Anda di halaman 1dari 9

ANALISA SUDUT PENGELASAN DAN DIAMETER ELEKTRODA

PADA PENGELASAN SMAW PLAT BAJA S45C TERHADAP


KEKUATAN TARIK DAN IMPACT

Khairan Husin1 Dan Frizka Vientanti, S.T., M.T., M.Sc.2


1
Department of Mechanical Engineering, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Corresponding author:
Khairan Husin
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Email: Bangayon644@gmail.com

Abstract
The selection of predetermined welding parameters aims to get good results and data. Different
grooves and welding positions will give different values for the tensile test, impact test, and macro-
observations. This study was to determine the effects of welding by changing the shape and welding
position on the impact test, tensile test, and macro-observations on S45C material. Tests were carried out
on the welding angles of 30°, 45°, and 60° and the electrode diameters of 2.6 mm, 3.2 mm, and 4 mm. The
highest impact toughness of 3.640 joule/mm 2 occurred at the 45° welding position with a 3.2 mm electrode
on a brittle fracture surface. Meanwhile, the lowest impact of 3.378 joule/mm 2 happened at the 45° and 4
mm electrodes during welding. In terms of tensile testing, the tensile test data on the welding angle and
electrode diameter showed that the highest tensile strength of 572.41 MPa existed at a welding angle of
60° and a 4 mm electrode diameter, indicating that the weld area had a high tensile strength. The lowest
tensile strength of 452.4 MPa was at an angle of 30° and a 2.6-mm electrode.
Keywords: welding angle, electrode diameter, SMAW, S45C, tensile strength, impact strength

Abstrak
Pemilihan parameter pengelasan yang telah ditentukan untuk mendapatkan hasil dan data
yang baik. Karena setiap perbedaan variasi kampuh dan variasi posisi pengelasan memiliki nilai
yang berbeda untuk uji tarik, uji impak dan pengamatan makro. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pengelasan dengan perubahan bentuk seam dan posisi pengelasan
terhadap uji impact, uji tarik dan pengamatan makro pada material S45C. Pengujian dilakukan
pengelasan 30° , 45° ,60° dan diameter elektroda 2,6 mm, 3,2 mm, 4 mm bahwa nilai ketangguhan
impact tertinggi terdapat pada posisi pengelasan 45 ° dengan elektroda 3,2 mm dengan
ketangguhan impact sebesar 3,640 jaoule /mm2 dengan permukaan patah getas. Dan impact
terendah terdapat pada posisi pengelasan 45 ° dengan elektroda 4 mm dengan ketangguhann3,378
2
jaoule /mm . Pada uji tarik, data uji tarik pada sudut las dan diameter elektroda menunjukkan
bahwa kuat tarik tertinggi terdapat pada sudut las 60° dan diameter elektroda 4 mm sebesar 572,41
Mpa, ini menunjukkan daerah las memiliki kekuatan tarik yang tinggi. Dan kuat tarik terendah
terdapat pada sudut 30° dengan elektroda 2,6 mm sebesar 452,4 Mpa.

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi industri konstruksi yang semakin maju tidak terlepas dari
pengelasan karena peranannya yang penting dalam rekayasa dan perbaikan logam. Konstruksi
bangunan logam pada saat ini banyak melibatkan unsur pengelasan terutama dalam bidang desain,
karena sambungan las merupakan cara penyambungan, dan secara teknis keterampilan para tukang
1
Khairan Husin, et al Journal of Mechanical Engineering, Science,
and Innovation (JMESI)

