Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH V LAS SMAW TERHADAP

SIFAT IMPACK STAINLESS STEEL 316

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
ALDO KRISNA TRIHARMONO (201610120311076)

TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020

[Date]
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Material stainless steel 316 merupakan baja paduan yang memiliki sifat tahan terhadap
korosi, memiliki ketangguhan yang kuat, dan tahan terhadap perlakuan suhu yang tinggi,
sehingga secara luas material stainless steel 316 diaplikasikan dalam industri seperti pipa
pertambangan dibawah laut dan pembatas halaman rumah (pagar). Baja tahan karat stainless
steel 316 termasuk baja jenis austenitic. Menurut (Fouad. 2020) baja jenis austenitic memiliki
kandungan (9,930%) nikel sehingga materialnya sangat fleksibel. Oleh karena itu untuk
mengetahui ketangguhan pada material stainless steel 316, maka diperluhkan suatu metode uji
impact (Fouad. 2020).

Perlakuan sudut kampuh bertujuan untuk mendapatkan kekuatan hasil pengelasan yang dapat
menghasilkan kualitas hasil sambungan las yang kuat dan berkualitas baik. Kampuh las
merupakan bagian dari logam induk yang akan diisi oleh logam las pada saat pasca pengelasan.
Menurut (Riset. 2019) kampuh las dibagi menjadi 4 jenis yaitu, sambungan kampuh sisi,
sambungan kampuh berimpit, sambungan kampuh sudut dan sambungan kampuh T. Untuk
mendapatkan suatu hasil sambungan yang berkualitas baik, hendaknya kedua ujung spesimen
yang akan dilas perlu diberikan suatu bentuk kampuh, penggunaan kampuh dipergunakan untuk
menyambung khususnya plat yang memiliki diameter tebal (Riset. 2019). Dari hasil sambungan
las dan perlakuan sudut kampuh dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang sangat beragam,
Menurut (Adri and Padang n.d. 2018) faktor yang mempengaruhi hasil sambungan las adalah
dikarenakan penggunaan besar dan kecilnya arus (ampere), kecepatan pengelasan pada waktu
ujung elektroda mencair, tegangan busur listrik, dan terhadap sudut kampuh pada material, selain
itu untuk mendapatkan kekuatan sambungan yang berkualitas, maka membutuhkan penembusan
atau penetrasi yang cukup yang dihasilkan dari panas las tersebut (Adri and Padang n.d. 2018).

Arus pengelasan merupakan aliran arus listrik yang dihasilkan dari sumber mesin las. Besar
kecilnya arus pengelasan dapat diatur pada ampere mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan
jenis unsur material dan diameter elektroda yang di gunakan. Menurut (Yassyir Maulana, 2016)
penggunaan arus las yang terlalu kecil mengakibatkan penembusan atau penetrasi yang
dihasilkan oleh busur listrik akan melambat dan ujung elektroda meleleh secara tidak merata,

[Date]
2
sedangkan penggunaan arus yang terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik-manik
las yang terlalu lebar pada material (Yassyir Maulana, 2016). Diantara beberapa macam proses
pengelasan dalam suatu penyambungan logam, salah satunya yang digunakan dalam penelitian
kali ini adalah proses pengelasan SMAW (shielded metal arc welding). Menurut (Hendronursito.
2019) pengelasan SMAW adalah proses pengelasan busur dimana pencairan elektroda
diakibatkan oleh panas dari busur listrik tersebut. Pengelasan ini menggunakan elektroda berupa
kawat yang dibungkus pelindung berupa fluks, fluks yang melindungi elektroda tersebut
bertujuan untuk melindungi cairan logam las.

 Pada proses pengelasan sering terjadi permasalahan dari hasil sambungan las yang
disebabkan persiapan material dan alat pengelasan yang kurang baik, selain itu juga disebabkan
oleh prosedur pengelasan yang kurang tepat. Oleh karena itu pada penyambungan plat tebal perlu
dilakukan perlakuan terhadap material seperti perlakuan arus dan sudut kampuh yang tepat, guna
mendapatkan hasil sambungan las yang berkualitas lebih baik. Pada penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Andi Idhil Ismail, Achmad Fitrianto (Idhil Ismail, 2019) dimana penelitian
mereka tentang pengaruh variasi kampuh dan arus dengan variasi arus 85 ampere, 90 ampere,
110 ampere dan variasi kampuh 60˚ dan 80˚ mendapatkan hasil nilai maximum pada arus
110ampere dan kampuh 80˚ dengan nilai rata -ratanya 154,66 VHN.

Penelitian tersebut menjadi pendamping dalam penelitian kali ini yang berjudul “Pengaruh
Variasi Arus dan Sudut Kampuh V Las SMAW Terhadap Sifat Impack Stainless Steel 316”
dengan tujuan untuk mengetahui perbandingan nilai harga impact pada material stainless steel
316,maka diperlakukan variasi sudut kampuh dan arus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami dapat merumuskan permasalahan penelitian kami
adalah sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh harga impact pada las plat stainless steel 316 setelah mendapatkan
perlakuan variasi arus dan sudut kampuh pada proses pasca las?.

[Date]
3
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penelitian ini meliputi :

Untuk mendapatkan harga impact pada las plat stainless steel 316 setelah mendapatkan
perlakuan variasi arus dan sudut kampuh pada proses pasca las?.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tetap terarahdan menghindari timbulnya penyimpangan pembahasan,


maka perlu dibuat batasan masalah sebagai berikut :

1. Proses pengelasan menggunakan Shielded Metal Arc Welding (SMAW).


2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stainless steel 316.
3. Variasi arus yang digunakan 95A,105A, dan 115 A
4. Jenis kampuh yang digunakan adalah kampuh V dengan variasi sudut 45˚ dan 55˚
5. Spesimen akan diuji harga impact

1.5 Manfaat Penelitian

Sebagai peranan nyata dalam pengembangan teknologi khususnya pengelasan, maka berharap
dapat mengambil manfaat dari penelitian ini diantarannya yaitu :

1. Setelah mengetahui pengaruh variasi arus dan sudut kampuh V terhadap harga impack
pada hasil sambungan las Shielded Metal Arc Welding (SMAW) pada stainless steel 316,
maka hal ini dapat dijadikan sebagai acuan dan sumber informasi untuk menentukan
besar kuat arus dan sudut kampuh yang tepat untuk mendapatkan kualitas dan mutu
sambungan yang baik dan kuat yang biasanya diterapkan dalam pengelasan kontruksi dan
plat tebal.
2. Setelah mengetahui pengaruh variasi arus dan sudut kampuh V terhadap harga impack
pada hasil sambungan las SMAW pada stainless steel 316, dari hasil pengelasan dengan
sifat karakteristik yang baik dapat diaplikasikan dalam pembuatan pembatas halaman
rumah (pagar), knalpot kendaaraan sepeda motor dan mobil, agar produk pengelasan
selanjutnya minim terhadap terjadinya patahan atau retak (crack).

