BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Pada praktikum kerja bangku ini dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu,
diantaranya :
1. Mengetahui dan memahami bagian-bagian dalam pengelasan SMAW
beserta kegunaanya.
2. Memahami prinsip kerja pengelasan SMAW
3. Mahasiswa dapat bekerja menggunakan las SMAW
4. Mahasiswa dapat membuat benda kerja berupa rak.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi
Proses pada praktikum ini sering diartikan pengelasan, tetapi sebenarnya
pengelasan tersebut merupakan bagian dari proses penyambungan. Pada
dasarnya proses ini dapat dilakukan tanpa atau dengan mencairkan logam yang
disambung, dengan atau tanpa logam pengisi, dengan atau tanpa tekanan dan
dengan perekat atau adhesive. Contoh proses ini antara lain adalah pengelasan,
solder, pengelingan dan lain-lain.
Proses pengelasan ini dapat dilakukan apabila komponen yang akan
disambung sudah melalui tahapan-tahapan proses yang disyaratkan. Misalnya
pembersihan, persiapan pada ujung yang akan disambung ataupun proses
pengerjaan mesin lainnya.
Macam-macam pengelasan :
1. Fusion Welding
2. Pressure Welding
Adalah sistem pengelasan logam dimana daerah sambungan las dipanasi
sampai keadaan plastis atau hampir melebur kemudian diikuti dengan
penekanan atau tempa pada bagian sambungan tersebut. Yang termasuk
pengelasan kelompok ini adalah forge welding, pressure thermit welding,
resistance welding, cold welding dll.
3. Brazing
Adalah sistem pengelasan tanpa proses penekanan dan logam yang akan
dilas tidak melebur dan logam pengisinya mempunyai titik lebur yang
lebih rendah dari logam induknya. Proses pengelasan logam yang termasuk
kelompok ini seperti gas brazing, dip brazing, electric brazing, furnace
brazing. Sambungan yang terjadi pada ikatan brazing dihasilkan dengan
cara pemanasan pada suatu temperatur yang sesuai yaitu di atas 427 0C.
Kekuatan sambungan Brazing bergantung pada :
5. Soldering
Adalah penyambungan dua buah logam dengan logam lain (logam
berbeda) sebagai pengisi (dalam keadaan cair yang kemudian setelah
dilakukan penyambungan logam pengisi membeku). Logam pengisi
dituangkan ke dalam kampuh dengan suhu tidak melebihi 430 oC.
Pengisian kampuh secara gaya kapiler biasanya sebelum penyambungan
dilakukan pembasahan permukaan kampuh agar sambungan tidak terjadi
reaksi-reaksi yang dapat melemahkan sambungan seperti oksidasi,
evaporation, slag inclusion dan kotoran-kotoran.
Panjang busur (Arc Length) yang dianggap baik lebih kurang sama
dengan dia. elektrode yang dipakai. Untuk besarnya tegangan yang dipakai
setiap posisi pengelasan tidak sama. Misalnya dia. elektrode 3 mm – 6 mm,
mempunyai tegangan 20 – 30 volt pada posisi datar, dan tegangan ini akan
dikurangi antara 2 – 5 volt pada posisi diatas kepala. Kestabilan tegangan ini
sangat menentukan mutu pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui
suara selama pengelasan. Besarnya arus juga mempengaruhi pengelasan,
dimana besarnya arus listrik pada pengelasan tergantung dari bahan dan ukuran
lasan, geometri sambungan pengelasan, macam elektrode dan dia. inti
elektrode. Untuk pengelasan pada daerah las yang mempunyai daya serap
kapasitas panas yang tinggi diperlukan arus listrik yang besar dan mungkin juga
diperlukan tambahan panas. Sedang untuk pengelasan baja paduan, yang daerah
HAZ-nya dapat mengeras dengan mudah akibat pendinginan yang terlalu cepat,
maka untuk menahan pendinginan ini diberikan masukan panas yang tinggi
yaitu dengan arus pengelasan yang besar. Pengelasan logam paduan, agar untuk
menghindari terbakarnya unusur-unsur paduan sebaiknya digunakan arus las
yang sekecil mungkin. Juga pada pengelasan yang kemungkinan dapat terjadi
retak panas, misalnya pada pengelasan baja tahan karat austenitik maka
penggunaan panas diusahakan sekecil mungkin sehingga arus pengelasan harus
kecil. Kecepatan pengelasan tergantung dari bahan induk, jenis elektrode, dia.
