Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN

VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020


E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK HASIL


PENGELASAN SMAW DAN MIG PADA PELAT ASTM A 36

Dedy Irawan1, Rachmasari Pramita Wardhani2


1,2
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tridharma, Balikpapan
Email : 1dedy53214@gmail.com, rrrachmasari@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hasil kekuatan tarik benda kerja serta mempelajari perbedaan
kekuatan tarik terhadap kedua metode pengelasan yang umum digunakan dalam dunia industri
pertambangan yaitu metode pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) dan MIG (Metal Inert Gas).
Hasil pengujian kekuatan benda kerja yang dianalisa adalah nilai kekuatan tarik yang didapatkan dengan
melakukan pengujian kekuatan tarik. Dalam proses pengelasan benda kerja digunakan bahan ASTM A
36.

Kata Kunci : SMAW, MIG, Kekuatan Tarik dan ASTM A 36.

ABSTRACT
This Research aims to analys the result of the tensile strength of workpieces and learn the different of
tensile strength to both the welding methods commonly used in the mining industry, SMAW (Shield Metal
Arc Welding) and MIG (Metal Inert Gas) welding methods. The result of analysis work piece strength test
is the value of tensile strength obtained by conducting tensile strength testing. In the process of welding
workpiece used materials ASTM A 36.

Key words : SMAW, MIG, Tensile Strength and ASTM A 36.

PENDAHULUAN
Pengelasan (welding) merupakan bagian pengelasan unit alat berat, karena kualitas hasil
yang tak terpisahkan dari pertumbuhan pengelasan yang baik akan mempengaruhi life
peningkatan industri karena memegang peran time operasional dan efisiensi dari hasil
utama dalam rekayasa dan reparasi logam. pengelasan unit alat berat itu sendiri. Oleh
Hampir dikatakan tidak mungkin bahwa karena itu, dalam proses pengelasan harus
konstruksi atau produk yang berbahan dari memperhatikan segala aspek yang dapat
logam tanpa adanya proses pengelasan. Ruang menunjang kualitas dari hasil pengelasan, salah
lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam satu output yang menjadi parameter hasil
bidang perbaikan unit alat berat pada pengelasan yang baik adalah kekuatan daya tarik
pertambangan sangat luas dan hampir semua dari hasil pengelasan. Dalam prosesnya,
jenis unit alat berat yang berada di lokasi pengelasan pada unit alat berat umumnya
pertambangan terbentuk dan tersusun dengan menggunakan metode pengelasan SMAW
menggunakan metode pengelasan. (Shield Metal Arc Welding) dan MIG (Metal
Zaman modern sekarang ini, khususnya Inert Gas).
dibidang pertambangan mulai melakukan Penelitian terhadap hasil pengelasan
perbaikan-perbaikan terhadap kualitas hasil SMAW dan MIG sudah dilakukan sebelumnya.

1
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

Dwita Suastiyanti dan Muhammad Kemal pengelasan MIG lebih besar dibandingkan
Hasybi (2018) melakukan penelitian yaitu dengan hasil pengelasan TIG.
kekerasan hasil pengelasan antara pengelasan Diantara beberapa penelitian yang telah
TIG (Tungsten Inert Gas) dan SMAW (Shield dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa
Metal Arc Welding) pada stainless steel SS 304 mereka belum pernah menganalisis
untuk aplikasi Boiler Shell. Dari penelitian ini perbandingan kekuatan tarik hasil pengelasan
disimpulkan bahwa nilai kekerasan Vickers pada antara pengelasan SMAW dan pengelasan MIG.
weld metal metode pengelasan SMAW jauh Demikian juga halnya dengan bahan spesimen
lebih besar daripada metode pengelasan TIG penelitian yang digunakan, mereka
disebabkan oleh struktur dendritic yang lebih menggunakan jenis bahan yang berbeda yaitu;
dominan pada metode pengelasan SMAW. stainless steel SS 304 dan alumunium 5083.
Sedangkan Iswanto dkk. (2020) juga telah Berdasarkan kajian di atas, maka penelitian yang
melakukan penelitian mengenai analisa dilakukan menetapkan tema, yaitu “Analisis
perbandingan kekuatan hasil pengelasan TIG Perbandingan Kekuatan Tarik Hasil
dan pengelasan MIG pada alumunium 5083. Pengelasan SMAW dan MIG Pada Pelat
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa, ASTM A 36”.
kekuatan bending dan kekuatan tarik hasil