las sangat tinggi agar diperoleh kualitas sambungan yang baik. Pengelasan digunakan dalam
berbagai teknik konstruksi, termasuk kapal, jembatan, rangka baja, bejana tekan, kendaraan, rel,
pipa, dan banyak lagi.
Faktor yang mempengaruhi las adalah prosedur pengelasan yaitu suatu perencanaan untuk
pelaksanaan penelitian yang meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan
spesifikasi dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Faktor
produksi pengelasan adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan,
urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan (meliputi: pemilihan mesin las, penunjukan juru las,
pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh) (Wiryosumarto, 2000).
Prosedur pengelasan mungkin tampak sederhana, tetapi sebenarnya ada beberapa masalah
yang harus diatasi, dan untuk menyelesaikan masalah ini membutuhkan segala macam
pengetahuan, sehingga dalam pengelasan, pengetahuan harus menyertai latihan. Lebih jelasnya
dapat dilihat bahwa dalam pengelasan juga perlu direncanakan metode pengelasan, metode
pemeriksaan, bahan las dan jenis pengelasan yang digunakan. (Widharto,2013)
Las SMAW (Shield Metal ARC Wellding) merupakan pengelasan menggunakan busur nyala
listrik sebagai panas pencair logam. Busur listrik terbentuk diantara elektroda terlindungi dan
logam induk. Karna panas dari busur listrik maka logam induk dan ujung elektroda akan mencair
dan membeku bersama (Wiryusumarto, 2000)
Pada pengelasan SMAW sudut elektroda sangat penting, terutama pada saat pengelasan fillet
dan groove sambungan yang dalam.Apabila sudut pengelasan yang kurang tepat dapat
mengakibatkan undercut, dll. biasanya sudut yang di pakai 70-80 derajat.
Pemilihan diameter dipertimbangkan berdasarkan tipe elektroda, posisi pengelasan, joint
desain, ketebalan material, dan skill dari weldernya, diameter elektroda/kawat las yang umum
dipakai di proyek konstruksi adalah ukuran 2, 6mm dan 3,2 mm kadang pakai 4 mm jika
materialnya cukup tebal.
Jika dalam pengelasan SMAW pemilihan sudut pengelasan dan elektroda tidak sesuai dengan
dengan material yg di las maka sambungan yg di las akan banyak lubang yg diisi oleh tekat las las
sehingga kekuatannya atau ketahanannya berkurang maka oleh dilakukan penelitian tentang
“ANALISA SUDUT PENGELASAN DAN DIAMETER ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW PLAT
BAJA S45C TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN IMPACT”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh sudut pengelasan dan
diameter elektroda terhadap kekuatan tarik dan impact las baja S45C hasil pengelasan SMAW
dengan elektroda E6013.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengelasan
Las, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), “adalah menyambung besi dengan cara
dibakar. Dalam acuan teknis, pengelasan memiliki beberapa pengertian, yaitu sebagai berikut:

Menurut definisi Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk (1991:1), pengertian
“pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan paduan logam yang dilakukan dalam keadaan
cair atau cair”. Sedangkan menurut Maman Suratman (2001:1), konsep pengelasan disebut sebagai
“suatu metode penyambungan dua bagian logam secara permanen dengan cara panas”. Dan
Sriwidartho, “Pengelasan adalah suatu metode penyambungan benda padat dengan cara
meleburnya dengan cara dipanaskan.”. Menurut Harsono (1991) “Pengelasan adalah ikatan
metalurgi dari sambungan logam paduan, yang dilakukan dalam keadaan cair atau cair”.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerja las adalah
menyambung dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.

Las Busur Listrik ( SMAW )


Pengelasan shield metal arc welding ( SMAW ) adalah salah satu jenis Shielded Electrode Arc
Welding atau yang lebih dikenal dengan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah pengelasan yang
menggunakan busur listrik sebagai panas dari lelehan logam. Busur terbentuk antara elektroda
pelindung dan logam dasar. Karena panas yang dihasilkan oleh busur, logam dasar dan ujung
2
Khairan Husin, et al Journal of Mechanical Engineering, Science,
and Innovation (JMESI)

elektroda meleleh dan membeku bersama (Wiryosumarto, 2008).

Alur Kampuh
Untuk menghasilkan hasil Las Listrik yang memiliki kualitas yang baik, sudah seharusnya
teknisi (Tukang Las) memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan Las Listrik diantara yang
berpengaruh dalam pengelasan Listrik adalah Kampuh Las. Kampuh Las ini berguna menampung
bahan pengisi agar lebih banyak yang merekat ke benda kerja. Dengan demikian kekuatan las akan
terjamin.
Faktor – faktor yang harus di perhatikan dalam pemilihan jenis kampuh adalah:
1. Ketebalan benda kerja.
2. Jenis benda kerja.
3. Kekuatan yang di inginkan
4. Posisi pengelasan.

