TINJAUAN PUSTAKA
4
5
670,78 Mpa dan kekuatan luluh sebesar 417,99 Mpa atau 102,97% dari logam
induk baja ST60 sebesar 651,39 Mpa. (Laksono dan Sugriyanto 2017).
Sanyoto dkk (2012) dalam penelitiannya tentang “penerapan teknologi las
gesek (friction welding) dalam proses penyambungan dua buah pipa logam baja
karbon rendah” dengan parameter variasi waktu gesek 15, 20, 25, 30 dan 35 detik.
Parameter proses lain dianggap konstan, kecepatan putar mesin 4125 rpm, tekanan
gesek sebesar 1,47 MPa dan tekanan tempa sebesar 6,86 MPa. Pengujian yang
digunakan adalah pengujian metallografi dan uji kekerasan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa semakin lama waktu gesek maka temperatur pengelasan yang
terjadi juga semakin tinggi yang mengakibatkan nilai upset semakin besar dan
spesimen pengelasan semakin pendek. Nilai kekerasan pada sambungan akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu gesek pengelasan. Nilai
kekerasan terendah didapatkan pada sambungan dengan waktu gesek selama 15.
Poedji Haryanto, Rifky Ismail, Jamari dan Sri Nugroho (2011) dari Politeknik
Negri semarang melakukan penelitian “Pengaruh gaya tekan kecepatan tekan dan waktu
kontak pada pengelasan gesek baja st60 terhadap kualitas sambungan las”, penentuan
kualitas las di lakukan dengan cara pegujian tarik, kekerasan dan foto mikro pada
sambungan las. Hasil yang di peroleh menunjukan bahwa kualitas pengelasan gesek
sangat baik, hal ini di buktikan dengan hasil pengujian kekuatan tarik dimana patahan
terjadi di luar sambungan las dan kekerasan pada sambungan las meningkat, dan terjadi
penikatan kekerasan pada daerah sambungan yang mencapai 65 HRB sedangkan
kekerasan dari material asli sekitar 52 HRB.
Nur Husodo, Budi Luwar sanyoto, Sri Bangun Satyawati, dan Mahirul Mursid
melakukan penelitian tentang “Penerapan teknologi las gesek (Friction welding) dalam
rangka penyambung dua buah logam baja karbon St41 pada produk back spring pin”
dengan variasi waktu gesek sebesar 35,45,55, dan 65 detik sedangkan parameter proses
las gesek adalah kecepatan putar nya 4215 rpm, tekanan gesek nya 127,27 kg/cm2 dan
tekanan tempanya sebesar 1018,18 kgf/ . Sampel uji di buat dari bahan baja karbon
st41 sampel uji yang di hasilkan diuji dengan uji metallografi dan uji sifat mekanik. Sifat
mekaniknya meliputi uji kekuatan tarik uji kekerasan pada daerah sambungan dan uji
kekuatan puntir analisa dilakukan dengan melihat adanya perubahan struktur mikro dan
perubahan sifat mekanik.
6
hingga temperatur leleh dengan atau tanpa tekanan atau dengan tekanan sendiri
dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi.
Berdasarkan penjelasan Wiryosumarto & okumura(2000) pengelasan
sangat banyak digunakan didalam industri manufaktur, penyambungan dengan
cara pengelasan akan menghasilkan sambungan yang kuat dan bagus, contoh
penerapan pengelasan adalah pada bidang-bidang pembangunan jembatan, saluran
pipa,mesin-mesin kontruksi dan kendaraan.
Menurut Amin (2017) pengelasan adalah proses penyambungan setempat
antara dua bagian logam dengan cara memanaskannya hingga mencapai titik leleh
dari logam tersebut dengan memanfaatkan energi panas yang berasal dari nyala
busur ataupun gesekan, pengelasan merupakan suatu proses penting dalam dunia
industri, karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reprasi produksi
logam. Secara sederhana dapat di artikan bahwa pengelasan merupakan proses
penyambungan dua buah logam baik menggunakan bahan tambahan atau pun
tidak, dengan cara menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang di las.
Pada waktu ini telah digunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk
pengelasan yang dilakukan adalah pengelasan friction welding, dengan hanya
menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom
atau molekul-molekul dari logam yang disambungkan.Pengelasan mempunyai
banyak keuntungan antara lain : praktis, hasilnya dapat diandalkan, effisien, dan
ekonomis. Shielded Metal Arc Welding (SMAW) atau Las elektroda terbungkus
merupakan proses pengelasan yang paling banyak digunakan.