penyambungan dua buah logam sampai titik


TINJAUAN PUSTAKA rekristalisasi logam, dengan atau tanpa
menggunakan bahan tambah dan menggunakan
Pengelasan (welding) adalah salah salah energi panas sebagai pencair bahan yang dilas.
satu teknik penyambungan logam dengan cara Pengelasan juga dapat diartikan sebagai ikatan
mencairkan sebagian logam induk dan logam tetap dari benda atau logam yang dipanaskan.
pengisi dengan atau tanpa tekanan. Berdasarkan temperatur atau tekanan
Definisi pengelasan menurut DIN yang lebih dominan dalam
(Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan membentuksambungan las, proses pengelasan
metalurgi pada sambungan logam atau logam dapat dibagi menjadi dua, yaitu : pengelasan
paduan yang dilaksanakan dalam keadaan Cair (Fusion Welding) dan pengelasan Tekanan
lumer atau cair. Dengan kata lain, las (Pressure Welding). Berdasarkan sumber energi
merupakan sambungan setempat dari panas yang digunakan, pengelasan dapat
beberapa batang logam dengan dibedakan menjadi tiga yaitu : Energi Kimia,
menggunakan energi panas. Energi Listrik, dan Energi Mekanik.
Berdasarkan definisi Amerikan Welding Daerah logam las adalah bagian dari
Society (AWS), pengelasan merupakan proses logam yang pada waktu pengelasan mencair dan
penyambungan dua buah logam yang kemudian membeku. Komposisi logam las
menyebabkan terjadinya penggabungan material terdiri dari komponen logam induk dan bahan
material melalui pemanasan sampai titik leleh tambah dari elektroda. Karena logam las dalam
dengan tekanan atau tanpa tekanan, dan dengan proses pengelasan ini mencair kemudian
logam pengisi atau tanpa logam pengisi. membeku, maka kemungkinan besar terjadi
The Welding Institute ( TWI ) lebih pemisahan komponen yang menyebabkan
sederhana lagi yaitu, e duobus unum yang terjadinya struktur yang tidak homogen,
berarti dari dua menjadi satu. Mengelas menurut ketidakhomogennya struktur akan
Alip (1989) adalah suatu aktifitas menyambung menimbulkan struktur ferit kasar dan bainit
dua bagian benda atau lebih dengan cara atas yang menurunkan ketangguhan logam
memanaskan atau menekan atau gabungan dari las. Pada daerah ini struktur mikro yang
keduanya sedemikian rupa sehingga menyatu terjadi adalah struktur cor. Struktur mikro di
seperti benda utuh. Penyambungan bisa dengan logam las dicirikan dengan adanya struktur
atau tanpa bahan tambah (filler metal) yang berbutir panjang (columnar grains). Struktur ini
sama atau berbeda titik cair maupun strukturnya. berawal dari logam induk dan tumbuh ke arah
Pengelasan dapat diartikan dengan proses tengah daerah logam las (Sonawan, 2004).

2
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

Daerah pengaruh panas atau heat dengan fluks merupakan pengembangan lebih
affected zone (HAZ) adalah logam dasar yang lanjut dari pengelasan dengan eletroda logam
bersebelahan dengan logam las yang selama tanpa pelindung (bare metal electrode). Dengan
proses pengelasan mengalami siklus termal elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit
pemanasan dan pendinginan cepat sehingga dikontrol dan mengalami pendinginan terlalu
daerah ini yang paling kritis dari sambungan las. cepat sehingga O2 dan N2 dari atmosfir diubah
Daerah hasil pengelasan pada proses pengelasan, menjadi oksida dan nitrida, akibatnya
yaitu : sambungan menjadi rapuh dan lemah. Prinsip
a. Logam Las (Weld Metal) las elektroda terbungkus adalah akibat dari busur
b. Fusion Line. listrik yang terjadi antara elektroda dan logam
c. HAZ (Heat Affected Zone) induk yang mengakibatkan logam induk dan
d. Logam Induk (Parent Metal) ujung elektroda mencair dan kemudian
membeku bersama-sama. Lapisan (pembungkus)
Las SMAW (Shield Metal Arc Welding) elektroda terbakar bersama dengan meleburnya
Las busur listrik merupakan salah satu elektroda. Fungsi fluks ini antara lain :
jenis las listrik dimana sumber pemanasan atau a. Melindungi logam cair dari lingkungan
pelumeran bahan yang disambung atau dilas udara
berasal dari busur nyala listrik. Pada dasarnya b. Menghasilkan gas pelindung
las listrik yang menggunakan elektroda c. Menstabilkan nyala busur las
karbon maupan logam, menggunakan tenaga d. Sumber unsur paduan
listrik sebagai sumber panasnya. Busur listrik
yang terjadi antara ujung elektroda dan benda Elektroda
kerja dapat mencapai temperatur tinggi yang Pengelasan dengan menggunakan las
dapat melelehkan sebagian bahan merupakan busur listrik memerlukan kawat las (Elektroda)
perkalian antara tegangan listrik ( E ) dengan yang terdiri dari suatu inti terbuat dari suatu
kuat arus ( I ) dan waktu ( t ) yang dinyatakan logam di lapisi oleh lapisan yang terbuat dari
dengan satuan joule atau kalori ( H = E × I × t ). campuran zat kimia, selain berfungsi
Las Elektroda Terbungkus sebagai pembangkit, elektroda juga sebagai
Las elektroda terbungkus adalah cara bahan tambah.
pengelasan di mana elektrodanya dibungkus

Gambar 1. Penampang Elektroda las.