[Date]
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Variasi Arus dan Sudut
Kampuh terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Ketangguhan Impact pada Material SS410
dengan Metode Las SMAW”. Dari hasil penelitian tersebut terdapat pengaruh variasi arus dan
kampuh terhadap struktur mikro dan nilai kekerasan, pada spesimen sudut kampuh 80˚ dengan
penggunaan arus 110 A memiliki rata-rata nilai tertinggi yaitu (154,66 VHN) dibandingakan
sudut kampuh 60˚ dengan penggunaan arus 110 A memiliki rata-rata nilai tertinggi yaitu (146,99
VHN).
Hasil penelitian dari ketangguhan uji impact terdapat pengaruh pada variasi arus dan
sudut kampuh dari hasil pengelasan material SS410. Nilai ketangguhan uji impact tertinggi
terjadi pada arus 85 A dengan sudut kampuh 80˚ dengan hasil nilai yaitu (1,831 Joule/mm²), dan
untuk nilai dari arus 85A dengan sudut kampuh 60˚ memiliki nilai yaitu (1,294 Joule/mm²) (Idhil
Ismail, 2019).
Pada penelitian terdahulu ini akan menjadi gambaran dan acuan pada penelitian kali ini,
pada penelitian kali ini akan diuji dengan menggunakan metode ketangguhan impact dan mikro
struktur. Untuk material ujinya menggunakan plat stainless steel 316.
2.2 Pengelasan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan dua buah logam dengan cara mencairkan
sebagian logam induk dan logam pengisi sampai titik rekristalisasi, dengan menggunakan bahan
tambahan elektroda atau tidak menggunakan bahan tambahan dan penggunaan energi panas
sebagai proses pencairan bahan yang akan dilas. Pengelasan juga dapat diartikan sebagai ikatan
tetap dari benda atau logam yang dipanaskan, pengelasan bukan hanya memanaskan dua bagian
benda sampai mencair dan membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang utuh
dengan cara memberikan bahan tambahan pada waktu dipanaskan sehingga mempunyai
kekuatan sambungan las seperti yang diinginkan (Bakhori, 2017).
Penelitian kali ini menggunakan metode las SMAW, pada pengelasan SMAW
membutuhkan bahan tambahan berupa elektroda. Elektroda tersebut sebagai penyambung
material yang akan dilas.
2.2.1 Definisi Pengelasan
Menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) definisi pengelasan adalah suatu ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
atau cair. Dengan kata lain, pengelasan merupakan sambungan setempat dari beberapa batang
logam dengan menggunakan energi panas. Pengelasan dapat diartikan dengan proses

[Date]
5
penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam, dengan atau tanpa
menggunakan bahan tambah dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas.
Menurut AWS (American Welding Society, 1989) definisi pengelasan adalah suatu
proses penyambungan logam atau non logam dengan cara pemberian panas pada material yang
akan disambung hingga mencapai temperature las tanpa adanya tekanan. (pressure). Sedangkan
menurtu Menurut British Standards Institution, 1983. Pengelasan adalah proses penyambungan
antara dua atau lebih material dalam keadaan plastis atau cair dengan menggunakan panas (heat)
atau dengan tekanan (pressure) atau keduanya (Bakhori, 2017).
Penelitian kali ini material uji stainless steel 316 akan mengalami heat treatment dengan
penggunaan metode pengelasan SMAW, dengan perlakuan variasi arus dan sudut kampuh V
pada spesimen. Setelah mengalami proses heat treatment material uji akan didinginkan dengan
udara.
2.3 Posisi Pengelasan
Dalam pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) memiliki tingkat kesulitan
yang dipengaruhi oleh posisi pengelasan. Posisi pengelasan pada las busur listrik sama dengan
posisi pada pengelasan gas asitelin, yaitu : dengan dengan posisi dibawah tangan (down hand)
1G, posisi pengelasan tegak (vertical) 3G, posisi pengelasan mendatar (horizontal) 2G, dan
posisi di atas kepala (over head) 4G.
Kekuatan sambungan pengelasan sangat tergantung pada mutu sambungannya, pemilihan
bentuk sambungan dan alur pengelasan berpengaruh pada hasil las, seperti halnya kekuatan
sambungan, efesiensi sambungan, dan salah satu upaya meminimalisir adanya cacat pada hasil
las (Luhur P, 2017).
Berikut gambar berbagai macam posisi pengelasan :

Gambar 2.1 Posisi pengelasan


(Ss, 2016)

[Date]
6
Penelitian kali ini untuk ketentuan posisi yang dilakukan oleh juru las pada spesimen uji
stainless steel 316, menggunakan posisi las 1G (datar), karena penggunaan posisi 1G (datar)
tersebut memudahkan proses pengelasan dan mampu menghasilkan kekuatan hasil sambungan
las yang kuat dan berkualitas baik.
2.4 Klasifikasi Sambungan Las
Berdasarkan klasifikasiannya pengelasan menurut (Fahrudin, 2018) dapat dibagi menjadi
tiga bagian dalam cara pengerjaannya, yaitu :
a) Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang
terbakar
b) Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan sehingga menjadi satu.
c) Pematrian Yaitu cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini
logam induk tidak ikut mencair.
Ketiga klasifikasi pengelasan tersebut dapat dijelaskan dengan gambar berikut :

[Date]
7
Las MIG
Las busur gas
Las busur CO2

Las busur gas Las busur CO2 dengan


dan fluks elektroda berisi fluks

Las elektroda terbungkus


Elektrokda Las busur fluks
terumpan Las busur dengan
elektroda berisi fluks

Las busur rendam


Las busur
Las busur logam tanpa pelindung

Elektroda tak
Las TIG atau las wolfram gas
terumpan
Pengelasan Las gas
cair
Las listrik terak

Las listrik gas


Las termit
Las sinar elektro

Las busur plasma Las titik

Las tumpang
Cara Las resistansi
Pengelasan listrik Las busur tekan

Las tekan gas


Pengelasan Las tumpul tekan
tekan
Las gesek

Las ledakan

Las induksi

Las induksi

Pembrasingan
Pematrian
Penyolderan

Gambar 2.2 Klasifikasi Sambungan Las


(Fahrudin, 2018)

[Date]
8
Pada penelitian kali ini klasifikasi sambungan pada las SMAW tersebut termasuk
golongan pengelasan cair, karena pada pengelesan cair dapat menghasilkan sambungan las yang
kuat dan berkualitas baik dengan proses pengelasan yang sederhana dan singkat.

2.5 Pengelasan SMAW ( Shielded Metal Arc Welding)


Las SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah merupakan pengelasan yang di
klasifikasikan sebagai las busur listrik dan fluks, pada pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc
Welding) bahan penyambungnya adalah elektroda berupa logam yang telah lapisan fluks (slag
las) yang berfungsi melapisi logam las dari gas oksidasi. Pada proses pengelasan SMAW
(Shielded Metal Arc Welding) sambungan las dapat terkontaminasi oleh gas oksidasi dari luar,
hal ini perlu dicegah karena oksidasi metal merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan
mekanis (Adi, 2018).
Saat pengelasan terjadi logam induk mengalami pencairan akibat pencairan yang timbul
antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja. Busur pengelasan teraliri arus dari mesin las.
Elektroda yang digunakan berupa kawat yang dibungkus pelindung berupa fluks. Selama
pengelasan elektroda mengalami pencairan bersamaan dengan logam induk dan membeku
bersama, menjadi kampuh las.
Pada saat proses pemindahan logam elektroda terjadi ujung elektroda mengalami
pencairan dan membentuk butir- butir yang terbawa arus busur listrik. Bila penggunaan arus
listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila
penggunaan arus kecil maka butiran logam cair yang terbawa menjadi mencair secara tidak
merata. Selain itu pemindahan logam juga dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan komposisi
dari bahan fluks yang digunakan (Bakhori, 2017).

Gambar 2.3 Skema pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)


(Luhur P. 2017)

[Date]
9
Penelitian kali ini material uji stainless steel 316 akan dilas dengan metode pengelasan
SMAW dengan menggunakan elektroda type NSN 316, dimana pada pengelasan jenis SMAW
ini memiliki kualitas las yang baik dan tingkat kerumitan yang rendah.

2.6 Patent Terkait


Dari patent yang berjudul Tool Simulation System, Simulation Workpiece, and Method
of Operation, merupakan sebuah patent yang berkaitan dengan proses pengelasan SMAW
(Shield Metal Arc Welding) dan berbagai macam alat yang digunakan untuk melakukan proses
pengelasan busur listrik dan memakai elektroda sebagai bahan tambahan, dimana elektroda
tersebut akan meleleh pada permukaan benda, karena panas yang dihasilkan dari busur listrik
(Campbell. 2020).
Berikut patent pengelasan SMAW (Shiled Metal Arc Welding)

1.

Gambar 2.4 Busur listrik


(Campbell. 2020)
2.

Gambar 2.5 skematik las busur listrik


(Po. 2016)

[Date]
10
3.

