PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang
didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan
bagian bahan yang disambung. Proses penyambungan logam dengan
memanfaatkan tenaga listrik sebagai sumber panas disebut las busur listrik atau
las listrik.jadi, sumber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus
listrik, antara elektroda dan las dan benda kerja.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas,
meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa
saluran dan sebagainya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk
reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran. Membuat lapisan
las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan macammacam reparasi lainnya.
Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan
sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu
rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan
memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan kontruksi
serta kegunaan disekitarnya.
Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya di
dalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya
memerlukan bermacam-macam penngetahuan.
Karena itu di dalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta
mendampingi praktek, secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa
perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus
direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan
las dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian
bangunan atau mesin yang dirancang.
Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
1
energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan
termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang
disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang
disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih
lanjut.
Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan
pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku
logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi
baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada logam yang
dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini.
Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam
sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi
mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam
tersebut
menimbulkan
kebutuhan
akan
teknologi
perakitan
atau
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pengelasan
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang
didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan
bagian bahan yang disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi
ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta
cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya
perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat
3
Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda
yang berselaput fluksi.
2. Las listrik dengan elektroda logam, misalnya :
a. Las listrik dengan elektroda berselaput
ujung
elektroda
kawah
las,
busur
listrik
BAB III
PERALATAN LAS LISTRIK
9
A. Pesawat Las
Jika ditinjau dari jenis arus yang keluar, pesawat las dapat digolongkan
menjadi :
1.
10
2.
12
1. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin kemudian dilapisi
dengan karet isolasi. Kabel las ada 3 macam yaitu :
a. Kabel elektroda, yaitu kabel yang menghubungkan pesawat las dengan
elektroda.
b. Kabel massa, yaitu kabel yang menghubungkan las dengan benda kerja.
c. Kabel tenaga, yaitu kabel yang menghubungkan sumber tenaga dengan
pesawat las.
14
15
16
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 s/d 7 mm dengan panjang antara
350-450 mm.
a. Elektroda Berselaput
Gambar 3.14 Elektroda berselaput
X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok
dipakai untuk pengelasan lihat table.
Contoh : E 6013 Artinya:
Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42
kg/mm2
18
3) E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan
teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama
mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan
mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan posisi lain dari pada
bawah tangan atau datar pada las sudut.
4) Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028
mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan.
Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya
persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya
selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.
5) Elektroda Hydrogen Rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah
(kurang dari 0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas.
Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi,
bebas porositas, misalnye untuk pengelasan bejana dan pipa yang akan
mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah misalnya E
7015, E 7016 dan E 7018.
d. Elektroda Untuk Besi Tuang
1) Elektroda nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las
masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam
sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada
besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada pesawat las DC kutub
terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
2) Elektroda baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan
menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan
dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak
19
dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja dapat
dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
3) Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga
panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari
perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil.
4) Elektroda dengan Hydrogen rendah
Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang
mengandung karbon kurang dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada
pengelasan besi tuang dengan hasil yang baik. Hasil lasnya tidak dapat
dikerjakan dengan mesin.
e. Elektroda Untuk Aluminium.
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam
yang sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan
didasarkan pada tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda
aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah dengan
pasawat las DC kutub terbalik.
f. Elektroda untuk palapis Keras
Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau
bahan tahan terhadap kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka
Elektroda untuk pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga macam
Yaitu :
20
BAB IV
LANGKAH PENGELASAN
A. Memilih Besarnya Arus Listrik
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan
macam elektroda las.
Pada prateknya dipilih ampere pertengahan. Sebagai contoh untuk elektroda
E 6010 ampere minimum dan maksimum adalah 80 amp sampai 120 amp
sehingga dalam hal ini ampere pertengahan adalah 100 amp.
Tabel 4.1 Tipe Elektroda dan Besarnya Arus
Keterangan :
a. E menyatakan elektroda
b. Dua angka sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan
dengan satuan lb/in
c. Angka ketiga sesudah E menyatakan posisi pengelasan, yaitu :
Angka satu untuk pengelasan segala posisi
Angka dua untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan.
d. Angka keempat sesudah E menyataan jenis selaput dan jenis arus yang
cocok dipakai untuk pengelasan.
