TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
ALDO KRISNA TRIHARMONO (201610120311076)
TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
[Date]
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material stainless steel 316 merupakan baja paduan yang memiliki sifat tahan terhadap
korosi, memiliki ketangguhan yang kuat, dan tahan terhadap perlakuan suhu yang tinggi,
sehingga secara luas material stainless steel 316 diaplikasikan dalam industri seperti pipa
pertambangan dibawah laut dan pembatas halaman rumah (pagar). Baja tahan karat stainless
steel 316 termasuk baja jenis austenitic. Menurut (Fouad. 2020) baja jenis austenitic memiliki
kandungan (9,930%) nikel sehingga materialnya sangat fleksibel. Oleh karena itu untuk
mengetahui ketangguhan pada material stainless steel 316, maka diperluhkan suatu metode uji
impact (Fouad. 2020).
Perlakuan sudut kampuh bertujuan untuk mendapatkan kekuatan hasil pengelasan yang dapat
menghasilkan kualitas hasil sambungan las yang kuat dan berkualitas baik. Kampuh las
merupakan bagian dari logam induk yang akan diisi oleh logam las pada saat pasca pengelasan.
Menurut (Riset. 2019) kampuh las dibagi menjadi 4 jenis yaitu, sambungan kampuh sisi,
sambungan kampuh berimpit, sambungan kampuh sudut dan sambungan kampuh T. Untuk
mendapatkan suatu hasil sambungan yang berkualitas baik, hendaknya kedua ujung spesimen
yang akan dilas perlu diberikan suatu bentuk kampuh, penggunaan kampuh dipergunakan untuk
menyambung khususnya plat yang memiliki diameter tebal (Riset. 2019). Dari hasil sambungan
las dan perlakuan sudut kampuh dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang sangat beragam,
Menurut (Adri and Padang n.d. 2018) faktor yang mempengaruhi hasil sambungan las adalah
dikarenakan penggunaan besar dan kecilnya arus (ampere), kecepatan pengelasan pada waktu
ujung elektroda mencair, tegangan busur listrik, dan terhadap sudut kampuh pada material, selain
itu untuk mendapatkan kekuatan sambungan yang berkualitas, maka membutuhkan penembusan
atau penetrasi yang cukup yang dihasilkan dari panas las tersebut (Adri and Padang n.d. 2018).
Arus pengelasan merupakan aliran arus listrik yang dihasilkan dari sumber mesin las. Besar
kecilnya arus pengelasan dapat diatur pada ampere mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan
jenis unsur material dan diameter elektroda yang di gunakan. Menurut (Yassyir Maulana, 2016)
penggunaan arus las yang terlalu kecil mengakibatkan penembusan atau penetrasi yang
dihasilkan oleh busur listrik akan melambat dan ujung elektroda meleleh secara tidak merata,
[Date]
2
sedangkan penggunaan arus yang terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik-manik
las yang terlalu lebar pada material (Yassyir Maulana, 2016). Diantara beberapa macam proses
pengelasan dalam suatu penyambungan logam, salah satunya yang digunakan dalam penelitian
kali ini adalah proses pengelasan SMAW (shielded metal arc welding). Menurut (Hendronursito.
2019) pengelasan SMAW adalah proses pengelasan busur dimana pencairan elektroda
diakibatkan oleh panas dari busur listrik tersebut. Pengelasan ini menggunakan elektroda berupa
kawat yang dibungkus pelindung berupa fluks, fluks yang melindungi elektroda tersebut
bertujuan untuk melindungi cairan logam las.
Pada proses pengelasan sering terjadi permasalahan dari hasil sambungan las yang
disebabkan persiapan material dan alat pengelasan yang kurang baik, selain itu juga disebabkan
oleh prosedur pengelasan yang kurang tepat. Oleh karena itu pada penyambungan plat tebal perlu
dilakukan perlakuan terhadap material seperti perlakuan arus dan sudut kampuh yang tepat, guna
mendapatkan hasil sambungan las yang berkualitas lebih baik. Pada penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Andi Idhil Ismail, Achmad Fitrianto (Idhil Ismail, 2019) dimana penelitian
mereka tentang pengaruh variasi kampuh dan arus dengan variasi arus 85 ampere, 90 ampere,
110 ampere dan variasi kampuh 60˚ dan 80˚ mendapatkan hasil nilai maximum pada arus
110ampere dan kampuh 80˚ dengan nilai rata -ratanya 154,66 VHN.
Penelitian tersebut menjadi pendamping dalam penelitian kali ini yang berjudul “Pengaruh
Variasi Arus dan Sudut Kampuh V Las SMAW Terhadap Sifat Impack Stainless Steel 316”
dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan nilai harga impact pada material stainless steel
316,maka diperlakukan variasi sudut kampuh dan arus.
Berdasarkan latar belakang diatas maka kami dapat merumuskan permasalahan penelitian kami
adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengaruh harga impact pada las plat stainless steel 316 setelah mendapatkan
perlakuan variasi arus dan sudut kampuh pada proses pasca las?.
[Date]
3
1.3 Tujuan
Untuk mendapatkan harga impact pada las plat stainless steel 316 setelah mendapatkan
perlakuan variasi arus dan sudut kampuh pada proses pasca las?.
Sebagai peranan nyata dalam pengembangan teknologi khususnya pengelasan, maka berharap
dapat mengambil manfaat dari penelitian ini diantarannya yaitu :
1. Setelah mengetahui pengaruh variasi arus dan sudut kampuh V terhadap harga impack
pada hasil sambungan las Shielded Metal Arc Welding (SMAW) pada stainless steel 316,
maka hal ini dapat dijadikan sebagai acuan dan sumber informasi untuk menentukan
besar kuat arus dan sudut kampuh yang tepat untuk mendapatkan kualitas dan mutu
sambungan yang baik dan kuat yang biasanya diterapkan dalam pengelasan kontruksi dan
plat tebal.