Gambar 2.6 Proses pencairan elektroda terbungkus


Pada paten terkait skematik proses dari pengelasan yang dilakukan oleh juru las atau ahli
las, dimana pada saat elektroda mencair pada permukaan benda kerja akibat panas yang
dihasilkan dari busur listrik tersebut, pada saat elektroda mencair material tersebut akan
mengalami heat treatment.

2.7 Besar Arus Listrik


Besar arus listrik pada pengelasan merupakan besarnya arus pengelasan yang diperluhkan
tergantung pemakaian diameter elektroda, tebal bahan yang akan dilas, jenis elektroda yang
digunakan, geometri sambungan, dan posisi pengelasan. Pada daerah las memiliki kapasitas
panas yang tinggi maka dari itu diperluhkan arus yang tinggi. Arus las merupakan parameter las
yang langsung mempengaruhi penembusan atau penetrasi dan kecepatan pencairan logam induk.
Penggunaan arus semakin tinggi mempengaruhi penembusan dan kecepatan pencairan yang
besar pada proses pengelasan.
Besar arus listrik juga mempengaruhi hasil las bisa penggunaan arus terlalu rendah maka
perpindahan cairan dari ujung elektroda akan sulit mencair dan busur listrik tidak akan stabil.
Karena panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan logam dasar, sehingga akan
menghasilkan bentuk rigi-rigi las yang kecil dan penetrasi kurang dalam, jika penggunaan arus
terlalu besar, maka akan menghasilkan manik melebar, penetrasi dalam, serta peningkatan matrik
las yang tinggi (Prayitno. 2018).
Pada penelitian kali ini penggunaan besar arus yang dihasilkan dari mesin las,
disesuaikan dengan diameter elektroda dan ketebalan material yang akan dilas, karena semakin
besar diameter elektroda dan ketebalan material, akan membutuhkan arus yang besar, supaya
memudahkan proses penetrasi dan penembusan.

[Date]
11
2.8 Keuntungan Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Keuntungan dari Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah jenis
pengelasan ini menggunakan elektroda yang sederhana dan serbaguna dibandingkan dengan
proses pengelasan lainnya. Dalam pengaplikasiannya pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc
Welding) dapat diaplikasikan untuk perbaikan perpiaan dan bahkan dapat untuk pengelasan
dibawah laut. selain itu pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)tidak terlalu sensitif
terhadap korosi. Hal tersebut membuat proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
mempunyai aplikasi refinery piping hingga pipeline (Yassyir Maulana, 2016).
2.8.1 Kelemahan Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
Kelemahan dari pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah pada proses
pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) mempunyai karakteristik dimana untuk laju
pengisiannya lebih rendah dibandingkan proses pengelasan GTAW, pengelasan SMAW
(Shielded Metal Arc Welding)juga memiliki batasan pemakain elektroda hanya sampai panjang
elektroda dan harus melakukan penggantian elektroda yang baru hal tersebut akan membutuhkan
waktu dan setiap akan melakukan pengelasan berikutnya sisa kerak yang menempel pada
material harus dibersihkan terlebih dahulu. Dalam pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc
Welding)tidak dapat digunakan untuk mengelas bahan seperti kuningan (non ferrous) (Pattiasina,
2018).
Pada penelitian kali ini pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) memiliki
karakteristik kelebihan dan kekurangan pada saat proses pengelasan terjadi, selain itu pengelasan
SMAW (Shield Metal Arc Welding) mampu menghasilkan hasil sambungan yang berkualitas
baik dan kuat dengan proses pengelasan yang sederhana dan singkat.

2.9 Kampuh V Tunggal


Kampuh las merupakan bagian dari logam induk yang akan diisi oleh logam las. Pada
umumnya kampuh V Tunggal banyak digunakan pada sistem sambungan pada pelat-pelat tebal.
Tebal lapisan pengelasan ditentukan oleh tebal plat yang digunakan. Kampuh V digunakan untuk
menyambung plat dengan ketebalan (6-15) mm dengan diberikan sudut kampuh sebesar (50° -
90°). Untuk pengelasan dengan kampuh V tunggal dilakukan pengelasan pada satu sisi (single
side) dengan urutan pengelasan mulai dari akar (root), pengisian (filler), dan penutup (caping).
Hasil penyambungan logam melalui pengelasan hendaknya menghasilkan sambungan yang
berkualitas dari segi kekuatan dan lapisan las dari bahan atau logam yang di las, dimana untuk
menghasilkan sambungan las yang berkualitas hendaknya kedua ujung/bidang atau bagian logam
yang akan dilas perlu diberikan suatu bentuk kampuh las tertentu (Riset, 2019).
Berikut gambar dari kampuh V tunggal :

[Date]
12
Gambar 2.7 Kampuh V tunggal
(Ss, 2016)
Pada penelitian kali ini tipe kampuh las yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
kampuh V tunggal yang diperlakukan pada spesimen uji stainless steel 316, perlakuan kampuh V
tunggal tersebut untuk mendapatkan hasil sambungan las yang berkualitas baik dan kuat. Setelah
proses pengelasan selesai, spesimen uji stainless steel 316 akan dibentuk takikkan dengan
kedalaman 2mm untuk pengujian metode impact.

2.10 Masukan Panas (Heat Input)


Heat input merupakan besarnya energi panas setiap satuan panjang las ketika sumber
panas yang berupa nyala api, busur listrik, plasma atau cahaya energi tinggi yang bergerak.
Menurut (Yuniarto, 2019) energi panas diakibatkan oleh parameter pengelasan yaitu arus,
tegangan, sentuhan elektroda dengan logam induk dan kecepatan pengelasan. Heat input
merupakan faktor penting dalam pengelasan karena dapat mempengaruhi laju pendinginan. Laju
pendinginan akan berperan pada pembentukan struktur metalurgi daerah HAZ ( Heat Affected
Zone) dan weld metal serta sifat mekanis dari sambungan (Yuniarto, 2019).
Untuk menghitung heat input pada proses pengelasan dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut :
V xI
HI=
Travel Speed
Dimana :
HI = Masukan panas (J/mm atau J/in)
V = Tegangan busur las (Volt)
I = Arus las (Ampere)
Travel speed = Kecepatan pengelasan (mm/s atau in/s)

[Date]
13
Penelitian kali ini heat input pada proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding)
merupakan faktor penting dalam proses pengelasan, karena heat input dapat mempengaruhi
bentuk penampang lintang lasan yang meliputi besarnya permukaan logam induk pada saat
V xI
mencair. Dengan penggunaan rumus HI=
Travel Speed

2.11 Daerah Pengaruh Panas (Heat Affected Zone)


HAZ (Heat Affected Zone) adalah bagian terpenting dalam proses pengelasan. Karena
daerah pengaruh panas ini akan mempengaruhi pada kekuatan sambungan las. Dimana pada saat
proses pengelasan akan terjadi siklus termal dan pendinginan cepat pada sambungan las. Siklus
termal akan mempengaruhi struktur micro dan HAZ, dimana logam akan mengalami
transformasi fasa selama proses pendinginan, yaitu dari logam las cair berubah menjadi ferrit
kemudian berubah menjadi austenite dan kembali ke perubahan ferrit (Adi, 2018).
Berikut gambar dari HAZ (Heat Affected Zone) :

Gambar 2.8 HAZ (Heat Affected Zone)


(Adi, 2018)
Keterangan :
1. Weld Metal (Logam Las)
2. Fusion Line (Garis Penggabung)
3. HAZ (Daerah Pengaruh Panas)
4. Logam Induk
Penelitian kali ini HAZ (Heat Affected Zone) pada pengelasan SMAW (Shield Metal Arc
Welding) merupakan faktor penting dalam proses pengelasan, karena HAZ (Heat Affected
Zone) dapat mempengaruhi kekuatan hasil sambungan las, pada saat penyambungan spesimen
uji dengan menggunakan bahan tambahan elektroda.

