OLEH :
ARI WALI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
iii
ABSTRAK
Oleh:
iii
Amper akan semakin besar pula nilai kekuatan tarik pada baja karbon paduan
rendah tersebut.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa
konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan menentukan semua
adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan,
(Wiryosumarto, 2000)).
iii
Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga
cair adalah suatu cara pengelasan dimana benda yang akan disambung
yang paling banyak digunakan adalah pengelasan cair dengan busur (las busur
listrik) dan gas. Jenis dari las busur listrik ada 4 yaitu las busur dengan
elektroda terbungkus, las busur gas (TIG, MIG, las busur CO 2), las busur
tanpa gas, las busur rendam. Jenis dari las busur elektroda terbungkus salah
yaitu mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolak-
balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang
merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus
searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolak-balik (AC). Mesin Las arus
DC dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan polaritas
terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair bahan
dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan kutub positif,
sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik
cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang elektrodanya
kutub negatif.
iii
Pilihan ketika menggunakan DC polaritas negatif atau positif adalah
didisain untuk digunakan hanya DC- atau DC+. Elektroda lain dapat
E7018 dengan diameter 3,2 mm, maka arus yang digunakan berkisar antara
Tidak semua logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan yang
mempunyai sifat mampu las yang baik diantaranya adalah baja paduan rendah.
Baja ini dapat dilas dengan las busur elektroda terbungkus, las busur rendam
dan las MIG (las logam gas mulia). Baja paduan rendah biasa digunakan untuk
busur listrik. Busur listrik yang terjadi menjadi tidak stabil. Panas yang terjadi
tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya
merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan kurang
dalam. Sebaliknya bila arus terlalu tinggi maka elektroda akan mencair terlalu
cepat dan akan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan
iii
Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh tegangan busur, besar arus,
mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan bahan las. Penentuan besar arus dalam
1.2. Permasalahan
adalah: Apakah ada Pengaruh pengelasan terhadap kekuatan tarik Pada Plat Strip
Penelitian ini menggunaka bahan baja paduan rendah berupa pelat strip
Ampere, 90 Ampere, 100 Ampere dan 120 Ampere dengan menggunakan las
SMAW DC polaritas terbalik dengan Elektroda E6013 diameter 2,5 mm, jenis
kampuh yang digunakan adalah kampuh V terbuka dan spesimen diuji tarik.
ini adalah:
iii
Untuk mengetahui Pengaruh pengelasan terhadap kekuatan tarik Pada Plat
diantaranya:
iii
BAB II
KAJIAN TEORI
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan
dalam keadan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan sambungan
adalah suatau aktifitas menyambungan dua bagian benda atau lebih dengan cara
sehingga menyatuh seperti benda utuh. Penyambungan bisa dengan atau tanpa
bahan tambah (filler metal) yang sama atau berbeda titik cair maupun strukturnya.
sampai titik rekristalisasi logam, dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah
dan menggunakan energi panas sebagai pencaira bahan yang dilas. Pengelasan
juga dapat diartikan sebagai ikatan tetap dari benda atau logam yang dipanaskan.
Mengelas bukan hanya memanaskan dua bagian benda sampai mencair dan
membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang utuh dengan cara
iii
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: prosedur pengelasan, bahan, elektroda
kelompok yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pengelasan cair
adalah suatau cara pengelasan dimana benda yang akan disambungkan dipanaskan
sampai cair dengan sumber energi panas. Cara pengelasan yang paling banyak
digunakan adalah pengelasan cair dengan busur (las busur listrik) dan gas. Jenis
dari las busur listrikada 4 yaitu las busur dengan elektroda terbungkus, las busur
gas (TIG, MIG, las busur CO2), las busur tanpa gas, las busur rendam, jenis dari
las busur elektroda terbungkus adalah salah satunya adalah las SMAW (Shielding
Mesin las SMAW menurut arusnya dibedakan menjadi tiga macam yaitu
mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolak balik atau
Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las
yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan arus searah (DC) dan pengelasan
dengan arus bolak balik (AC). Mesin las arus DC dapat digunakan dengan dua
cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus
(DC-) digunakan bila titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk
terbalik (DC+) digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil,
untuk pemegang elektrodanya dihubungan dengan kutub positif dan logam induk
iii
2.2. Las SMAW (Shielded Metal Are Welding)
Salah satu jenis pengelasan dengan busur listrik yang populer dewasa ini
adalah pengelasan dengan las busur listrik pelindung metal yang umum disebut
las listrik biasa. Las busur listrik pelindung logam disebut dalam istilah bahasa
inggrisnya ialah Shielded Metal Arc Welding (SMAW) atau standard inggris
pembangkit listrik.