Dalam proses pengelasan, bagian yang dilas menerima panas pengelasan
setempat. Hal yang perlu diperhatikan pada hasil pengelasan adalah tegangan sisa,
karena pada pengelasan terjadi tegangan termal akibat perbedaan suhu antara
logam induk dan daerah las. Tegangan sisa pada hasil pengelasan terjadi karena
selama siklus termal las berlangsung di sekitar sambungan las dengan logam induk
yang suhunya relatif berubah sehingga distribusi suhu tidak merata . Proses
perlakuan panas dalam dunia industri merupakan proses yang cukup berpengaruh
dalam menentukan sifat fisis dan mekanis suatu bahan logam. Melalui perlakuan
panas sifat-sifat yang kurang menguntungkan pada logam dapat diperbaiki. Tujuan
pengerjaan panas (Heat Treatment) adalah untuk memberi sifat yang diinginkan.
8
Perincian lebih lanjut dari klasifikasi ini dapat dilihat dalam gambar 2.1 di
bawah ini.
.
Gambar 2.3. Proses Linier Friction welding (LFW)
(sumber: job knowledge TWI)
11
A B
C c
Gambar 2.5. Aplikasi friction welding A. Engine valve B. Cluster Gear C. Piston
Rods D. Back Spring Pin
Sumber: http://www.mtiwelding.com
13
2.2.7 Baja
2.2.7.1 Struktur Baja
Baja adalah seluruh macam besi yang dengan tidak dikerjakan terlebih
dahulu lagi, sudah dapat di tempa. Baja adalah bahan yang serba kesamaannya
(homogenitasnya) tinggi, terdiri terutama dari Fe dalam bentuk kristal dan C.
Pembuatannya di lakukan sebagai pembersihan dalam temperature yang tinggi dari
besi mentah yang di dapat dari proses dapur tinggi. Sifat-sifat utama baja :
a. Keteguhan (solidity) artinya mempunyai ketahanan terhadap tarikan,
tekanan atau lentur
b. Elastisitas (elasticity) artinya kemampuan atau kesanggupan untuk dalam
batas- batas pembebanan tertentu, sesudahnya pembebanan ditiadakan
kembali kepeda bentuk semula.
c. Kekenyalan/ keliatan (tenacity) artinya kemampuan atau kesanggupan
untuk dapat menerima perubahan bentuk yang besar tanpa menderita
kerugian- kerugian berupa cacat atau kerusakan yang terlihat dari luar dan
dalam untuk jangka waktu pendek.
d. Kemungkinan ditempa (malleability) sifat dalam keadaan merah pijar
menjadi lembek dan plastis sehingga dapat di rubah bentuknya.
e. Kemungkinan di las (weaklability) artinya sifat dalam keadaan panasdapat
digabungkan satu sama lain dengan memakai atau tidak memakai bahan
tambahan, tanpa merugikan sifat-sifat keteguhannya.
f. Kekerasan (hardness) kekuatan melawan terhadap masuknya benda lain.
1. Tekanan (p)
Tekanan adalah perbandingan antara gaya yang terjadi dengan
luasan benda yang dikenai gaya. Besarnya tekanan yang terjadi di
pengaruhi oleh dimensi benda yang di uji. Dimensi mempengaruhi tekanan
yang terjadi karena semakin besar dimensi benda uji yang di gunakan maka
semakin besar pula gaya yang terjadi. Selain itu alat penekanan juga
mempengaruhi besarnya tekanan yang terjadi. Alat penekanan yang
digunakan menggunakan sytem hidrolik. Hal lain yang mempengaruhi
besar tekanan adalah luas penampang dari torak yang digunakan. Maka
daya pompa harus lebih besar dari gaya yang di butuhkan. Dan motor harus
bisa melebihi daya pomoa, perhitungan tekanan (Sularso & Tahara, 1983)
p=
P= Tekanan (Kgf/
F = Gaya atau beban (kgf)
A= luas penampang (
2. Point Bending
point bending adalah suatu sistem atau cara dalam melakukan
pengujian lengkung (bending). Point bending ini memiliki 2 tipe yaitu:
three point bending dan four point bending.
Perbedaan dari kedua cara pengujian ini hanya teerletak dari bentuk
dan jumlah point yang di gunakan, three point bending menggunakan 2
point pada bagian badah yang berfungsi, sebagai tumpuan dan 1 point pada
bagian atas yang berfungsi sebagai penekan sedangkan four point bending
menggunakan 2 point pada bagian bawah yang berfungsi sebagai tumpuan
dan 2 point penekan pada bagian atas yang berfungi sebagai penekan.
Selain itu juga terdapat beberapa kekuatan dan kelebihan dari pengujian
three dan four point.
19
Tabel 2.2. Kelebihan dan keurangan Metode Uji Three point Bending dan
Four Point Bending (Khamid 2011)
Berikut adalah gamabar dari three point bending dan four point bending:
a. Three point bending
σb =
Dimana:
σb = Tegangan Bending (kg
Mb = momen lentur pada penampang melintang yang di tinjau
(kg/mm)
Z = Modulus penampang(mm)
Z=
Dimana:
Z = Modulus Penampang (
R = Beban pada penampang (mm)
I = Moment Inersia penampang
Momen inersia pada penampang persegi panjang mempunyai rumus :