2. Setelah mengetahui pengaruh variasi arus dan sudut kampuh V terhadap harga impack
pada hasil sambungan las SMAW pada stainless steel 316, dari hasil pengelasan dengan
sifat karakteristik yang baik dapat diaplikasikan dalam pembuatan pembatas halaman
rumah (pagar), knalpot kendaaraan sepeda motor dan mobil, agar produk pengelasan
selanjutnya minim terhadap terjadinya patahan atau retak (crack).
[Date]
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Variasi Arus dan Sudut
Kampuh terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Ketangguhan Impact pada Material SS410
dengan Metode Las SMAW”. Dari hasil penelitian tersebut terdapat pengaruh variasi arus dan
kampuh terhadap struktur mikro dan nilai kekerasan, pada spesimen sudut kampuh 80˚ dengan
penggunaan arus 110 A memiliki rata-rata nilai tertinggi yaitu (154,66 VHN) dibandingakan
sudut kampuh 60˚ dengan penggunaan arus 110 A memiliki rata-rata nilai tertinggi yaitu (146,99
VHN).
Hasil penelitian dari ketangguhan uji impact terdapat pengaruh pada variasi arus dan
sudut kampuh dari hasil pengelasan material SS410. Nilai ketangguhan uji impact tertinggi
terjadi pada arus 85 A dengan sudut kampuh 80˚ dengan hasil nilai yaitu (1,831 Joule/mm²), dan
untuk nilai dari arus 85A dengan sudut kampuh 60˚ memiliki nilai yaitu (1,294 Joule/mm²) (Idhil
Ismail, 2019).
Pada penelitian terdahulu ini akan menjadi gambaran dan acuan pada penelitian kali ini,
pada penelitian kali ini akan diuji dengan menggunakan metode ketangguhan impact dan mikro
struktur. Untuk material ujinya menggunakan plat stainless steel 316.
2.2 Pengelasan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan dua buah logam dengan cara mencairkan
sebagian logam induk dan logam pengisi sampai titik rekristalisasi, dengan menggunakan bahan
tambahan elektroda atau tidak menggunakan bahan tambahan dan penggunaan energi panas
sebagai proses pencairan bahan yang akan dilas. Pengelasan juga dapat diartikan sebagai ikatan
tetap dari benda atau logam yang dipanaskan, pengelasan bukan hanya memanaskan dua bagian
benda sampai mencair dan membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang utuh
dengan cara memberikan bahan tambahan pada waktu dipanaskan sehingga mempunyai
kekuatan sambungan las seperti yang diinginkan (Bakhori, 2017).
Penelitian kali ini menggunakan metode las SMAW, pada pengelasan SMAW
membutuhkan bahan tambahan berupa elektroda. Elektroda tersebut sebagai penyambung
material yang akan dilas.
2.2.1 Definisi Pengelasan
Menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) definisi pengelasan adalah suatu ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
atau cair. Dengan kata lain, pengelasan merupakan sambungan setempat dari beberapa batang
logam dengan menggunakan energi panas. Pengelasan dapat diartikan dengan proses
[Date]
5
penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam, dengan atau tanpa
menggunakan bahan tambah dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas.
Menurut AWS (American Welding Society, 1989) definisi pengelasan adalah suatu
proses penyambungan logam atau non logam dengan cara pemberian panas pada material yang
akan disambung hingga mencapai temperature las tanpa adanya tekanan. (pressure). Sedangkan
menurtu Menurut British Standards Institution, 1983. Pengelasan adalah proses penyambungan
antara dua atau lebih material dalam keadaan plastis atau cair dengan menggunakan panas (heat)
atau dengan tekanan (pressure) atau keduanya (Bakhori, 2017).
Penelitian kali ini material uji stainless steel 316 akan mengalami heat treatment dengan
penggunaan metode pengelasan SMAW, dengan perlakuan variasi arus dan sudut kampuh V
pada spesimen. Setelah mengalami proses heat treatment material uji akan didinginkan dengan
udara.
2.3 Posisi Pengelasan
Dalam pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) memiliki tingkat kesulitan
yang dipengaruhi oleh posisi pengelasan. Posisi pengelasan pada las busur listrik sama dengan
posisi pada pengelasan gas asitelin, yaitu : dengan dengan posisi dibawah tangan (down hand)
1G, posisi pengelasan tegak (vertical) 3G, posisi pengelasan mendatar (horizontal) 2G, dan
posisi di atas kepala (over head) 4G.
Kekuatan sambungan pengelasan sangat tergantung pada mutu sambungannya, pemilihan
bentuk sambungan dan alur pengelasan berpengaruh pada hasil las, seperti halnya kekuatan
sambungan, efesiensi sambungan, dan salah satu upaya meminimalisir adanya cacat pada hasil
las (Luhur P, 2017).
Berikut gambar berbagai macam posisi pengelasan :
[Date]
6
Penelitian kali ini untuk ketentuan posisi yang dilakukan oleh juru las pada spesimen uji
stainless steel 316, menggunakan posisi las 1G (datar), karena penggunaan posisi 1G (datar)
tersebut memudahkan proses pengelasan dan mampu menghasilkan kekuatan hasil sambungan
las yang kuat dan berkualitas baik.