B. Cara Menyalakan Busur
21
23
24
25
J. Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan ada 4 macam, yaitu :
1. Posisi bawah tangan (lihat w dan h)
2. Posisi mendatar (lihat q)
3. Posisi tegak (lihat s dan f)
4. Posisi atas kepala (lihat u)
Dari keempat posisi pengelasan, yang paling mudah dilakukan adalah posisi
bawah tangan. Oleh sebab itu, untuk melaksanakan pengelasan, bila
memungkinkan diusahakan pada posisi bawah tangan.
26
27
28
29
30
Retak panas umumnya terjadi pada suhu tinggi ketika proses pembekuan
berlangsung. Retak dingin umumnya terjadi dibawah suhu 2000 C setelah
proses pembekuan.
Voids (porositas)
Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori
yang biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas
yang terjadi ketika proses pengelasan. Disamping itu, porositas dapat pula
terbentuk akibat kekurangan logam cair karena penyusutan ketika logam
membeku. Porositas seperti itu disebut: shrinkage porosity.
Jenis porositas dapat dibedakan menurut pori-pori yang terjadi yaitu:
Porositas terdistribusi merata.
Porositas terlokalisasi.
Porositas linier.
Inklusi
Cacat ini disebabkan oleh pengotor (inklusi) baik berupa produk karena
reaksi gas atau berupa unsur-unsur dari luar, seperti: terak, oksida, logam
wolfram atau lainnya. Cacat ini biasanya terjadi pada daerah bagian logam
las (weld metal).
Kurangnya Fusi atau Penetrasi
Kurangnys Fusi
Cacat ini merupakan cacat akibat terjadinya discontinuity yaitu ada
bagian yang tidak menyatu antara logam induk dengan logam pengisi.
Disamping itu cacat jenis ini dapat pula terjadi pada pengelasan berlapis
(multipass welding) yaitu terjadi antara lapisan las yang satu dan lapisan
las yang lainnya.
Kurangnya Penetrasi
Cacat jenis ini terjadi bila logam las tidak menembus mencapai sampai ke
dasar dari sambungan.
Bentuk Yang Tidak Sempurna
Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan las yang tidak baik (tidak
sempurna) seperti: undercut, underfill, overlap, excessive reinforcement
dan lain-lain. Morfologi geometri dari cacat ini biasanya bervariasi.
L. Las Pipa
31
32
33
sering sekali
digunakan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada badan kapal dan
perbaikan struktur kapal, konstruksi pipa air, konstruksi pipa minyak dan gas,
konstruksi jembatan di atas air maupun konstruksi rig atau pengeboran lepas
pantai, bangunan lepas pantai serta konstruksi lainnya yang terendam air.
34
Work Clamp: Penjepit bahan kerja terhadap benda yang akan di las.
Water Proof: Bahan yang digunakan dari karet atau komponen lain yang
tahan terhadap air.
Cara Kerja :
1.
2. Arus yang digunakan adalah DCSP. Jika menggunakan arus DCRP, akan
terjadi elektrolisis dan menyebabkan kerusakan yang cepat pada tiap
komponen logam holder elektroda.
36
37
melebur logam yang terbuka dan menghasilkan lubang lasan. Pada saat yang
sama ujung elektroda melebur dan cairannya diarahkan ke lubang tadi.
Selama proses ini, fluks melindungi elektroda yang melebur untuk
menghasilkan gas pelindung yang digunakan untuk menstabilkan busur dan
melindungi transfer logam. Busur terbakar dalam cavity yang terbentuk pada
fluks pelindung yang dirancang agar terbakar lebih lama dibanding elektroda
logam.
38
39
Class, baik DNV atau LR belum menerima teknik ini untuk perbaikan
yang sifatnya permanen. Terdapat weld defects yang hampir selalu
menyertai (porosity, lack of fusion, cracking) yang memberatkan teknik
pengelasan ini untuk tujuan-tujuan perbaikan permanen. Pada perbaikan
elemen yang dapat dikatakan kurang penting, class sudah bisa menerimanya
sebagai permanen bersyarat yaitu bisa dianggap sebagai permanen asal
dalam inspeksi mendatang tidak ditemukan penurunan yang signifikan dari
kualitas pengelasan.
2.
diterima.
Kalaupun
pengelasan
ini
dipakai
biasanya
hanya
4.
5.
6.
7.
Karena kontak langsung dengan air, maka air di sekitar area pengelasan
menjadi mendidih dan terionisasi menjadi gas oksigen dan hidrogen.