[Date]
14
2.12 Klasifikasi Kawat Elektroda
Menurut AWS (American Welding Society) kawat elektroda pengelasan dibedakan
menjadi beberapa macam penggunaanya seperti (elektroda untuk baja lunak, besi tuang, baja
paduan, baja karbon tinggi, dan logam non ferrous (almunium, kuningan). Bahan elektroda harus
mempunyai kesamaan sifat dengan logam. Dikarenakan apabila tidak memeliki kesamaan
dengan sifat logam tersebut tidak bisa dipakai dalam proses pengelasan (Adi, 2018).
Klasifikasi kawat elektroda sudah diatur dalam standar American Welding Society
(AWS). Menurut standar AWS, nomor kawat elektroda dengan kode (EXXYZ) adalah sebagai
berikut :
 E : Kawat elektroda untuk las busur listrik.
 XX : Menyatakan nilai tegangan Tarik minimum hasil pengelasan dikalikan dengan 1000
Psi (60.000 lb/in2) atau 42kg/mm
 Z : Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan arus AC atau DC
Penggunaan diameter kawat las dengan arus listrik pengelasan telah ditentukan oleh
AWS (American Welding Society) yang dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.9 Diameter kawat las dan arus las


(Adi, 2018)
Penelitian kali ini bahan spesimen yang digunakan pada penelitian ini adalah plat
stainless steel 316, yang akan disambung dengan proses pengelasan busur listrik dengan
menggunakan bahan tambahan elektroda dengan kode NSN 316 yang dimana kode elektroda
tersebut khusus untuk material stainless steel 316 dan dengan diameter elektroda 3,2.

[Date]
15
2.13 Stainless Steel 316
Stainless steel 316 adalah sebuah logam yang termasuk sebagai besi karbon (mild steel),
mild steel juga tergolong sebagai baja nirkarat. Perbedaan baja nirkarat dengan baja biasa yaitu,
pada baja nirkarat terdapat campuran paduan krom dan nikel yang memberikan sifat tahan
terhadap korosi pada baja tersebut, dan sedangkan pada baja biasa tidak terdapat tambahan
paduan krom dan nikel hal tersebuat membuat baja biasa sangat mudah terkena korosi.
Sifat ketahanan korosi pada material stainless steel tidak membuat material stainless steel
tidak dapat terserang korosi, akan tetapi pada kenyataannya material stainless steel dapat
mengalami korosi batas butir (intergranular corrosion), korosi lubang (crevice corrosion), dan
retakan korosi tegangan (stress corrosion cracking). Stainless steel 316 memiliki kandungan
utama yaitu, besi (Fe), karbon (C), nikel (Ni), serta krom (Cr) (Annas Pratama, 2019).
Berikut tabel komposisi kandungan kimia baja stainless steel 316

Tabel 2.10 Komposisi kandungan baja stainless steel 316


(Hadi Prajitno & Setiawan, 2019)
Penelitian kali ini plat stainless steel 316 merupakan material yang akan digunakan
sebagai spesimen uji, material tersebut memiliki diameter yang sesuai anjuran pengujian impact,
dengan diameter panjang 60mm, lebar 10mm, dan ketebalan 10mm dengan variasi sudut kampuh
45˚, 55˚, dan 65˚. Perlakuan sudut kampuh tersebut untuk pengisian elektroda dengan spesimen
yang akan disambung.

2.14 Pengujian Impact


Pengujian impact merupakan suatu pengujian yang digunakan sebagai menentukan sifat-sifat
suatu material tersebut yang akan mendapatkan beban dinamis, sehingga dari pengujian impact
ini dapat mengetahui sifat ketangguhan suatu material baik sifat keuletan serta getas. Dengan
catatan bahwa nilai atau harga impact semakin tinggi, maka material tersebut mempunyai sifat
keuletan yang tinggi. Dimana material pengujian tersebut dikatakan ulet jika suatu patahan,
terjadi pada bidang yang patah secara tidak merata dan tampak berserat. Tetapi pada patahan
getas, hasil dari perpatahannya tampak secara rata dan tidak berserat-serat. Pada material dalam
kondisi ulet dapat mengalami fenomena perpatahan secara getas akan tetapi dengan deformasi
plastis yang sangat kecil (Dewantara, 2017).

[Date]
16
fenomena tersebut terjadi jika :
1. Temperatur rendah
2. Laju tegangan bertambah
3. Tarikan
Dalam pengujian impact, Harga impact dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
E
HI =
A
Dimana :
1. I = Nilai impact (Joule/mm²)
2. k = Energi impact yang terserap (joule)
3. A = Luas penampang (mm²)
Pada pengujian impact mesin menggunakan mesin dengan lengan pemukul yang dapat
berayun secara bebas atau sesuai yang diinginkan dan untuk ujung dari lengan pemukul diberi
pemberat yang dinamakan (pendulum). Dari pengujian metode ini untuk mengetahui impact
tester (sudut β) besarnya energi impact dapat dihitung dengan perumusan persamaan energi
mekanik sebagai berikut :
E₀ = W. h₀
E₀ = W (L – L.Cosα) (1.a)
E₁ = W. h₁
E₁ = W (L – L.Cos β) (1.b)
Subtitusi persamaan (a) dan (b) kedalam persamaan ΔE
ΔE = E₀ – E₁
ΔE = (W (L – L.Cosα)) – (W (L – L.Cos β))
ΔE = W.L (Cos β - Cosα) (2)
Untuk mendapatkan nilai harga impact ΔE (kgm) dibagi dengan luas penampang benda kerja
dibagian yang patah (mm²)
W . L(cos β−Cosα )
IS = (3)
A

[Date]
17
Gambar 2.11 Kebutuhan energi untuk mematahkan
(Fawaiz, 2017)
Keterangan :
1. E₀ = Energi awal saat pendulum dilepas (kgm)
2. E₁ = Energi akhir saat pendulum menghantam benda uji (kgm)
3. W = Berat pendulum (kgm)
4. α = Sudut awal (˚)
5. β = Sudut akhir (˚)
6. L = Jarak titik tump uke titik berat pendulum (m)
7. ΔE = Energi yang digunakan mematahkan benda kerja (kgm)
8. A = Luas penampang yang rusak (mm²)
9. IS = Kekuatan Impact (kgm/mm²)
2.14.1 Jenis – jenis Pengujian Impact
1. Metode Izod
Metode izod merupakan pengujian impact dengan penggunaan tumbuk dan meletakkan
posisi spesimen atau bahan uji pada tumpuan dengan posisi searah pada pembebanan dengan
arah tarikan.
Berikut gambar dari metode izod :

[Date]
18
Gambar 2.12 Ilustrasi skematik pembebanan metode izod
(Dewantara, 2017)
2. Metode Charpy
Metode charpy merupakan pengujian impact dengan penggunaan tumbukan dan
meletakkan posisi spesimen atau benda uji pada tumpuan dengan posisi horizontal
(mendatar), dan arah pembebanan berlawanan dengan arah tarikan.
Berikut gambar dari metode charpy :

Gambar 2.13 Ilustrasi skematik pembebanan metode izod


(Dewantara, 2017)
Penelitian kali ini untuk mengetahui nilai ketangguhan dari material yang akan diuji
maka penelitian ini perlu dilakukan uji impact dengan metode charpy, dengan menggunakan
bahan stainless steel 316 sebagai spesimen uji.

[Date]
19
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian

[Date]
20
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah penggunaan suatu cara dalam penelitian, untuk proses
pelaksanaan penelitian dan hasil data penelitian bisa untuk dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Untuk mencari sebab dan akibat
dari faktor yang berpengaruh. Eksperimen ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin
Universitas Muhammdiyah Malang dalam kondisi dan peralatan yang ada, guna untuk
memperoleh data tentang hasil pengelasan SMAW (shield metal arc welding) terhadap mikro
struktur dan hasil sambungan las pada material stainless steel 316.
3.3 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, yang dimana
metode eksperimental (true experiment research) merupakan suatu tindakan eksperimen atau
percobaan. Kajian literatur dari berbagai sumber jurnal yang terkait, digunakan untuk menambah
informasi dan pengetahuan yang diperluhkan.
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan september 2020. Adapun pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan mesin las SMAW (shield metal arc welding) di Laboratorium Teknik Mesin
Universitas Muhammdiyah Malang
2. Proses pengelasan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Muhammdiyah
Malang
3. Pembuatan bentuk spesimen sudut kampuh V di Laboratorium Teknik Mesin Universitas
Muhammdiyah Malang
3.5 Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu obyek dalam penelitian, atau juga yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel kuantitatif, variabel kuantitatif
adalah variabel yang berhubungan dengan jumlah atau angka. Karena dalam penelitian ini
berhubungan dengan variabel jenis variasi kampuh 45˚ dan 55˚ dan arus pengelasan 95A, 105A,
115A Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan dapat divariasikan sesuai dengan
keinginan peneliti. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Variasi 1 : Sudut kampuh V 45˚ dengan penggunaan arus las 95 ampere.
2. Variasi 2 : Sudut kampuh V 55˚ dengan penggunaan arus las 95 ampere.
3. Variasi 3 : Sudut kampuh V 45˚ dengan penggunaan arus las 105 ampere.
4. Variasi 4 : Sudut kampuh V 55˚ dengan penggunaan arus las 105 ampere.
5. Variasi 5 : Sudut kampuh V 45˚ dengan penggunaan arus las 115 ampere.

[Date]
21
6. Variasi 6 : Sudut kampuh V 55˚ dengan penggunaan arus las 115 ampere

b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang tidak mengalami perubahan dalam penelitian ini
bersifat tetap. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Material yang dilas stainless steel 316
2. Pengujian yang dilakukan (Uji impact)

c. Variabel terkontrol
Variabel terkontrol adalah variabel yang besarnya ditentukan sebelum penelitian dan
nilainya dijaga tetap sama selama pengujian. Variabel terkontrol dalam penilitian ini adalah :
1. Pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding)
2. Elektroda (NSN 308) diameter (3,2)

3.6 Alat dan Bahan Penelitian


3.6.1 Persiapan Alat
Alat yang perlu disiapkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Mesin las SMAW (Shield Metal Arc Welding)

Gambar 3.1 Mesin las SMAW (Shield Metal Arc Welding)

[Date]
22
2. Mesin Frais

Gambar 3.2 Mesin frais


3. Mesin uji impact

Gambar 3.3 Alat uji impack (Charpy)


4. Jangka sorong (Sigmat)

[Date]
23
Gambar 3.4 Jangka sorong
3.6.2 Persiapan Bahan
Bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Stainless steel 316 dengan diameter panjang 60mm, lebar 10mm, dan ketebalan
10mm.

Gambar 3.5 Stainless steel tipe 316

2. Elektroda type NSN 308 dengan diameter 3,2 mm

Gambar 3.6 Elektroda kode NSN - 308

3.7 Langkah Kerja Penelitian


Langkah kerja dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.7.1 Pemotongan Spesimen Stainless Steel 316


Pembuatan spesimen uji dilakukan dengan cara pemotongan sebagian material stainless
steel dengan menggunakan alat potong mesin hidrolis, dikarenakan untuk menghindari terjadinya
rekristalisasi dan mengurangi terjadinya distribusi panas yang berpengaruh terhadap perubahan
struktur mikro pada material stainless steel 316.

[Date]
24
3.7.2 Pembuatan Kampuh V
Pembuatan sudut kampuh V dengan menggunakan bantuan mesin frais, untuk material
yang disiapkan dengan ukuran panjang 60mm, lebar 10mm, ketebalan 10mm. dan jumlah bahan
sebanyak 12 buah. Sebelum melakukan proses pengefraisan pada material pastikan material yang
dipasangkan diragum dalam keadaan kuat. Tahap selanjutnya atur mata bor pengefraisan pada
sudut 45˚, 55˚,maka proses pengefraisan langsung dilakukan dan yang perlu diperhatikan pasa
saat proses pengefraisan yaitu mata bor haruslah centre dan lurus, agar hasil yang dihasilkan
pembuatan kampuh yang didapatkan benar-benar sempurna.

Gambar 3.6 Kampuh V

3.7.3 Proses Pelaksanaan Pengelasan


Proses pelaksanaan pengelasan menggunakan las SMAW, untuk langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam proses pengelasan adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan mesin las SMAW AC/DC sesuai dengan pemasangan polaritas
2. Mepersiapkan material uji yang akan dilas pada meja las
3. Posisi pengelasan menggunakan posisi 1G (mendatar)
4. Kampuh yang digunakan jenis kampuh V tunggal, dengan sudut 45˚, 55˚,dan celah 3mm
5. Mempersiapkan elektroda khusus material stainless steel 316 dan untuk penggunaan arus
sesuai yang ditetapkan dalam penelitian. Kemudian kabel penjepit negatitif (-) dari mesin
las ditempatkan pada material dasar dan kabel penjepit positif (+) dipasangkan dengan
elektroda, hidupkan mesin las dan lakukan proses pengelasan, pada saat ujung elektroda
digoreskan dipermukaan benda kerja pastikan elektroda dalam keadaan mencair.
6. Setelah proses pengelasan selesai, benda kerja didinginkan dengan udara bebas.

3.8 Pembentukan spesimen Uji


Setelah proses pengelasan selesai maka dilanjutkan dengan pembuatan spesimen uji yang
nantinya akan diuji impact (ketangguhan). Berikut langkah-langkah pembuatan spesimen uji :
1. Bahan material di potong dengan ukuran panjang 60mm, lebar 10mm, dan ketebalan
10mm dengan menggunakan alat bantu mesin pemotong hidrolis.
2. Setelah proses pemotongan,,bentuk sudut kampuh V dengan variasi sudut 45˚ dan 55˚
dengan alat bantu mesin frais.

[Date]
25
3. Selanjutnya melakukan pengelasan dengan variasi arus 95 ampere, 105 ampere, 115
ampere hasil pengelasan yang tidak rata dihaluskan menggunakan mesin grinda.
4. Tahap berikutnya bentuk takikkan tepat pada posisi tengah pada material dengan
kedalaman 2mm menggunakan alat bantu mesin milling

Berikut gambar bentuk pengujian impact (ketangguhan) :

Gambar 3.7 Spesimen Uji

Tabel 3.1 Penamaan sampel


No Jenis Perlakuan Kode Sampel Jumalah Sampel
1 Arus 95 A dan kampuh V 45˚ S1, S2, S3 3
2 Arus 95 A dan kampuh V 55˚ S4, S5, S6 3
3 Arus 105 A dan kampuh V 45˚ T1, T2, T3 3
4 Arus 105 A dan kampuh V 55˚ T4, T5, T6 3
5 Arus 115 A dan kampuh V 45˚ M1, M2, M3 3
6 Arus 115 A dan kampuh V 55˚ M4, M5, M6 3

3.9 Pelaksanaan Pengujian Mekanik


Tempat dilaksanakan pengujian uji impact dan pengamatan mikro struktur dilakukan
dilaboratorium Universitas Muhammdiyah Malang, dan untuk pengelasan dilakukan
dilaboratorium Universitas Muhammdiyah Malang

[Date]
26
3.9.1 Pengujian Impact
Metode uji impact ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ketangguhan akibat beban kejut
yang diberikan pada spesimen uji. Pengujian impack ini dilakukan dengan menggunakan alat uji
impack jenis charpy. Sebelum melakukan pengujian pada setiap sampel, sampel harus
dikelompokkan berdasarkan variabel yang telah ditetapkan pada penelitian ini. Tahap berikutnya
spesimen uji diletakkan dengan posisi mendatar dan posisi takikkan membelakangi pendulum,
posisi pendulum diatur sampai α = 90˚. Selanjutnya pendulum dilepaskan dari ketinggian sudut
90˚ sampai mengenai spesimen pada bagian luar spesimen yang sejajar dengan takikkan,
kemudian catat hasil dari perubahan jarum pada alat uji impact.

Untuk lebih detailnya pada prosedur pengujian ketangguhan impact. Berikut prosedur
pengujiannya :
1. Dipastikan mesin uji ketangguhan impact dalam keadaan normal
2. Dipersiapkan spesimen uji yang sudah diberi takikan, sesuai dengan ukuran
3. Dilakukan pengukuran luas area dibawah takikan sampel uji, selanjutnya mencatatnya
4. Selanjutnya dilakukan pengujian satu persatu pada sampel uji, sebagai berikut :
 Dipastikan jarum skala bewarna merah atau penunjuk harga impact pada posisi
nol
 Diletakkan spesimen uji dengan takikan membelakangi pendulum
 Dilakukan penarikan pada pendulum sehingga membentuk α = 90˚
 Melepaskan pendulum agar pendulum mengenai benda uji dengan beban dan
sudut yang telah ditentukan
 Melakukan pengereman dengan menarik tuas rem yang terdapat pada alat
pengujian ketangguhan impact
 Membaca energi yang diserap oleh bahan untuk mendapatkan hasil data pengujian
ketangguhan impact
 Mengamati hasil patahan yang dihasilkan lalu mengambil dokumentasi
 Mengulagi pengujian ketangguhan impact pada spesimen berikutnya hingga
selesai
Berikut gambar alat dari uji impact charpy :

[Date]
27
Gambar 3.8 Alat Uji Impact Charpy
3.10 Data Penelitian Uji Impact
Tabel 3.2 Data Ketangguhan Hasil Uji Impact
No a b A E HI Rata –
(mm) (mm) (mm²) (Joule) (Joule/mm²) rata HI
1
2
3

3. 11 Analisa Data
Setelah data diperoleh dari penelitian selanjutnya menganalisa data dengan cara
mengolah data yang sudah terkumpul. Data dari pengujian dimasukkan kedalam persamaan-
persamaan perhitungan, sehingga diperoleh data yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang berupa
angka-angka. Setelah mendapatkan data dari proses perhitungan, dilanjutkan dengan
membandingkan hasil atau nilai dari setiap proses pengujian material pengelasan, sehingga dapat
diketahui Pengaruh Variasi Arus dan Sudut Kampuh Terhadap Harga Impack Pada Material
Stainless Steel 316 dengan Metode Las SMAW.

[Date]
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pengujian yang telah dilakukan pada plat stainless steel type 316 dengan perlakuan

variasi arus dan sudut kampuh V pasca pengelasan listrik SMAW (Shield Metal Arc Welding),

didapatkan hasil berupa karakteristik material dan harga impact.

4.1 Data dan Perhitungan Pengujian

Pada saat proses pengelasan listrik SMAW telah selesai yang dilakukan pada spesimen

uji, selanjutnya dipersiapkan spesimen uji untuk dilakukan proses pengujian dengan metode

impact. Sebelum dilakukan pengujian impact pada sampel, sampel terlebih dahulu dilakukan

pengukuran dengan menggunakan jangka sorong (Sigmat) untuk mengetahui tinggi bawah

takikan (a) dan ketebalan sampel (b) untuk mendapatkan luas penampang. Data dari hasil

pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil pengukuran spesimen, luas penampang, dan energi yang diserap

Jenis Perlakuan Varisasi Arus Nama (a) (b) (A) (E)


dan Kampuh V sampel
Tinggi Ketebalan Luas Energi
bawah penampang yang
takikan Spesimen diserap

[Date]
29
(mm) (mm) (mm²) (Joule)

Arus 95 A dan kampuh V 45˚ S1 8,3 10 83 107

Arus 95 A dan kampuh V 45˚ S2 9,8 10 98 110

Arus 95 A dan kampuh V 45˚ S3 9,8 10 98 104

Arus 95 A dan kampuh V 55˚ S4 8,4 10 84 82

Arus 95 A dan kampuh V 55˚ S5 8,7 10 87 80

Arus 95 A dan kampuh V 55˚ S6 9,2 10 92 83

Arus 105 A dan kampuh V 45˚ T1 8,4 10 84 59

Arus 105 A dan kampuh V 45˚ T2 8,6 10 86 62

Arus 105 A dan kampuh V 45˚ T3 9,1 10 91 62

Arus 105 A dan kampuh V 55˚ T4 8,5 10 85 57

Arus 105 A dan kampuh V 55˚ T5 8,7 10 87 54

Arus 105 A dan kampuh V 55˚ T6 9,0 10 90 59

Arus 115 A dan kampuh V 45˚ M1 9,3 10   93  50

Arus 115 A dan kampuh V 45˚ M2  9,5  10  95  48

Arus 115 A dan kampuh V 45˚ M3 8,7   10  87  45

Arus 115 A dan kampuh V 55˚ M4  8,6 10   86  41

Arus 115 A dan kampuh V 55˚ M5  9,4  10 96   38

Arus 115 A dan kampuh V 55˚ M6  8,3  10 96   35

Keterangan tabel 4.1

1. Nama sampel : S1 – S6, T1 – T6, M1 – M6

2. a : Tinggi bawah takikan

[Date]
30
3. b : Ketebalan spesimen

4. A : Luas penampang

5. E : Energi yang diserap

Pengujian impact dilakukan menggunakan alat dengan metode charpy JB-300 dan sudut

α = 90˚ dengan energi yang diberikan pada material sebesar 300 joule. Dari pengujian impact

didapatkan hasil data berupa jumlah energi yang diserap oleh sampel (E) dan dapat menentukan

harga impact dengan menggunakan rumus yaitu :

E
HI = (Fawaiz, 2017).
A

Dimana :

HI = Harga impact (J/mm²)

E = Energi yang diserap spesimen uji (Juule) = m.g (h₁ - h₀)

m = Massa bandul (kg)

m
g = Percepatan gravitasi ( ¿

h₀ = Tinggi bandul awal (m)

h₁ = Tinggi bandul akhir (m)

A = Luas penampang patahan (mm²) = b (t₀ - t₁)

b = Lebar benda uji (mm)

t₀ = Tebal benda uji (mm)

t₁ = Dalamnya takikan (mm)

[Date]
31
Perhitungan HI (Harga Impack) ;
A=axb a = 8,3mm b = 10mm E = 107 Joule
Penyelesaian :
1. A = 8,3 mm x 10 mm = 83 mm²
107 J
HI = HI = 1,29
83 mm ²
J
Dari perhitungan data didapatkan jumlah harga impack sebesar 1,29
mm ²

Perhitungan HI (Harga Impack) ;


A=axb a = 9,8 mm b = 10mm E = 110 Joule
Penyelesaian :
2. A = 9,8 mm x 10 mm = 98 mm²
110 J
HI = HI = 1,12
98 mm ²
J
Dari perhitungan data didapatkan jumlah harga impack sebesar 1,12
mm ²

Perhitungan HI (Harga Impack) ;


A=axb a = 9,8 mm b = 10 mm E = 104 Joule
Penyelesaian :
3. A = 9,8 mm x 10 mm = 98 mm²
104 J
HI = HI = 1,06
98 mm ²
J
Dari perhitungan data didapatkan jumlah harga impack sebesar 1,06
mm ²

[Date]
32
Tabel 4.2 Data hasil impact E (Energi yang diserap) dan HI (Harga Impack)
(E)
(HI)
Nama Energi
Harga Rata –
Spesimen sampel yang
impack rata HI
diserap
(Joule) (Joule/mm²)
Variasi arus 95 A dan kampuh V 45˚ S1 107 1,29
Variasi arus 95 A dan kampuh V 45˚ S2 110 1,12 1,16
Variasi arus 95 A dan kampuh V 45˚ S3 104 1,06
Variasi arus 95 A dan kampuh V 55˚ S4 82 0,98
Variasi arus 95 A dan kampuh V 55˚ S5 80 0,92 0,93
Variasi arus 95 A dan kampuh V 55˚ S6 83 0,90
Variasi arus 105 A dan kampuh V 45˚ T1 59 0,70
Variasi arus 105 A dan kampuh V 45˚ T2 62 0,72 0,70
Variasi arus 105 A dan kampuh V 45˚ T3 62 0,68
Variasi arus 105 A dan kampuh V 55˚ T4 57 0,67
Variasi arus 105 A dan kampuh V 55˚ T5 54 0,62
Variasi arus 105 A dan kampuh V 55˚ T6 59 0,66 0,65
Variasi arus 115 A dan kampuh V 45˚ M1 50 0,53
Variasi arus 115 A dan kampuh V 45˚ M2 48 0,52
0,50
Variasi arus 115 A dan kampuh V 45˚ M3 45 0,51
Variasi arus 115 A dan kampuh V 55˚ M4 41 0,47
Variasi arus 115 A dan kampuh V 55˚ M5 38 0,43
0,40
Variasi arus 115 A dan kampuh V 55˚ M6 35 0,42