2.4 Klasifikasi Sambungan Las
Berdasarkan klasifikasiannya pengelasan menurut (Fahrudin, 2018) dapat dibagi menjadi
tiga bagian dalam cara pengerjaannya, yaitu :
a) Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang
terbakar
b) Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan sehingga menjadi satu.
c) Pematrian Yaitu cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini
logam induk tidak ikut mencair.
Ketiga klasifikasi pengelasan tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut :
[Date]
7
Las MIG
Las busur gas
Las busur CO2
Elektroda tak
Las TIG atau las wolfram gas
terumpan
Pengelasan Las gas
cair
Las listrik terak
Las tumpang
Cara Las resistansi
Pengelasan listrik Las busur tekan
Las ledakan
Las induksi
Las induksi
Pembrasingan
Pematrian
Penyolderan
[Date]
8
Pada penelitian kali ini klasifikasi sambungan pada las SMAW tersebut termasuk
golongan pengelasan cair, karena pada pengelesan cair dapat menghasilkan sambungan las yang
kuat dan berkualitas baik dengan proses pengelasan yang sederhana dan singkat.
[Date]
9
Penelitian kali ini material uji stainless steel 316 akan dilas dengan metode pengelasan
SMAW dengan menggunakan elektroda type NSN 316, dimana pada pengelasan jenis SMAW
ini memiliki kualitas las yang baik dan tingkat kerumitan yang rendah.
1.
[Date]
10
3.
[Date]
11
2.8 Keuntungan Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Keuntungan dari Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah jenis
pengelasan ini menggunakan elektroda yang sederhana dan serbaguna dibandingkan dengan
proses pengelasan lainnya. Dalam pengaplikasiannya pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc
Welding) dapat diaplikasikan untuk perbaikan perpiaan dan bahkan dapat untuk pengelasan
dibawah laut. selain itu pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)tidak terlalu sensitif
terhadap korosi. Hal tersebut membuat proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
mempunyai aplikasi refinery piping hingga pipeline (Yassyir Maulana, 2016).
2.8.1 Kelemahan Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Kelemahan dari pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah pada proses
pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) mempunyai karakteristik dimana untuk laju
pengisiannya lebih rendah dibandingkan proses pengelasan GTAW, pengelasan SMAW
(Shielded Metal Arc Welding)juga memiliki batasan pemakain elektroda hanya sampai panjang
elektroda dan harus melakukan penggantian elektroda yang baru hal tersebut akan membutuhkan
waktu dan setiap akan melakukan pengelasan berikutnya sisa kerak yang menempel pada
material harus dibersihkan terlebih dahulu. Dalam pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc
Welding)tidak dapat digunakan untuk mengelas bahan seperti kuningan (non ferrous) (Pattiasina,
2018).
Pada penelitian kali ini pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) memiliki
karakteristik kelebihan dan kekurangan pada saat proses pengelasan terjadi, selain itu pengelasan
SMAW (Shield Metal Arc Welding) mampu menghasilkan hasil sambungan yang berkualitas
baik dan kuat dengan proses pengelasan yang sederhana dan singkat.
[Date]
12
Gambar 2.7 Kampuh V tunggal
(Ss, 2016)
Pada penelitian kali ini tipe kampuh las yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
kampuh V tunggal yang diperlakukan pada spesimen uji stainless steel 316, perlakuan kampuh V
tunggal tersebut untuk mendapatkan hasil sambungan las yang berkualitas baik dan kuat. Setelah
proses pengelasan selesai, spesimen uji stainless steel 316 akan dibentuk takikkan dengan
kedalaman 2mm untuk pengujian metode impact.
[Date]
13
Penelitian kali ini heat input pada proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding)
merupakan faktor penting dalam proses pengelasan, karena heat input dapat mempengaruhi
bentuk penampang lintang lasan yang meliputi besarnya permukaan logam induk pada saat
V xI
mencair. Dengan penggunaan rumus HI=
Travel Speed
[Date]
14
2.12 Klasifikasi Kawat Elektroda
Menurut AWS (American Welding Society) kawat elektroda pengelasan dibedakan
menjadi beberapa macam penggunaanya seperti (elektroda untuk baja lunak, besi tuang, baja
paduan, baja karbon tinggi, dan logam non ferrous (almunium, kuningan). Bahan elektroda harus
mempunyai kesamaan sifat dengan logam. Dikarenakan apabila tidak memeliki kesamaan
dengan sifat logam tersebut tidak bisa dipakai dalam proses pengelasan (Adi, 2018).
Klasifikasi kawat elektroda sudah diatur dalam standar American Welding Society
(AWS). Menurut standar AWS, nomor kawat elektroda dengan kode (EXXYZ) adalah sebagai
berikut :
E : Kawat elektroda untuk las busur listrik.
XX : Menyatakan nilai tegangan Tarik minimum hasil pengelasan dikalikan dengan 1000
Psi (60.000 lb/in2) atau 42kg/mm
Z : Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan arus AC atau DC
Penggunaan diameter kawat las dengan arus listrik pengelasan telah ditentukan oleh
AWS (American Welding Society) yang dapat dilihat pada table berikut :
[Date]
15
2.13 Stainless Steel 316
Stainless steel 316 adalah sebuah logam yang termasuk sebagai besi karbon (mild steel),
mild steel juga tergolong sebagai baja nirkarat. Perbedaan baja nirkarat dengan baja biasa yaitu,
pada baja nirkarat terdapat campuran paduan krom dan nikel yang memberikan sifat tahan
terhadap korosi pada baja tersebut, dan sedangkan pada baja biasa tidak terdapat tambahan
paduan krom dan nikel hal tersebuat membuat baja biasa sangat mudah terkena korosi.
