Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

METALOGRAFI KUALITATIF

4.1 Tujuan
1. Bagaimana langkah-langkah pengujian metalografi kualitatif?
2. Bagaimana cara mengetahui struktur dan fasa dari suatu logam?
3. Bagaiamana hubungan antara struktur mikro dengan karakteristik butir
pada spesimen yang diuji?
4. Bagaimana karakteristik dari struktur fasa yang dihasilkan dari
spesimen setiap media?

4.2 Teori Dasar


Metalografi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari struktur
dan fasa logam, serta mempelajari sifat-sifat yang berkaitan dengan struktur
atau fasanya. Secara umum metalografi adalah karakteristik mikrostruktur
dan makrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya serta
hubungannya dengan sifat-sifat material, atau biasa juga dikatakan suatu
proses umtuk mengukur suatu material baik secara kualitatif maupun
kuantitatif berdasarkan informasi-informasi yang didapatkan dari material
yang diamati. Adapun secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan
pada metalografi adalah:
1. Pemotongan spesimen (sectioning)
2. Pembikaian (mounting)
3. Penggerindaan, abrasi dan pemolesan (grinding, abrasion and
polishing)
4. Pengetsaan (etching)
5. Observasi pada mikroskop optik
Pada metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua hal
yaitu macrostructure (stuktur makro) dan microstructure (struktur mikro).
Struktur makro adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada
permukaan yang dietsa dari spesimen yang telah dipoles. Sedangkan
struktur mikro adalah struktur dari sebuah permukaan logam yang telah

43
BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

disiapkan secara khusus yang terlihat dengan menggunakan perbesaran


minimum 25x.
a. Pemotongan (Sectioning)
Proses Pemotongan merupakan pemindahan material dari sampel
yang besar menjadi spesimen dengan ukuran yang kecil. Pemotongan
yang salah akan mengakibatkan struktur mikro yang tidak sebenarnya
karena telah mengalami perubahan.
Kerusakan pada material pada saaat proses pemotongan
tergantung pada material yang dipotong, alat yang digunakan untuk
memotong, kecepatan potong dan kecepatan makan. Pada beberapa
spesimen, kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu banyak dan dapat
dibuang pada saat pengamplasan dan pemolesan.
b. Pembingkaian ( Mounting)
Pembingkaian seringkali diperlukan pada persiapan spesimen
metalografi, meskipun pada beberapa spesimen dengan ukuran yang
agak besar, hal ini tidaklah mutlak. Akan tetapi untuk bentuk yang kecil
atau tidak beraturan sebaiknya dibingkai untuk memudahkan dalam
memegang spesimen pada proses pngamplasan dan pemolesan.
Sebelum melakukan pembingkaian, pembersihan spesimen
haruslah dilakukan dan dibatasi hanya dengan perlakuan yang
sederhana detail yang ingin kita lihat tidak hilang. Sebuah perbedaan
akan tampak antara bentuk permukaan fisik dan kimia yang bersih.
Kebersihan fisik secara tidak langsung bebas dari kotoran padat,
minyak pelumas dan kotoran lainnya, sedangkan kebersihan kimia
bebas dari segala macam kontaminasi. Pembersihan ini bertujuan agar
hasil pembingkaian tidak retak atau pecah akibat pengaruh kotoran
yang ada.
Dalam pemilihan material untuk pembingkaian, yang perlu
diperhatikan adalah perlindungan dan pemeliharaan terhadap spesimen.
Bingkai haruslah memiliki kekerasan yang cukup, meskipun kekerasan
bukan merupakan suatu indikasi, dari karakteristik abrasif. Material
bingkai juga harus tahan terhadap distorsi fisik yang disebabkan oleh