tenaga listrik sebagai sumber panasnya. Menurut (Arifin dalam Suparman, 2006)
las busur listrik merupakan salah satu jenis las listrik dimana sumber pemanasan
atau pelumeran bahan yang disambung atau dilas berasal dari busur nyala listrik.
pemanasan dari busur listrik yang timbul antara unjung elektroda dan permukaan
benda kerja. Busur listrik dibangkitkan dari suatu mesin las. Elektroda yang
digunakan berupa kawat yang dibungkus pelindung berupa fluks. Elektroda ini
selama pengelasan akan mengalami pencairan bersama dengan logam induk dan
mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi.
Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi
halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar.
iii
Pola pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari
logam. Logam mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan terjadi
dengan butiran yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar
kecilnya arus dan komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang
membentuk terak yang menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan
2.3. Elektroda
(elektroda) yang terdiri dari satu inti terbuat dari logam yang dilapisi lapisan dari
campuran kimia. Fungsi dari elektroda sebagai pembangkit dan sebagai bahan
tambah. Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berselaput (fluks) dan
tidak berselaput yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las. Fungsi dari
fluks adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara, menghasilkan
iii
Gamabar 2.2. Elektroda las (bintaro dalam Suparman, 2006)
rangkaian penghantar arus listrik sebagai sumber panas. E6013 adalah suatu jenis
posisi pengelasan )
elektroda, tebal bahan yang dilas, jenis elektroda yang digunakan, geometri
penembusan dan kecepatan pencairan logam induk. Makin tinggi arus las makin
iii
besar penembusan dan kecepatan pencairannya. Besar arus pada pengelasan
mempengaruhi hasil las bila arus terlalu rendah maka perpindahan cairan dari
ujung elektroda yang digunakan sangat sulit dan busur listrik yang terjadi tidak
stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan logam dasar, sehingga
menghasilkan bentuk rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembus kurang
dalam. Jika arus terlalu besar, maka akan menghasilkan manik melebar, butiran
Baja adalah merupakan suatu campuran dari besi (Fe) dan karbon (C),
dimana unsur karbon (C) menjadi dasar. Disamping unsur Fe dan C, baja juga
mengandung unsur campuran lain seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon (Si), dan
Baja karbon adalah baja yang mengandung karbon antara 0,1 % - 1,7 %.
tingkatan :
Yaitu baja yang mengandung karbon kurang dari 0,30%. Baja karbon
iii
c. Baja karbon tinggi
Baja karbon tinggi ialah baja yang mengandung karbon antara 0,6% -
1,5%. Baja ini biasa di gunakan untuk keperluan alat-alat kontruksi yang
Baja paduan rendah adalah baja paduan yang mempunyai kadar karbon
sama dengan baja lunak, tetapi ditambah dengan sedikit unsur-unsur paduan.
keuletannya. Baja paduan banyak digunakan untuk kapal, jembatan, roda kertas
Baja paduan rendah dibagi menurut sifatnya yaitu baja tahan suhu rendah,
a. Baja tahan suhu rendah, Baja ini mempunyai kekuatan tumbuk yang tinggi
dan suhu transisi yang renda, karena itu dapat digunakan dalam kontruksi
b. Baja kuat, baja ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kekuatan tinggi dan
mampu las yang baik kerena kadar karbonya rendah. Kelompok ini sering
ketangguhan dan sifat mekanik yang sangat baik. Kekuatan tarik untuk
iii
c. Baja tahan panas adalah baja paduan yang tahan terhadap panas, asam dan
mulur, baja tahan panas yang terkenal adalah baja paduan jenis Cr-Mo
Pengelasan yang banyak digunakan untuk baja paduan rendah adalah las
busur elektroda terbungkus, las busur rendam dan las MIG (las logam gas mulia).