Sifat ketahanan korosi pada material stainless steel tidak membuat material stainless steel
tidak dapat terserang korosi, akan tetapi pada kenyataannya material stainless steel dapat
mengalami korosi batas butir (intergranular corrosion), korosi lubang (crevice corrosion), dan
retakan korosi tegangan (stress corrosion cracking). Stainless steel 316 memiliki kandungan
utama yaitu, besi (Fe), karbon (C), nikel (Ni), serta krom (Cr) (Annas Pratama, 2019).
Berikut tabel komposisi kandungan kimia baja stainless steel 316
[Date]
16
fenomena tersebut terjadi jika :
1. Temperatur rendah
2. Laju tegangan bertambah
3. Tarikan
Dalam pengujian impact, Harga impact dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
E
HI =
A
Dimana :
1. I = Nilai impact (Joule/mm²)
2. k = Energi impact yang terserap (joule)
3. A = Luas penampang (mm²)
Pada pengujian impact mesin menggunakan mesin dengan lengan pemukul yang dapat
berayun secara bebas atau sesuai yang diinginkan dan untuk ujung dari lengan pemukul diberi
pemberat yang dinamakan (pendulum). Dari pengujian metode ini untuk mengetahui impact
tester (sudut β) besarnya energi impact dapat dihitung dengan perumusan persamaan energi
mekanik sebagai berikut :
E₀ = W. h₀
E₀ = W (L – L.Cosα) (1.a)
E₁ = W. h₁
E₁ = W (L – L.Cos β) (1.b)
Subtitusi persamaan (a) dan (b) kedalam persamaan ΔE
ΔE = E₀ – E₁
ΔE = (W (L – L.Cosα)) – (W (L – L.Cos β))
ΔE = W.L (Cos β - Cosα) (2)
Untuk mendapatkan nilai harga impact ΔE (kgm) dibagi dengan luas penampang benda kerja
dibagian yang patah (mm²)
W . L(cos β−Cosα )
IS = (3)
A
[Date]
17
Gambar 2.11 Kebutuhan energi untuk mematahkan
(Fawaiz, 2017)
Keterangan :
1. E₀ = Energi awal saat pendulum dilepas (kgm)
2. E₁ = Energi akhir saat pendulum menghantam benda uji (kgm)
3. W = Berat pendulum (kgm)
4. α = Sudut awal (˚)
5. β = Sudut akhir (˚)
6. L = Jarak titik tump uke titik berat pendulum (m)
7. ΔE = Energi yang digunakan mematahkan benda kerja (kgm)
8. A = Luas penampang yang rusak (mm²)
9. IS = Kekuatan Impact (kgm/mm²)
2.14.1 Jenis – jenis Pengujian Impact
1. Metode Izod
Metode izod merupakan pengujian impact dengan penggunaan tumbuk dan meletakkan
posisi spesimen atau bahan uji pada tumpuan dengan posisi searah pada pembebanan dengan
arah tarikan.
Berikut gambar dari metode izod :
[Date]
18
Gambar 2.12 Ilustrasi skematik pembebanan metode izod
(Dewantara, 2017)
2. Metode Charpy
Metode charpy merupakan pengujian impact dengan penggunaan tumbukan dan
meletakkan posisi spesimen atau benda uji pada tumpuan dengan posisi horizontal
(mendatar), dan arah pembebanan berlawanan dengan arah tarikan.
Berikut gambar dari metode charpy :
[Date]
19
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
[Date]
20
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah penggunaan suatu cara dalam penelitian, untuk proses
pelaksanaan penelitian dan hasil data penelitian bisa untuk dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Untuk mencari sebab dan akibat
dari faktor yang berpengaruh. Eksperimen ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin
Universitas Muhammdiyah Malang dalam kondisi dan peralatan yang ada, guna untuk
memperoleh data tentang hasil pengelasan SMAW (shield metal arc welding) terhadap mikro
struktur dan hasil sambungan las pada material stainless steel 316.
3.3 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, yang dimana
metode eksperimental (true experiment research) merupakan suatu tindakan eksperimen atau
percobaan. Kajian literatur dari berbagai sumber jurnal yang terkait, digunakan untuk menambah
informasi dan pengetahuan yang diperluhkan.
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan september 2020. Adapun pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan mesin las SMAW (shield metal arc welding) di Laboratorium Teknik Mesin
Universitas Muhammdiyah Malang
2. Proses pengelasan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammdiyah
Malang
3. Pembuatan bentuk spesimen sudut kampuh V di Laboratorium Teknik Mesin Universitas
Muhammdiyah Malang
3.5 Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu obyek dalam penelitian, atau juga yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel kuantitatif, variabel kuantitatif
adalah variabel yang berhubungan dengan jumlah atau angka. Karena dalam penelitian ini
berhubungan dengan variabel jenis variasi kampuh 45˚ dan 55˚ dan arus pengelasan 95A, 105A,
115A Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan dapat divariasikan sesuai dengan
keinginan peneliti. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Variasi 1 : Sudut kampuh V 45˚ dengan penggunaan arus las 95 ampere.