inti elektrode, geometri sambungan, ketelitian sambungan . agar dapat mengelas
lebih cepat diperlukan arus yang lebih tinggi. Polaritas listrik mempengaruhi
hasil dari busur listrik. Sifat busur listrik pada arus searah (DC) akan lebih
stabil daripada arus bolak-balik (AC). Terdapat dua jenis polaritas yaitu
polaritas lurus, dimana benda kerja positif dan elektrode negatip (DCEN).
Polaritas balik adalah sebaliknya. Karakteristik dari polaritas balik yaitu
pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan, maka polaritas ini
mepunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas lurus
(DCEN). Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada tabel dan
gambar dibawah ini.
suara dengan
gemercak
yang diatas
Pada umumnya ada 4 macam filter metal yang dipakai seperti : tembaga,
campuran tembaga, campuran perak, campuran aluminium.
- Tembaga
Biasanya digunakan untuk mengelas baja karbon rendah.
- Campuran tembaga
Campuran tembaga yang biasanya terdiri dari bermacam-macam
campuran seperti bronz,brass,dll.
- Campuran aluminium
Digunakan untuk mengelas benda kerja dari aluminium.
Fluxes
Sebelum elektrode dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur listrik
dikurangi lebih dahulu, baru kemudian elektrode dijauhkan dalam posisi lebih
dimiringkan secukupnya.
A. Elektrode digerakkan dengan melakukan maju dan mundur, metode ini salah
satu bentuk metode weaving. (lihat gambar 9 bagian A)
Peralatan Pengelasan
1. Welding Torch
Adalah peralatan yang digunakan untuk mencampur antara oksigen dan
aseteline, peralatan ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 seperti :
LPG
Generator Aseteline
Menurut cara kerja bagaimana calsium carbide bereaksi dengan air, maka
generator aseteline dapat dibagi menjadi 3 macam seperti :
1. Carbide to water
Calsium carbide secara periodic dicelupkan ke dalam air.
2. Water to carbide
Air menetes ke calsium caroide.
3. Contact System
Air menyentuh calsium carbide
1. Low pressure,
dimana tekanan sampai 0,1 kg/cm2
2. Medium pressure,
dimana tekanan sampai 0,1 – 1,5 kg/cm2
3. High pressure,
dimana tekanan sampai 1,5 kg/cm2 keatas
2.Regulator
Cara-Cara Pengelasan
1. Ukuran torch
2. Logam pengisi
4. Sudut torch
5. Pengaturan nyala
Panas Pengelasan
Untuk energi panas berasal dari listrik, panas yannng digunakan untuk
penngelasan dapat ditulis :
H = P/V
Dimana : H = energy input (J/mm)
P = total daya yang masuk dari sumber panas (W)
V = kecepatan bergerak sumber panas (mm/det)
Bila busur listrik sebagai sumber panas, panas yanng masuk dapat didekati
sebagai berikut:
H = EI / V
Dimana: E = voltage (volt)
I = arus (ampere)
Bila efisiensi perpindahan energi adalah f1, naka panas bersih yang
diterima material untuk pengelasan adalah:
Hnet = f1 E I / V
Dimana : f1 = 0.8 – 1
Temperatur Puncak
Untuk memperkirakan perubahan metalurgi pada daerah sekitar lasan
sangat tergantung pada tempertur puncak yang dicapai pada titik yang
bersangkutan. Untuk pengelasan satu pass sambungan butt joint, temperatur
puncak pada logam induk diukur dari garis fusi adalah sebagai berikut:
1/(Tp – To) = (4.13 x c x t x v)/Hnet + 1/(Tm – To)
Dimana:
Tp = temperatur puncak (oC) pada jarak y (mm) dari batas fusi (temperatur
puncak ini tidak berlaku didalam lasan)
To = temperatur pemanasan mula yanng merata dari plat (preheat)oC
Tm = titik cair logam yang dilas (oC) titik liquidus
Hnet = energy input
= berat jenis logam yanng dilas (g/mm3)
c = panas jenis dalam keadaan padat (J/goC)
c = panas jenis volumetris (J/mm3 OC)
t = tebal plat (mm)
Sambungan Las
Sambungan las adalah pertemuan dua tepi atau permukaan benda
yang disambung dengan proses pengelasan.
