TUGAS 1
Jawaban :
1. Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala
busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang
terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur
listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi
celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua
logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang
aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang
cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat
diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Butt Joint
Fillet (T) Joint
Corner Joint
Lap Joint
Edge Joint
1
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
500 ampere.Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan las. Untuk keperluan daya
besar diperlukan arus yang lebih besar pula, dan sebaliknya.
4. Elektroda atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan untuk melakukan pengelasan
listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur nyala.
2
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
TUGAS 2
1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan mesin las busur listrik arus AC?
2. Ada berapa elektroda logam yang digunakan dalam las listrik, sebutkan?
3. Apakah kegunaan transformator pada mesin las listrik?
4. Faktor yang mempengaruhi hasil pengelasan salah satunya adalah dari pengaturan amper mesin
las. Jelaskan apa yang terjadi bila pengaturan amper terlalu kecil?
Jawaban :
1. Kelebihan dan kekuranga mesin las AC:
Kelebihan Mesin Las listrik AC diantaranya :
Perlengkapan dan perawatan lebih murah.
Kabel massa dan kabel elektroda dapat ditukar untuk mempengaruhi yang dihasilkan.
Nyala busur kecil, sehingga mengurangi timbulnya keropos pada rigi-rigi las.
Kekurangan Mesin las listrik AC diantaranya :
Tidak dapat dipergunakan untuk semua jenis elektroda.
Tidak dapat dipergunakan untuk mengelas semua jenis logam.
2. Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis
tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak.
Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan
lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya
oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling
banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
3. Fungsi transformator adalah untuk menyalurkan energi listrik ke tegangan rendah maupun ke
tegangan tinggi, penyaluran ini berlangsung dalam frekuensi yang sama. Fungsi ini juga dikenal
pula sebagai istilah step up dan step down.
4. Bila arus yang dipakai terlalu rendah / kecil, maka akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur
listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil.
3
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
TUGAS 3
Jawaban :
1. Las Arc welding adalah proses pengelasan yang digunakan untuk menyambungkan logam
dengan logam dengan menggunakan energi listrik yang cukup panas untuk melelehkan logam.
Jenis pengelasan ini menggunakan power supply pada mesin las untuk menciptakan busur listrik
antara sebuah elektroda dan dasar materi untuk melelehkan logam pada titik las.
Teknik ini bisa menggunakan direct current (DC) atau alternating current (AC) dan elektroda
consumable atau non-consumable. Wilayah las biasanya dilindungi oleh sejenis gas pelindung.
Proses arc welding bisa manual, semi otomatis atau sepenuhnya otomatis.
2. Las Shielded Metal Arc Welding (SMAW) adalah sebuah proses penyambungan logam yang
menggunakan energi panas untuk mencairkan benda kerja dan elektroda (bahan pengisi). Energi
panas pada proses pengelasan SMAW dihasilkan karena adanya lompatan ion (katoda dan anoda)
listrik yang terjadi pada ujung elektroda dan permukaan material. Pada proses pengelasan
SMAW jenis pelindung yang digunakan adalah selaput flux yang terdapat pada elektroda. Flux
pada elektroda SMAW berfungsi untuk melindungi logam las yang mencair saat proses
pengelasan berlangsung. Flux ini akan menjadi slag ketika sudah padat.
Perbedaan antara las SMAW dengan Arc Welding
3. Las SMAW ini ada dua macam yaitu AC (Arus bolak balik) dan DC (Arus searah).
Proses terjadinya pengelasan ini karena adanya kontak antara ujung elektroda dan material dasar
sehingga terjadi hubungan pendek, saat terjadi hubungan pendek tersebut tukang las (welder)
harus menarik elektroda sehingga terbentuk busur listrik yaitu lompatan ion yang menimbulkan
panas.
Panas akan mencairkan elektroda dan material dasar sehingga cairan elektrode dan cairan
material dasar akan menyatu membentuk logam lasan (weld metal). Untuk menghasilkan busur
yang baik dan konstan tukang las harus menjaga jarak ujung elektroda dan permukaan material
dasar tetap sama. Adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan 1,5 x diameter elektroda
yangdipakai.
Pada mesin las Sheilded Metal Arc Welding (SMAW) arus DC terdapat dua polaritas yaitu:
Polaritaslurus(DCSP)
4
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Polaritasbalik(DCRP)
4. Las Electric Resistance welding (ERW) adalah metode pengelasan logam yang menggunakan
prinsip tahanan listrik sebagai sumber panasnya. pengelasn dengan metode ini , permukaan yang
akan disambung ditekan satu sama lainnya dan saat bersamaan arus listrik dialirkan. Kemudian
pada kedua permukaan yang disentuhkan muncul hambatan atau tahanan ketika arus listrik
dialirkan dan kedua permukaan menjadi panas dan kemudian mencair.