2. Variasi 2 : Sudut kampuh V 55˚ dengan penggunaan arus las 95 ampere.
3. Variasi 3 : Sudut kampuh V 45˚ dengan penggunaan arus las 105 ampere.
4. Variasi 4 : Sudut kampuh V 55˚ dengan penggunaan arus las 105 ampere.
5. Variasi 5 : Sudut kampuh V 45˚ dengan penggunaan arus las 115 ampere.
[Date]
21
6. Variasi 6 : Sudut kampuh V 55˚ dengan penggunaan arus las 115 ampere
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang tidak mengalami perubahan dalam penelitian ini
bersifat tetap. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Material yang dilas stainless steel 316
2. Pengujian yang dilakukan (Uji impact)
c. Variabel terkontrol
Variabel terkontrol adalah variabel yang besarnya ditentukan sebelum penelitian dan
nilainya dijaga tetap sama selama pengujian. Variabel terkontrol dalam penilitian ini adalah :
1. Pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding)
2. Elektroda (NSN 308) diameter (3,2)
[Date]
22
2. Mesin Frais
[Date]
23
Gambar 3.4 Jangka sorong
3.6.2 Persiapan Bahan
Bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Stainless steel 316 dengan diameter panjang 60mm, lebar 10mm, dan ketebalan
10mm.
[Date]
24
3.7.2 Pembuatan Kampuh V
Pembuatan sudut kampuh V dengan menggunakan bantuan mesin frais, untuk material
yang disiapkan dengan ukuran panjang 60mm, lebar 10mm, ketebalan 10mm. dan jumlah bahan
sebanyak 12 buah. Sebelum melakukan proses pengefraisan pada material pastikan material yang
dipasangkan diragum dalam keadaan kuat. Tahap selanjutnya atur mata bor pengefraisan pada
sudut 45˚, 55˚,maka proses pengefraisan langsung dilakukan dan yang perlu diperhatikan pasa
saat proses pengefraisan yaitu mata bor haruslah centre dan lurus, agar hasil yang dihasilkan
pembuatan kampuh yang didapatkan benar-benar sempurna.
[Date]
25
3. Selanjutnya melakukan pengelasan dengan variasi arus 95 ampere, 105 ampere, 115
ampere hasil pengelasan yang tidak rata dihaluskan menggunakan mesin grinda.
4. Tahap berikutnya bentuk takikkan tepat pada posisi tengah pada material dengan
kedalaman 2mm menggunakan alat bantu mesin milling
[Date]
26
3.9.1 Pengujian Impact
Metode uji impact ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ketangguhan akibat beban kejut
yang diberikan pada spesimen uji. Pengujian impack ini dilakukan dengan menggunakan alat uji
impack jenis charpy. Sebelum melakukan pengujian pada setiap sampel, sampel harus
dikelompokkan berdasarkan variabel yang telah ditetapkan pada penelitian ini. Tahap berikutnya
spesimen uji diletakkan dengan posisi mendatar dan posisi takikkan membelakangi pendulum,
posisi pendulum diatur sampai α = 90˚. Selanjutnya pendulum dilepaskan dari ketinggian sudut
90˚ sampai mengenai spesimen pada bagian luar spesimen yang sejajar dengan takikkan,
kemudian catat hasil dari perubahan jarum pada alat uji impact.
Untuk lebih detailnya pada prosedur pengujian ketangguhan impact. Berikut prosedur
pengujiannya :
1. Dipastikan mesin uji ketangguhan impact dalam keadaan normal
2. Dipersiapkan spesimen uji yang sudah diberi takikan, sesuai dengan ukuran
3. Dilakukan pengukuran luas area dibawah takikan sampel uji, selanjutnya mencatatnya
4. Selanjutnya dilakukan pengujian satu persatu pada sampel uji, sebagai berikut :
Dipastikan jarum skala bewarna merah atau penunjuk harga impact pada posisi
nol
Diletakkan spesimen uji dengan takikan membelakangi pendulum
Dilakukan penarikan pada pendulum sehingga membentuk α = 90˚
Melepaskan pendulum agar pendulum mengenai benda uji dengan beban dan
sudut yang telah ditentukan
Melakukan pengereman dengan menarik tuas rem yang terdapat pada alat
pengujian ketangguhan impact
Membaca energi yang diserap oleh bahan untuk mendapatkan hasil data pengujian
ketangguhan impact
Mengamati hasil patahan yang dihasilkan lalu mengambil dokumentasi
Mengulagi pengujian ketangguhan impact pada spesimen berikutnya hingga
selesai
Berikut gambar alat dari uji impact charpy :
[Date]
27
Gambar 3.8 Alat Uji Impact Charpy
3.10 Data Penelitian Uji Impact
Tabel 3.2 Data Ketangguhan Hasil Uji Impact
No a b A E HI Rata –
(mm) (mm) (mm²) (Joule) (Joule/mm²) rata HI
1
2
3
3. 11 Analisa Data
Setelah data diperoleh dari penelitian selanjutnya menganalisa data dengan cara
mengolah data yang sudah terkumpul. Data dari pengujian dimasukkan kedalam persamaan-
persamaan perhitungan, sehingga diperoleh data yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang berupa
angka-angka. Setelah mendapatkan data dari proses perhitungan, dilanjutkan dengan
membandingkan hasil atau nilai dari setiap proses pengujian material pengelasan, sehingga dapat
diketahui Pengaruh Variasi Arus dan Sudut Kampuh Terhadap Harga Impack Pada Material
Stainless Steel 316 dengan Metode Las SMAW.