Pengujian
Pengujian dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat bahan yang belum dan telah mengalami
proses pengelasan. Sebelum pengujian, bahan disiapkan sesuai dengan spesimen pengujian yang
diproduksi.

Pengujian Tarik
Pengujian tarik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
sifat dan kondisi logam. Pengujian tarik dilakukan dengan menambah beban secara perlahan, maka
akan terjadi pertambahan panjang yang sebanding dengan gaya kerja. Kesebandingan ini terus
berlanjut sampai bahan sampai titik propotionality limit. Kemudian pertambahan panjang yang
terjadi karena pertambahan beban tidak lagi berbanding lurus, pertambahan beban yang sama akan
menghasilkan penambahan panjang yang lebih besar dan suatu saat terjadi penambahan panjang
tanpa ada penambahan beban, batang uji bertambah panjang dengan sendirinya. Hal ini dikatakan
batang uji mengalami yield (luluh). Keadaan ini hanya berlangsung sesaat dan setelah itu akan naik
lagi.
Peningkatan beban ini akan terus berlanjut hingga mencapai maksimum, untuk batang yang
ulet beban mesin tarik akan kembali berkurang hingga akhirnya putus. Ketika beban mencapai
maksimum, batang uji mengalami pengecilan penampang setempat ( local necting) dan penambahan
panjang terjadi hanya disekitar necking tersebut. Pada batang getas tidak terjadi necking dan batang
akan putus pada saat beban maksimum.

Gambar Pengujian Tarik

Pengujian tarik adalah ketika menarik suatu material terhadap lembaran logam sampai putus,
dan akan didapatkan kurva yang menunjukkan hubungan antara gaya tarik dan perubahan panjang
(tegangan dan regangan).
F L1−L 0 ∆ L
Tegangan: σ = dan Regangan : ε = =
Ao L0 L0
3
Khairan Husin, et al Journal of Mechanical Engineering, Science,
and Innovation (JMESI)

METODOLOGI PENELITIAN
Diagram Alir

Pembuatan Uji Spesimen


Spesimen Uji ketangguhan (Impact) dengan metode Charpy, Uji impak Charpy mengukur energ
i yang diserap untuk mematahkan benda uji. Jika benda uji rusak, bandul berayun kembali. Semakin
besar energi yang diserap, semakin rendah ayunan kembali ke bandul. Energi patahan yang diserap
biasanya dinyatakan dalam satuan joule.
Prinsip uji impact ini adalah apabila benda uji diberi beban kejut, benda tersebut mengalami p
roses penyerapan energi, sehingga terjadi deformasi plastis yang mengakibatkan patah.
Untuk mengetahui ketahanan benda terhadap keadaan patah, maka digunakan metode peguji
an impact charpy. Langkah-langkah pengujian impact:
1. Mengukur dimensi dari skin yaitu tebal, lebar, dan panjang, kemudian memberikan no spesimen p
ada skin yang akan diuji.
2. Mengangkat beban palu
3. Meletakkan spesimen pada batang uji dengan bantuan penjepit
4. Melepaskan bandul dengan cara menekan tombol dan menarik handelnya
5. Palu akan jatuh dan memukul spesimen secara otomatis
6. Catat energi serap yang ditunjukkan oleh jarum pada alat uji Impact
7. Hitung Impact
Proses Pengelasan
Teknik pengelasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shielded Metal Arc Welding (S
MAW). Sebelum memulai proses pengelasan, logam dasar yang akan dilas harus dibersihkan dari ko
toran-kotoran seperti debu, minyak, oli, karat, air dan sebagainya untuk menghindari cacat pengelas
an. Selanjutnya baja dilas dengan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) menggunakan metode dan pr
osedur pengelasan yang sesuai dan berdasarkan parameter yang telah ditentukan yaitu:
a. Pengelasan kampuh V pada posisi mendatar 1G dengan sudut pengelasan 30 ° dan diameter elektr
oda 2,6 mm
b. Pengelasan kampuh V pada posisi mendatar 1G dengan sudut pengelasan 45 ° dan dieameter elekt
4
Khairan Husin, et al Journal of Mechanical Engineering, Science,
and Innovation (JMESI)

roda 3,2 mm
c. Pengelasan kampuh V pada posisi mendatar 1G dengan sudut pengelasan 60 ° dan diameter elektr
oda 4 mm

