ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hasil kekuatan tarik benda kerja serta mempelajari perbedaan
kekuatan tarik terhadap kedua metode pengelasan yang umum digunakan dalam dunia industri
pertambangan yaitu metode pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) dan MIG (Metal Inert Gas).
Hasil pengujian kekuatan benda kerja yang dianalisa adalah nilai kekuatan tarik yang didapatkan dengan
melakukan pengujian kekuatan tarik. Dalam proses pengelasan benda kerja digunakan bahan ASTM A
36.
ABSTRACT
This Research aims to analys the result of the tensile strength of workpieces and learn the different of
tensile strength to both the welding methods commonly used in the mining industry, SMAW (Shield Metal
Arc Welding) and MIG (Metal Inert Gas) welding methods. The result of analysis work piece strength test
is the value of tensile strength obtained by conducting tensile strength testing. In the process of welding
workpiece used materials ASTM A 36.
PENDAHULUAN
Pengelasan (welding) merupakan bagian pengelasan unit alat berat, karena kualitas hasil
yang tak terpisahkan dari pertumbuhan pengelasan yang baik akan mempengaruhi life
peningkatan industri karena memegang peran time operasional dan efisiensi dari hasil
utama dalam rekayasa dan reparasi logam. pengelasan unit alat berat itu sendiri. Oleh
Hampir dikatakan tidak mungkin bahwa karena itu, dalam proses pengelasan harus
konstruksi atau produk yang berbahan dari memperhatikan segala aspek yang dapat
logam tanpa adanya proses pengelasan. Ruang menunjang kualitas dari hasil pengelasan, salah
lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam satu output yang menjadi parameter hasil
bidang perbaikan unit alat berat pada pengelasan yang baik adalah kekuatan daya tarik
pertambangan sangat luas dan hampir semua dari hasil pengelasan. Dalam prosesnya,
jenis unit alat berat yang berada di lokasi pengelasan pada unit alat berat umumnya
pertambangan terbentuk dan tersusun dengan menggunakan metode pengelasan SMAW
menggunakan metode pengelasan. (Shield Metal Arc Welding) dan MIG (Metal
Zaman modern sekarang ini, khususnya Inert Gas).
dibidang pertambangan mulai melakukan Penelitian terhadap hasil pengelasan
perbaikan-perbaikan terhadap kualitas hasil SMAW dan MIG sudah dilakukan sebelumnya.
1
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
Dwita Suastiyanti dan Muhammad Kemal pengelasan MIG lebih besar dibandingkan
Hasybi (2018) melakukan penelitian yaitu dengan hasil pengelasan TIG.
kekerasan hasil pengelasan antara pengelasan Diantara beberapa penelitian yang telah
TIG (Tungsten Inert Gas) dan SMAW (Shield dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa
Metal Arc Welding) pada stainless steel SS 304 mereka belum pernah menganalisis
untuk aplikasi Boiler Shell. Dari penelitian ini perbandingan kekuatan tarik hasil pengelasan
disimpulkan bahwa nilai kekerasan Vickers pada antara pengelasan SMAW dan pengelasan MIG.
weld metal metode pengelasan SMAW jauh Demikian juga halnya dengan bahan spesimen
lebih besar daripada metode pengelasan TIG penelitian yang digunakan, mereka
disebabkan oleh struktur dendritic yang lebih menggunakan jenis bahan yang berbeda yaitu;
dominan pada metode pengelasan SMAW. stainless steel SS 304 dan alumunium 5083.
Sedangkan Iswanto dkk. (2020) juga telah Berdasarkan kajian di atas, maka penelitian yang
melakukan penelitian mengenai analisa dilakukan menetapkan tema, yaitu “Analisis
perbandingan kekuatan hasil pengelasan TIG Perbandingan Kekuatan Tarik Hasil
dan pengelasan MIG pada alumunium 5083. Pengelasan SMAW dan MIG Pada Pelat
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa, ASTM A 36”.