Elektroda terdiri dari dua jenis bagian unsur paduan. Pada dasarnya bila di tinjau dari
yaitu bagian yang berselaput (fluks) dan tidak logam yang di las, kawat elektroda dibedakan
berselaput yang merupakan pangkal untuk menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon
menjepitkan tang las. Fungsi fluks atau lapisan tinggi, baja paduan, besi tuang, dan logam non
elektroda dalam las adalah untuk melindungi ferro. Bahan elektroda harus mempunyai
logam cair dari lingkungan udara menghasilkan kesamaan sifat dengan logam (Suharto, 1991).
gas pelindung, menstabilkan busur, sumber Penggolongan elektroda diatur berdasarkan

3
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

standar sistem AWS (American Welding Pengelasan Baja


Society) dan ASTM (American Society Baja adalah merupakan suatu campuran
Testing Material). Angka 7016 adalah suatu dari besi (Fe) dan karbon (C), dimana unsur
jenis elektroda yang mempunyai spesifikasi karbon (C) menjadi dasar. Disamping unsur Fe
tertentu. Dalam penelitian ini yang dimaksud Dan C, baja juga mengandung unsur campuran
dengan E 7016 adalah : lain seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si),
E = Elektroda las listrik ( E7016 diameter dan mangan (Mn) yang jumlahnya dibatasi. Baja
3,2 mm) karbon sedang dan baja karbon tinggi
70 = Tegangan tarik minimum dari hasil mengandung banyak karbon dan unsur lain
pengelasan (70.000 Psi) atau sama dapat memperkeras baja, karena itu daerah
dengan 492 MPa. pengaruh panas atau HAZ pada baja ini mudah
1 = Posisi pengelasan (angka 1 berarti menjadi keras bila dibandingkan baja karbon
dapat dipakai dalam semua posisi rendah. Sifatnya yang mudah menjadi keras
pengelasan). ditambah dengan adanya hidrogen difusi
6 = Menunjukkan jenis tipe pembungkus menyebabkan baja ini sangat peka terhadap
elektroda low hidrogen potassium retak las. Disamping itu pengelasan dengan
menggunakan elektroda yang sama kuat dengan
Adapun jenis bahan fluks yang digunakan adalah logam lasnya dengan pemanasan mula dan
sebagai berikut : suhu pemanasan tergantung dari kadar karbon.
a. Jenis Oksida Titan. Baja karbon adalah baja yang mengandung
b. Jenis Titania karbon antara 0,1 % - 1,7 %.
c. Jenis Ilmenit Berdasarkan tingkatan banyaknya kadar karbon,
d. Jenis Hidrogen Rendah . baja digolongkan menjadi tiga tingkatan :
e. Jenis selolusa a. Baja karbon rendah (mengandung karbon
f. Jenis Oksidasi Besi kurang dari 0,30 %)
g. Jenis Serbuk Oksidasi b. Baja karbon sedang (mengandung karbon
h. Jenis Serbuk Besi Titania busur antara 0,30 % – 0,60 %).
c. Baja karbon tinggi (mengandung karbon
Besar Arus Listrik antara 0,6 % - 1,5 %)
Besarnya arus pengelasan yang
diperlukan tergantung pada diameter elektroda, Pengelasan MIG (Metal Inert Gas)
tebal bahan yang dilas, jenis elektroda yang MIG (Metal innert Gas) adalah
digunakan, geometri sambungan, diameter inti pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan
elektroda, posisi pengelasan. Daerah las berasal dari busur nyala listrik yang dipakai
mempunyai kapasitas panas tinggi maka sebagai pencair metal yang di–las dan metal
diperlukan arus yang tinggi. Arus las merupakan penambah. Sebagai pelindung oksidasi
parameter las yang langsung mempengaruhi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal
penembusan dan kecepatan pencairan logam (innert) atau CO2. MIG digunakan untuk
induk. Makin tinggi arus las makin besar mengelas besi atau baja, sedangkan gas
penembusan dan kecepatan pencairannya. Besar pelindungnya adalah mengunakan Karbon
arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las dioxida CO2. Seperti halnya pada las listrik
bila arus terlalu rendah maka perpindahan cairan TIG, pada las listrik MIG juga panas
dari ujung elektroda yang digunakan sangat sulit ditimbulkan oleh busur listrik antara dua
dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas elektron dan bahan dasar. Elektroda merupakan
yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan gulungan kawat yang berbentuk rol yang
logam dasar, sehingga menghasilkan bentuk geraknya diatur oleh pasangan roda gigi yang
rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat
penembusan kurang dalam. Jika arus terlalu diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las
besar, maka akan menghasilkan manik melebar, dilengkapi dengan nosel logam untuk
butiran percikan kecil, penetrasi dalam serta menghubungkan gas pelindung yang dialirkan
penguatan matrik las tinggi.

4
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

dari botol gas melalui selang gas. Gas yang tangkai bersama-sama dengan gas pelindung.
dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja Pengelasan MIG (metal inert gas)
lunak dan baja. Argon atau campuran argon dan secara luas digunakan setiap kali dibutuhkan
helium untuk pengelasan aluminium dan baja peleburan/penyatuan logam dengan kecepatan
tahan karat. tinggi dan sedang. Teknik ini menggunakan
Proses pengelasan MIG ini dapat ARC DC yang nyala di antara bagian yang
secara semi otomatik atau otomatik. Semi dikerjakan dan kawat elektroda, dimana
otomatik dimaksudkan pengelasan secara elektroda ini fungsinya secara simultan
manual, sedangkan otomatik adalah adalah sebagai pembawa tenaga dan sumber
pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan filler logam. Proses pengelasan MIG disebut
secara otomatik. Elektroda keluar melalui juga dengan GMAW (Gas Metal arc welding).

Gambar 2. Proses Pengelasan MIG (Metal Inert Gas).

Prinsip dasar dari proses MIG ini tidak rendah. Banyak orang merujuk pada
jauh berbeda dengan SMAW, yaitu pengelasan MIG sebagai GMAW atau gas
penyambungan yang diperoleh dari proses pengelasan busur logam. Seringkali kedua istilah
pencairan sambungan logam induk dan ini digunakan secara bergantian. Jenis
elektroda yang nantinya membeku membentuk pengelasan ini dianggap otomatis atau semi
logam las. Perbedaan lain yang cukup terlihat otomatis karena hal itu terjadi dengan cepat.
antara MIG dan SMAW adalah pada pemakian Proses bekerja untuk bergabung dengan dua
jenis pelindung logam gas. Pada SMAW keping logam dengan terus melewati kawat las
pelindung logam las berupa fluks, sedangkan melalui pistol. Kabel tersambung ke arus searah
pada MIG pelindung ini berupa gas. dan kemudian melewati senapan dengan gas
Gas yang dimaksud bisa Inert atau inert seperti Argon. Kawat bertindak sebagai
Active. Dengan demikian karena tidak elektroda dan gas inert bertindak sebagai perisai
menggunakan fluks, maka hasil pengelasannya sebagai pengelasan dilakukan. Ini berarti bahwa
tidak terdapat terak. Proses MIG ini selain mencemarkan adalah ditanggung udara
dipakai untuk mengelas baja karbon juga sangat bukannya dimasukkan ke dalam zona weld.
baik dipakai untuk mengelas baja tahan karat Seorang tukang las MIG akan menggunakan
atau Stainless Steel serta mengelas logam-logam metode ini untuk menyatukan logam lebih cepat
lain yang afinitas terhadap Oksigen sangat daripada tongkat biasa pengelasan terutama
besar seperti Alumunium (Al) dan Titanium ketika mereka ingin untuk mengelas logam
(Ti). Untuk pengelasan MIG, gasnya adalah gas ringan seperti aluminium. Ketika metode ini
inert : argon atau campuran argon-helium. pertama kali memulai gas inert terlalu mahal
Pengelasan ini umumnya dilakukan untuk melakukan proses sepanjang waktu.
secara otomatik. Gas karbon dioksida sering Dewasa ini, karbon dioksida dapat digunakan
digunakan sebagai gas pelindung untuk sebagai penganti gas yang lebih mahal dan
pengelasan logam baja karbon dan baja paduan membuat lebih hemat biaya.

5
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

slag yang terjadi ketika pengelasan


Kelebihan dari las MIG : multipass tidak akan terjadi.
a. Las mig lebih cepat dari pada
metode pengelasan tradisional dan Paramater Pengelasan
menghasilkan hasil yang lebih tahan lama, Pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruhi
terus-menerus. kualiatas hasil pengelasan :
b. Dapat digunakan dengan berbagai paduan a. Pengaruh dari Arus Listrik (I)
dan logam yang membuatnya menjadi Setiap kenaikan arus listrik yang
panutan dalam proses serbaguna. dipergunakan pada saat pengelasan akan
c. MIG digunakan untuk mengelas besi dan meningkatkan penetrasi serta memperbesar
baja. kuantiti lasnya. Penetrasi akan meningkat 2
mm per 100 A dan kuantiti las meningkat
Kekurangan dari las MIG : juga 1,5 Kg/jam per 100. Sedangkan
a. Peralatan pengelasan yang kompleks dan pengaruhnya terhadap kawat elektroda
besar untuk digunakan. dengan diameter yang dipergunakan pada
b. Peralatan yang memerlukan sumber arus saat proses pengelasan adalah diameter
kontinyu dan terus-menerus memberi (mm) x (100–200)
elektroda kawat melalui pistol. b. Pengaruh dari Tegangan Listrik (V)
c. Ini merupakan proses yang sangat berbeda Setiap peningkatan tegangan listrik (V)
dari pengelasan tradisional sehingga ada yang dipergunakan pada proses pengelasan
kurva belajar bagi semua tukang las akan semakin memperbesar jarak antara tip
yang menggunakan teknik ini. Karena gas elektroda dengan material yang akan dilas,
inert, pengelasan MIG tidak dapat sehingga busur api yang terbentuk akan
digunakan di daerah terbuka karena angin menyebar dan mengurangi penetrasi pada
akan menyebabkan gas lebih banyak material las. Konsumsi fluksi yang
bermasalah untuk tukang las MIG. dipergunakan akan meningkat sekitar 10 %
d. Mengelas kurang bersih dengan pada setiap kenaikan 1 volt tegangan.
menghasilkan seperti hujan rintik-rintik. c. Pengaruh Kecepatan Pengelasan
Jika kecepatan awal pengelasan dimulai
Peralatan MIG adalah secara umum pada kecepatan 40 cm/menit, setiap
pelalatan yang dibutuhkan untuk proses pertambahan kecepatan akan membuat
pengelasan MIG adalah: bentuk jalur las yang kecil (Welding
1. Mesin las (power source) Bead), penetrasi, lebar serta kedalaman las
2. Elektroda (wirefeeder) pada benda kerja akan berkurang. Tetapi
3. Welding gun / torch jika kecepatan pengelasannya berkurang
4. Tabung gas pelindung dibawah 40 cm/menit cairan las yang
5. Regulator terjadi dibawah busur api las akan
6. Gas mixturer. menyebar serta penetrasi yang dangkal, hal
ini dikarenakan over heat.
Pada MIG digunakan gas pelindung d. Pengarah Polaritas arus listrik (AC atau
berupa gas CO2 (Carbon dioxida), dan DC)
mesin las TIG dengan jenis elektroda Pengelasan dengan kawat elektroda
Backum. MAG digunakan gas-gas seperti tunggal pada umumnya menggunakan tipe
Ar + CO2, Ar + O2 atau CO2 .Las di arus Direct Current (DC), elektroda positif
bengkel fabrikasi las MIG dan TIG (EP), jika menggunakan elektroda negatif
menggunakan sumber arus DC (direct (EN) penetrasi yang terbentuk akan rendah
current) dengan reverse polarity untuk dan kuantiti las yang tinggi. Pengaruh dari
menaikkan penetrasi lasan. Metode ini juga arus Alternating Curret (AC) pada bentuk
digunakan untuk mengelas logam yang butiran las dan kuantiti pengelasan antara
reaktif terhadap oksigen. MIG digunakan elektroda positif dan negatif adalah sama
untuk mengelas bagian yang tebal,karena yaitu cenderung porosity, oleh karena itu

6
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

dalam proses pengelasan yang satu baja canai panas struktural yang
menggunakan arus AC harus memakai fluks paling umum digunakan. Tipikal material
yang khusus. baja karbon khas, harganya relatif murah,
sangat bagus dilas dan dimachining dan
Bahan Pelat ASTM A 36 material baja SS400 dapat mengalami
Pelat Baja ASTM A36, yang juga berbagai perlakuan panas. Baja ASTA A
dikenal sebagai SS400 JIS 3101, di 36 umumnya disebut dengan pelat mild
ASME Kode Bagian II-A spesifikasi JIS steel (MS). Untuk pelat ukuran 5 x 20
dari pelat baja untuk konstruksi umum kaki (feet) sering juga disebut dengan
termasuk dalam kategori SA-36. Di JIS pelat kapal, karena banyak digunakan
(Standar Industri Jepang) “SS” singkatan untuk industri perkapalan. Baja A36
dari baja struktural (structural steel) dan memiliki unsur-unsur C 0,26%, Si 0,4%,
grade 400 yang mirip dengan AISI 1018. P 0,04%, S 0,05 Dan juga memiliki titik
Pelat kapal mild steel A-36 adalah salah leleh pada suhu 1430 derajat celcius.

Gambar 3. Pelat Baja ASTM A 36.

Pengujian Tarik bahan tersebut.


Proses pengujian tarik bertujuan
untuk mengetahui kekuatan tarik benda
uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik METODOLOGI PENELITIAN
daerah las dimaksudkan untuk mengetahui Penelitian ini menggunakan metode
apakan kekuatan las mempunyai nilai eksperimen, yaitu suatu cara untuk mencari
yang sama, lebih rendah atau lebih tinggi hubungan sebab akibat antara dua faktor yang
dari kelompok raw materials. Pengujian berpengaruh. Eksperimen dilaksanakan
tarik untuk kualitas kekuatan tarik dilaboratorium dengan kondisi dan peralatan
dimaksudkan untuk mengetahui berapa yang baik guna memperoleh data tentang sifat
nilai kekuatannya dan dimanakah letak mekanik dari hasil pengelasan SMAW dan MIG
putusnya suatu sambungan las. pada pelat ASTM A 36.
Pembebanan tarik adalah pembebanan Penelitian ini juga bersifat Kuantitatif
yang diberikan pada benda dengan karena akan ada pengujian pada spesimen uji
memberikan gaya tarik berlawanan arah dan akan dilakukan perbandingan untuk
pada salah satu ujung benda. Penarikan mendapatkan kesimpulan hasil dari penelitian
gaya terhadap beban akan mengakibatkan ini.
terjadinya perubahan bentuk (deformasi)

7
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

Las MIG Las SMAW

Gambar 4. Bahan Penelitian Pelat ASTM A 36

Untuk objek penelitian, bahan yang Bahan dan Alat


digunakan adalah pelat ASTM A 36 yang a. Bahan
merupakan bahan yang akan dijadikan sebagai - Plat ASTM A 36
spesimen pengujian dalam penelitian ini. - Elektroda E7016 (SMAW)
Spesifikasi benda uji yang akan digunakan - kawat las wire ER 71 T (MIG)
dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut : b. Alat
1. Bahan yang digunakan untuk dijadikan - Peralatan pengelasan
spesimen pengujian adalah Pelat ASTM A 36 - Mesin las SMAW DC
2. Kampuh yang digunakan adalah kampuh V - Mesin las MIG DC
o - Penggaris
dengan sudut 70 dengan lebar celah 2 mm.
- Alat Uji Tarik
3. Untuk pengelasan SMAW, Elektroda yang
akan digunakan sebagai bahan
Untuk tahap persiapan benda uji akan dilakukan
penyambungan benda uji adalah E-7016.
di Workshop PT BUMA LATI BERAU dan
4. Untuk pengelasan MIG, kawat las yang akan
pengambilan data pengujian akan dilakukan di
digunakan adalah AWS ER 71 T
Balikpapan.

Waktu Penelitian
Tabel 1. Time Table Rencana Proses Penelitian

8
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

Pelaksanaan Penelitian atas meja mesin milling.


4. Posisi benda kerja saling bersinggungan
Berikut adalah langkah–langkah dalam satu sama lain.
proses pembuatan spesimen dan pengujian : 5. Atur putaran tool pada mesin milling
1. Menyiapkan alat dan bahan yang vertikal.
diperlukan. 6. Atur plunge dept pada benda kerja, yaitu
2. Membersihkan permukaan benda 0,2 mm.
kerja yang akan dilas.
3. Meletakkan benda kerja yang sesuai di

Gambar 5. Pengelasan plat yang akan diuji daya tariknya

Pembuatan Kampuh V dipotong kemudian permukaan digambar


Pembuatan kampuh V dengan dengan spidol, tepi permukaan diukur
menggunakan mesin frais. Bahan yang telah 0
sedalam dua mm dan di ukur sudut 35 .
dipersiapkan dipotong dengan mesin gergaji, Setelah bahan digambar bahan dicekam dan
dengan ukuran P = 100 mm L = 30 mm T = 10 0
mm sebanyak enam potong, setelah bahan dilakukan pengefraisan dengan sudut 35 .

Gambar 6. Kampuh V

Proses Pengelasan Benda 5. Mempersiapkan dua jenis elektroda atau


kawat las sesuai dengan mesin las.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam 6. Menyetel ampere meter mesin las
proses pengelasan adalah: SMAW dengan cara mengatur arus pada
1. Mempersiapkan mesin las SMAW dan posisi jarum nol, kemudian jepitkan
mesin las MIG.. kabel arus massa negatif pada plat lalu
2. Mempersiapkan benda kerja yang akan dilas Mesin las dihidupkan dan elektroda
pada meja las. digoreskan sampai menyala. Ampere
3. Posisi pengelasan dengan menggunakan meter diatur. Selanjutnya mulai
posisi pengelasan mendatar atau bawah dilakukan pengelasan untuk spesimen,
tangan. penelitian ini dipilih elektroda jenis
4. Kampuh yang digunakan jenis kampuh V, E7016.
0 7. Menyetel amper mesin las MIG dengan
dengan sudut 70 ,dengan lebar celah 2 mm.

9
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

cara mengatur arus pada posisi jarum mengunakan pisau frais diameter 60 mm.
nol, kemudian jepitkan arus massa
negatif pada plat, buka kran gas C02,
mesin las di hidupkan dan tekan gun Prosedure Pengujian Tarik
untuk mengatur kecepatan feeder mesin Prosedur dan pembacaan hasil pada
las dan volume gas yang keluar lalu pengujian tarik adalah sebagai berikut. Benda
lakukan las tik untuk mengatur amper. uji dijepit pada ragum uji tarik, setelah
Selanjutnya mulai dilakukan pengelasan sebelumnya diketahui penampangnya,
untuk spesimen, penelitian ini dipilih panjang awalnya dan ketebalannya.
dengan jenis kawat las AWS ER 71 T. Langkah pengujian sebagai berikut :
1. Menyiapkan kertas milimeter block dan
letakan kertas tersebut pada plotter.
Pembuatan Spesimen 2. Benda uji mulai mendapat beban tarik
Mengacu standar ASTM untuk dengan menggunakan tenaga hidrolik
pengujian kualitas kekuatan tarik bahan. Setelah diawali 0 kg hingga benda putus pada
proses pengelasan selesai maka dilanjutkan beban maksimum yang dapat ditahan
pembuatan spesimen sesuai standar ASTM, benda tersebut.
yang nantinya akan diuji tarik, langkah- 3. Benda uji yang sudah putus lalu diukur
langkahnya sebagai berikut: berapa besar penampang dan panjang
1. Meratakan alur hasil pengelasan dengan benda uji setelah putus.
mesin frais. 4. Gaya atau beban yang maksimum
2. Bahan dipotong-potong dengan ukuran ditandai dengan putusnya benda uji
panjang total 200 mm, lebar area yang di terdapat pada layar digital dan dicatat
jepit 30 mm tebal 10 mm dan panjnag sebagai data.
area yang diuji tarik 50 mm denga lebar 5. Hasil diagram terdapat pada kertas
20 mm milimeter block yang ada pada meja
3. Membuat gambar pada kertas yang agak plotter.
tebal atau mal mengacu ukuran standar 6. Hal terakhir yaitu mencatat kekuatan
ASTM A 36 tarik,kekuatan luluh, perpanjangan, reduksi
4. Gambar atau mal di tempel pada bahan penampang dari data yang telah didapat.
selanjutnya dilakuakan pengefraisan
sesuai dengan bentuk gambar dengan
apa saja kendala-kendala yang didapatkan saat
Teknik Analisa dan Pengumpulan Data penelitian ini berlangsung.