[Date]
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pengujian yang telah dilakukan pada plat stainless steel type 316 dengan perlakuan
variasi arus dan sudut kampuh V pasca pengelasan listrik SMAW (Shield Metal Arc Welding),
Pada saat proses pengelasan listrik SMAW telah selesai yang dilakukan pada spesimen
uji, selanjutnya dipersiapkan spesimen uji untuk dilakukan proses pengujian dengan metode
impact. Sebelum dilakukan pengujian impact pada sampel, sampel terlebih dahulu dilakukan
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong (Sigmat) untuk mengetahui tinggi bawah
takikan (a) dan ketebalan sampel (b) untuk mendapatkan luas penampang. Data dari hasil
Tabel 4.1 Hasil pengukuran spesimen, luas penampang, dan energi yang diserap
[Date]
29
(mm) (mm) (mm²) (Joule)
[Date]
30
3. b : Ketebalan spesimen
4. A : Luas penampang
Pengujian impact dilakukan menggunakan alat dengan metode charpy JB-300 dan sudut
α = 90˚ dengan energi yang diberikan pada material sebesar 300 joule. Dari pengujian impact
didapatkan hasil data berupa jumlah energi yang diserap oleh sampel (E) dan dapat menentukan
E
HI = (Fawaiz, 2017).
A
Dimana :
m
g = Percepatan gravitasi ( ¿
s²
[Date]
31
Perhitungan HI (Harga Impack) ;
A=axb a = 8,3mm b = 10mm E = 107 Joule
Penyelesaian :
1. A = 8,3 mm x 10 mm = 83 mm²
107 J
HI = HI = 1,29
83 mm ²
J
Dari perhitungan data didapatkan jumlah harga impack sebesar 1,29
mm ²
[Date]
32
Tabel 4.2 Data hasil impact E (Energi yang diserap) dan HI (Harga Impack)
(E)
(HI)
Nama Energi
Harga Rata –
Spesimen sampel yang
impack rata HI
diserap
(Joule) (Joule/mm²)
Variasi arus 95 A dan kampuh V 45˚ S1 107 1,29
Variasi arus 95 A dan kampuh V 45˚ S2 110 1,12 1,16
Variasi arus 95 A dan kampuh V 45˚ S3 104 1,06
Variasi arus 95 A dan kampuh V 55˚ S4 82 0,98
Variasi arus 95 A dan kampuh V 55˚ S5 80 0,92 0,93
Variasi arus 95 A dan kampuh V 55˚ S6 83 0,90
Variasi arus 105 A dan kampuh V 45˚ T1 59 0,70
Variasi arus 105 A dan kampuh V 45˚ T2 62 0,72 0,70
Variasi arus 105 A dan kampuh V 45˚ T3 62 0,68
Variasi arus 105 A dan kampuh V 55˚ T4 57 0,67
Variasi arus 105 A dan kampuh V 55˚ T5 54 0,62
Variasi arus 105 A dan kampuh V 55˚ T6 59 0,66 0,65
Variasi arus 115 A dan kampuh V 45˚ M1 50 0,53
Variasi arus 115 A dan kampuh V 45˚ M2 48 0,52
0,50
Variasi arus 115 A dan kampuh V 45˚ M3 45 0,51
Variasi arus 115 A dan kampuh V 55˚ M4 41 0,47
Variasi arus 115 A dan kampuh V 55˚ M5 38 0,43
0,40
Variasi arus 115 A dan kampuh V 55˚ M6 35 0,42
[Date]
33
Grafik hubungan harga impack terhadap variasi berikut ini adalah variasi kampuh dan arus 95
ampere
1 0.93
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Kampuh V 45˚ Kampuh V 55˚
Sudut kampuh V
Grafik 4.1 Grafik hubungan harga impack variasi kampuh dan arus 95 ampere
Grafik hubungan harga impack terhadap variasi berikut ini adalah variasi kampuh dan arus 105
ampere
0.69
0.68
0.67
0.66 0.65
0.65
0.64
0.63
0.62
Kampuh V 45˚ Kampuh V 55˚
Sudut Kampuh V
Grafik 4.2 Grafik hubungan harga impack variasi kampuh dan arus 105 ampere
Grafik hubungan harga impack terhadap variasi berikut ini adalah variasi kampuh dan arus 115
ampere
[Date]
34
Variasi kampuh V dan arus 115
ampere
0.6
0.52
0.5
Grafik 4.3 Grafik hubungan harga impack variasi kampuh dan arus 115 ampere
Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa untuk setiap perlakuan variasi arus dan
sudut kampuh V pada pengujian yang dilakukan mempengaruhi karakteristik setiap spesimen,
dimana pada setiap perlakuan variasi arus dan menggunakan kampuh yang tetap hasil dari
gambar grafik diatas harga impack mengalami penurunan, sedangkan perlakuan dari variasi
kampuh dan menggunakan arus yang tetap hasil dari gambar grafik diatas harga impack juga
mengalami penurunan. Jadi ketika variasi kuat arus dan sudut kampuh V ketika sama – sama
harga impact.
4.3 Pembahasan
[Date]
35
Grafik harga impack terhadap variasi, berikut ini adalah Grafik hubungan variasi arus, sudut
kampuh V dan harga impack
1.4
1.2 1.16
1
0.93
0.8 0.7
0.6 0.65
0.52
0.4 0.43
0.2
0
kampuh V 45 kampuh V 55
Kampuh V (drajat)
Grafik 4.4 Grafik hubungan variasi arus, sudut kampuh V dan harga impack
Dari gambar grafik hubungan variasi arus, sudut kampuh V dan harga impack diatas
dapat dilihat bahwa harga impact dari perlakuan dari variasi arus 95 ampere dengan perlakuan
sudut kampuh tetap, hasil dari perlakuan tersebut grafiknya selalu lebih tinggi, dibandingkan
hasil harga impact dari perlakuan variasi arus 105 ampere dan 115 ampere dengan perlakuan
sudut kampuh yang tetap grafiknya mengalami penurunan. Jadi untuk rata – rata harga impact
yang terbaik terdapat pada variasi arus 95 ampere dengan perlakuan sudut kampuh tetap.