Sebagian gas ini melebur ke area HAZ tapi sebagian besar lainnya akan
40
mengalir ke udara. Bila aliran ini tertahan, maka akan terjadi resiko ledakan
yang biasanya membahayakan penyelam.
Perusahaan pengeboran lepas pantai dan indusrti perkapalan adalah
konsumen terbesar terhadap jasa pengelasan bawah air ini. Mengingat
pengerjaan las bawah air tersebut rentan terhadap resiko kecelakaan terhadap
sang welder
kesetrum, gas tabung yang digunakan untuk mengelas didalam laut berpotensi
meledak, nitrogen yang digunakan untuk pengelasan bisa terhirup dan
bercampur dengan darah welder, hingga resiko karena factor alam bawah laut
( Arus pusaran air laut dan serangan ikan hiu). Resiko pekerjaan yang begitu
tinggi sebagai tukang las bawah laut tentunya berbanding lurus dengan hasil
atau sallary yang didapat.
Perlu diketahui, di Indonesia sendiri untuk mendapatkan pekerjaan seperti
ini tidaklah mudah, mereka harus memiliki sebuah ijin atau sertifikat dari
badan yang berwenang. Yaitu sebuah sertifikasi yang dikeluarkan oleh API
yaitu Asosiasi Pengelasan Indonesia atau biasa di kenal dengan (Indonesian
Welding Society). Selain itu yang tidak kalah penting juga sertifikasi sebagai
penyelam.
Lokasi pendidikan keahlian pengelasan di bawah air (welding under water)
pertama di Indonesia yang masih langka itu berada di Solo Techno Park.
Lembaga pendidikan yang didirikan Pemerintah Kota Surakarta didukung
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan itu bergerak khusus di bidang
pengelasan dengan standar internasional. Peserta pelatihan pengelasan bawah
air di STP dipatok dalam waktu 2-3 bulan sudah mahir dan bersertifikasi
underwater wet welding.
Tak sembarang orang boleh mengikuti pendidikan selama dua bulan itu.
Hanya mereka yang bisa berenang, lalu ikut pendidikan menyelam dan sudah
memiliki sertifikat menyelam yang boleh ikut pendidikan ini. Syarat itu harus
dipenuhi karena resiko pekerjaan tersebut sangat tinggi Materi pelatihan yang
diberikan meliputi teknik las umum, teknik dan konstruksi las bawah air,
salvage dan penyelaman serta pengelasan bawah air.
41
Teknologi
Tinggi
terdiri
dari
mesin
untuk
las
octogen,
MIG/MAC/TIG, electric (MMA) perlengkapan las bawah air (UW), mesin uji
radiografi, tensile test, impact, magnetic test, dye penetrant test dan X-ray test.
Disediakan pula kolam praktek bawah air berukuran 88 meter dengan
kedalaman 10 meter. Hingga kini, STP telah menghasilkan 80 tenaga ahli
pengelasan bawah air. Biaya pelatihan memang cukup tinggi yakni Rp 15 juta.
Namun biaya ini sepadan dengan pelatihan dan hasil yang didapatkan, karena
ahli pengelasan bawah air masih sangat dibutuhkan dan tergolong tenaga
mahal. Kebanyakan yang mengikuti pelatihan berasal dari berbagai perusahaan
shipyard di Semarang, Jakarta dan Surabaya. Sebelum ada STP, biasanya
mereka mengikuti pelatihan seperti ini di Qatar atau Thailand.
Biaya kursus pendidikan pengelasan bawah air selama dua bulan Rp 15 juta,
tetapi bila ditambah kursus menyelam sampai memiliki sertifikat menjadi Rp
18 juta. Namun, jangan melihat biaya yang harus dikeluarkan sebab ahli las
bawah air selalu menjadi rebutan konsumen yang biasanya bergerak di bidang
perkapalan dan pengeboran minyak di laut.
Pemecahan Masalah dari Underwater Welding
Meskipun ada beberapa kendala yang membuat pihak industri yang enggan
untuk memakai teknik pengelasan ini, sebenarnya terdapat beberapa usaha
perbaikan yang telah dilakukan, baik dalam teknik pengelasan maupun mutu
elektrodanya, yaitu
1.
42
3.
4.
Pemakaian thermit elektroda juga bisa digunakan. Elektroda jenis ini akan
memproduksi panas yang tinggi dan pemberian material las (weld metal)
yang sedikit sehingga mengurangi kecepatan pendinginan dari hasil
pengelasan oleh suhu di sekitarnya sehingga terjadi semacam proses post
welding heat treatment.