Metode eksperimen sering digunakan


dalam penelitian ilmu-ilmu eksakta. Tujuan dari ANALISA DAN PEMBAHASAN
penelitian eksperimental adalah untuk
menyelidiki ada atau tidaknya hubungan sebab Hasil Pengujian Tarik
akibat, serta berapa besar hubungan sebab akibat Pada analisa ini, pengujian melakukan
tersebut dengan cara memberikan perlakuan- analisa pada material ASTM A36 dengan
perlakuan tertentu pada beberapa kelompok pengelasan MIG dan SMAW. Mengacu pada
eksperimental dan menyediakan kontrol untuk latar masalah untuk mendapatkan jawaban dari
perbandingan. suatu permasalahan, maka dilakukan pengujian
Pengumpulan data dilakukan pada saat tarik yang di maksudkan untuk memperoleh
penelitian berlangsung sampai penelitian selesai. data-data hasil pengujian itu sendiri, sehingga
Adapun hasil-hasil data penelitian yang dapat dijadikan kesimpulan dari suatu
diperoleh selanjutnya akan ditelaah dan penelitian.
dianalisis untuk mencari tahu seberapa besar Spesimen pengujian terdiri dari
pengaruh variabel yang diberikan, dan pengaruh pengujian tarik untuk mengetahui
faktor internal maupun faktor eksternal, serta perbandingan kekuatan tarik dari hasil

10
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

pengelasan MIG dan SMAW. Data-data hasil Berikut,


pengujian tarik yang sudah diperoleh kemudian
dimasukkan kedalam pada tabel

Tabel 2. Data Hasil Uji Tarik pengelasan MIG dan SMAW


S Area Max 0.2% Y.S Yield Tensil Elongation Modulus
pecimen mm2 force Kgf/mm 2 streng streng elastisitas
Kgf Kgf/mm Kgf/mm2 % Kgf/mm2
2

Las 1 200 104569.0 322.08 322.08 522.84 9.5 2095.948


Mig 2 200 104795.3 367.14 367.14 523.98 9.5 2918.521
3 200 104190.5 350.64 350.64 520.95 9.5 3020.417
Las 1 200 98551.9 318.56 318.56 492.76 9.5 6056.187
Smaw
2 200 93079.5 316.99 316.99 465.40 9.5 8178.227
3 200 100980.3 347.41 347.41 504.90 9.5 7901.705

Perhitungan hasil uji tarik Las MIG dan Hasil dari data pengujian tarik
SMAW selanjutnya dimasukkan ke dalam diagram
seperti di bawah ini. Data dari hasil eksperimen
Specimen menunjukkan nilai kekuatan luluh, kekuatan
 Beban pada titik luluh tarik dan kekuatan patah pada pengelasan MIG
dan SMAW berbeda.
Fy = σy x Ao Data dari hasil uji tarik pengelasan mig
dan smaw menunjukkan nilai kekuatan luluh las
 Kekuatan tarik mig memiliki nilai rata-rata 346 kgf/mm2 dan
nilai rata-rata las smaw 327,65 kgf/mm2. ini
𝐹 𝑚𝑎𝑥 berarti hasil pengelasan mig lebih baik
σu = dibandingan dengan pengelasan smaw dengan
𝐴𝑜
 Kekuatan patah selisih perbandingan 5,3 %.
Data dari hasil uji tarik pengelasan mig
𝐹𝑦
σp = dan smaw menunjukkan nilai kekuatan tarik las
𝐴𝑜
mig memiliki nilai rata-rata 522,59 kgf/mm2
 Reduksi penampang dan nilai rata-rata las smaw 487,7 kgf/mm2. ini
berarti pengelasan mig lebih baik dibandingan
(Ao−Au ) dengan pengelasan smaw dengan selisih
RA = x 100 % perbandingan 6,6 %. Data dari hasil uji tarik
𝐴𝑜
pengelasan mig dan smaw menunjukkan nilai
 Elongation kekuatan patah las mig memiliki nilai rata-rata
402,06 kgf/mm2 dan nilai rata-rata las smaw
(Lu−Lo )
ɛp = x 100 % 318,25 kgf/mm2. ini berarti pengelasan mig
𝐿𝑜
lebih baik dibandingan dengan pengelasan
smaw dengan selisih perbandingan 20,8 %.
Analisa Hasil Uji Tarik Data dari hasil uji tarik pengelasan mig
dan smaw menunjukkan nilai rata-rata reduksi