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 44


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

panas selama pengamplasan, selain itu juga harus dapat melkukan


penetrasi ke dalam lubang yang kecil dan bentuk permukaan yang tidak
beraturan.
c. Pengerindaan, Pengamplasan dan Pemolesan
Pada proses ini dilakukan penggunaan partikel abrasif tertentu
yang berperan sebagai alat pemotongan secara berulang-ulang. Pada
beberapa proses, partikel-partikel tersebut dsisatukan sehingga
berbentuk blok dimana permukaan yang ditonjolkan adalah permukan
kerja. Partikel itu dilengkapi dengan partikel abrasif yang menonjol
untuk membentuk titik tajam yang sangat banyak.
Perbedaan antara pengerindaan dan pengamplasan terletak pada
batasan kecepatan dari kedua cara tersebut. Pengerindaan adalah suatu
proses yang memerlukan pergerakan permukaan abrasif yang sangat
cepat, sehingga menyebabkan timbulnya panas pada permukaan
spesimen. Sedangkan pengamplasan adalah proses untuk mereduksi
suatu permukaan dengan pergerakan permukaan abrasif yang bergerak
relatif lambat sehingga panas yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.
Dari proses pengamplasan yang didapat adalah timbulnya suatu
sistim yang memiliki permukaan yang relatif lebih halus atau goresan
yang seragam pada permukaan spesimen. Pengamplasan juga
menghasilkan deformasi plastis lapisan permukaan spesimen yang
cukup dalam.
Proses pemolesan menggunakan partikel abrasif yang tidak
melekat kuat pada suatu bidang tapi berada pada suatu cairan di dalam
serat-serat kain. Tujuannya adalah untuk menciptakan permukaan
yang sangat halus sehingga bisa sehalus kaca sehingga dapat
memantulkan cahaya dengan baik. Pada pemolesan biasanya digunakan
pasta gigi, karena pasta gigi mengandung Zn dan Ca yang akan dapat
mengasilkan permukaan yang sangat halus. Proses untuk pemolesan
hampir sama dengan pengamplasan, tetapi pada proses pemolesan
hanya menggunakan gaya yang kecil pada abrasif, karena tekanan yang
didapat diredam oleh serat-serat kain yang menyangga partikel.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 45


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

d. Pengetsaan (Etching)
Etsa dilakukan dalam proses metalografi adalah untuk melihat
struktur mikro dari sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop
optik. Spesimen yang cocok untuk proses etsa harus mencakup daerah
yang dipoles dengan hati-hati, yang bebas dari deformasi plastis karena
deformasi plastis akan mengubah struktur mikro dari spesimen tersebut.
Proses etsa untuk mendapatkan kontras dapat diklasifikasikan atas
proses etsa tidak merusak (non disctructive etching) dan proses etsa
merusak (disctructive etching).
1. Etsa Tidak Merusak (Non Discructive Etching)
Etsa tidak merusak terdiri atas etsa optik dan perantaraan
kontras dari struktur dengan pencampuran permukaan secara fisik
terkumpul pada permukaan spesimen yang telah dipoles. Pada etsa
optik digunakan teknik pencahayaan khusus untuk menampilkan
struktur mikro. Beberapa metode etsa optik adalah pencahayaan
gelap (dark field illumination), polarisasi cahaya mikroskop
(polarized light microscopy) dan differential interfence contrast.
Pada penampakan kontras dengan lapisan perantara, struktur
mikro ditampilkan dengan bantuan interfensi permukaan tanpa
bantuan bahan kimia. Spesimen dilapisi dengan lapisan transparan
yang ketebalannya kecil bila dibandingkan dengan daya pemisah
dari mikroskop optik. Pada mikroskop interfensi permukaan,
cahaya ynag terjadi pada sisa-sisa film dipantulkan ke permukaan
perantara spesimen.
2. Etsa Merusak (Desctructive Etching)
Etsa merusak adalah proses perusakan permukaan spesimen
secara kimia agar terlihat kontras atau perbedaan intensitas
dipermukaan spesimen. Etsa merusak terbagi dua metode yaitu
etsa elektrokimia (electochemical etching) dan etsa fisik (phisical
etching). Pada etsa elektrokimia dapat diasumsikan korosi terpaksa,
dimana terjadi reaksim serah terima elektron akibat adanya beda
potensial daerah katoda dan anoda. Beberapa proses yang termasuk