Keterangan tabel 4.2


1. Nama sampel : S1 – S6, T1 – T6, M1 – M6
2. E : Energi yang diserap
3. HI : Harga Impack
4. Rata – rata HI (Harga impack)

[Date]
33
Grafik hubungan harga impack terhadap variasi berikut ini adalah variasi kampuh dan arus 95
ampere

Variasi kampuh dan arus 95 ampere

rata rata HI(j/mm2)


1.4
1.2 1.16

1 0.93
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Kampuh V 45˚ Kampuh V 55˚
Sudut kampuh V

Grafik 4.1 Grafik hubungan harga impack variasi kampuh dan arus 95 ampere
Grafik hubungan harga impack terhadap variasi berikut ini adalah variasi kampuh dan arus 105
ampere

Variasi kampuh dan arus 105


ampere
0.71 0.7
0.7
rata rata HI(j/mm2)

0.69
0.68
0.67
0.66 0.65
0.65
0.64
0.63
0.62
Kampuh V 45˚ Kampuh V 55˚
Sudut Kampuh V

Grafik 4.2 Grafik hubungan harga impack variasi kampuh dan arus 105 ampere

Grafik hubungan harga impack terhadap variasi berikut ini adalah variasi kampuh dan arus 115
ampere

[Date]
34
Variasi kampuh V dan arus 115
ampere
0.6
0.52
0.5

rata rata HI(j/mm2)


0.43
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Kampuh V 45˚ Kampuh V 45˚
Sudut kampuh V

Grafik 4.3 Grafik hubungan harga impack variasi kampuh dan arus 115 ampere

Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa untuk setiap perlakuan variasi arus dan

sudut kampuh V pada pengujian yang dilakukan mempengaruhi karakteristik setiap spesimen,

dimana pada setiap perlakuan variasi arus dan menggunakan kampuh yang tetap hasil dari

gambar grafik diatas harga impack mengalami penurunan, sedangkan perlakuan dari variasi

kampuh dan menggunakan arus yang tetap hasil dari gambar grafik diatas harga impack juga

mengalami penurunan. Jadi ketika variasi kuat arus dan sudut kampuh V ketika sama – sama

dibesarkan akan mempengaruhi kekerasannya, karena kekerasan berbanding terbalik dengan

harga impact.

4.3 Pembahasan

Tabel 4.3 Data rata – rata HI (Harga Impack


No Jenis Perlakuan Rata-rata HI kampuh 45˚ Rata-rata HI kampuh 55˚
1 Arus 95 A 1,16 0,93
2 Arus 105 A 0,70 0,65
3 Arus 115 A 0,52 0,43

[Date]
35
Grafik harga impack terhadap variasi, berikut ini adalah Grafik hubungan variasi arus, sudut
kampuh V dan harga impack

Grafik hubungan variasi arus, sudut kampuh


V dan harga impack
rata rata HI(j/mm2)

1.4
1.2 1.16
1
0.93
0.8 0.7
0.6 0.65
0.52
0.4 0.43
0.2
0
kampuh V 45 kampuh V 55
Kampuh V (drajat)

arus 95 ampere arus 105 ampere arus 115 ampere

Grafik 4.4 Grafik hubungan variasi arus, sudut kampuh V dan harga impack
Dari gambar grafik hubungan variasi arus, sudut kampuh V dan harga impack diatas

dapat dilihat bahwa harga impact dari perlakuan dari variasi arus 95 ampere dengan perlakuan

sudut kampuh tetap, hasil dari perlakuan tersebut grafiknya selalu lebih tinggi, dibandingkan

hasil harga impact dari perlakuan variasi arus 105 ampere dan 115 ampere dengan perlakuan

sudut kampuh yang tetap grafiknya mengalami penurunan. Jadi untuk rata – rata harga impact

yang terbaik terdapat pada variasi arus 95 ampere dengan perlakuan sudut kampuh tetap.

Hal tersebut disebabkan apabila perlakuan sudut kampuh V dibesarkan dan kuat arus juga

dibesarkan maka material tersebut nilai kekerasannya akan ikut naik juga setelah pasca

pengelasan.(Idhil Ismail, 2019) karena kekerasan berbanding terbalik dengan harga impact, maka

pada saat kekerasannya naik harga impactnya mengalami penurunan (Idhil Ismail, 2019).

[Date]
36
Pada gambar grafik 4.5 hubungan variasi arus, sudut kampuh V dan harga impack diatas

dapat dilihat bahwa harga impack dari variasi arus 95 ampere dengan sudut kampuh tetap hasil

harga impacknya akan selalu lebih baik dibandingkan dengan perlakuan variasi arus 105 ampere

dan 115 ampere dengan sudut kampuh tetap, karena pada arus 95 ampere tersebut disebabkan

dari karakteristik material plat stainless steel 316 sifat kekerasannya mengalami penurunan dan

untuk penyerapan energi atau harga impacknya mengalami peningkatan karena disebabkan dari

perlakuan kuat arus yang diturunkan dan sudut kampuh juga dikecilkan setelah proses

pengelasan, sedangkan pada perlakuan variasi arus 105 ampere dan 115 ampere dengan sudut

kampuh tetap mendapatkan hasil sifat material yang nilai kekerasannya meningkat dan untuk

harga impactnya menurun, karena hal tersebut disebabkan dari perlakuan arus yang dibesarkan

dan sudut kampuh juga dibesarkan, maka hasil nilai kekerasannya juga mengalami peningkatan,

dikarenakan kekerasan berbanding terbalik dengan harga impack, maka pada saat kekerasannya

meningkat untuk harga impactnya mengalami penurunan (Idhil Ismail, 2019).

Dari gambar grafik 4.5 hubungan variasi arus, sudut kampuh V dan harga impact diatas

dapat dilihat untuk harga impact tertinggi terdapat pada spesimen dengan perlakuan variasi arus

J
95 ampere dan sudut kampuh 45˚ dengan nilai harga impactnya sebesar 1,16 . Dikarenakan
mm ²

hal tersebut disebabkan dari perlakuan variasi arus yang diturunkan dan variasi sudut kampuh

juga dikecilkan, maka untuk kekerasannya mengalami penurunan. Jadi sifat patahan dari

karakteristik material stainless steel tipe 316 lebih ulet (Idhil Ismail, 2019).

Sedangkan untuk nilai harga impact terendah terdapat pada spesimen dengan perlakuan

variasi arus 115 ampere dan variasi sudut kampuh 55˚ memperoleh nilai harga impactnya sebesar

J
0,43 . Hal tersebut disebabkan oleh perlakuan variasi arus yang dinaikkan dan variasi sudut
mm ²

[Date]
37
kampuh V juga ikut dibesarkan, maka mendapatkan nilai kekerasannya ikut meningkat dan nilai

harga impactnya mengalami penurunan, dikarenakan kekerasan berbanding terbalik dengan

harga impack. Jadi sifat patahan dari karakteristik materialnya dari stainless steel tipe 316 lebih

getas. (Idhil Ismail, 2019)

Pembatas halaman rumah (pagar) pada dasarnya harus memiliki hasil sambungan

pengelasan yang berkualitas baik dan tangguh, maka dari itu untuk sifat karakteristik dari

material stainless steel tipe 316 diharuskan memiliki sifat keuletan yang tinggi, dikarenakan

untuk meminimalisir terjadinya beban kejut yang mengakibatkan terjadinya patahan atau retak

(crack). Jika material stainless steel tipe 316 diaplikasikan dalam pembatas halaman rumah

(pagar) memiliki sifat karakteristik material yang keras dari perlakuan arus yang tinggi dan sudut

kampuh yang besar maka menyebabkan material tersebut memiliki sifat keras hal tersebut dapat

memicu terjadinya patah dan retak (crack) akibat dari beban kejut secara tiba – tiba. Dengan

perlakuan kuat arus dan sudut kampuh yang tepat dapat menghasilkan sambungan hasil

pengelasan yang memiliki harga impact yang tinggi dan sifat keuletan yang tinggi juga. Sehingga

diharapkan umur pemakain dapat lebih lama.

Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 45˚ dan
arus 95 ampere

[Date]
38
Gambar 4.1 Patahan uji impact perlakuan arus 95 A dan kampuh V 45˚

Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 55˚ dan
arus 95 ampere

[Date]
39
Gambar 4.2 Patahan uji impact perlakuan arus 95 A dan kampuh V 55˚

Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 45˚ dan
arus 105 ampere

Gambar 4.3Patahan uji impact perlakuan arus 105 A dan kampuh V 45˚

Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 55˚ dan
arus 105 ampere

[Date]
40
Gambar 4.4 Patahan uji impact perlakuan arus 105 A dan kampuh V 55˚

Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 45˚ dan
arus 115 ampere

Gambar 4.5 Patahan uji impact perlakuan arus 115 A dan kampuh V 45˚

Gambar patahan spesimen uji terhadap uji impack berikut ini adalah perlakuan kampuh 55˚ dan
arus 115 ampere

[Date]
41
Gambar 4.6 Patahan uji impact perlakuan arus 115 A dan kampuh V 55˚

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

[Date]
42
Dari hasil pengujian dan pembahasan tentang pengaruh variasi arus dan sudut kampuh V

terhadap harga impact pada material stainless steel tipe 316 dengan metode las SMAW (Shield

Metal Arc Welding), maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Variasi arus dan sudut kampuh V setelah proses pengelasan SMAW (Shield Metal Arc

Welding) sangat mempengaruhi harga impact dari material stainless steel tipe 316

tersebut, karena disebabkan perlakuan dari variasi arus yang tinggi dan sudut kampuh

yang besar mendapatkan nilai harga impactnya menurun dan kekerasannya mengalami

peningkatan, hal tersebut membuat sifat karakteristik patahan dari material menjadi getas,

karena kekerasan berbanding terbalik dengan harga impact.

2. Variasi terbaik adalah variasi dengan perlakuan arus 95 ampere dan sudut kampuh V 45˚,

karena hasil variasi tersebut menghasilkan nilai harga impact yang baik dan nilai

kekerasannya mengalami penurunan, hal tersebut membuat sifat karakteristik patahan

dari material menjadi ulet.

5.2 Saran

[Date]
43
1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk pengkajian secara mendalam tentang perlakuan

variasi arus dan sudut kampuh V pada material stainless steel tipe 316, guna memperoleh

nilai harga impack yang jauh lebih baik lagi.

2. Oleh karena itu dalam penelitian selanjutnya memerluhkan pengujian mikro struktur,

guna untuk mengetahui perubahan sifat karakteristik dari material stainless steel tipe 316.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan berbagai perlakuan uji, seperti uji

kekerasan dan uji tarik guna memperdalam sifat karakteristik material stainless steel tipe

316.

DAFTAR PUSTAKA

[Date]
44
Adi, N. (2018). KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS PLATE Email :
aaddinugroho@gmail.com Jurnal Rekayasa Sistem Industri. 3(2), 134–142.
Adri, J., & Padang, U. N. (n.d.). Effect of Strong Welding Flow on the Violence of Low Carbon
Steel Results of SMAW Welding with Electrodes 7018.
Annas Pratama, M. (2019). Studi Eksperimen Ketahanan Korosi, Keausan, dan Kekerasan pada
Material Baja Paduan SS 316 Sebagai Bahan Sterntube Seal Liners pada Kapal. Kapal:
Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kelautan, 16(1), 16–22.
https://doi.org/10.14710/kapal.v16i1.17882
Bakhori, A. (2017). Perbaikan Metode Pengelasan Smaw ( Shield Metal Arc Welding ) Pada
Industri Kecil Di Kota Medan. Perbaikan Metode Pengelasan Smaw ( Shield Metal Arc
Welding ) Pada Industri Kecil Di Kota Medan, 13(1), 14–21.
Campbell, I. I., Ca, M., & Yu, C. (2020). Zot.
Dewantara, M. A., Yudo, H., Perkapalan, D. T., Teknik, F., Diponegoro, U., & Tarik, K. (2017).
Terhadap Kekuatan Impact Dan Tekuk Sambungan Butt Joint pada. 5(2), 367–373.
Fahrudin, A. (2018). RANGKA MESIN DISC MILL TINJA KAMBING MANUAL. 01(01), 7–12.
Fawaiz, I. (2017). Analisa pengaruh variasi temperatur austenisasi terhadap kekerasan, kekuatan
impak dan struktur mikro dengan proses laku panas pada baja karbon AISI 1050.
DINAMIKA: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 3(1), 104.
Fouad, R., EL-Nikhaily, ahmed, Ahmed, E., & Shaban, A. (2020). Effect of Heat Input and
Shielding Gas on the Performance of 316 Stainless Steel Gas Tungsten Arc Welding.
Journal of Petroleum and Mining Engineering, 22(1), 9–15.
https://doi.org/10.21608/jpme.2020.23038.1024
Hadi Prajitno, D., & Setiawan, J. (2019). Perilaku Elektrokimia Baja Tahan Karat SS 316 Dalam
Media Nano Fluida. Urania Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir, 25(1), 9–18.
https://doi.org/10.17146/urania.2019.25.1.5053
Hendronursito, Y., Isnugroho, K., Birawidha, D. C., & Amin, M. (2019). Analysis of Shielded
Metal Arc Welding (SMAW) on high manganese steel Hammer-mill crusher. Journal of
Mechanical Engineering, 16(2), 93–107.
Idhil Ismail, A. (2019). Analisis Pengaruh Variasi Arus dan Sudut Kampuh terhadap Struktur
Mikro, Kekerasan, dan Ketangguhan Impact pada Material SS410 dengan Menggunakan
Metode Las SMAW. JST (Jurnal Sains Terapan), 5(2).
https://doi.org/10.32487/jst.v5i2.687
Luhur P, H. A., Hadi, E. S., & Amiruddin, W. (2017). Jurnal teknik perkapalan. Teknik
Perkapalan, 5(2), 421–430.
Pattiasina, ST., MT, N. H. (2018). Pelatihan Proses Pengelasan Menggunakan Mesin Las Listrik
dalam Upaya Peningkatan Ketrampilan Pekerja di Desa Rumahtiga. Jurnal Simetrik, 8(1),
77–83. https://doi.org/10.31959/js.v8i1.90
Po, W. (2016). Wo 2016/083429. 2(12).

[Date]
45
Prayitno, D., Hutagalung, H. D., & Aji, D. P. B. (2018). Pengaruh Kuat Arus Listrik Pengelasan
Terhadap Kekerasan Lapisan Lasan pada Baja ASTM A316. Jurnal Dinamika Vokasional
Teknik Mesin, 3(1), 1–6. https://doi.org/10.21831/dinamika.v3i1.19109
Riset, K., Tinnggi, D. A. N. P., Lhokseumawe, P. N., & Mesin, J. T. (2019). Pengaruh Variasi
Sudut Kampuh Bevel Groove Terhadap Kekuatan Tarik Material Stainless Steel 304. 2(1),
8–12.
Ss, M. B. (2016). Pengaruh variasi sudut kampuh v pada sambungan las fcaw dari material
baja ss 400. 85–93.
Yassyir Maulana. (2016). Analisis Kekuatan Tarik Baja St37 Pasca Pengelasan Dengan Variasi
Media Pendingin Menggunakan Smaw. Jurnal Teknik Mesin UNISKA, 2(1), 1–8.
Yuniarto, M. I. R., Pratikno, H., Chamelia, M., & Karbon, A. B. (2019). Analisis Pengaruh
Variasi Heat Input Pengelasan FCAW pada Sambungan Baja BKI Grade A Terhadap Sifat
Mekanik. 8(2).

[Date]
46

Anda mungkin juga menyukai