Jenis sambungan
Gambar 2.10 Lima Jenis Sambungan yang Biasa Digunakan Dalam Proses
Pengelasan
(a) Sambungan tumpu (butt joint); kedua bagian benda yang akan
disambung diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung
pada kedua ujungnya;
(b) Sambungan sudut (corner joint); kedua bagian benda yang akan
disambung membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung
sudut tersebut;
(c) Sambungan tumpang (lap joint); bagian benda yang akan disambung
saling menumpang (overlapping) satu sama lainnya;
(d) Sambungan T (tee joint); satu bagian diletakkan tegak lurus pada
bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik;
(e) Sambungan tekuk (edge joint); sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua
bagian yang akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada
kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut
1. Helm Las
Helm las seperti pada gambar 2.11, maupun tabir las digunakan untuk
melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra
merah) yang dapat merusak kulit maupun mata, Praktikum Sinar las yang
sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai
jarak 16 meter. Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat
mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Untuk melindungi
kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi
dengan kaca putih.
2. Sarung Tangan
Sarung tangan seperti pada gambar 2.12 dibuat dari kulit atau asbes lunak
untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu
mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
3. Katelpak
Baju seragam bengkel atau baju yang digunakan untuk karyawan yg
kerja berhubungan dgn engineering/mesin. Dengan bahan-bahan yang
berkualitas membuat wearpack kami nyaman dipakai dan tidak mudah
robek.
4. Sepatu Las
Sepatu las seperti gambar 2.13 berguna untuk melindungi kaki dari
semburan bunga api, bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup
seluruhnya dapat juga dipakai.
5. Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka
gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang
beracun.
BAB III
METODOLOGI
1. Meteran 1 buah
2. Alat penanda (Tipe-X) 1 buah
3. Mesin Las 1 set
4. Palu Kerak 1 buah
5. Ragum 1 buah
6. Gergaji Besi 1 buah
7. Kacamata Las 1 buah
8. Penggarus Siku 1 buah
9. Sikat Baja 1 buah
Proses Pemotongan :
1. Benda kerja diukur sesuai dengan ukuran yang ada telah ditentukan
2. Benda kerja dipotong dengan gergaji sesuai ukuran
3. Pada potongan betonizer yang kurang halus dikikir agar rata
4. Potongan-potongan betonizer disusun dengan tujuan unutk mengetahui
ketepatan penyusunan rak tas
Proses pengelasan :
2. Proses Las
Untuk melekatkan logam gunakan mesin las listrik
Pilih kawat las / elektroda yang sesuai untuk pekerjaan
Gunakan sarung tangan kulit dan pelindung mata untuk las
Atur arus sesuai dengan kebutuhan, bila perlu lakukan percobaan
terlebih dahulu sebelum mengelas benda kerja
Jika kawat las lengket dan susah diambil, segera matikan mesin
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
4.2. Selain itu pengikiran juga dimaksudkan agar dimensi bentonizer bisa
sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Untuk melakukan pengikiran,
betonizer harus dijepit pada ragum. Kikir melakukan gerakan memakan ke
depan, posisinya diusahakan tegak lurus siku benda kerja dan bersudut 45˚
