Aluminium 40x


(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

Gambar 6.7 Percobaan 3 Aluminium 60x


(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)
Gambar 6.8 Percobaan 1 Aluminium + Fe 10x
(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

Gambar 6.9 Percobaan 2 Aluminium + Fe 40x


(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

Gambar 6.10 Percobaan 3 Aluminium + Fe 60x


(Sumber: Lab. Proses Produksi UII)

Pada praktikum pengujian material kali ini kami melakukan percobaan


mengenai pengujian metalografi. Pengujian dilakukan menggunakan 2 macam
spesimen yang pertama spesimen alumunium, dan kedua spesimen paduan
alumunium + besi (Fe) yang disambung menggunakan las. Pengujian ini
dilakukan denga mengamati spesimen secara makro menggunakan mikroskop
denga perbesaran 10x, 40x, dan 60x.
Percobaan pertama dilakukan dengan cara meletakkan spesimen alumunium
diatas meja objektif mikroskop optik, kemudian menyalakan lampu mikroskop,
kemudian mengatur perbesaran ke 10x, serta mengatur fokus dengan menaik-
turunkan lensa dan mengambil gambarnya, selanjutnya mengatur perbesaran ke
40x serta mengatur fokus dengan menaik-turunkan lensa dan mengambil
gambarnya, dan terakhir mengatur perbesaran ke 60x serta mengatur fokus dengan
menaik- turunkan lensa dan mengambil gambarnya.
Percobaan kedua dilakukan dilakukan dengan cara meletakkan spesimen
alumunium + besi (Fe) yang disambung menggunakan las diatas meja objektif
mikroskop optik, kemudian menyalakan lampu mikroskop, kemudian mengatur
perbesaran ke 10x, serta mengatur fokus dengan menaik-turunkan lensa dan
mengambil gambarnya, selanjutnya mengatur perbesaran ke 40x serta mengatur
fokus dengan menaik-turunkan lensa dan mengambil gambarnya, dan terakhir
mengatur perbesaran ke 60x serta mengatur fokus dengan menaik- turunkan lensa
dan mengambil gambarnya.

Berdasarkan hasil pengamatan dari hasil foto-foto perbesaran yang diambil,


terdapat perbedaan struktur antara aluminium murni dan aluminium + besi (Fe)
yang sudah dilas dengan besi. Terlihat bahwa struktur aluminium murni lebih
banyak goresan dan lebih padat strukturnya dibandingkan dengan aluminium +
besi(Fe) dilas dengan besi yang memiliki struktur lebih renggang dan tidak terlalu
banyak goresan. Hal ini dikarenakan aluminium + besi (Fe) yang sudah dilas
mengalami perubahan struktur menjadi lebih renggang dikarenakan oleh panasnya
api las tersebut, sedangkan aluminium murni yang tidak terkena panas berlebih
memiliki struktur yang lebih rapat, dan juga pada praktikum kali ini tidak terlihat
struktur mikronya karena untuk dapat melihat struktur mikro dibutuhkan
perbesaran lensa lebih dari 100x dikarenakan adanya keterbatasan alat yang hanya
mampu melakukan perbesaran hingga 60x sehingga yang terlihat hanya struktur
makronya.

6.6 Kesimpulan
1. Dari pengujian metalografi yang telah dilakukan dapat diketahui dan dilihat
bahwa spesimen alumunium lebih rentan terhadap goresan dan juga cepat meleleh
karena panas dari suatu gesekan yang terjadi. Sedangkan besi memiliki
karakteristik struktur yang lebih kuat.
2. Dapat dilihat juga bahwa serat besi lebih besar daripada alumunium,
namun alumunium memiliki serat yang lebih halus dibanding serat dari besi.
Pemanasan oleh api las yang dialami aluminium menyebabkan struktur
aluminium + besi(Fe) tersebut menjadi lebih renggang atau kurang rapat. Tidak
hanya aluminium, material logam lain juga jika terkena panas yang berlebihan
akan mengakibatkan struktur dari materialnya akan berubah.

6.7 Daftar Pustaka


Avner, S.H,. 1964. “Introduction to Physical Metallurgy”. New York : Mc
GrawHill.
Djaka, Tri. 2009. Catatan Kuliah Pengujian Logam dan Metalografi. Cilegon:
FT. UNTIRTA
Pranata, M. D. E., & Mujiat, J. (2014). Analisis Struktur Mikro dan Sifat Mekanik
Paduan Al HHasil Proses Aging Dengan Variasi Temperatur dan Waktu Tahan.
9.
Sawitri, D., & Firdausi, A. (2017). Perancangan Mekanik Mesin Poles Untuk
Proses Metalografi Bahan Menggunakan Motor Listrik. 14
Suprapto, W., Press, U. B., & Media, U. (2017). Teknologi Pengecoran Logam.

Anda mungkin juga menyukai