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 46


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

etsa elektokimia adalah etsa endapan (precipitation etching),


metode pewarnaan panas (heat tinting), etsa kimia (chemical
etching) dan etsa elektrolite (electrolytic etching).
Pada etsa fisik dihasilkan permukaan yang bebas dari sisa zat
kimia dan menawarkan keuntungan jika etsa elektrokimia sulit
dilakukan. Etsa ion dan etsa termal adalah teknik etsa fisik yang
mengubah morfologi permukaan spesimen yang telah dipoles.
Dalam ilmu metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat
penting untuk dipelajari. Karena struktur mikro sangat berpengaruh pada
sifat fisik dan mekanik suatu logam. Struktur mikro yang berbeda sifat
logam akan berbeda pula. Struktur mikro yang kecil akan membuat
kekerasan logam akan meningkat. struktur mikro yang besar akan
membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya menurun. Struktur mikro
itu sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam atau paduan
logam tersebut serta proses yang dialaminya.
Adapun tujuan dari metalografi adalah untuk mendapatkan struktur
makro dan mikro suatu logam sehingga dapat dianalisa sifat mekanik dari
logam tersebut. Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua,yaitu:
1. Metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan
pembesaran 10 ± 100 kali.
2. Metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan
pembesaran 1000 kali.
Untuk mengamati struktur mikro yang terbentuk pada logam
tersebut biasanya memakai mikroskop optik. Sebelum benda uji diamati
pada mikroskop optik, benda uji tersebut harus melewati tahap-tahap
preparasi, yang bertujuan agar pada saat diamati benda uji terlihat dengan
jelas, karena sangatlah penting hasil gambar pada metalografi. Semakin
sempurna preparasi benda uji, semakin jelas gambar struktur yang
diperoleh. Adapun tahapan preparasinya meliputi pemotongan, mounting,
pengampelasan, poleshing dan etching (etsa).

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 47


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

Adapun beberapa mikroskop yang sering digunakan untuk


mnegamati struktur miro suatu logam ialah salah satunya mikroskop cahaya
dan mikroskop elektron.
1. Mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya atau dikenal juga dengan nama
"Compound light microscope" adalah sebuah mikroskop yang
menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti cahaya matahari
sebagaimana yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada
mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar
matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung
yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya
dari luar kedalam kondensor.
2. Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk
melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan
elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan
tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta
resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop
elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi
elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
Adapun jenis-jenis mikroskop elektron adalah sebagai berikut :

1. Mikroskop transmisi elektron (TEM)


Mikroskop transmisi elektron (Transmission electron microscope)
adalah sebuah mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan
cara kerja proyektor slide, di mana elektron ditembuskan ke dalam
obyek pengamatan dan pengamat mengamati hasil tembusannya pada
layar. Cara kerja mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami
peningkatan kinerja hingga mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1
nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan pembesaran sampai satu juta
kali. Meskipun banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang
berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini.
Adanya persyaratan bahwa "obyek pengamatan harus setipis
mungkin" ini kembali membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan,

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 48


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

terutama yang memiliki obyek yang tidak dapat dengan serta merta
dipertipis. Karena itu pengembangan metode baru mikroskop elektron
terus dilakukan.
2. Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM) adalah
merupakan salah satu tipe yang merupakan hasil pengembangan dari
mikroskop transmisi elektron (TEM). Pada sistem STEM ini, electron
menembus spesimen namun sebagaimana halnya dengan cara kerja
SEM, optik elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit dengan
memindai obyek menggunakan pola pemindaian dimana obyek tersebut
dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-
lajur titik (dots) yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan oleh
CRT pada televisi / monitor.
3. Mikroskop pemindai elektron (SEM)
Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi
detil arsitektur permukaan sel atau struktur jasad renik lainnya dan
obyek diamati secara tiga dimensi. Cara terbentuknya gambar pada
SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop optik dan TEM.
Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron
sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel
ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar elektron.
Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya
diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam
gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di
layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa
dilihat. Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang
ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari sudut
pandang 3 dimensi.
4. Mikroskop pemindai lingkungan elektron (ESEM)
Mikroskop ini adalah merupakan pengembangan dari SEM, yang
dalam bahasa Inggrisnya disebut Environmental SEM (ESEM) yang
dikembangkan guna mengatasi obyek pengamatan yang tidak