Tahap Pengujian Bahan


Tahap Uji Tarik
1. Siapkan 9 spesimen uji yaitu baja S45C dengan panjang 254 mm, tebal 10 mm, dan lebar 32 mm.
2. Kemudian mencari titik tengah pada panjang spesimen untuk dipotong dengan gerinda menjadi
dua bagian.
3. Bentuk kampuh sesuai standar yang digunakan.
4. Las spesimen tersebut dengan kemiringan pengelasan 30° , 45° 60° .
5. Setelah itu bentuk spesimen sesuai standar ASTM A370.
6. Haluskan spesimen dengan amplas hingga benar-benar halus.
7. Lalu bawa spesimen tersebut ke lab untuk di uji tarik untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

Tahap Uji Impact


1. Siapkan 9 spesimen uji yaitu baja S45C dengan panjang 60 mm, tebal 10 mm
2. Kemudian mencari titik tengah pada panjang spesimen untuk dipotong dengan gerinda menjadi
dua bagian.
3. Bentuk kampuh sesuai standar yang digunakan.
4. Las spesimen tersebut dengan kemiringan pengelasan 30° , 45° 60° .
5. Haluskan baja yang sudah di las menggunakan amplas.
6. Kemudian bawa spesimen ke tempat bubut dan bentuk spesimen dengan standar ASTM E-23
dengan kedalaman 2 mm.
7. Lalu bawa spesimen tersebut ke lab untuk di uji impact untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Foto Struktur Makro
Pemeriksaan dengan cara melihat secara langsung atau menggunakan kamera untuk mengeta
hui adanya celah, retakan dan cacat lasan.

Struktur Makro Pada Pengelasan Elekroda Diameter 2,6 mm Dengan Sudut Pengelasan 30 °

Gambar Gambar Struktur Makro Pada Pengelasan Elektroda Diameter 2,6 mm Dengan Sudut 30°

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari foto makro pengelasan elektroda 2,6 mm dengan sudut
30° , HAZ rata-rata 2,49 mm dan terdapat cacat las porosty dibagian las.

Hasil Uji Tarik


Uji tarik dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik material baja paduan rendah yang diguna
kan sebagai material uji pada penelitian ini. Hasil uji tarik
5
Khairan Husin, et al Journal of Mechanical Engineering, Science,
and Innovation (JMESI)

biasanya berupa parameter kekuatan (kekuatan tarik dan kekuatan luluh), parameter plastisit
as atau elastisitas dinyatakan sebagai persentase pemanjangan dan presentasi kontraksi atau pengu
rangan penampang. Spesimen pengujian terdiri dari uji tarik untuk mengetahui kualitas kuat tarik h
asil las SMAW baja paduan rendah dengan elektroda E6013 dan kekuatan tarik daerah las baja padu
an rendah.
Berikut hasil uji tarik pada Baja S45C dengan metode pengelasan Shield Metal Arc Welding
standart pengujian ASTM A370. Sampel perhitungan menggunakan variasi posisi sudut pengelasan (
30° , 45° , 60° ) dan diameter elektroda 2,6 mm , 3,2 mm , 4 mm.

Tabel Hasil Pengujian Tarik


Luasan Luasan
Ao To Wo Af Tf Wf UTS(Mpa)
No Sebelum sesudah Pmax (kgf) Fmax(N)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
uji uji
1 60 10 10.91 62.00 9.85 8.47 109.10 83.43 2767 27144,27 452,4