11
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

penampang pengelasan mig 58,5 %. Dan untuk dan smaw menunjukkan nilai rata-rata
pengelasan smaw 63,1 %. Ini berarti untuk engalotion perpanjangna hasil pengelasan mig
reduksi penampang pengelasan smaw lebih baik dan las smaw sama memilki nilai yang sama
dengan selilih perbandingan 71 %. yaitu sebesar 9,5 %.
Data dari hasil uji tarik pengelasan mig

Las mig Las smaw

Gambar 7. Spesimen uji tarik

Kesimpulan 6045,37 kgf/mm2 dengan selisih


perbandinganya 55,69 %.
Dari hasil penelitian dan perhitungan yang b. Adanya pengaruh perbedaan metode
telah dilakukan pada material ASTM A36 pengelasan antara pengelasan MIG dan
dengan pengelasan mig dan smaw maka di SMAW karena pengelasan SMAW
peroleh dari hasil pengujian tarik sehingga dapat melakukan pengisian pengelasan sedikt
diambil kesimpulan sebagai berikut : lebih lambat sehingga mempengaruhi
a. Hasil pengelasan MIG dan SMAW struktur micro pada material induk di area
menunjukan hasil pengelasn MIG lebih baik HAZ karena menerima panas yang lebih
dibandingan pengelasan SMAW karena lama.
memiliki Kekuatan tarik pengelasan 522,59
kgf/mm2 dan SMAW 487,7 kgf/mm2 dengan Saran
selisih perbandingn 6,6 %,Kekuatan luluh Saran yang di dapat dianjukan agar
pengelasan MIG 346 kgf/mm2 dan SMAW percobaan berikutnya bisa lebih baik lagi dan
327,65 kgf/mm2 dengan selisih dapat menyempurnakan percobaan yang telah
perbandingan 5,3 %. Kekuatan patah dilakukan dalam penelitian ini adalah :
pengelasan MIG 402,02 kgf/mm2 dan a. Agar mendapatkan data yang lebih
SMAW 318,25 kgf/mm2 dengan selisih banyak tentang pengujian perbandingan
perbandingn 20,8%,Reduksi penampang kekuatan sambungan las maka perlu
pengelasan MIG 58,5 % dan SMAW 63,1 % penelitian lebih lanjut baik metode uji
dengan selisih perbandingn nondestruktif maupun destruktif lainya
7,1%,Perpanjangan engalotion pengelasan seperti ultrasonik, radiografi dan
MIG dan SMAW memiliki nilai yang sama penetran.
yaitu 9,5 %, modulus elastisitas (E), dengan b. Untuk mendapatkan kualitas las-lasan
pengelasan MIG memiliki nilai rata-rata yang baik Sebaiknya melukan
sebesar 2678,30 kgf/mm2 dan las SMAW

12
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434

pemanasan awal (freeheat) sebelum


melakukan pengelasan untuk
menghilangkan kadar hidrogen yang ada
pada kawat las (SMAW) dan juga pada
base material, karena hidrogen akan
menyebabkan las-lasan menjadi
berkualitas kurang baik dan melakukan
pemanasan akhir (postheat) untuk
menghilangkan stres material di daerah
HAZ akibat suhu tidak merata ketika
proses pendinginan.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso Joko. 2006. “Pengaruh Arus


Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik
dan Ketangguhan Las SMAW dengan
Elektroda E-7018”. Jurusan Teknik
Mesin. Fakultas Teknik. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.

Iswanto, Noerdianto, Fachruddin A’rasy,


Mulyadi. 2020. “Analisa
Perbandingan Kekuatan Hasil
Pengelasan TIG dan Pengelasan MIG
pada Alumunium 5083”. Teknik
Mesin. Universitas Muhammadiyah
Sidosrjo. Sidoarjo.

Suastiyanti Dwita, Hasybi Muhammad Kemal.


2018. “Kekerasan Hasil Pengelasan
TIG dan SMAW pada Stainless Steel
SS 304 untuk Aplikasi Boiler Shell”.
Program Studi Teknik Mesin. Institut
Teknologi Indonesia.

Farid Wahyu Wibowo. 2013. “Pengaruh


Holding Time Annealing pada
Sambungan SMAW Terhadap
Ketangguhan ;Las Baja K-945 EMS
45”. Proposal Penelitian. Universitas
Negeri Semarang. Semarang.

13

Anda mungkin juga menyukai