Perubahan struktur daerah las selama pengelasan, karena adanya pemanasan dan
pengelasan busur listrik, sumber energi berasal dari listrik yang diubah
menjadi energi panas. Energi panas ini sebenarnya hasil kolaborasi dari arus
las, tegangan las dan kecepatan pengelasan. Parameter ketiga yaitu kecepatan
dipengaruhi tiga parameter yaitu arus las, tegangan las dan kecepatan
pengelasan yang sering disebut heat input. Persamaan dari heat input hasil
iii
Tegangan pengelasan (E) x Arus pengelasan (I)
HI(HeatInput)= ……(2.1)
jika kita menginginkan masukan panas yang tinggi maka parameter yang
dapat diukur yaitu arus las dapat diperbesar atau kecepatan las diperlambat.
Besar kecilnya arus las dapat diukur langsung pada mesin las. Tegangan las
umumnya tidak dapat diatur secara langsung pada mesin las, tetapi
(2.2)
2.8. Kampuh V
kampuh V terbuka dengan sudut 70000 dan jarak akan 1 mm, seperti terlihat pada
gambar
iii
Gambar 2.3. kampuh V terbuka
tarik bahan uji, yaitu bahan yang akan digunakan sebagai bahan konstruksi, agar
siap menerima pembebanan dalam bentuk tarikan. Akibat yang ditimbulkan oleh
tersebut. Kemungkinan ini akan diketahui melalui proses pengujian tarik. Proses
terjadinya deformasi pada bahan uji ini adalah proses pergeseran butiran kristal
logam dan paduannya, penguji ini paling sering dilakukan karena merupakan
diperoleh dari proses pengujian tarik adalah kurva tegangan regangan, parameter
iii
Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinu dan pelan-pelan
mengenai perpanjangan yang dialami benda uji. Kemudian dapat dihasilkan kurva
mula benda uji. Tegangan tarik yang diperoleh dapat dinyatakan dengan
Fu
σ u= ............................................................................................... (2.3)
Ao
Dimana :
Fu = Beban maksimal
ukur mula-mula benda uji. Yang mana dapat dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut :
ΔL L −L0
ε= x 100= 1 x 100 % ................................................................(2.4)
L0 L0
iii
Dimana :
ε = Regangan (%)
kepatahan pada beban, persentase pengecilan luas penampang yang terjadi dapat
ΔA Ao −A 1
q= x 100= x 100 % ...............................................................(2.5)
A0 A0
Dimana :
iii
prosedur pengelasan, cara pengelasan, arus pengelasan dan juru las. Kualitas
dari hasil pengelasan dapat diketahui dengan cara memberikan gaya atau
beban pada hasil lasan tersebut. Gaya atau beban yang diberikan dapat berupa
Las SMAW adalah suatu proses pengelasan busur listrik yang mana
penggabungan atau perpaduan logam yang dihasilkan oleh panas dari busur
logam dasar yang dilas dengan menggunakan arus listrik sebagai sumber
tenaga. Jenis arus listrik yang digunakan ada 2 yaitu arus searah (DC) dan arus
mesin las ada 2 macam yaitu polaritas lurus (DC-) dan polaritas terbalik
(DC+). Pada polaritas terbalik (DC+) panas yang diberikan mesin las ⅓ untuk
pemanasan dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan
permukaan benda kerja. Busur listrik dibangkitkan dari suatu mesin las.
dengan logam induk dan membeku bersama menjadi bagian kampuh las.
mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang
terjadi. Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang
iii
terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi
besar.
atau penetrasi yang dalam dan kecepatan pencairan logam yang tinggi. Arus
yang kecil menghasilkan panas yang rendah dan tidak cukup untuk
iii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang berpengaruh. Eksperimen
Spesifikasi alat dan bahan yang digunakan dalam eksperimen ini adalah
sebagai berikut :
1. Bahan yang digunakan baja paduan rendah berupa pelat strip dengan
iii
3.2. Waktu Dan Tempat Penelitian
a. Waktu
Oktober 2021
b. Tempat
Ambon
penelitian ini adalah semua hasil pengelasan material baja strip karbon rendah las
Sampel adalah sebagian data atau wakil dari populasi yang akan diteliti,
sampel dalam penelitian ini adalah hasil pengelasan pelat strip karbon rendah dari
las SMAW dengan elektroda E6013 pada arus pengelasan: 80 Ampere, 90 Ampere
dan 100 Ampere dan 120 Ampere. Jumlah sampel dalam penelitian ini untuk
iii
3.4. Variabel
a. Uji Tarik
Y =f ( x 1 , x 2 , x 3 ,… … x n )
Dimana :
1. Persiapan bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah
diameter 2,5 mm
2. Persiapan peralatan
b. Mesin gerinda
iii
c. Peralatan pengelasan
e. Penggaris
f. Amplas
g. Kikir
j. Pengukur waktu
k. Pengukur sudut
Mesin Las
- AC/DC
- Year :2009
- SR. No : 366
- Phase : 1
iii
Model : LSU13
SL. No : 12208
Range : 1000 Kg
E8)
5. Proses Pengelasan
iii
Kualifikasi : klasifikasi 3 badan standar klasifikasi indonesia.
terbalik (DC+).
posisi jarum nol, kemudian salah satu penjebitkan pada kabel yang
Ampere.
iii
h. Menyetel Ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus
pada posisi jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya pada kabel
pada posisi jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya pada kabel
iii
1. Ukuran dan profil spesimen disesuaikan seperti bentuk spesimen uji Tarik
(Satuan : mm)
Section
B- Length Of Grip 75 50 32
Section
iii
Gambar 1.1. Bentuk spesimen uji tarik
Thickness (T) :8 mm
Uji tarik adalah uji teknologi mekanis yang paling penting dan paling
iii
dan regangan untuk aplikasi logam yang sangat penting dalam desain dan
Metode yang digunakan untuk menentukan nilai karakteristik untuk yield poin,
atau offset yield, tensile strength dan regangan saat putus disebut dengan Uji tarik
uni-aksial. Tensile strength pada metals atau bahan logam, terutama didasarkan
pada DIN EN ISO 6892-1 dan ASTM E8. Kedua standar tersebut menentukan
bentuk spesimen dan pengujiannya. Tujuan dari standar ini adalah untuk
meskipun sistem pegujian yang berbeda digunakan, nilai karakteristik yang akan
Yield poin, lebih akurat titik hasil atas dan bawah (ReH dan ReL)
perpanjangan 0,2%
iii
Gambar 1.1 Tanpa Menggunakan Yield Point
Keterangan :
iii
A : percentage elongation after fracture (persentasi
Hasil offset Rp adalah tegangan tarik dalam uji tarik uniaksial, di mana
0.2%. Hasil offset 0,2% adalah tegangan saat spesimen mengalami plastis, atau
dengan kata lain tidak dapat diubah , perpanjangan 0,2% (relative terhadap
3. Pengujian Tarik
sebagai berikut. Benda uji dijepit pada ragum uji tarik, setelah
ketebalanny.
plotter.
3. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang
benda uji terdapat pada layar digital dan dicatat sebagai data.
iii
pada meja plotter.
2 5 5 5
Keterangan gambar :
1. Batang hidrolik 3. Ragum atas 5. Pembacaan
skala
2. Dudukan ragum 4. Ragum bawah 6. Meja plotter
data (Terlampir).
kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka. Teknik analisa data pengaruh arus
iii
pengelasan terhadap kekuatan tarik Pada Plat Strip ST 37 las SMAW dengan
elektroda E6013 dan rata-rata antara data-data dari variasi arus pengelasan.
Mulai
Studi Literatur
Uji Tarik
Analisa Data
Kesimpulan
STOP
iii
BAB IV
material baja karon panduan rendah ST-37 sebagai material uji tarik dalam
penelitian ini. Hasil pengajuan tarik pada umumya adalah parameter kekuatan
(reduction of area).
Data pengujian tarik dapat diperoleh dalam lima kelompok pengujian yaitu
spesimen raw material, spesimen dilas dengan aus 80 Ampere, spesimen di las
dengan arus 90 Ampere, spesimen dilas dengan arus 100 Ampere, spesimen dilas
dengan arus 120 Ampere. Hasil pengujian ini ditunjukkan dalam bentuk tabel
berikut :
L b h sebelum
MATERIAL
iii
Berdasarkan tabel diatas, kekuatan tarik pada baja panduan rendah ST 37
menujukan nilai tertinggi pada spesimen raw material sebesar 316,83 mpa, nili
tersebut diperoleh melalui hasil uji tarik dengan menggunakan perabgkat lunak
Tes Tand yang tercatat pada sofwer Not dengan waktu pengelasan di perkirahka
L b h sebelum
1 A1 191 50 20 29 200,448
2 A2 191 50 20 29 190,624
3 A3 191 50 20 29 221,296
Rata-Rata 204,1226667
iii
Dari tabel diatas, ditemukan bahwa setelah memperoleh perlakuan dengan
Mpa sedangkan spesimen A2 menunjukn Kuat tarik sebesar 190,624 Mpa dan
spesimen A3 mennjukan kuat tarik sebesar 221,296 Mpa sehingga nilai – nilai
tertinggi terdapat pada spesimen A3 yakni sebesar 221,296 Mpa diikuti dengan
iii
Gambar 0.2. Spesimen Uji Tarik
L b h sebelum
1 B1 191 50 20 29 217,712
2 B2 191 50 20 29 219,92
3 B3 191 50 20 29 239,76
Rata-Rata 225,7973333
217,712 Mpa sedangkan spesimen B2 menunjukn Kuat tarik sebesar 219,92 Mpa
dan spesimen B3 mennjukan kuat tarik sebesar 23976 Mpa sehingga nilai – nilai
iii
Grafik 4.2. Kekuatan tarik 90 Ampere
Dapat dilihat dari grafik diatas, bahwa kekuatan tarik tertinggi terdapat
pada spesimen B3 yakni sebesar 239,76 Mpa diikuti dengan spesimen B2 sebesar
iii
No Material A37 Ukuran Suhu Kuat Tarik
L b h sebelum
1 C1 191 50 20 29 162,176
2 C2 191 50 20 29 214,56
3 C3 191 50 20 29 215,968
Rata-Rata 197,568
tarik sebesar 215,968 Mpa sedangkan spesimen C2 menunjukn Kuat tarik sebesar
214,56 Mpa dan spesimen C1 mennjukan kuat tarik sebesar 162,176 Mpa
berupah arus sebesar 100 Ampere yakni menunjukan kuat tarik 197,568 Mpa.
iii
Berdasarkan grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan tarik
tertinggi terdapat pada spesimen C3 yakni sebesar 215,968 Mpa diikuti dengan
L b h
iii
sebelum
1 D1 191 50 20 29 196,416
2 D2 191 50 20 29 252,496
Rata-Rata 149,6373333
tarik sebesar 275, 344 Mpa sedangkan spesimen D2 menunjukn Kuat tarik sebesar
berupah arus sebesar 120 Ampere yakni menunjukan kuat tarik 149,637 Mpa.