2 60 10 11.00 62.00 9.80 8.49 110.00 83.20 3150 30901,5 515,02

3 60 10 10.40 62.00 9.84 8.45 104.00 83.15 3287 32245,47 537,42

4 60 10 11.50 62.00 9.81 8.89 115.00 87.21 3342 32785,02 546,42

5 60 10 10.85 62.00 9.87 8.82 108.50 87.05 3350 32863,5 542,72

6 60 10 10.80 62.00 9.89 8.75 108.00 86.54 3446 33805,26 563,42

7 60 10 10.60 62.00 9.93 8.89 106.00 88.28 3291 32284,71 538,08

8 60 10 10.30 62.00 9.85 8.82 103.00 86.88 3323 32598,63 543,31

9 60 10 10.55 62.00 9.86 8.75 105.50 86.28 3501 34344,81 572,41

Hasil Uji Impact


Berikut hasil uji impact pada Baja S45C dengan metode pengelasan Shield Metal Arc Welding st
andart pengujian ASTM E23. Sampel perhitungan menggunakan variasi posisi sudut pengelasan ( 30
° , 45° , 60° ) dan diameter elektroda 2,6 mm , 3,2 mm , 4 mm.
Pengujian impact dilakukan dengan menggunakan metode Charpy. Hasil uji impact berupa en
ergi dalam satuan Joule dan nilai impact dalam satuan joule /mm2. Hasil yang diperoleh dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel Hasil Pengujain Impact


Data-data dari tabel diatas selanjutnya dimasukan kedalam diagram seperti di bawah in
i:

6
Khairan Husin, et al Journal of Mechanical Engineering, Science,
and Innovation (JMESI)

Uji Impact (Sudut 30°)


3,650 3,627
3,581

Harga Impact
3,600
3,532
3,550
3,500
3,450
2.6 3.2 4
Diameter (mm)

Gambar Grafik Uji Impact Sudut Pengelasan 30° dan Elektroda 2,6 mm , 3,2 mm, 4 mm

Uji Impact (Sudut 45°)


3,700 3,627 3,640
3,600
Harga Impact

3,500
3,378
3,400
3,300
3,200
2.6 3.2 4
Diameter (mm)

Gambar Grafik Uji Impact Sudut Pengelasan 45° dan Elektroda 2,6 mm, 3,2 mm, 4 mm

Foto Hasil Pengujian Impact

Gambar Hasil Patahan Sudut Pengelasan 30° dan elektorda 2,6 mm, 3,2 mm, 4 mm

Dari gambar diatas terlihat bahwa hasil patahan Sudut Pengelasan 30° dan elektorda 2,6 mm
di bagian las yaitu patah getas.

Gambar Hasil Patahan Sudut Pengelasan 45° dan elektorda 2,6 mm, 3,2 mm, 4 mm
7
Khairan Husin, et al Journal of Mechanical Engineering, Science,
and Innovation (JMESI)

Dari gambar diatas terlihat bahwa hasil patahan Sudut Pengelasan 45° dan elektorda 3,2 mm
patahan di luar las dan bagian las/ logam induk yaitu ulet dan getas.

Gambar Hasil Patahan Sudut Pengelasan 60° dan elektorda 2,6 mm, 3,2 mm, 4 mm

Dari gambar diatas terlihat bahwa hasil patahan Sudut Pengelasan 45° dan elektorda 4 mm pa
tahan di luar las dan bagian las/ logam induk yaitu ulet dan getas.

Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dengan proses pengelasan SMAW butt joint dapat disimpulka
n bahwa sesuai dengan tujuan penelitian yaitu. pengaruh variasi bentuk kampuh dan posisi pengela
san, berikut ini dapat diperoleh:
1. Pada pengujian tarik terlihat bahwa semakin besar sudut las dan semakin kecil diameter elektro
da maka nilai kuat tariknya semakin tinggi, dan nilai kuat tarik tertinggi terdapat pada posisi sud
ut las 60° dengan diameter elektroda 4 mm sebesar 572,41 MPa, yang menunjukkan, bahwa dae
rah las memiliki kekuatan tarik tinggi. Nilai kuat tarik terendah terdapat pada sudut las 30 ° , dia
meter elektroda 2,6 mm dan kuat tarik 452,4 MPa.
2. Pada uji impact terlihat bahwa semakin kecil sudut las dan semakin besar diameter elektroda m
aka nilai impact semakin besar, dan nilai gaya impak tertinggi terdapat pada posisi sudut las 45 °
dengan diameter elektroda 3,2 mm dengan gaya impact sebesar 3,640 joule /mm2 dengan permu
kaan patah getas, sedangkan ketangguhan impact terendah. Pada sudut las 30 ° dengan diameter
elektroda 2,6 mm dengan gaya impact 3,562 joule /mm2.