kekuatan bending dan kekuatan tarik hasil
2
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
Daerah pengaruh panas atau heat dengan fluks merupakan pengembangan lebih
affected zone (HAZ) adalah logam dasar yang lanjut dari pengelasan dengan eletroda logam
bersebelahan dengan logam las yang selama tanpa pelindung (bare metal electrode). Dengan
proses pengelasan mengalami siklus termal elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit
pemanasan dan pendinginan cepat sehingga dikontrol dan mengalami pendinginan terlalu
daerah ini yang paling kritis dari sambungan las. cepat sehingga O2 dan N2 dari atmosfir diubah
Daerah hasil pengelasan pada proses pengelasan, menjadi oksida dan nitrida, akibatnya
yaitu : sambungan menjadi rapuh dan lemah. Prinsip
a. Logam Las (Weld Metal) las elektroda terbungkus adalah akibat dari busur
b. Fusion Line. listrik yang terjadi antara elektroda dan logam
c. HAZ (Heat Affected Zone) induk yang mengakibatkan logam induk dan
d. Logam Induk (Parent Metal) ujung elektroda mencair dan kemudian
membeku bersama-sama. Lapisan (pembungkus)
Las SMAW (Shield Metal Arc Welding) elektroda terbakar bersama dengan meleburnya
Las busur listrik merupakan salah satu elektroda. Fungsi fluks ini antara lain :
jenis las listrik dimana sumber pemanasan atau a. Melindungi logam cair dari lingkungan
pelumeran bahan yang disambung atau dilas udara
berasal dari busur nyala listrik. Pada dasarnya b. Menghasilkan gas pelindung
las listrik yang menggunakan elektroda c. Menstabilkan nyala busur las
karbon maupan logam, menggunakan tenaga d. Sumber unsur paduan
listrik sebagai sumber panasnya. Busur listrik
yang terjadi antara ujung elektroda dan benda Elektroda
kerja dapat mencapai temperatur tinggi yang Pengelasan dengan menggunakan las
dapat melelehkan sebagian bahan merupakan busur listrik memerlukan kawat las (Elektroda)
perkalian antara tegangan listrik ( E ) dengan yang terdiri dari suatu inti terbuat dari suatu
kuat arus ( I ) dan waktu ( t ) yang dinyatakan logam di lapisi oleh lapisan yang terbuat dari
dengan satuan joule atau kalori ( H = E × I × t ). campuran zat kimia, selain berfungsi
Las Elektroda Terbungkus sebagai pembangkit, elektroda juga sebagai
Las elektroda terbungkus adalah cara bahan tambah.
pengelasan di mana elektrodanya dibungkus
3
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
4
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
dari botol gas melalui selang gas. Gas yang tangkai bersama-sama dengan gas pelindung.
dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja Pengelasan MIG (metal inert gas)
lunak dan baja. Argon atau campuran argon dan secara luas digunakan setiap kali dibutuhkan
helium untuk pengelasan aluminium dan baja peleburan/penyatuan logam dengan kecepatan
tahan karat. tinggi dan sedang. Teknik ini menggunakan
Proses pengelasan MIG ini dapat ARC DC yang nyala di antara bagian yang
secara semi otomatik atau otomatik. Semi dikerjakan dan kawat elektroda, dimana
otomatik dimaksudkan pengelasan secara elektroda ini fungsinya secara simultan
manual, sedangkan otomatik adalah adalah sebagai pembawa tenaga dan sumber
pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan filler logam. Proses pengelasan MIG disebut
secara otomatik. Elektroda keluar melalui juga dengan GMAW (Gas Metal arc welding).
Prinsip dasar dari proses MIG ini tidak rendah. Banyak orang merujuk pada
jauh berbeda dengan SMAW, yaitu pengelasan MIG sebagai GMAW atau gas
penyambungan yang diperoleh dari proses pengelasan busur logam. Seringkali kedua istilah
pencairan sambungan logam induk dan ini digunakan secara bergantian. Jenis
elektroda yang nantinya membeku membentuk pengelasan ini dianggap otomatis atau semi
logam las. Perbedaan lain yang cukup terlihat otomatis karena hal itu terjadi dengan cepat.