Hal tersebut disebabkan apabila perlakuan sudut kampuh V dibesarkan dan kuat arus juga
dibesarkan maka material tersebut nilai kekerasannya akan ikut naik juga setelah pasca
pengelasan.(Idhil Ismail, 2019) karena kekerasan berbanding terbalik dengan harga impact, maka
pada saat kekerasannya naik harga impactnya mengalami penurunan (Idhil Ismail, 2019).
[Date]
36
Pada gambar grafik 4.5 hubungan variasi arus, sudut kampuh V dan harga impack diatas
dapat dilihat bahwa harga impack dari variasi arus 95 ampere dengan sudut kampuh tetap hasil
harga impacknya akan selalu lebih baik dibandingkan dengan perlakuan variasi arus 105 ampere
dan 115 ampere dengan sudut kampuh tetap, karena pada arus 95 ampere tersebut disebabkan
dari karakteristik material plat stainless steel 316 sifat kekerasannya mengalami penurunan dan
untuk penyerapan energi atau harga impacknya mengalami peningkatan karena disebabkan dari
perlakuan kuat arus yang diturunkan dan sudut kampuh juga dikecilkan setelah proses
pengelasan, sedangkan pada perlakuan variasi arus 105 ampere dan 115 ampere dengan sudut
kampuh tetap mendapatkan hasil sifat material yang nilai kekerasannya meningkat dan untuk
harga impactnya menurun, karena hal tersebut disebabkan dari perlakuan arus yang dibesarkan
dan sudut kampuh juga dibesarkan, maka hasil nilai kekerasannya juga mengalami peningkatan,
dikarenakan kekerasan berbanding terbalik dengan harga impack, maka pada saat kekerasannya
Dari gambar grafik 4.5 hubungan variasi arus, sudut kampuh V dan harga impact diatas
dapat dilihat untuk harga impact tertinggi terdapat pada spesimen dengan perlakuan variasi arus
J
95 ampere dan sudut kampuh 45˚ dengan nilai harga impactnya sebesar 1,16 . Dikarenakan
mm ²
hal tersebut disebabkan dari perlakuan variasi arus yang diturunkan dan variasi sudut kampuh
juga dikecilkan, maka untuk kekerasannya mengalami penurunan. Jadi sifat patahan dari
karakteristik material stainless steel tipe 316 lebih ulet (Idhil Ismail, 2019).
Sedangkan untuk nilai harga impact terendah terdapat pada spesimen dengan perlakuan
variasi arus 115 ampere dan variasi sudut kampuh 55˚ memperoleh nilai harga impactnya sebesar
J
0,43 . Hal tersebut disebabkan oleh perlakuan variasi arus yang dinaikkan dan variasi sudut
mm ²
[Date]
37
kampuh V juga ikut dibesarkan, maka mendapatkan nilai kekerasannya ikut meningkat dan nilai
harga impack. Jadi sifat patahan dari karakteristik materialnya dari stainless steel tipe 316 lebih
Pembatas halaman rumah (pagar) pada dasarnya harus memiliki hasil sambungan
pengelasan yang berkualitas baik dan tangguh, maka dari itu untuk sifat karakteristik dari
material stainless steel tipe 316 diharuskan memiliki sifat keuletan yang tinggi, dikarenakan
untuk meminimalisir terjadinya beban kejut yang mengakibatkan terjadinya patahan atau retak
(crack). Jika material stainless steel tipe 316 diaplikasikan dalam pembatas halaman rumah
(pagar) memiliki sifat karakteristik material yang keras dari perlakuan arus yang tinggi dan sudut
kampuh yang besar maka menyebabkan material tersebut memiliki sifat keras hal tersebut dapat
memicu terjadinya patah dan retak (crack) akibat dari beban kejut secara tiba – tiba. Dengan
perlakuan kuat arus dan sudut kampuh yang tepat dapat menghasilkan sambungan hasil
pengelasan yang memiliki harga impact yang tinggi dan sifat keuletan yang tinggi juga. Sehingga
Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 45˚ dan
arus 95 ampere
[Date]
38
Gambar 4.1 Patahan uji impact perlakuan arus 95 A dan kampuh V 45˚
Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 55˚ dan
arus 95 ampere
[Date]
39
Gambar 4.2 Patahan uji impact perlakuan arus 95 A dan kampuh V 55˚
Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 45˚ dan
arus 105 ampere
Gambar 4.3Patahan uji impact perlakuan arus 105 A dan kampuh V 45˚
Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 55˚ dan
arus 105 ampere
[Date]
40
Gambar 4.4 Patahan uji impact perlakuan arus 105 A dan kampuh V 55˚
Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 45˚ dan
arus 115 ampere
Gambar 4.5 Patahan uji impact perlakuan arus 115 A dan kampuh V 45˚
Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 55˚ dan
arus 115 ampere
[Date]
41
Gambar 4.6 Patahan uji impact perlakuan arus 115 A dan kampuh V 55˚
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
[Date]
42
Dari hasil pengujian dan pembahasan tentang pengaruh variasi arus dan sudut kampuh V
terhadap harga impact pada material stainless steel tipe 316 dengan metode las SMAW (Shield
1. Variasi arus dan sudut kampuh V setelah proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc
Welding) sangat mempengaruhi harga impact dari material stainless steel tipe 316
tersebut, karena disebabkan perlakuan dari variasi arus yang tinggi dan sudut kampuh
yang besar mendapatkan nilai harga impactnya menurun dan kekerasannya mengalami
peningkatan, hal tersebut membuat sifat karakteristik patahan dari material menjadi getas,
2. Variasi terbaik adalah variasi dengan perlakuan arus 95 ampere dan sudut kampuh V 45˚,
karena hasil variasi tersebut menghasilkan nilai harga impact yang baik dan nilai
5.2 Saran
[Date]
43
1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk pengkajian secara mendalam tentang perlakuan
variasi arus dan sudut kampuh V pada material stainless steel tipe 316, guna memperoleh
2. Oleh karena itu dalam penelitian selanjutnya memerluhkan pengujian mikro struktur,
guna untuk mengetahui perubahan sifat karakteristik dari material stainless steel tipe 316.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan berbagai perlakuan uji, seperti uji
kekerasan dan uji tarik guna memperdalam sifat karakteristik material stainless steel tipe
316.