5.
BAB V
KOMPONEN PESAWAT LAS LISTRIK
A. Transformator Las
Sebagai pengubah tegangan pada pesawat las listrik dipergunakan
transformator las untuk las AC.
Penggunaan pesawat las ini mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu :
a. Keuntungan
Murah dan biaya pemeliharaan rendah
Efisiensi yang tinggi 80-90 %
Kebisingan rendah
Bobotnya relatif ringan
Busur listrik berdaya tiup kurang kuat
b. Kerugian
43
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Las listrik merupakan proses penyambungan logam dengan memanfaatkan
tenaga listrik sebagai sumber panasnya. Pengelasan dengan tenaga listrik
sebagai sumber energinya dibedakan menjadi dua, yaitu las tahanan listrik dan
las busur nyala listrik. Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang
dilakukan dengan jalan mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan
benda yang disambung. Kemudian dengan tekanan yang diberikan, kedua
bahan akan menyatu. Las busur nyala listrik adalah pengelasan dengan cara
mengubah arus listrik menjadi panas untuk melelehkan atau mencairkan
permukaan benda kerja dengan membangkitkan busur nyala listrik melalui
sebuah elektroda. Arus yang digunakan untuk pengelasan dapat berupa arus AC
maupun DC tergantung mesin las yang digunakan.
Bahan yang digunakan untuk las busur listrik yaitu elektroda. Elektroda
akan dialiri oleh arus listrik untuk menghasilkan nyala busur yang akan
melelehkan elektroda sampai habis. Jenis dan macam elektroda sangat banyak,
sehingga perlu pemilihan jenis elektroda dengan benar. Berdasarkan selaput
pelindungnya elektroda dibedakan menjadidua, yaitu elektroda polos dan
elektroda berselaput. Elektroda berselaput terdiri dari inti dan pelapis atau
fluks. Selaput pelindung akan terbakar dan menghasilkan gas CO2 yang
berfungsi untuk melindungi cairan las, busur listrik, dan sebagian benda kerja
dari udara luar. Udara luar mengandung oksigen yang dapat menyebabkan
terjadinya oksidasi sehingga akan mempengaruhi kekuatan mekanis hasil
pengelasan. Setiap elektroda mempunyai kode berupa huruf dan angka yang
sudah distandarkan.
Sebuah unit las busur listrik terdiri dari mesin las, kabel-kabel las,
penjepitatau klem, dan perlengkapan-perlengkapan pendukung. Mesin las yang
digunakan ada tiga, yaitu mesin las DC, mesin las AC, dan mesin las arus
45
ganda. Mesin las AC lebih sederhana karena pada mesin las inti tidak
diperlukan alat penyearah arus. Kabel las berfungsi untuk mengalirkan listrik.
Arus yang digunakan untuk pengelasan cukup besar, maka perlu diperhatikan
ukuran kabel yang sesuai. Ujung kabel las disambung dengan pemegang
elektroda. Pemegang elektroda juga berfungsi mengalirkan arus sehingga
pemegangan elektroda harus kokoh. Ujung kabel massa disambungkan dengan
klem massa, klem ini berfungsi untuk mengalirkan arus. Sambugan-sambungan
kabel dengan komponen-komponen mesin las harus kokoh agar mampu
mengalirkan arus dengan baik.
Penggunaan arus dan tegangan disesuaikan dengan kebutuhan pengelasan.
Arus yang digunakan cukup tinggi, sedangkan tegangan yang digunakan relatif
rendah. Hal ini bertujuan agar keselamatan kerja operator lasterjaga.
Penggunaan arus listrik sangat erat hubungannya dengan ukuran elektroda
yang digunakan. Besar kecilnya arus mempengaruhi hasil pengelasan.
Proses pengelasan diawali dengan penyalaan busur listrik kemudian diikuti
dengan gerakan elektroda. Ada tiga macam gerakan elektroda yang digunakan
selama pengelasan, yaitu gerakan turun, gerakan ayunan, dan gerakan keatas.
Gerakan turun berfungsi untuk menjaga nyala busur agar konstan, gerakan
ayunan berfungsi untuk mengatur lebar alur arus, dan gerakan keatas untuk
memperkecil alur arus las. Las titik diperlukan untuk menjaga benda kerja agar
tetap pada posisinya.