iii
Pada grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan tarik tertinggi
terdapat pada spesimen D3 yakni sebesar 275,344 Mpa diikuti dengan spesimen
iii
Hasil Uji tarik dengan perangkat lunak Tenstand dengan validasi ke ISO
dengan perangkat lunak untuk ISO 6892-1 menujukan bahwa dengan memberikan
perlakuan arus 80 Ampere, tiap spesimen mempunyai kuat tarik rata-rata sebesar
204,122 Mpa. Lalu ketika diberikan arus sebesar 90 Ampere tiap spesimen
menunjukan kuat tarik rata-rata sebesar 225,797 Mpa kemudian pada pemberian
arus sebesar 100 Ampere, tiap spesimen menujukan kekuatan tarik rata-rata
sebesar 197,568 Mpa. Sedangkan ketika diberi arus 120 Ampere tiap spesimen
menujukan kuat tarik rata-rata sebesar 149,637 Mpa. Dalam penelitian ini unutk
4.2. Pembahasan
Proses uji tarik dilakukan terhadap hasil pengelasan pada tiap spesimen
spesimen setelah diberikan arus sebesar 80, 90, 100 dan 120 Ampere. Dari proses
uji tarik tersebut diperoleh nilai kekuatan tarik berbeda – beda antara kuat arus
iii
yang digunakan. Ketika spesimen tidak mempeoleh perlakuan tertentu dan
spesimen yang telah diberikan arus tertentu dan di uji nilai kekuatan tariknya,
berbeda.
Pada tabel 4.1 memperlihatkan hasil nilai kekuatan tarik rata-rata pada
spesimen tanpa perlakuan tertentu menunjukan sebesar 316, 832 Mpa. Kemudian,
pada tabel 4.2 ketika spesimen diberikan arus sebesar 80 Ampere menjukan nilai
kekuatan tarik rata-rata sebesar 204, 122 Mpa. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel
4.3, ketika spesimen diberikan arus sebesar 90 Ampere menujukan kekuatan tarik
rata-rata 225,797 Mpa. Sedangkan, pada tabel 4.4 pada pemberian arus sebesar
100 Ampere, setiap spesimen menujukan kekuatan tarik rata-rata sebesar 197,568
Ampere. Lalu, pada tabel 4.5, tiap spesimen yang diberikn arus sebesar 120
keseluruhan tes uji tarik pada tiap spesimen dapat disimpulkan bahwa nilai
kekuatan tarik pada spesimen tanpa perlakuan apapun lebih tinggi dibandingkan
besaran arus tertentu.dari pengujian yang dilakukan terlihat bahwa kekuatan tarik
pada arus 90 Ampere lebih tinggi dari pada ketika diberikn arus sebesar 80, 100
dan 120 Ampere. Namun ketika tanpa perlakuan apapun spesimen menunjukan
iii
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
sebagai berikut :
paduan rendah A37 dimana pada specimen objek penelitian dilakukan uji tarik
dengan lima perlakuan yang berbeda yaitu, tanpa perlakuan apapun, pemberian
arus sebesar 80, 90, 100 dan 120 Mpa.maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan
iii
tarik dengan nilai rata-rata untuk spesimen tanpa perlakuan sebesar 316,832 Mpa.
Ketika diberikan arus 80 Ampere, maka nilai kekuatan tarik rata-rata sebesar
204,122 Mpa. Kemudian pada arus 90 Ampere tiap spesimen menujukan kekuatan
tarik rata-rata sebesar 225,797 Mpa. Lalu, pada arus sebesar 100 Ampere
diberikan perlakuan arus sebesar 120 Ampere nilai kekuatan tarik rata-rata sebesar
149,637 Mpa. Grafik hasil uji tarik dengan perangkat lunak Tenstand sesuai
apapun, lebih tinggi kekuatan tariknya daripada ketika diberikan besaran arus
Kekuatan Tarik Pada Plat Strip ST 37 Las SMAW Dengan Elektroda E6013”.
5.2. SARAN
pengelasan sehingga dapat hasil yang lebih optimal. Dan perlu dilakukan
tarik.
2. Perlu pengadaan atau penambahan kapasitas untuk mesin uji universal yang
lebih besar.
iii
3. Untuk proses pengelasan harus dilakukan oleh pewelder yang profesional
iii