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 49


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

memenuhi syarat sebagai obyek TEM maupun SEM. Obyek yang tidak
memenuhi syarat seperti ini biasanya adalah bahan alami yang ingin
diamati secara detil tanpa merusak atau menambah perlakuan yang
tidak perlu terhadap obyek yang apabila menggunakat alat SEM
konvensional perlu ditambahkan beberapa trik yang memungkinkan hal
tersebut bisa terlaksana.
5. Mikroskop refleksi elektron (REM)
Reflection Electron Microscope (REM) adalah mikroskop
elektron yang memiliki cara kerja yang serupa sebagaimana halnya
dengan cara kerja TEM namun sistem ini menggunakan deteksi
pantulan elektron pada permukaan objek. Tehnik ini secara khusus
digunakan dengan menggabungkannya dengan tehnik Refleksi difraksi
elektron energi tinggi (Reflection High Energy Electron Diffraction)
dan tehnik Refleksi pelepasan spektrum energi tinggi (reflection high-
energy loss spectrum - RHELS).

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 50


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

4.3 Metodologi Praktikum


4.3.1 Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Analisa pendahuluan

Pemotongan spesimen

Pembingkaian (mounting)

Pengampalasan

Pemolesan

Pengetsaan spesimen

Pengujian pada mikroskop

Analisa

Kesimpulan

Gambar 4.1 Skema Proses Metalografi Kualitatif

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 51


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

4.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Lakukan analisa pendahuluan yang meliputi pemeriksaan
permukaan spesimen yang akan dilakukan proses metalografi
kualitatif.
3. Lakukan pemotongan spesimen menjadi bagian kecil untuk sampel.
4. Lakukan pembingkaian dengan memasukan spesimen ke dalam
cetakan yang sudah disediakan, kemudian lakukan proses mounting
dengan memasukan resin yang sudah ditambah dengan katalis
dengan banding 10 : 1 ke dalam cetakan yang sudah disimpan
spesimen sebelumnya. Kemudian diamkan sampai padat di udara
terbuka.
5. Lakukan pengamplasan pada permukaan spesimen yang tidak
tertutup resin sampai rata, dengan menggunakan amplas sebagai
medianya dan gerinda sebagai alatnya. Spesimen diamplas awal
menggunakan amplas kasar 80 mesh yang selanjutnya dilanjutkan
dengan amplas 240, 600, 1000 dan 2000 mesh. Masing-masing
amplas spesimen dilakukan dengan memutaar spesimen 90° arah
sebelumnya. Lakukan pengamplasan dengan diberikan air secara
kontinyu sampai permukaan spesimen rata dan halus.
6. Kemudian lakukan proses pemolesan dengan gerinda dan medianya
kain beludru yang sudah ditambahkan pasta poles zact yang
mengandung alumina sampai permukaan spesimen mengilap dan
halus dan goresan-goresan bekas amplasan hilang. Lakukan proses
pemolesan dengan diberikan air setetes demi setetes secara
kontinyu.
7. Lakukan proses pengetsaan permukaan spesimen dengan
menggunakan larutan etsa nital dengan metoda swab (diusap) pada
permukaan spesimen, tunggu sampai permukaan spesimen buram
hingga beberapa detik, kemudian dibilas dengan air sampai larutan
etsanya hilang. Keringkan permukaan spesimen menggunakan tisu

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 52


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

dan semprotkan alkohol pada permukaan kemudian keringkan


menggunakan hairdryer.
8. Uji permukaan spesimen menggunakan mikroskop optik untuk
melihat struktur fasanya dengan meletakan spesimen diatas lilin
dalam piringan kaca dan prmukaan spesimen dialasi dengan tisu,
kemudian lakukan penekanan dengan alat penekan (compession)
dan amati langsung di bawah mikroskop. Foto struktur mikro yang
terlihat.
9. Amati data yang diperoleh serta lakukan pengolahan data. Lakukan
analisa dari hasil data pengujian.
10. Berikan kesimpulan.