Las resistansi listrik dibagi menjadi dua, yaitu sambungan tumpang dan sambungan tumpul.
Las Resistansi Listrik Tumpang
Umumnya sambungan tumpang dilakukan untuk pengelasan pelat tipis. Metoda Sambungan
tumpang dibagi menjadi dua yaitu las resistansi tumpang garis dan las resistansi titik .
Seam Resistance Welding. Pada las resistansi tumpang garis, sepasang roda terbuat dari paduan
tembaga berfungsi sebagai penekan dan kawat las yang mengalirkan arus. Selama proses
pengelasan, roda kawat las ini menekan pelat yang akan disambung dan bergerak sepanjang garis
las. Daerah kontak kedua pelat memiliki tahanan yang tinggi, sehingga terjadi panas dan mencair,
kemudian dengan tekanan dari roda kawat las kedua pelat tersambung. Prinsip pengelasan ini
sama dengan las resistansi titik, namun las resistansi tumpang garis memerlukan arus antara 1,5
sampai 2,0 kali lebih tinggi dari las resistansi titik. Juga membutuhkan tekanan antara 1,2 sampai
1,6 kali lebih besar dari las resistansi titik.
Spot Resistance Welding. Pada las resistansi titik, pelat yang akan disambung dijepit pada tempat
sambungan dengan sepasang kawat las dan kemudian dialiri arus listrik yang cukup besar dalam
waktu yang singkat. Arus listrik di antara kedua kawat las mengalir melalui pelat yang dijepit.
Pada daerah kontak antara kedua pelat muncul hambatan atau tahanan yang relative besar. Pada
daerah kontak ini timbul panas dan menyebabkan pelat yang bersentuhan mencair, sedangkan
gaya tekan menyebabkan kedua pelat tersambung.Pada daerah kontak antara eletroda dan pelat
juga terjadi panas akibat adanya tahanan listrik, namun tidak sampai mencairkan pelat, karena
ujung kawat las didinginkan dengan air.
Las Resistansi Tumpul
Pada umunya sambungan tumpul untuk menyambung logam yang berbentuk seperti batang atau
dalam pembuatan pipa. Ujung logam yang akan disambung disentuhkan dengan tekanan tertentu,
kemudian dialiri arus listrik. Sama denganproses las resistansi titik dan las resistansi tumpang,
dikedua permukaan yang bersentuhan akan timbul hambatan atau tahanan yang besar ketika
dialiri arus listrik. Tahanan yang besar mengakibatkan panas dan logam mencair. Dan gaya tekan
menyebabkan terjadinya sambungan. Las tumpul dibagi menjadi dua metoda yaitu las tumpul
lantak dan las tumpul tekan.
Flash Butt Welding. Pada las tumpul lantak batang yang akan disambung disentuhkan dengan
gaya tekan yang rendah sehingga menyebabkan terjadinya busur listrik dibeberapa tempat dan
menaikkan temperature logam setempat. Kegiatan ini berulang-ulang sehingga tercapai
temperature yang tinggi dan merata pada kedua logam. Kemudian kedua batang yang akan
disambung diberi gaya tekan yang besar sampai terjadi penyambungan.
Resistance Butt Welding. Pada las tumpul tekan, pertama bersihkan dahulu permukaan logam
yang akan disambung. Kemudian kedua logam dikontakkan dengan gaya tekan yang tinggi. Arus
listrik yang dialirkan menyebabkan daerah kontak menjadi panas dan mencair. Gaya tekan yang
diberikan menyebabkan kedua logam menjadi tersambung. Pada pengelasan ini tidak terbentuk
busur listrik, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai panas dan
pencairan logam. Sehingga menyebabkan mutu pengelasann relatif rendah dibanding dengan
metoda las tumpul lantak.
5
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
6
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
TUGAS 4
Jawaban :
1. Proses Tungsten Inert Gas (TIG) adalah pengelasan dengan memakai busur nyala dengan
tungsten / elektroda yang terbuat dari wolfram, sedangkan bahan penambahnya menggunakan
bahan yang sama atau sejenis dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas
kekal (inert) 99% Argon (Ar) murni.
2. Proses Metal Inert Gas (MIG) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan dari busur
nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di las dan metal penambah. Sebagai
pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG
digunakan untuk mengelas besi atau baja.
3. Proses Flux Cored Arc Welding (FCAW) adalah proses pengelasan yang menggunakan sember
panas yang berasal dari energi listrik yang dikonfersi menjadi sumber panas pada busur listrik,
pada pengelasan FCAW ini jenis pelindung yang digunakan adalah flux atau serbuk yang berada
di inti kawat las (kawat las digulung dalam sebuah roll). Selain flux, FCAW juga menggunakan
gas pelindung untuk melindungi logam las yang mencair saat proses pengelasan berlangsung.