DAFTAR PUSTAKA
[Date]
44
Adi, N. (2018). KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS PLATE Email :
aaddinugroho@gmail.com Jurnal Rekayasa Sistem Industri. 3(2), 134–142.
Adri, J., & Padang, U. N. (n.d.). Effect of Strong Welding Flow on the Violence of Low Carbon
Steel Results of SMAW Welding with Electrodes 7018.
Annas Pratama, M. (2019). Studi Eksperimen Ketahanan Korosi, Keausan, dan Kekerasan pada
Material Baja Paduan SS 316 Sebagai Bahan Sterntube Seal Liners pada Kapal. Kapal:
Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kelautan, 16(1), 16–22.
https://doi.org/10.14710/kapal.v16i1.17882
Bakhori, A. (2017). Perbaikan Metode Pengelasan Smaw ( Shield Metal Arc Welding ) Pada
Industri Kecil Di Kota Medan. Perbaikan Metode Pengelasan Smaw ( Shield Metal Arc
Welding ) Pada Industri Kecil Di Kota Medan, 13(1), 14–21.
Campbell, I. I., Ca, M., & Yu, C. (2020). Zot.
Dewantara, M. A., Yudo, H., Perkapalan, D. T., Teknik, F., Diponegoro, U., & Tarik, K. (2017).
Terhadap Kekuatan Impact Dan Tekuk Sambungan Butt Joint pada. 5(2), 367–373.
Fahrudin, A. (2018). RANGKA MESIN DISC MILL TINJA KAMBING MANUAL. 01(01), 7–12.
Fawaiz, I. (2017). Analisa pengaruh variasi temperatur austenisasi terhadap kekerasan, kekuatan
impak dan struktur mikro dengan proses laku panas pada baja karbon AISI 1050.
DINAMIKA: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 3(1), 104.
Fouad, R., EL-Nikhaily, ahmed, Ahmed, E., & Shaban, A. (2020). Effect of Heat Input and
Shielding Gas on the Performance of 316 Stainless Steel Gas Tungsten Arc Welding.
Journal of Petroleum and Mining Engineering, 22(1), 9–15.
https://doi.org/10.21608/jpme.2020.23038.1024
Hadi Prajitno, D., & Setiawan, J. (2019). Perilaku Elektrokimia Baja Tahan Karat SS 316 Dalam
Media Nano Fluida. Urania Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir, 25(1), 9–18.
https://doi.org/10.17146/urania.2019.25.1.5053
Hendronursito, Y., Isnugroho, K., Birawidha, D. C., & Amin, M. (2019). Analysis of Shielded
Metal Arc Welding (SMAW) on high manganese steel Hammer-mill crusher. Journal of
Mechanical Engineering, 16(2), 93–107.
Idhil Ismail, A. (2019). Analisis Pengaruh Variasi Arus dan Sudut Kampuh terhadap Struktur
Mikro, Kekerasan, dan Ketangguhan Impact pada Material SS410 dengan Menggunakan
Metode Las SMAW. JST (Jurnal Sains Terapan), 5(2).
https://doi.org/10.32487/jst.v5i2.687
Luhur P, H. A., Hadi, E. S., & Amiruddin, W. (2017). Jurnal teknik perkapalan. Teknik
Perkapalan, 5(2), 421–430.
Pattiasina, ST., MT, N. H. (2018). Pelatihan Proses Pengelasan Menggunakan Mesin Las Listrik
dalam Upaya Peningkatan Ketrampilan Pekerja di Desa Rumahtiga. Jurnal Simetrik, 8(1),
77–83. https://doi.org/10.31959/js.v8i1.90
Po, W. (2016). Wo 2016/083429. 2(12).
[Date]
45
Prayitno, D., Hutagalung, H. D., & Aji, D. P. B. (2018). Pengaruh Kuat Arus Listrik Pengelasan
Terhadap Kekerasan Lapisan Lasan pada Baja ASTM A316. Jurnal Dinamika Vokasional
Teknik Mesin, 3(1), 1–6. https://doi.org/10.21831/dinamika.v3i1.19109
Riset, K., Tinnggi, D. A. N. P., Lhokseumawe, P. N., & Mesin, J. T. (2019). Pengaruh Variasi
Sudut Kampuh Bevel Groove Terhadap Kekuatan Tarik Material Stainless Steel 304. 2(1),
8–12.
Ss, M. B. (2016). Pengaruh variasi sudut kampuh v pada sambungan las fcaw dari material
baja ss 400. 85–93.
Yassyir Maulana. (2016). Analisis Kekuatan Tarik Baja St37 Pasca Pengelasan Dengan Variasi
Media Pendingin Menggunakan Smaw. Jurnal Teknik Mesin UNISKA, 2(1), 1–8.
Yuniarto, M. I. R., Pratikno, H., Chamelia, M., & Karbon, A. B. (2019). Analisis Pengaruh
Variasi Heat Input Pengelasan FCAW pada Sambungan Baja BKI Grade A Terhadap Sifat
Mekanik. 8(2).
[Date]
46