antara MIG dan SMAW adalah pada pemakian Proses bekerja untuk bergabung dengan dua
jenis pelindung logam gas. Pada SMAW keping logam dengan terus melewati kawat las
pelindung logam las berupa fluks, sedangkan melalui pistol. Kabel tersambung ke arus searah
pada MIG pelindung ini berupa gas. dan kemudian melewati senapan dengan gas
Gas yang dimaksud bisa Inert atau inert seperti Argon. Kawat bertindak sebagai
Active. Dengan demikian karena tidak elektroda dan gas inert bertindak sebagai perisai
menggunakan fluks, maka hasil pengelasannya sebagai pengelasan dilakukan. Ini berarti bahwa
tidak terdapat terak. Proses MIG ini selain mencemarkan adalah ditanggung udara
dipakai untuk mengelas baja karbon juga sangat bukannya dimasukkan ke dalam zona weld.
baik dipakai untuk mengelas baja tahan karat Seorang tukang las MIG akan menggunakan
atau Stainless Steel serta mengelas logam-logam metode ini untuk menyatukan logam lebih cepat
lain yang afinitas terhadap Oksigen sangat daripada tongkat biasa pengelasan terutama
besar seperti Alumunium (Al) dan Titanium ketika mereka ingin untuk mengelas logam
(Ti). Untuk pengelasan MIG, gasnya adalah gas ringan seperti aluminium. Ketika metode ini
inert : argon atau campuran argon-helium. pertama kali memulai gas inert terlalu mahal
Pengelasan ini umumnya dilakukan untuk melakukan proses sepanjang waktu.
secara otomatik. Gas karbon dioksida sering Dewasa ini, karbon dioksida dapat digunakan
digunakan sebagai gas pelindung untuk sebagai penganti gas yang lebih mahal dan
pengelasan logam baja karbon dan baja paduan membuat lebih hemat biaya.
5
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
6
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
dalam proses pengelasan yang satu baja canai panas struktural yang
menggunakan arus AC harus memakai fluks paling umum digunakan. Tipikal material
yang khusus. baja karbon khas, harganya relatif murah,
sangat bagus dilas dan dimachining dan
Bahan Pelat ASTM A 36 material baja SS400 dapat mengalami
Pelat Baja ASTM A36, yang juga berbagai perlakuan panas. Baja ASTA A
dikenal sebagai SS400 JIS 3101, di 36 umumnya disebut dengan pelat mild
ASME Kode Bagian II-A spesifikasi JIS steel (MS). Untuk pelat ukuran 5 x 20
dari pelat baja untuk konstruksi umum kaki (feet) sering juga disebut dengan
termasuk dalam kategori SA-36. Di JIS pelat kapal, karena banyak digunakan
(Standar Industri Jepang) “SS” singkatan untuk industri perkapalan. Baja A36
dari baja struktural (structural steel) dan memiliki unsur-unsur C 0,26%, Si 0,4%,
grade 400 yang mirip dengan AISI 1018. P 0,04%, S 0,05 Dan juga memiliki titik
Pelat kapal mild steel A-36 adalah salah leleh pada suhu 1430 derajat celcius.
7
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
Waktu Penelitian
Tabel 1. Time Table Rencana Proses Penelitian
8
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
Gambar 6. Kampuh V
9
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
cara mengatur arus pada posisi jarum mengunakan pisau frais diameter 60 mm.
nol, kemudian jepitkan arus massa
negatif pada plat, buka kran gas C02,
mesin las di hidupkan dan tekan gun Prosedure Pengujian Tarik
untuk mengatur kecepatan feeder mesin Prosedur dan pembacaan hasil pada
las dan volume gas yang keluar lalu pengujian tarik adalah sebagai berikut. Benda
lakukan las tik untuk mengatur amper. uji dijepit pada ragum uji tarik, setelah
Selanjutnya mulai dilakukan pengelasan sebelumnya diketahui penampangnya,
untuk spesimen, penelitian ini dipilih panjang awalnya dan ketebalannya.
dengan jenis kawat las AWS ER 71 T. Langkah pengujian sebagai berikut :
1. Menyiapkan kertas milimeter block dan
letakan kertas tersebut pada plotter.