4.4 Alat dan Bahan


4.4.1 Alat
1. Cetakan mounting 4 Buah
2. Mesin gerinda / poleh 1 Buah
3. Mikroskop optik / metalurgi 1 Buah
4. Hair dryer 1 Buah
5. Kain Beludru 1 Buah
6. Piringan kaca + lilin 1 Buah
7. Alat penekan (compression) 1 Buah

4.4.2 Bahan
1. Spesimen AISI 1045 quencing air 1 Buah
2. Spesimen AISI 1045 quencing oli 1 Buah
3. Spesimen AISI 1045 normalizing 1 Buah
4. Spesimen AISI 1045 annealing 1 Buah
5. Amplas 80, 240, 600, 1000 dan 2000 Secukupnya
6. Pasta poles Zact (alumina) Secukupnya
7. Resin Secukupnya
8. Air Secukupnya
9. Tisu Secukupnya

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 53


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

4.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


4.5.1 Pengumpulan Data

Tabel 4.1 Foto Struktur Mikro Spesimen Berbagai Media


Spesimen : Baja AISI 1045
Treatment : Annealing
Larutan Etsa : Nital 3%
Pembesaran Mikroskop : 200 X
Referensi : ASM Metal
Handbook Vol. 7 Gambar No. 6

a. Dark gray areas : Pearlite


b. Light areas : Ferrite
c. Black areas : Pitting Corrosion
Spesimen : Baja AISI 1045
Treatment : Normalizing
Larutan Etsa : Nital 3%
Pembesaran Mikroskop : 200 X
Referensi : ASM Metal
Handbook Vol. 7 Gambar No. 8

a. Dark gray areas : Pearlite


b. Light areas : Ferrite
c. Black areas : Pitting Corrosion

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 54


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

Spesimen : Baja AISI 1045


Treatment : Oil Quenching
Larutan Etsa : Nital 3%
Pembesaran Mikroskop : 200 X
Referensi : ASM Metal
Handbook Vol. 7 Gambar No. 9

a. Dark gray areas : Martensite


b. Light areas : Ferrite
c. Black areas : Pitting Corrosion
Spesimen : Baja AISI 1045
Treatment : Water Quenching
Larutan Etsa : Nital 3%
a
Pembesaran Mikroskop : 200 X
Referensi : ASM Metal
b Handbook Vol. 7 Gambar No. 10

a. Dark gray areas : Martensite


b. Black areas : Pitting Corrosion

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 55


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

4.6 Analisa dan Pembahasan


Pada praktikum metalografi kualitatif ini dilakukan beberapa tahapan,
tahapan awal analisa pendahuluan pada permukaan spesimen yang bertujuan
untuk menentukan bagian permukaan spesimen yang akan di analisis secara
metalografi, pada tahap ini praktikan harus teliti dan diperlukan kehati-
hatian dalam menentukan daerah yang akan dianalisa, karena proses ini
merupakan proses awal dari metalografi kualitatif. Jika terdapat kesalahan
dalam pengambilan daerah sampel yang akan diuji, maka akan memberikan
informasi yang salah. Pemelihan permukaan spesimen yang akan diuji
metalografi harus permukaan yang rata dan tidak ada bekas goresan dari
penandaan spesimen.
Pemotongan spesimen dilakukan untuk memudahkan dalam pengujian
karena ukurannya yang kecil. Dalam melakukan pemotongan dilakukan
dalam keadaan tidak panas, karena jika terjadi panas akan mengakibatkan
material terdeformasi yang akan berdampak pada perubahan struktur mikro.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya panas pada proses pemotongan
diberikan pendingin oli yang sudah dicampurkan dengan air.
Proses mounting yang dilakukan menggunakan bahan resin yang
sudah dicampur dengan katalis dengan perbandingan 10 : 1. Tujuan dari
proses mounting atau pembingkaian ini untuk memudahkan praktikan dalam
pemegangan spesimen sehingga memudahkan proses praktikum, selain itu
juga untuk menghindari terjadinya perlakuan pada permukaan lain yang
akan berdampak pada hasil pengujian.
Resin di sini termasuk polimer thermosetting yang mempunyai sifat
lebih keras dan kuat serta tidak melunak jika terkena panas. Proses
pembingkaian pada praktikum ini menggunakan metode cor (cast
mounting). Adapun fungsi dari katalis sendiri ialah untuk mempercepat
reaksi, sehingga pada proses pembentukan / pencetakan akan lebih cepat
kering dan memadat di udara terbuka.
Setelah dilakukan proses pembingkaian, spesimen di amplas
menggunakan alat gerinda dan medianya amplas dengan amplas kasar 80
mesh dilanjutkan dengan amplas 240, 600, 1000 dan 2000 mesh. Masing-