Kesalahan-kesalahan pengawasan yang mungkin terjadi perlu diketahui agar
proses pengelasan memperhatikan teknik-teknik yang benar dan pantanganpantangan yang harus diperhatikan. Kesalahan-kesalahan teknis harus dihindari
dengan pengetahuan yang cukup tentang teknik-teknik pengelasan yang benar.
Kesalahan operator juga dapat terjadi karena kemampuan pengelasan yang
minim. Hal ini tidak dibahas karena tergantung pada keahlian masing-masing
operator las.
Posisi pengelasan pasa las listrik ada empat yaitu posisi dibawah tangan,
posisi mendatar, posisi tegak, dan posisi di atas kepala. Posisi di bawah tangan
merupakan posisi yang sering digunakan. Belajar mengelas sebaiknya dimulai
dari posisi pengelasan di bawah tangan. Latihan dapat dimulai dengan latihan
penyalaan busur listrik dan latihan pembuatan rigi-rigi las. Untuk pengelasan
46
perlu diperhatikan bentuk sambungan dan jenis kampuh yang sesuai dengan
benda kerja.
B. Saran
Bagi pembaca setelah membaca dan memahami makalah ini semoga dapat
bermanfaat sehingga ketika kita mempraktekkanya kita sudah mengetahui
pengetahuan tentang teknik pengelasan listrik dan dapat meminimalisir
kesalahan dalam pengelasan.
DAFTAR PUSTAKA
Soedjono. 1985. Las Listrik. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset
Gatot Bintoro, A. 2000. Dasar-dasar las Listrik. Yogyakarta : Kanisius
Direktorat Pembinaan Pelatihan dan Produktifitas, Mengelas dengan Proses Las
Busur
Ridwan Dwi Jatmiko, Mpd.____,Teori Pengelasan Logam,[Pdf],
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/modul%20teori%20pengelasan.pdf,
diakses tanggal 29 September 2015 pukul 17.58 WIB)
47
RESUME
Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana pengaruh ukuran elektoda terhadap bentuk-bentuk kampuh ?
Dwi Noor Cahyo K2514027
2. Apakah kekurangan dan kelebihan elektoda karbon dan elektroda logam ?
Mahardika Angga K2514042
3. Bagaimana cara penyambungan dua benda yang berbeda (kandungan karbon) ?
Wahyu Rahmadi K2514069
Jawaban
1. Ukuran elektroda tidak berpengaruh terhadap bentuk-bentuk kampuh. Ukuran
elektoda berpengaruh terhadap ukuran kampuh yang dibuat. Selain itu, ukuran
elektroda berpengaruh terhadap pemilihan besar kecil arus dalam pengelasan.
2. Pada dasarnya keuntungan dan kelebihan elektoda karbon dan elektroda logam
adalah tergantung dari kegunaan dan pemakaiannya.
3. Cara pengelasan dua benda berbeda (kandungan karbon) yaitu mengatur
besarnya arus dengan mengambil rata-rata ampere kedua benda. Misalnya St.
40 menggunakan 100 amp sedangkan St.50 menggunakan 120 ampere maka
arus yang digunakan adalah 110.
48
150, 200, 300, 500, 750 dan 1000 Amp, hal ini mengikuti standard NEMA
(National Electrical Manufacturers Association).
Untuk keperluan pengelasan kecil (menggunakan tangan), digunakan arus
listrik sebesar 100 A atau lebih dari mesin arus bolak-balik (AC)
Umumnya logam non-besi dan berbagai paduan lain nya, tidak dapat di las
dengan peralatan mesin AC, karena memang keterbatasan kapasitas elektroda
nya (elektroda memang tidak dikembangkan untuk itu). Tetapi untuk benda
kerja yang berbentuk pelat tebal, akan lebih baik bila dilas dengan
menggunakan mesin AC, dimana elektrodanya berdiameter besar, tetapi perlu
ekstra hati-hati karena voltase nya yang sangat tinggi.
Mesin dengan arus DC, dapat menggunakan elektroda, baik dari jenis
logam, maupun dari jenis karbon, sebab polaritas nya dapat diganti-ganti sesuai
dengan elektroda yang digunakan. Bila arusnya AC,
polaritasnya dapat
berubah-ubah untuk setiap siklus, oleh karena itu, elektroda yang akan
digunakan pun harus dipilih dengan cermat, yakni elektroda yang dapat
berperasi pada dua polaritas tersebut.
50