Pembuatan Spesimen 2. Benda uji mulai mendapat beban tarik
Mengacu standar ASTM untuk dengan menggunakan tenaga hidrolik
pengujian kualitas kekuatan tarik bahan. Setelah diawali 0 kg hingga benda putus pada
proses pengelasan selesai maka dilanjutkan beban maksimum yang dapat ditahan
pembuatan spesimen sesuai standar ASTM, benda tersebut.
yang nantinya akan diuji tarik, langkah- 3. Benda uji yang sudah putus lalu diukur
langkahnya sebagai berikut: berapa besar penampang dan panjang
1. Meratakan alur hasil pengelasan dengan benda uji setelah putus.
mesin frais. 4. Gaya atau beban yang maksimum
2. Bahan dipotong-potong dengan ukuran ditandai dengan putusnya benda uji
panjang total 200 mm, lebar area yang di terdapat pada layar digital dan dicatat
jepit 30 mm tebal 10 mm dan panjnag sebagai data.
area yang diuji tarik 50 mm denga lebar 5. Hasil diagram terdapat pada kertas
20 mm milimeter block yang ada pada meja
3. Membuat gambar pada kertas yang agak plotter.
tebal atau mal mengacu ukuran standar 6. Hal terakhir yaitu mencatat kekuatan
ASTM A 36 tarik,kekuatan luluh, perpanjangan, reduksi
4. Gambar atau mal di tempel pada bahan penampang dari data yang telah didapat.
selanjutnya dilakuakan pengefraisan
sesuai dengan bentuk gambar dengan
apa saja kendala-kendala yang didapatkan saat
Teknik Analisa dan Pengumpulan Data penelitian ini berlangsung.
10
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
Perhitungan hasil uji tarik Las MIG dan Hasil dari data pengujian tarik
SMAW selanjutnya dimasukkan ke dalam diagram
seperti di bawah ini. Data dari hasil eksperimen
Specimen menunjukkan nilai kekuatan luluh, kekuatan
Beban pada titik luluh tarik dan kekuatan patah pada pengelasan MIG
dan SMAW berbeda.
Fy = σy x Ao Data dari hasil uji tarik pengelasan mig
dan smaw menunjukkan nilai kekuatan luluh las
Kekuatan tarik mig memiliki nilai rata-rata 346 kgf/mm2 dan
nilai rata-rata las smaw 327,65 kgf/mm2. ini
𝐹 𝑚𝑎𝑥 berarti hasil pengelasan mig lebih baik
σu = dibandingan dengan pengelasan smaw dengan
𝐴𝑜
Kekuatan patah selisih perbandingan 5,3 %.
Data dari hasil uji tarik pengelasan mig
𝐹𝑦
σp = dan smaw menunjukkan nilai kekuatan tarik las
𝐴𝑜
mig memiliki nilai rata-rata 522,59 kgf/mm2
Reduksi penampang dan nilai rata-rata las smaw 487,7 kgf/mm2. ini
berarti pengelasan mig lebih baik dibandingan
(Ao−Au ) dengan pengelasan smaw dengan selisih
RA = x 100 % perbandingan 6,6 %. Data dari hasil uji tarik
𝐴𝑜
pengelasan mig dan smaw menunjukkan nilai
Elongation kekuatan patah las mig memiliki nilai rata-rata
402,06 kgf/mm2 dan nilai rata-rata las smaw
(Lu−Lo )
ɛp = x 100 % 318,25 kgf/mm2. ini berarti pengelasan mig
𝐿𝑜
lebih baik dibandingan dengan pengelasan
smaw dengan selisih perbandingan 20,8 %.
Analisa Hasil Uji Tarik Data dari hasil uji tarik pengelasan mig
dan smaw menunjukkan nilai rata-rata reduksi
11
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
penampang pengelasan mig 58,5 %. Dan untuk dan smaw menunjukkan nilai rata-rata
pengelasan smaw 63,1 %. Ini berarti untuk engalotion perpanjangna hasil pengelasan mig
reduksi penampang pengelasan smaw lebih baik dan las smaw sama memilki nilai yang sama
dengan selilih perbandingan 71 %. yaitu sebesar 9,5 %.
Data dari hasil uji tarik pengelasan mig
12
UNIVERSITAS TRIDHARMA MECHA JURNAL TEKNIK MESIN
VOL.3 NO.1 OKTOBER 2020
E-ISSN: 2656-9906, P-ISSN: 2656-9434
DAFTAR PUSTAKA
13