Las FCAW (Flux Cored Arc Welding) mempunyai dua tipe yang dibedakan menurut jenis
perlindungan yang digunakan yaitu Self Shielding dan Gas Shielding. Self Shielding FCAW
adalah proses pengelasan FCAW yang menggunakan flux yang berada di inti kawat las untuk
melindungi logam las saat mencair. Sedangkan Gas Shielding FCAW adalah proses pengelasan
FCAW yang menggunakan flux dan tambahan gas yang berasal dari luar sistem atau gas dari
tabung.
4. Proses Pengelasan Bawah Air adalah proses pengelasan yang dilakukan didalam air,
penerapannya terutama pada bidang perkapalan ataupun perbaikan instalasi eksplorasi lepas
pantai. Proses pengelasan bawah air merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
mereparasi atau memperbaiki kerusakan yang terjadi pada badan kapal, bangunan lepas pantai,
penyambungan pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainya yang
terendam air.
7
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
TUGAS 5
1. Jelaskan proses Under Water Welding ( Las Bawah Air ), lengkapi dengan gambar !
2. Jelaskan proses Flux Core Arc Welding (FCAW), lengkap dengan gambar !
Jawaban :
1. Proses Pengelasan Bawah Air adalah proses pengelasan yang dilakukan didalam air,
penerapannya terutama pada bidang perkapalan ataupun perbaikan instalasi eksplorasi lepas
pantai. Proses pengelasan bawah air merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
mereparasi atau memperbaiki kerusakan yang terjadi pada badan kapal, bangunan lepas pantai,
penyambungan pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainya yang
terendam air.
2. Proses Flux Cored Arc Welding (FCAW) adalah proses pengelasan yang menggunakan sember
panas yang berasal dari energi listrik yang dikonfersi menjadi sumber panas pada busur listrik,
pada pengelasan FCAW ini jenis pelindung yang digunakan adalah flux atau serbuk yang berada
di inti kawat las (kawat las digulung dalam sebuah roll). Selain flux, FCAW juga menggunakan
gas pelindung untuk melindungi logam las yang mencair saat proses pengelasan berlangsung.
8
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Las FCAW (Flux Cored Arc Welding) mempunyai dua tipe yang dibedakan menurut jenis
perlindungan yang digunakan yaitu Self Shielding dan Gas Shielding. Self Shielding FCAW
adalah proses pengelasan FCAW yang menggunakan flux yang berada di inti kawat las untuk
melindungi logam las saat mencair. Sedangkan Gas Shielding FCAW adalah proses pengelasan
FCAW yang menggunakan flux dan tambahan gas yang berasal dari luar sistem atau gas dari
tabung.
9
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
TUGAS 6
Jawaban :
1. Las Electric Resistance welding (ERW) adalah metode pengelasan logam yang menggunakan
prinsip tahanan listrik sebagai sumber panasnya. pengelasan dengan metode ini permukaan yang
akan disambung ditekan satu sama lainnya dan saat bersamaan arus listrik dialirkan. Kemudian
pada kedua permukaan yang disentuhkan muncul hambatan atau tahanan ketika arus listrik
dialirkan dan kedua permukaan menjadi panas dan kemudian mencair.
Las resistansi listrik dibagi menjadi dua, yaitu sambungan tumpang dan sambungan tumpul.
Las Resistansi Listrik Tumpang
Umumnya sambungan tumpang dilakukan untuk pengelasan pelat tipis. Metoda Sambungan
tumpang dibagi menjadi dua yaitu las resistansi tumpang garis dan las resistansi titik .
Seam Resistance Welding. Pada las resistansi tumpang garis, sepasang roda terbuat dari paduan
tembaga berfungsi sebagai penekan dan kawat las yang mengalirkan arus. Selama proses
pengelasan, roda kawat las ini menekan pelat yang akan disambung dan bergerak sepanjang garis
las. Daerah kontak kedua pelat memiliki tahanan yang tinggi, sehingga terjadi panas dan mencair,
kemudian dengan tekanan dari roda kawat las kedua pelat tersambung. Prinsip pengelasan ini
sama dengan las resistansi titik, namun las resistansi tumpang garis memerlukan arus antara 1,5
sampai 2,0 kali lebih tinggi dari las resistansi titik. Juga membutuhkan tekanan antara 1,2 sampai
1,6 kali lebih besar dari las resistansi titik.
Spot Resistance Welding. Pada las resistansi titik, pelat yang akan disambung dijepit pada tempat
sambungan dengan sepasang kawat las dan kemudian dialiri arus listrik yang cukup besar dalam
waktu yang singkat. Arus listrik di antara kedua kawat las mengalir melalui pelat yang dijepit.
Pada daerah kontak antara kedua pelat muncul hambatan atau tahanan yang relative besar. Pada
daerah kontak ini timbul panas dan menyebabkan pelat yang bersentuhan mencair, sedangkan
gaya tekan menyebabkan kedua pelat tersambung.Pada daerah kontak antara eletroda dan pelat
juga terjadi panas akibat adanya tahanan listrik, namun tidak sampai mencairkan pelat, karena
ujung kawat las didinginkan dengan air.
Las Resistansi Tumpul
Pada umunya sambungan tumpul untuk menyambung logam yang berbentuk seperti batang atau
dalam pembuatan pipa. Ujung logam yang akan disambung disentuhkan dengan tekanan tertentu,
kemudian dialiri arus listrik. Sama denganproses las resistansi titik dan las resistansi tumpang,
dikedua permukaan yang bersentuhan akan timbul hambatan atau tahanan yang besar ketika
dialiri arus listrik. Tahanan yang besar mengakibatkan panas dan logam mencair. Dan gaya tekan
menyebabkan terjadinya sambungan. Las tumpul dibagi menjadi dua metoda yaitu las tumpul
lantak dan las tumpul tekan.
Flash Butt Welding. Pada las tumpul lantak batang yang akan disambung disentuhkan dengan
gaya tekan yang rendah sehingga menyebabkan terjadinya busur listrik dibeberapa tempat dan
menaikkan temperature logam setempat. Kegiatan ini berulang-ulang sehingga tercapai
10
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
temperature yang tinggi dan merata pada kedua logam. Kemudian kedua batang yang akan
disambung diberi gaya tekan yang besar sampai terjadi penyambungan.
Resistance Butt Welding. Pada las tumpul tekan, pertama bersihkan dahulu permukaan logam
yang akan disambung. Kemudian kedua logam dikontakkan dengan gaya tekan yang tinggi. Arus
listrik yang dialirkan menyebabkan daerah kontak menjadi panas dan mencair. Gaya tekan yang
diberikan menyebabkan kedua logam menjadi tersambung. Pada pengelasan ini tidak terbentuk
busur listrik, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai panas dan
pencairan logam. Sehingga menyebabkan mutu pengelasann relatif rendah dibanding dengan
metoda las tumpul lantak.
Resistance spot welding (RSW) adalah proses resistance welding di mana penyambungan benda
kerjanya menggunakan jenis sambungan lap joint dengan las berupa titik. Las berupa titik
tersebut dihasilkan dari dua buah elektroda yang saling berlawanan. Ujung elektroda pada RSW
memengaruhi ukuran dan bentuk titik las. Bentuk elektroda yang paling sering dijumpai adalah
lingkaran. Namun ada pula beberapa bentuk yang dapat digunakan seperti segi enam, segi empat,
dll. Material elektroda yang digunakan pada RSW dibagi dalam dua kelompok yaitu: (1) paduan
tembaga dan (2) kombinasi logam tahan panas seperti tembaga dengan tungsten.
Tahapan Proses Resistance Spot Welding
Gambar 2. Salah Satu Jenis RSW: Rocker Arm Spot Welding Machine
Resistance seam welding adalah pengelasan dengan elektroda berbentuk roda yang berputar
sehingga menghasilkan las yang panjang, sepanjang sambungan pada benda kerja. Jenis
sambungan yang digunakan pada proses RSEW adalah lap joint. Secara teknis RSEW mirip
dengan resistance spot welding (resistance spot welding menggunakan elektroda berbentuk stick).
Pengelasan dengan RSEW memerlukan pengikatan/penguncian benda kerja pada posisinya
supaya mengurangi distorsi.
pada roda tersebut. Variasi pemberian aliran arus listrik yang diberikan terbagi dalam tiga jenis
yaitu: pemberian arus listrik dengan frekuensi pemberhentian normal, pemberian arus listrik
dengan frekuensi pemberhentian agak lama, dan pemberian arus listrik secara kontinu serta
konstan (tanpa pemberhentian). Variasi aliran arus listrik tersebut menghasilkan sambungan yang
berbeda-beda. Frekuensi pemberhentian normal menghasilkan overlapping weld spot (dikenal
dengan sambungan konvensional). Frekuensi pemberhentian agak lama menghasilkan las titik
yang individual (prosesnya dikenal dengan istilah roll spot welding). Dan pemberian arus listrik
secara kontinu serta konstan menghasilkan sambungan yang kontinu.
Metode pengelasan dengan gerakan intermiten, metode ini dilakukan dengan putaran roda
elektroda yang secara periodik berhenti untuk membuat las titik.
Gambar 2. Jenis-jenis Sambungan yang Dihasilkan RSEW: (a) Sambungan konvensional, (b)
Roll spot welding, dan (c) Sambungan kontinu
Resistance projection welding merupakan proses pengelasan di mana penggabungan terjadi pada
satu atau lebih titik kontak kecil yang berada pada komponen atau benda kerja. Titik kontak
tersebut diperoleh dari rancangan benda kerja yang akan dilas dan bisa terdiri dari tonjolan
(projection), timbulan, atau perpotongan lokal pada benda kerja. Konsep pengelasan ini termasuk
murah.
Ada beberapa variasi dari resistance projection welding. Salah satu variasi tersebut adalah cross-
wire welding. Cross-wire welding biasanya digunakan untuk membuat pagar kawat, jaring-jaring
kawat, dan alat pemanggang.
Flash welding merupakan proses pengelasan di mana benda kerja disambung secara butt joint.
Kedua permukaan benda kerja yang akan disambung didekatkan (belum sampai menempel),
selanjutnya arus listrik diberikan kepada kedua benda kerja tersebut. Karena masih ada celah
antara kedua benda kerja, maka terjadi hambatan pada aliran arus listrik tersebut. Aliran arus
listrik yang terhambat akan meningkatkan suhu benda kerja hingga titik cair. Selanjutnya kedua
permukaan benda kerja yang panas/cair tersebut ditempelkan dan ditekan bersamaan sehingga
terjadi penyambungan.
Proses ini bernama flash welding karena pada saat terjadi pemanasan akibat hambatan arus
listrik, beberapa busur (arc) terbentuk. Terbentuknya busur disebut sebagai flashing. Karena
terjadi busur, terkadang flash welding juga diklasifikasikan ke dalam kelompok arc welding.
14
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Upset welding (UW) mirip dengan flash welding. Bedanya adalah pada UW permukaan benda
kerja yang akan dilas, ditekan secara bersamaan dengan proses pemanasan. Pada proses flash
welding, pemanasan benda kerja dan penekanan/penempelan benda kerja dilakukan secara
terpisah. Panas pada UW terjadi akibat hambatan listrik. Karena benda kerja langsung
ditekan/ditempel, pada UW tidak terjadi busur (arc). Ketika panas mencapai suhu yang cocok,
penekanan pada benda kerja ditingkatkan sehingga penggabungan dapat terjadi.
15
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
benda kerja. Pemanasan yang bersifat lokal membuat proses PEW menarik untuk diterapkan pada
bidang elektronik di mana dimensinya sangat kecil dan sensitif terhadap panas.
High-frequency resistance welding (HFRW) adalah proses resistance welding yang menggunakan
arus listrik berfrekuensi tinggi untuk memanaskan benda kerja. Pemanasan benda kerja diikuti
dengan gaya penekanan untuk menggabungkan benda kerja. Frekuensi yang digunakan antara 10
hingga 500 kHz.
4. Pada pembuatan pipa baja ERW digunakan arus frekuensi tinggi karena dengan
mengkonsentrasikannya pada permukaan yang akan disambung melalui dua probes yang
membuat kontak ringan dengan bagian sambungan sehingga arus yang diperlukan lebih kecil dan
kontak listriknya juga lebih kecil. Dengan meningkatkan frekuensi arus yang diberikan hingga
16
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
450 Hz dan meningkatkan voltage dari satuan menjadi puluhan lalu hal ini diteruskan dengan
proses yang disebut high-frequency resistance welding (HFRW).
Peranan frekuensi tersebut terhadap sambungan pipa yaitu membuat kontak ringan antara probes
dengan bagian sambungan, sehingga arus yang diperlukan lebih kecil begitu pula dengan kontak
listrik.
TUGAS 7
17
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Jawaban :
1. Solid-state welding adalah kelompok pengelasan dengan penggabungan yang diperoleh dari
pemberian tekanan saja atau pemberian panas diikuti dengan tekanan pada kedua benda kerja
yang ingindigabung. Solid-state welding selalu memerlukan tekanan. Apabila hanya
menggunakan panas lalu ditempelkan, akan sulit untuk terjadi penggabungan. Proses solid-state
welding juga tidak menggunakan logam filler.
Dalam sebagian besar solid-state welding, ikatan metalurgi terbuat dengan kecil/sedikit atau tidak
terjadi pencairan pada benda kerja. Untuk mengikat logam secara metalurgi, kedua benda kerja
harus didekatkan/dihubungkan sehingga gaya cohesive atomic-nya saling menarik satu sama lain.
Permukaan benda kerja yang akan ditempelkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Permukaan
tersebut harus bersih dari lapisan tipis kimia, gas, minyak, dll. Kebersihan benda kerja sangatlah
penting untuk membiarkan terjadinya ikatan metalurgi.
18
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Forge welding merupakan teknologi manufaktur yang bersejarah. Proses ini digunakan sekitar
1000 tahun sebelum masehi, ketika pandai besi zaman dahulu belajar untuk menggabungkan
dua buah logam. Forge welding adalah proses pengelasan di mana benda kerja yang akan
disambung dipanaskan menuju temperatur kerja lalu ditempa bersamaan dengan
menggunakan palu. Forge welding tergolong dalam kelompok solid-state welding.
Keterampilan yang baik sangat dibutuhkan oleh pandai besi supaya bisa memperoleh las yang
baik sesuai standar yang ada sekarang. Saat ini penggunaan forge welding sangatlah kecil dan
kurang berarti dibandingkan dengan proses solid-state welding lainnya.
Cold welding (CW) adalah proses pengelasan solid-state yang dilakukan dengan memberikan
tekanan tinggi diantara dua permukaan benda kerja yang saling kontak (yang akan
disambung). Tekanan tinggi proses CW dilakukan pada suhu ruang. Kedua permukaan benda
kerja yang akan ditempelkan juga harus bersih. Ketika tekanan diberikan, tekanan tersebut
mereduksi ketebalan benda kerja hingga 50%. Di samping itu, tekanan tersebut juga
menyebabkan deformasi plastis lokal. Deformasi dapat meningkatkan suhu benda kerja dan
menghasilkan sambungan pada permukaan kontak.
Pada cold welding, salah satu benda kerja yang akan disambung harus bersifat sangat ductile
dan dapat di-hardening. Meskipun cukup salah satu saja benda kerja yang bersifat ductile, tapi
pada praktiknya kedua benda kerja dengan sifat ductile lebih disukai. Logam yang dapat
disambung dengan cold welding antara lain seperti aluminium lunak dan tembaga lunak.
19
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Roll welding (ROW) adalah salah satu jenis pengelasan solid-state di mana tekanan yang
digunakan untuk penggabungan berasal dari dua buah roll atau lebih. Ketika benda kerja di-
roll, anda bisa menggunakan panas dari luar maupun tidak menggunakan panas dari luar. Jika
tidak ada panas dari luar yang diberikan, prosesnya disebut cold-roll welding. Sedangkan bila
panas diberikan, prosesnya disebut hot-roll welding. Oleh karena itu roll welding merupakan
variasi dari forge welding maupun cold welding.
Diffusion welding (DFW) adalah proses pengelasan solid-state yang dihasilkan dari pemberian
panas dan tekanan supaya terjadi difusi serta penggabungan. Proses tersebut biasanya dilakukan
20
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
dengan atmosfer yang terkontrol dan waktu yang tepat untuk membiarkan difusi serta
penggabungan terjadi. Temperatur yang digunakan sebaiknya di bawah titik cair dari logam
benda kerja dan deformasi plastis yang terjadi pada permukaan benda kerja sebaiknya minimal.
Mekanisme penggabungan pada diffusion welding terjadi dalam bentuk padat, di mana atom
berpindah dan saling menyeberang di antara dua permukaan benda kerja yang saling kontak.
Pengelasan ini terkadang menggunakan lapisan bahan tambah yang diletakkan di antara dua
benda kerja yang akan disambung (seperti roti isi).
Explosion welding (EXW) adalah jenis pengelasan solid-state di mana terjadi penggabungan
cepat pada dua permukaan logam yang disebabkan oleh energi ledakan bahan peledak. EXW
tidak menggunakan bahan tambah (filler metal). Proses EXW tidak menggunakan panas dari luar.
Pada proses ini, tidak ada difusi yang terjadi. Waktu penggabungan terlalu pendek untuk terjadi
difusi. Ikatan yang terjadi pada EXW berupa ikatan secara metalurgi. Dalam banyak kasus,
explosion welding juga dikombinasikan dengan sambungan mekanis yang dihasilkan dari
permukaan benda kerja yang bergelombang.
21
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Friction welding adalah proses pengelasan solid-state di mana penggabungan diperoleh dari
kombinasi panas akibat gesekan dan tekanan. Gesekan biasanya terjadi pada dua permukaan
benda kerja yang berputar relatif satu dengan yang lain untuk meningkatkan suhu kedua
permukaan benda kerja tersebut. Suhu yang dicapai biasanya berkisar antara suhu pengerjaan
panas. Kedua benda kerja selanjutnya didekatkan dengan gaya yang pas untuk membentuk ikatan
secara metalurgi.
Friction welding normalnya tidak menggunakan bahan tambah (filler). Pengelasan ini juga tidak
memerlukan flux. Selain itu FRW juga tidak menggunakan gas pelindung (shielding gas) serta
tidak terjadi pencairan benda kerja.
Friction stir welding (FSW) adalah proses pengelasan solid-state di mana sebuah tool yang
berputar dimakankan sepanjang garis sambungan antara dua benda kerja. Tool yang berputar
dan dimakankan pada garis sambungan tersebut menghasilkan panas serta secara mekanis
menggerakkan (stirring; bentuk dasar: stir, sehingga diberi nama friction stir welding) logam
untuk membentuk sambungan las. Perbedaan friction stir welding dengan friction welding
adalah pada friction stir welding panas gesekan dihasilkan oleh tool tahan aus, sedangkan pada
friction welding berasal dari benda kerja yang akan disambung itu sendiri.
22
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Ultrasonic welding (USW) adalah jenis pengelasan solid-state di mana dua benda kerja
ditahan/dijepit bersamaan dan diberi getaran berfrekuensi ultrasonic supaya terjadi
penggabungan. Gerak dari getaran melewati celah antara dua benda kerja yang dijepit secara lap
joint. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kontak dan ikatan metalurgi yang kuat antara
kedua permukaan benda kerja. Panas pada proses USW dihasilkan dari gesekan antar
permukaan benda kerja dan deformasi plastis. Suhu panas tersebut berada di bawah titik cair
benda kerja.
23
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Ultrasonic welding tidak memerlukan bahan tambah (filler). Flux juga tidak digunakan pada
USW. Proses pengelasan ini juga tidak memerlukan gas pelindung. Proses ultrasonic welding
secara khas menggunakan sambungan lap (lap joint). Frekuensi yang digunakan adalah 15
sampai 75 kHz, dengan amplitudo 0,018 sampai 0,13 mm.
4. Cold welding (CW) adalah proses pengelasan solid-state yang dilakukan dengan memberikan
tekanan tinggi diantara dua permukaan benda kerja yang saling kontak (yang akan disambung).
Tekanan tinggi proses CW dilakukan pada suhu ruang. Kedua permukaan benda kerja yang akan
ditempelkan juga harus bersih. Ketika tekanan diberikan, tekanan tersebut mereduksi ketebalan
benda kerja hingga 50%. Di samping itu, tekanan tersebut juga menyebabkan deformasi plastis
lokal. Deformasi dapat meningkatkan suhu benda kerja dan menghasilkan sambungan pada
permukaan kontak.
Pada cold welding, salah satu benda kerja yang akan disambung harus bersifat sangat ductile dan
dapat di-hardening. Meskipun cukup salah satu saja benda kerja yang bersifat ductile, tapi pada
praktiknya kedua benda kerja dengan sifat ductile lebih disukai. Logam yang dapat disambung
dengan cold welding antara lain seperti aluminium lunak dan tembaga lunak.
24
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
TUGAS 8
Jawaban :
1. Solid-state welding adalah kelompok pengelasan dengan penggabungan yang diperoleh dari
pemberian tekanan saja atau pemberian panas diikuti dengan tekanan pada kedua benda kerja
25
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
yang ingin digabung. Solid-state welding selalu memerlukan tekanan. Apabila hanya
menggunakan panas lalu ditempelkan, akan sulit untuk terjadi penggabungan. Proses solid-state
welding juga tidak menggunakan logam filler.
Dalam sebagian besar solid-state welding, ikatan metalurgi terbuat dengan kecil/sedikit atau tidak
terjadi pencairan pada benda kerja. Untuk mengikat logam secara metalurgi, kedua benda kerja
harus didekatkan/dihubungkan sehingga gaya cohesive atomic-nya saling menarik satu sama lain.
Permukaan benda kerja yang akan ditempelkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Permukaan
tersebut harus bersih dari lapisan tipis kimia, gas, minyak, dll. Kebersihan benda kerja sangatlah
penting untuk membiarkan terjadinya ikatan metalurgi.
3. Solid state welding digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan di bidang forge welding, cold welding,
roll welding, hot pressure welding diffusion welding, explosion welding, friction welding dll.
26
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
TUGAS 9
Jawaban :
1. Solid-state welding adalah kelompok pengelasan dengan penggabungan yang diperoleh
dari pemberian tekanan saja atau pemberian panas diikuti dengan tekanan pada kedua benda kerja
27
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
yang ingin digabung. Solid-state welding selalu memerlukan tekanan. Apabila hanya
menggunakan panas lalu ditempelkan, akan sulit untuk terjadi penggabungan. Proses solid-state
welding juga tidak menggunakan logam filler.
Dalam sebagian besar solid-state welding, ikatan metalurgi terbuat dengan kecil/sedikit atau tidak
terjadi pencairan pada benda kerja. Untuk mengikat logam secara metalurgi, kedua benda kerja
harus didekatkan/dihubungkan sehingga gaya cohesive atomic-nya saling menarik satu sama lain.
Permukaan benda kerja yang akan ditempelkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Permukaan
tersebut harus bersih dari lapisan tipis kimia, gas, minyak, dll. Kebersihan benda kerja sangatlah
penting untuk membiarkan terjadinya ikatan metalurgi.