Saran
Adapun saran yang disampaikan umtuk membuat penelitian yang lebih baik lagi diantarany
a:
1. Diharapkan dengan penelitian yang dilakukan pada ini dapat mengarah pada penelitian selanjutn
ya tentang pengurangan kuat arus las untuk hasil yang lebih optimal pada saat pengelasan.
2. Agar pembentukan spesimen lebih seragam, hasil pengujian dapat lebih valid.
3. Dalam penelitian selanjutnya, variasi bentuk kampuh dapat digantikan oleh variasi bentuk kamb
uh lainnya.
4. Elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah E6013 yang dapat diganti dengan jenis ele
ktroda lainnya.
5. Untuk meningkatkan sifat mekanik material baja tipe S45C, perlu dilakukan penelitian lebih lanju
t dengan meningkatkan variasi temperatur,variasi heat input dan pengujian lainnya untuk menda
patkan hasil yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
1) Wiryusumarto (2000), pengertian las SMAW
8
Khairan Husin, et al Journal of Mechanical Engineering, Science,
and Innovation (JMESI)

2) Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk (1991:1),


https://andriharyantokumila.blogspot.com/2016/08/pengelasan.html.
3) Maman Suratman (2001:1),
4) https://bengkellas21.wordpress.com/2016/01/30/23/
5) Wiryosumarto, 2008, https://123dok.com/document/zlgow60l-dasar-pengelasan-
penggunaan-pengelasan-kontruksi-pengelasan-dipergunakan-reparasi.html
6) Harsono & Toshie, 2000, Alur kampuh las.
http://rahmatazisnabawi.blogspot.com/2014/05/1.html
7) Besar arus las, https://www.builder.id/cara-mengatur-besar-arus-amper-pada-pengelasan-
dengan-mesin-las-listrik/
8) Baja S45C, https://eprints.umm.ac.id/43161/3/BAB%20II.pdf
9) ASM International Handbook Committee. (2004). ASM Handbook, Vol. 9,
10) Metallography and Microstructures. Metals Park, OH: ASM International.
11) ASTM EA370, “Standard Test Methods For Tension Testing of Metallic Materials”, A
merican Society for Testing and Materials.
12) ASTM E23, “Standard Test Methods For Nothed Bar Impact Testing of
13) Metallic Materials”, American Society for Testing and Materials.
14) Groover, M. P. (1991). Fundamentals of Modern Manufacturing, Material, Processes, a
nd Systems, 1996
15) Surdia, T., & Saito, S. (1995). Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta. Vl
ack Lawrence H. Van.
16) Wiryosumarto, W., & Okumora, T. (1994). Teknologi Pengelasan Logam cetakan keenam.
Jakarta: Pradnya Paramita.
17) Vuri Ayu Setyowati1 , Suheni2 , (2016) Variasi Arus Dan Sudut Pengelasan Pada Materia
l Aaustentic Stainliss Steel 304 Terhadap Kekuatan Tarik Dan Struktur Makro.
18) La Ode Sabaruddin, (2016) Pengaruh Sudut Elektroda Pada Proses Pengelasan Terhadap
Sifat Mikanik Baja Karbon Rendah.
19) Ridway Balaka, Abd. Kadir, Dedi Saputra Tolantomo, (2016) Analisa Pengaruh Arus Pengela
san Pada Sudut Elektroda 70o Terhadap Sifat Kekerasan Dan Struktur Mikro Baja Karbon
Rendah Menggunakan JIG WELDING.
20) Wiryosumarto, Baja karbon. https://text-id.123dok.com/document/8yd4evgy-analisis-sifat-fisik-
dan-mekanik-bahan-baja-ss-400-dengan-variabel-arus-pengelasan-shielded-metal-arc-welding-
smaw-terhadap-kekuatan-tarik-dan-mikrostruktur.html
21) Baja paduan, https://blog.ub.ac.id/mochamat/2011/12/06/paduan-baja/
22) Singer, Ferdinand L. Etc. 1985.Kekuatan Bahan (Strength of Materials). Erlangga :Jakarta.
23) William D. Callister Jr. John Wiley&Sons. 2004. Material Science and Engineering: An
Introduction.
24) Sonawan,Hery dan Rochim, 2003. https://eprints.umm.ac.id/38832/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai