Anda di halaman 1dari 10

Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.

,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering


ISSN: 2088-088X

PENGARUH PREHEAT DAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN


DAN STRUKTUR MIKRO HASIL PENGELASAN BAJA JIS SS 400

Saiful Askar, Sinarep, Nasmi Herlina Sari


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram
Jln. Majapahit No.62 Mataram Nusa Tenggara Barat Kode Pos: 83125
Telp. (0370) 636087; 636126; ext 128 Fax (0370) 636087

Abstract

JIS steel SS 400 is one of the most common types of steel used for hot rolling steel
structures general. This steel is excellented to the weldability and machinability properties. This
study aimed to determine the effect of heat treatment with preheating without tempering (PTT),
with preheating and tempering (PT), without preheating and without tempering (TPTT), and
without preheating tempering (TPT). The test results are then compared with the raw material
specimens.
Method of forming specimens using welding SMAW (Shielded Metal Arc Welding) DC
reverse polarity using E7018 type electrode diameter of 4 mm. Type of seam used is V open
o
seam with slit width and height of 2 mm and the width of the root angle 70 . This studied used a
low alloy steel (JIS steel SS 400) which contain high levels of 0.20% C, maximum 0.005% S,
maximum 0.005% P with repetitions each variation three times. Tests conducted it has testing
the tensile strength, brinell hardness testing, and microstructure photo shoot.
Value of the brinell hardness of welded joints highest in the tempering specimens
without preheating, amounting with 163,911 HB hardness value. The structure of cementite and
pearlite formed. While the lowest hardness values of specimens owned by raw material is
120,498 HB hardness values that form the microstructure of pearlite and ferrite.

Keywords: preheating, tempering, SMAW, hardness, microstructure.

PENDAHULUAN
Material sejak dahulu sudah menjadi “induknya”. Karena dalam logam beberapa
bagian integral dari kebudayaan dan elektronnya bebas bergerak, mereka dapat
peradaban manusia; sebagai contoh, kita dengan mudah memindahkan muatan listrik
menamai beberapa periode di masa lampau dan energi termal. Sifat tidak tembus cahaya
sebagai Zaman Batu, Zaman Perunggu, dan serta kemampuan pemantulan (reflectivity)
Zaman Besi. Teknologi-teknologi mutakhir pada logam disebabkan oleh respons dari
masa kini sangat bergantung pada material electron bebas tersebut terhadap getaran
canggih, semuanya memanfaatkan elektromagnetik pada frekuensi cahaya
perangkat, produk, dan sistem yang terbuat (Vlack, 2004).
dari material. Keahlian sarjana teknik terletak Pengelasan merupakan
pada kemampuannya untuk menyesuaikan penyambungan bahan yang didasarkan pada
material dan energi demi memenuhi prinsip-prinsip ikatan magnetik antar atom
kebutuhan masyarakat. Demi kemudahan, dari kedua bahan yang disambung. Kelebihan
material diklasifikasikan menjadi berbagai tipe sambungan las adalah konstruksi ringan,
yang memiliki karakteristik yang sama. Salah dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah
satu cara pengelompokan material,yaitu pelaksanaannya, serta cukup ekonomis.
berdasarkan ikatan atom dan struktur yang Namun kelemahan yang paling utama adalah
menghasilkan kelompok logam, polimer, dan terjadinya perubahan struktur mikro bahan
keramik. yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat
Logam dikenal karena konduktivitas fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas.
termal dan listriknya yang tinggi. Logam tidak Proses pengelasan logam secara makro
tembus cahaya, dapat dipoles hingga diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu:
mengkilat dan umumnya relatif berat dan (1) Liquid state welding (LSW), dan (2) Solid
mampu dibentuk. Logam memiliki perilaku ini state welding (SSW). Prinsip dari las SMAW
karena fakta, bahwa elektron valensinya tidak adalah menggunakan panas dari busur untuk
terikat, namun dapat meninggalkan atom mencairkan logam dasar dan ujung sebuah

16
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

consumable electrode (elektroda terumpan) Priadi dan Selvinus (2007), telah


tertutup dengan tegangan listrik yang dipakai meneliti studi pengaruh besarnya arus listrik
23-45 Volt, dan untuk pencairan digunakan terhadap distribusi kekerasan, struktur mikro,
arus listrik hingga 500 Amper yang umum dan kekuatan impak pada baja karbon rendah
digunakan berkisar antara 80-200 Amper jenis SB 46 menyimpulkan, bahwa pada
(Kurniawan, 2011). daerah base metal kekerasan terendah pada
Berdasarkan latar belakang yang arus 125 A, Sedangkan kekerasan tertinggi
dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan pada arus 170 A dan pada daerah ini tidak
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana mengalami perubahan struktur. Pada daerah
pengaruh preheat dan Tempering terhadap HAZ kekerasan terendah terdapat pada arus
nilai kekerasan dan struktur mikro hasil 150 A sedangkan kekerasan tertinggi terjadi
pengelasan baja JIS SS 400, sehingga perlu pada arus 125 A.
dilakukan penelitian tentang: “Pengaruh Baja JIS SS 400 merupakan salah
Preheat dan Tempering terhadap Nilai satu dari sebagian besar jenis baja yang
Kekerasan dan Struktur Mikro Hasil lazim dipergunakan untuk struktur baja umum
Pengelasan Baja JIS SS 400”. pengerolan panas. Ini disediakan dalam
Tujuan dari penelitian ini adalah: bentuk pelat, lembaran (sheet), rata (flat),
Untuk mengetahui pengaruh preheat dan batang (beam), dan potongan-potongan
tempering terhadap nilai kekerasan dan (bagian-bagian/section). Baja ini unggul pada
struktur mikro hasil pengelasan baja JIS SS sifat mampu-las (weldability) dan mampu-
400, sehingga dapat mengurangi terjadinya mesin (machinability). Memiliki densitas 7860
3
patah-getas pada konstruksi-konstruksi kg/m , modulus young 190000-210000
2 2
sambungan las yang menggunakan baja jenis N/mm , kekuatan tarik 400-510 N/mm ,
2
ini. kekuatan yield 205-245 N/mm , rasio poisson
Sebagai peran nyata dalam 0,26, kekerasan 160 HB, dan titik leburnya
o
pengembangan ilmu pengetahuan dan 1430 C. Baja ini sepadan dengan baja DIN
teknologi khususnya di bidang pengelasan, 17100 St 44-2, ASTM A36, ASTM A283
maka peneliti berharap dapat memberikan Grade D, dan EN S 275/BS 43A. Unsur-unsur
manfaat dari penelitian ini, antara lain: kimia yang terkandung dalam baja ini, antara
a. Sebagai literatur pada penelitian yang lain 0,2% C, maksimal 0,05% S, maksimal
sejenisnya dalam rangka pengembangan 0,05% P, pembatasannya di bawah level ini,
teknologi khususnya bidang pengelasan. sedangkan Si dan Mn tidak dibatasi
b. Sebagai informasi bagi juru las untuk (http://www.meadinfo.org/09 Desember 2011
meningkatkan kualitas hasil pengelasan. Jam 23.50 WITA ).
c. Sebagai informasi penting guna Preheat merupakan pemanasan yang
meningkatkan pengetahuan bagi peneliti dilakukan sebelum benda kerja tersebut
dalam bidang pengujian material, dikerjakan lebih lanjut, misalnya sebelum
pengelasan dan material teknik. dilakukan pengelasan. Temperatur
pemanasan awal adalah antara 30°C –
400°C.Hal ini perlu dilakukan, karena pada
LANDASAN TEORI waktu pengelasan akan terjadi panas pada
Lebar HAZ (Heat Affected Zone/ daerah pengelasan. Panas yang tinggi akan
daerah pengaruh panas) dipengaruhi oleh terpusat pada daerah pencairan. Dengan
temperatur preheat. Spesimen yang tidak bertambah jauh jarak busur elektroda akan
mengalami preheat memiliki lebar HAZ yang berkurang panas yang terjadi. Pemanasan
terkecil, yaitu 1,22 mm. Besarnya lebar HAZ dan pendinginan yang tidak merata akan
dari dua spesimen yang mengalami preheat menyebabkan berbagai pengaruh pada
o
200 C, yaitu 1,83 dan 1,86 mm. Sedangkan daerah pengelasan, misalnya keliatan,
yang memiliki lebar HAZ yang terbesar tegangan dan sifat logam lainnya. Dengan
adalah dua spesimen yang mengalami memanaskan logam sebelum pengelasan
o
preheat 400 C, nilainya berturut-turut yaitu akan mengurangi perbedaan temperatur pada
2,59 dan 2,63 mm (Yaqin dkk., 2011). daerah pengelasan (Zamrinata, 2011).
Loureiro (2000), telah meneliti
pengaruh heat input pada deformasi plastik
pengelasan undermached mengatakan,
bahwa pelat coupon yang dipreheat pada
o
temperatur 100 C dalam order pencegahan
hidrogen menyebabkan retak dingin.

17
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

karbida tungsten, untuk memperkecil


terjadinya distorsi identor (Callister 2000 dan
Dieter 1976).
Angka kekerasan brinell (HB) atau
(BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi
luas permukaan lekukan. Rumus angka
kekerasan tersebut adalah:
=
…………...…………..…(1)
Dimana:
Gambar 1 Las Elektroda Terbungkus BHN = angka kekerasan brinell
2
(Askar, dkk., 2012) (kg/mm )
P = beban (kg)
Tempering adalah proses perlakuan D = diameter bola (mm)
panas lanjutan setelah proses pengerasan, d = diameter rata-rata identasi (mm)
bertujuan untuk mengurangi kekerasan yang
terlalu tinggi akibat pendinginan yang cepat
dan temperatur yang tinggi. Temperatur
tempering untuk baja paduan rendah
kekuatan tinggi berkisar antara 375°C –
o
575 C ditahan 1 sampai 2 jam (Copyright©
®
ASM International 1995).

Gambar 3 Media Pengujian Kekerasan


Brinell

Gambar 2 Diagram Fasa Besi Karbida/Fe3C METODE PENELITIAN


(Askar, 2012) Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini, antara lain:
Struktur material dalam orde kecil a. Mesin gergaji beserta kelengkapannya
sering disebut struktur mikro. Struktur ini tidak b. Peralatan pengelasan
dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi c. Mesin las SMAW DC
harus menggunakan alat pengamat struktur d. Penggaris
mikro. Penelitian ini menggunakan mikroskop e. Jangka sorong
cahaya (Santoso, 2006). f. Mesin gerin potong
Uji kekerasan lekukan yang pertama g. Ragum
kali banyak digunakan serta disusun h. Ampelas
pembakuannya adalah metode yang diajukan i. Kikir
oleh J.A. Brinell pada tahun 1900. Uji j. Mesin uji foto struktur mikro
kekerasan brinell berupa pembentukan k. Mesin uji tarik
lekukan pada permukaan logam dengan l. Mesin uji kekerasan
memakai bola baja berdiameter 10 mm dan m. Stopwatch
diberi beban 3000 kg. Untuk logam lunak, n. Pengukur sudut
beban dikurangi hingga tinggal 500 kg, untuk Bahan yang digunakan dalam
menghindarkan jejak yang dalam, dan untuk penelitian ini adalah baja JIS SS 400 dan
bahan yang sangat keras, digunakan paduan elektroda jenis E7018 dengan diameter 4 mm.

18
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

Pembuatan kampuh V terbuka sampai menyala. Amper meter diatur pada


dengan menggunakan flame heating (api angka 175 A dan pengelasan mulai
yang berasal dari hasil pembakaran gas dilakukan.
oksigen dengan asetilin). Bahan yang telah
dipersiapkan dipotong dengan flame heating,
dengan ukuran 200 x 220 mm sebanyak
empat buah, setelah bahan dipotong
kemudian permukaan digambar dengan
spidol, tepi permukaan diukur sedalam 2 mm
o
dan di ukur sudut 35 . Setelah bahan
digambar bahan dicekam dan dilakukan
o
pengefraisan dengan sudut 35 .

Gambar 6 Prinsip Kerja Perpindahan


Logam pada Proses Pengelasan SMAW
(http:// www. migas-indonesia.com/diakses
Gambar 4 Kampuh V Terbuka
tgl. 29 Desember 2011 Jam 16.34 WITA)
Langkah-langkah yang dilakukan Sebelum melakukan pengujian foto
dalam proses pengelasan adalah: struktur mikro spesimen perlu dihaluskan
a. Mempersiapkan mesin las SMAW DC dahulu. Penghalusan dengan menggunakan
ampelas grade 400 sampai 1000. Setelah
sesuai dengan pemasangan polaritas
spesimen diampelas dengan ukuran 1000
terbalik.
sampai halus kemudian dipoles dengan
b. Mempersiapkan benda kerja yang akan
autosol agar spesimen lebih halus lagi,
dilas.
c. Mempreheat
o
(400 C) benda kerja kemudian dicelupkan ke dalam larutan etsa 5
%.
menggunakan oven material.
Spesimen yang telah dipoles
d. Posisi pengelasan dengan menggunakan
dilanjutkan dengan pengujian foto struktur
posisi pengelasan mendatar atau bawah
mikro, adapun langkah-langkahnya sebagai
tangan.
berikut:
a. Spesimen dibersihkan menggunakan kain,
karena spesimen lebih besar dari tempat
etsa maka pengetsaan menggunakan
kapas yang dibasahi cairan etsa kemudian
dioleskan pada permukaan yang
dikehendaki.
b. Spesimen diletakkan pada landasan
mikroskop optik, mesin diaktifkan, lensa
pembesar didekatkan untuk melihat
permukaan spesimen. Pengambilan foto
Gambar 5 Posisi Pengelasan Mendatar struktur mikro dengan perbesaran 400x.
(http://www. migas-indonesia.Com/diakses Struktur mikro dilihat, apabila kurang jelas
tgl. 29 Desember 2011 Jam 16.34 WITA) atau kabur, lensa difokuskan agar terlihat
e. Kampuh yang digunakan jenis kampuh V dengan jelas.
o
terbuka, dengansudut 70 , dengan lebar c. Sebelum gambar diambil, film dipasang
celah dan tinggi akar 2 mm. pada kamera yang telah disetel
f. Mempersiapkan elektroda sesuai dengan sedemikian rupa dengan menggunakan
arus dan ketebalan pelat, dalam penelitian film asa 200. Pada saat pengambilan foto
ini dipilih elektroda jenis E7018 dengan diusahakan tidak ada hal apapun yang
diameter elektroda 4 mm. membuat mikroskop optik bergerak,
g. Menyetel amper meter yang digunakan karena apabila mikroskop optik bergerak
untuk mengukur arus pada posisi jarum akan mempengaruhi hasilnya.
nol, kemudian salah satu penjepitnya
dijepitkan pada kabel yang digunakan
untuk menjepit elektroda. Mesin las
dihidupkan dan elektroda digoreskan

19
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

Gambar 8 Mesin Uji Kekerasan

Gambar 7 Mesin Foto Struktur Mikro HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil dan Pembahasan Pengujian
Langkah-langkah pengujian kekerasan
Kekerasan Brinell
brinell adalah sebagai berikut:
Dari data diameter identasi uji
a. Mempersiapkan bagian pada benda uji
kekerasan brinell, maka dengan
yang akan diberi pembebanan.
menggunakan persamaan 1 diperoleh
b. Mempersiapkan identor pada mesin
masing-masing nilai kekerasan brinell untuk
hardness tester dengan diameter identor
setiap variasi perlakuan. Nilai tersebut seperti
(D) 2,5 mm.
ditampilkan dalam tabel 1 berikut ini:
c. Mengatur besar pembebanan (P) sebesar
184 kg.
Tabel 1 Nilai Kekerasan Brinell dari Setiap
d. Mengatur settingan mesin hardness tester
Variasi Perlakuan Preheat dan Tempering
pada brinell dengan memindahkan posisi
Baja Hasil Las
handle yang ada.
Nilai Kekerasan
e. Meletakkan spesimen uji pada mesin No. Spesimen
Brinell (HB)
hardness.
1 RM 120,498
f. Melakukan proses pemberian beban pada
benda uji dengan cara mendekatkan 2 PTT 171,722
identor pada benda uji, lalu handle dilepas, 3 PT 168,650
sehingga identor yang berupa bola baja 4 TPTT 163,911
menekan permukaan benda uji. Proses ini 5 TPT 163,911
dilakukan selama 10-20 detik. Sumber Data: Hasil Pengujian Kekerasan Brinell di
g. Mengulangi langkah nomor 6 pada 4 titik Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin
berikutnya.. Fakultas Teknik Universitas Mataram
h. Melakukan pengamatan diameter bekas Berikutnya dari tabel 2 didapatkan
penekanan identor yang terdapat pada hubungan nilai kekerasan brinell dengan
spesimen uji dengan menggunakan lensa variasi perlakuan preheat dan tempering dari
dengan pembesaran 400x pada kelima titik baja hasil las, yang ditunjukkan dalam
yang telah dilakukan uji hardness brinell. gambar 14 sebagai berikut:
i. Melakukan pengukuran besar diameter
bekas identor pada spesimen uji dengan
cara diukur pada kedua sisi lingkaran yang
tertera pada layar Hardness Machine.
j. Dilakukan proses pencatatan diameter
(d1dan d2) pada ke tiga titik bekas identor
pada spesimen uji.

20
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

Pearlite Ferrite

Nilai Kekerasan Brinell (HB)


200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
RM PTT PT TPTT TPT

Variasi Perlakuan Preheat dan Tempering

Gambar 9 Hubungan antara Nilai


Kekerasan Brinell dengan Variasi
Perlakuan Preheat dan Tempering pada Gambar 11 Foto Struktur Mikro Spesimen
Baja Hasil Las Raw Material Perbesaran 400x (1 mm = 40
Strip)
Dari gambar 9 dapat diamati, bahwa
terjadi penurunan nilai kekerasan brinell pada Pada gambar 12 (a) menunjukkan
tiga perlakuan spesimen. Pada spesimen PT struktur mikro pearlite, cementite,
hampir mendekati nilai kekerasan variasi transformasi ferrite ke pearlite, dan ferrite
PTT, yaitu masing-masing 168,650 HB dan pada daerah HAZ PTT. Pada gambar ini
171,722 HB . Nilai ini dipicu oleh keberadaan struktur mikro didominasi oleh transformasi
fasa transformasi ferrite ke pearlite (lihat ferrite ke pearlite dan fasa pearlite berada
gambar 12 dan 13) yang mendominasi pada pada batas butir. Sedangkan fasa ferrite dan
seluruh struktur kristal material dan adanya cementite tidak terlalu banyak (hanya
pearlite pada batas butir. Pada variasi sebagian kecil dari total fasa pada daerah ini).
perlakuan TPTT dan TPT memiliki nilai Pada daerah ini properti material sangat kuat
kekerasan yang sama, yaitu sebesar 163,911 dan keras, tapi getas. Pada gambar 12 dan
HB dan paling rendah dari variasi PTT dan 13 menunjukkan struktur mikro spesimen
PT. Penyebab penurunan ini ialah pengelasan dipreheat tanpa ditempering pada
terbentuknya fasa ferrite dan pearlite yang daerah lasan. Pada gambar ini foto struktur
sangatbanyak (lihat gambar 14 dan 15), juga mikro untuk cementite dan pearlite berada
akibat dari pendinginan lambat dengan pada batas butir terlihat sangat kecil. Jumlah
menggunakan udara bebas hingga ferrite pada gambar ini sedikit dan terdapat
temperatur kamar. pada sepanjang garis struktur transformasi
ferrite ke pearlite.
2. Hasil dan Pembahasan Struktur Mikro
Pearlite Cementite Transfomasi ferrite ke pearlite Ferrite
Struktur mikro RM pada gambar 11
didominasi oleh butir-butir ferrite yang
berwarna putih (bulatan-bulatan yang lebar
dan terang), sedangkan fasa pearlite lebih
sedikit (bulatan-bulatan yang berwarna abu-
abu). Butir ferrite mengakibatkan karakteristik
yang lunak/ulet terhadap material. Sedangkan
fasa pearlite meningkatkan ketangguhan dari
material baja. Dimana semakin banyak fasa
ferrite dan pearlite yang terkandung di dalam
struktur kristal material, maka nilai kekuatan
tarik dan kekerasan dari material tersebut
semakin rendah. Berbeda dengan cementite
yang membembentuk kekuatan dan
kekerasan yang menyebabkan kerapuhan
terhadap material, semakin banyak fasa
cementite, maka kerapuhan dan Gambar 12 (a) Foto Struktur Mikro Spesimen
kekerasanpun semakin meningkat. Pengelasan Dipreheat Tanpa Ditempering pada
Daerah HAZ Perbesaran 400x(1 mm = 40 Strip)

21
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

Pearlite Transformasi ferrite ke pearlite Cementite Pearlite Cementite

Ferrite
Gambar 12 (b) Foto Struktur Mikro Spesimen
Pengelasan Dipreheat Tanpa Ditempering pada Gambar 13 (b) Foto Struktur Mikro Spesimen
Daerah Lasan Perbesaran 400x (1 mm = 40 Pengelasan Dipreheat dan Ditempering pada
Strip) Daerah Lasan Perbesaran 400x (1 mm = 40
Pada gambar 13 bagian (a) dan (b) Strip)
merupakan spesimen PT dapat diketahui,
bahwa struktur mikronya adalah pearlite dan Pada gambar 14 (a) tampak struktur
cementite. Cementite dan pearlite berada yang terbentuk adalah pearlite- cementite,
pada seluruh area material, baik pada daerah dan ferrite batas butir atau grain boundary
HAZ maupun logam lasan. Cementite terlihat ferrite. Pada daerah ini struktur pearlite-
berbutir lebih besar pada daerah lasan cementite paling banyak dibandingkan
dibanding pearlite yang ada pada gambar dengan ferrite. Pada gambar 14 (b)
spesimen pengelasan dengan dipreheat dan menunjukkan struktur pearlite, ferrite dan
ditempering pada daerah HAZ. Hal ini cementite. Spesimen TPTT ini memiliki
menunjukkan juga, bahwa sifat mekanik kekuatan tarik yang tertinggi, jika
seperti kekuatan tarik spesimen lebih tinggi dibandingkan dengan spesimen RM, PTT,
dibandingkan dengan spesimen RW. dan PT.
Pearlite Cementite
Pearlite Cementite

Cementite

Gambar 14 (a) Foto Struktur Mikro Spesimen


Gambar 13 (a) Foto Struktur Mikro Spesimen
Pengelasan Tanpa Dipreheat dan Tanpa
Pengelasan Dipreheat dan Ditempering pada
Ditempering pada Daerah HAZ Perbesaran 400x
Daerah HAZ Perbesaran 400x (1 mm = 40 Strip)
(1 mm = 40 Strip)

22
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

Pearlite Cementite
Pearlite Cementite

Gambar 14 (b) Foto Struktur Mikro Spesimen Gambar 15 (b) Foto Struktur Mikro Spesimen
Pengelasan Tanpa Dipreheat dan Tanpa Pengelasan Tanpa Dipreheat Ditempering pada
Ditempering pada Daerah Lasan Perbesaran Daerah Lasan Perbesaran 400x (1 mm = 40
400x (1 mm = 40 Strip) Strip)

Gambar 15 (a) dan (b) menunjukkan


struktur yang terbentuk adalah pearlite- Gambar 16 (a) menunjukkan struktur
cementite. Pearlite-cementite yang terbentuk yang terbentuk didominasi oleh pearlite-ferrite
terdistribusi dan memanjang diseluruh pada daerah logam las-lasan. Ferrite-
permukaan material. Kekuatan tarik spesimen cementite terdistribusi secara merata pada
TPT ini tertinggi dari seluruh spesimen. Nilai daerah HAZ. Gambar 16 (b) menunjukkan
ini disebabkan oleh keberadaan fasa Pearlite- pearlite-ferrite terdistribusi juga pada base
cementite yang mendominasi. metal. Pada pengelasan material TPTT
dengan pemotongan mengunakan mesin
Cementite Pearlite gerinda tidak membentuk butir cementite
pada base metal dan logam lasan, tetapi
hanya pada daerah HAZ. Butir yang
ditimbulkan akibat pemotongan menggunakan
mesin gerinda potong adalah bilah-bilah
butiran yang bulat dan lebar. Tapi pada
pemotongan menggunakan alat potong flame
heating sebagian besar berstruktur cementite.
Ini dibuktikan, bahwa seluruh spesimen yang
dipotong dengan flame heating ini memiliki
kekuatan tarik yang lebih tinggi daripada
dengan menggunakan menggunakan mesin
gerinda potong.

Gambar 15 (a) Foto Struktur Mikro Spesimen


Pengelasan Tanpa Dipreheat Ditempering pada
Daerah HAZ Perbesaran 400x(1 mm = 40 Strip)

23
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

paling rendah dimiliki oleh spesimen raw


Transfomasi Pearlite ke Cementite Ferrite Pearlite material, yaitu Cementite
sebesar 120,498 HB dari
empat spesimen. Ini dikarenakan struktur
yang terbentuk adalah ferrite dan pearlite
yang bersifat lunak dan tangguh. Spesimen
ini dimasukkan hanya sebagai pembanding
untuk empat spesimen. Nilai kekerasan
tertinggi dimiliki oleh spesimen pengelasan
dengan perlakuan tanpa diprehet ditempering,
yaitu sebesar 163,911 HB dari empat
spesimen. Struktur mikro yang terbentuk pada
spesimen ini didominasi oleh cementite dan
pearlite baik pada daerah HAZ maupun lasan.
Pemotongan spesimen dengan menggunakan
flame heating berpengaruh mengubah fasa
ferrite-pearlite menjadi transformasi ferrite ke
pearlite dan cementite, akan tetapi
pemotongan dengan menggunakan mesin
gerinda potong masih berstruktur ferrite dan
pearlite.
Daerah Lasan Daerah HAZ Cementite
Gambar 16 (a) Foto Struktur Mikro Spesimen SARAN
Pengelasan Tanpa Dipreheat dan Tanpa Usahakan lokasi dan peralatan
Ditempering pada Daerah Lasan dan daerah preheating, tempering, pengelasan, dan
HAZ Perbesaran 400x (1 mm = 40 pembentukan bentuk spesimen berada pada
Strip)/Pembanding satu lokasi. Tujuannya adalah untuk
mengefisienkan biaya, tenaga, dan lama
Pearlite
waktu penelitian, serta untuk mengurangi
terjadinya perubahan pada struktur mikro
Ferrite
yang berpengaruh terhadap sifat fisis material
baja JIS SS 400. Diusahakan juga untuk tidak
menggunakan alat potong dari nyala api pada
saat proses pemotongan spesimen. Ini juga
dapat menyebabkan perubahan struktur mikro
dan dapat mempengaruhi sifat fisis dari baja
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Callister, 2000, Hand’s Book Fundamental of
th
Material Science and Engineering 5
Edition, Department of Metallurgy
Engineering, The University of Utah.
Copyright© ASM International® 1995
Dieter, 1976, Metallurgy SI Metric Edition
Mechanical, University of Mariland
http://www.meadinfo.org/ diakses tanggal 09
Desember 2011 Jam 23.50WITA.
Gambar 16 (b) Foto Struktur Mikro Spesimen http://www.migas-indonesia.Com/ diakses
Pengelasan Tanpa Dipreheat dan Tanpa tanggal 29 Desember 2011 Jam
Ditempering pada Daerah Base Metal (Logam 16.34WITA.
Dasar) Perbesaran 400x (1 mm = 40 Kurniawan, Apri, 2011, Jenis-jenis
Strip)/Pembanding Pengelasan, Jurusan Pendidikan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
KESIMPULAN Universitas Negeri Yogyakarta
Dari hasil dan pembahasan penelitian Loureiro, Altino J.R., 2000, Effect of Heat
pengaruh preheat dan tempering terhadap Input on Plastic Deformation of
nilai kekerasan dan struktur mikro hasil Undermatched Welds, Department of
pengelasan baja JIS SS 400 ini dapat ditarik Mechanical Engineering, University of
beberapa kesimpulan. Nilai kekerasan yang

24
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Saiful A.,Sinarep, Nasmi: Pengaruh Preheat & Tempering
ISSN: 2088-088X

Coimbra, Pinhal de Marrocos, 3030 Yaqin, Muhammad Khusnul, dkk., 2011,


Coimbra, Portugal. Pengaruh Preheat dan Postheat
Santoso, Joko, 2006, Pengaruh Arus terhadap Lebar HAZ, Struktur Mikro,
Pengelasan terhadap Kekuatan Tarik dan Distribusi Kekerasan pada
dan Ketangguhan Las SMAW dengan Proses Pengelasan SMAW Besi Cor
Elektroda E7018, Jurusan Teknik Kelabu FC 25, Jurusan Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Material dan Metalurgi, Institut
Negeri Semarang, Semarang. Teknologi Sepuluh November,
Vlack, Lawrence H. Van, 2004, Elemen- Surabaya.
elemen Ilmu dan Rekayasa Material, Yosga, Muchamad, 2012, Diagram TTT
Edisi Enam, Erlangga, Jakarta. (Time-Temperature-Transformation),
Wiryosumarto, Harsono & Okumura, Toshie, Universitas Brawijaya.
2004, Teknologi Pengelasan Logam, Zamrinata, 2011, Tujuan dan Jenis Perlakuan
Cetakan 9, Pradnya Paramita, Panas, Program Studi Teknik Mesin,
Jakarta. FKIP, UNS.

25

Anda mungkin juga menyukai