terhadap meja agar hasil yang didapat bagus dan rata.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini ialah praktikan mampu bekerja
menggunakan mesin las SMAW untuk membuat rak tas dengan ukuran
yang telah ditentukan dan juga praktikan dituntut untuk menggunakan
ketelitian tinggi dan teknik yang baik. Benda kerja hasil proses las
memiliki dimensi tebal lasan dua kali diameter elektrode sehingga hasil
lasan dinilai cukup baik untuk pemula.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fortunecity.com/village/lind/247/weld_book/Ch11.htm
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi
Proses pemotongan logam adalah proses pembuatan yang menggunakan
mesin-mesin perkakas potong untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan
dengan membuang sebagian material, sedang perkakas potongnya dibuat dari
bahan yang lebih keras daripada logam yang dipotong. Contoh mesin perkakas
antara lain mesin bubut, mesin sekrap, mesin drill, mesin freis dll. Sedangkan
mesin perkakas potongnya antara lain dari jenis HSS, karbida dll.
Proses pemotongan ini dapat merupakan proses penyelesaian dari suatu
produk dan dapat juga merupakan proses yang masih memerlukan proses
pengerjaan lainnya. Dalam proses pemotongan logam dikenal beberapa jenis,
yakni :
Proses sekrap (Shaping, Planing)
Proses Bubut ( Turning)
Proses Gurdi (Drilling)
Proses Freis (Milling)
Proses Gerinda (Grinding), dll.
BAB III
METODOLOGI
3.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah carbon steel yang berbentuk silindris, yang
merupakan AISI 1020.
3.1.2 Alat
4. Memulai pekerjaan
Potensi bahayanya adalah
Serpihan logam yang terlempar
Serpihan logam panas
Cedera pada mata
Cedera serius atau kematian
Kenakan pelindung mata
Mesin di – on – kan
Set start switch sesuai aplikasi pekerjaan yang dilakukan, yakni
forward atau reverse
Pastikan spindle berputar berlawanan dengan jarum jam (kecuali
untuk hal khusus tertentu)
Posisikan nozzle cairan pendingin diatas benda kerja. On kan
pompa cairan pendingin
Jaga jarak aman pada geram yang terbentuk saat operasi
Pastikan set up telah dilakukan dengan benar. Bila perlu lakukan
percobaan dengan membuat sedikit pemotongan
Pastikan ada jarak aman antara tool dengan chuck yang berputar
Alat proteksi diri yang digunakan adalah pelindung mata, safety
boots, dan sarung tangan
5. Catatan khusus
Potensi bahayanya adalah
Hantaman pada tangan / lengan
Operator harus menjaga jarak aman antara tangan dan chuck
yang berputar saat bekerja
Alat proteksi diri yang digunakan adalah pelindung mata, safety
boots, dan sarung tangan
6. Mematikan mesin
Potensi bahayanya adalah
Serpihan logam yang terlempar
Serpihan logam panas
Cedera pada mata
Cedera serius atau kematian
Selalu mencabut kabel power dari sumber listrik setelah selesai
Alat proteksi diri yang digunakan adalah pelindung mata, safety
boots, dan sarung tangan
7. Membersihkan
Potensi bahayanya adalah
Hamburan serpihan logam
Cedera mata
Tergores
Bersihkan serpihan logam (geram) on pada mesin dan lantai
Selalu kenakan sarung tangan dan pelindung mata saat
membersihkan serpihan logam
Mesin diberi oli
Jauhkan carriage dari chuck
Alat proteksi diri yang digunakan adalah pelindung mata, safety
boots, dan sarung tangan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.fortunecity.com/village/lind/247/weld_book/Ch11.htm
Lampiran