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 56


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

masing pengamplasan dilakukan dengan merubah arah pengamplasan


90°setiap amplas satuan mesh. Pada proses pengamplasan diberikan air
secara kontinyu bertujuan untuk menghindari terjadinya panas akibat
gesekan antar amplas dan spesimen. Tujuan dari pengamplasan ini untuk
menghaluskan dan meratakan permukaan spesimen.
Proses pemolesan yang dilakukan setelah pengamplasan bertujuan
untuk membuat permukaan mengkilap dan menghilangkan bekas goresan
sisa amplasan. Pemolesan disini menggunakan alat gerinda dengan media
kain beludru dan menggunakan pasta poles Zact yang mengandung alumina.
Pada saat proses pemolesan dilakukan, diberikan air setetes demi
setetes secara kontinyu guna untuk menghindari terjadinya panas yang
diakibatkan timbulnya gesekan. Jika terjadi panas, maka akan terjadi
deformasi yang akan mengakibatkan berubahnya struktur mikro.
Spesimen yang sudah mengkilap diberikan larutan etsa nital 3% yang
bertujuan untuk mengkorosikan batas butir, sehingga pada saat dilakukan
pengujian mikroskop akan terlihatstruktur mikronya. Pada saat pengetsaan
dengan metoda swab perlu diperhatian baik-baik pada permukaan spesimen
yang buram atau disebut dengan derajat keburaman, jika sudah terlihat
buram lakukan pencucian menggunakan air guna untuk menghilangkan
larutan etsa yang masih menempel. Kemudian keringkan menggunakan tisu
yang bertujuan untuk menghilangkan air yang menempel pada permukaan
spesimen dan dilanjutkan dengan menyemprotkan alkohol 96% pada
permukaan spesimen yang sudah dietsa tadi. Penyemprotan alkohol
bertujuan untuk memperlambat kecepatan reaksia antara permukaan yang
dipoles larutan etsa tersebut.
Spesimen dengan metoda pendinginan berbeda menghasilkan struktur
mikro yang berbeda seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.1 dimana struktur
mikro spesimen media annealing dan normalizing menghasilkan fasa
pearlite (dark gray areas) dan ferrite (light areas). Pada annealing, light
areas lebih dominan karena ferrite menunjukan sifat lunak dan ulet,
sedangkan pada normalizing, dark gray areas lebih dominan karena pearlite
sifatnya sedikit lebih keras daripada ferrite.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 57


BAB IV METALOGRAFI KUALITATIF Kelompok 13

Pada spesimen media quenching air dan oli sama-sama menghasilkan


fasa martensite yang ditandai dengan dark gray areas. Akan tetapi, pada
quenching oli ada sebagian fasa ferrite yang ditandai dengan adanya light
areas. Hal ini menunjukan bahwa spesimen media pendingin air sifat lebih
keras dari pada media pendingin oli karena mempunyai fasa full martensite.

4.7 Kesimpulan
1. Pengujian metalografi kualitatif, meliputi :
1) Analisa pendahuluan
2) Pemotongan
3) Pembingkaian (mounting)
4) Penggerindaan / pengamplasan
5) Pemolesan
6) Pengetsaan
2. Didapatkan struktur dan fasa pada spesimen setiap media pendingin :
1) Spesimen AISI 1045, annealing : ferrite (dominan) dan pearlite
2) Spesimen AISI 1045, normalizing : ferrite dan pearlite (dominan)
3) Spesimen AISI 1045, oil quenching : ferrite dan martensite
(dominan)
4) Spesimen AISI 1045, water quenching : full martensite
3. Pengetsaan harus berhati-hati agar tidak overetching karena bertujuan
untuk mengkorosikan batas butir, sehingga struktur mikro dapat terlihat
jika tidak hati-hati maka struktur mikro tidak terlihat tertutup oleh
korosi.
4. Semakin besar ukuran butir, sifat material semakin lunak dan ulet.
5. Semakin kecil ukuran butir, sifat material semakin keras dan kuat.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2018-2019 58

Anda mungkin juga menyukai