3. Solid state welding digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan di bidang forge welding, cold
welding, roll welding, hot pressure welding diffusion welding, explosion welding, friction
welding dll.
TUGAS 10
Jawaban :
1. Submerged arc welding (SAW) adalah proses pengelasan yang menggunakan elektroda
terkonsumsi secara kontinu dan menggunakan pelindung las yang disediakan oleh butir-butir
29
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
flux. Proses SAW dikembangkan pada tahun 1930an dan menjadi proses arc welding otomatis
yang pertama.
Proses otomatis terjadi pada pemakanan elektroda yang disuplai oleh lilitan elektroda. Pada
proses ini flux dijatuhkan ke area pengelasan menggunakan bantuan hopper dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Selanjutnya flux tersebut tertimbun secara menyeluruh sehingga
mencegah percikan las, spatter, dan radiasi yang berbahaya. Flux di dekat busur kemudian cair
dan tercampur dengan cairan logam untuk menghilangkan kotoran serta memadat pada bagian
atas sambungan las. Flux yang memadat di atas las tersebut membentuk slag yang mirip
menyerupai kaca. Slag dan sisa flux yang tidak tercampur melindungi logam las dari atmosfer
dengan sangat baik. Selain itu slag dan flux tersebut juga mengisolasi panas dari area las. Panas
yang terisolasi menyebabkan pendinginan relatif lambat sehingga diperoleh kualitas sambungan
las yang baik (tough dan ductile). Sisa-sisa flux yang tidak tercampur tadi selanjutnya disedot
kembali ke penampungan flux dan dapat dimanfaatkan kembali.
2. Electroslag welding (ESW) secara prinsip dan aplikasi mirip dengan electrogas welding (EGW),
di mana pengelasan dilakukan secara vertikal ke atas dengan satu kali jalan (single pass). Sama
halnya dengan EGW, ESW digunakan untuk mengelas sambungan butt secara otomatis dengan
bantuan mesin. Perbedaan utama ESW dengan EGW yaitu proses ESW diawali dengan
30
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
pembentukan busur (arc) antara ujung elektroda dan bagian bawah benda kerja yang akan dilas.
Setelah busur terbentuk, flux ditambahkan dan mencair akibat panas dari busur. Setelah cairan
slag mencapai ujung dari elektroda, busur tadi menjadi padam. Selanjutnya panas secara kontinu
diproduksi oleh hambatan listrik dari cairan slag.
Pada electroslag welding, busur hanya digunakan ketika awal pengelasan saja (setelah itu
padam). Karena busur yang padam, ESW pada hakikatnya bukan merupakan proses pengelasan
busur (arc welding). Gambar berikut menunjukkan electroslag welding.
Gambar 1. Electroslag
Welding
ESW dapat anda jumpai pada proses pengelasan struktur baja berpenampang besar
seperti jembatan, kapal, tabung reaktor nuklir, tangki minyak, dan mesin-mesin berat.
3. Elektroda terbungkus terdiri dari kawat logam sebagai penghantar arus listrik ke busur dan
sekaligus sebagai bahan pengisi (filler). Kawat ini dibungkus dengan bahan fluks. Biasanya
dipakai arus listrik yang tinggi (10-500 A) dan potensial yang rendah (10-50).
Selama pengelasan fluks mencair dan membentuk terak (slag) yang berfunugsi sebagai lapisan
pelindung logam las terhadap udara sekitarnya. Fluks juga menghasilkan gas yang bisa
melindungi butiran-butiran logam cair yang berasal dari ujung elektroda yang mencair dan jatuh
ke tempat sambungan.
Untuk mencegah oksidasi (reaksi dengan zat asam O2), bahan elektroda dilindungi dengan
selapis zat pelindung (fluks atau slag) yang sewaktu pengelasan ikut mencair. Tetapi hubungan
berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, maka cairan fluks tersebut
mengapung diatas metal tersebut, sekaligus mengisolasi metal untuk mengoksidasi dengan udara
luar dan sewaktu membeku fluks juga ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi
oksidasi.
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan membentuk
butiran yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik yang besar
31
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus. Sebaliknya bila arusnya kecil maka
butirannya menjadi besar.
Sedangkan elektroda continue adalah elektroda yang terlihat dari cara kerjanya secara otomatis
didalam proses pengelasan.
4.
TUGAS 11
Jawaban :
1. Pengerjaan panas pada logam merupakan proses deformasi pada logam yang dilakukan pada
kondisi temperatur dan laju regangan tertentu sehingga proses deformasi dan proses recovery
terjadi secara bersamaan. Proses deformasi di lakukan di atas temperatur rekristalisasi. Pada
temperatur ini, pengerasan regangan dan struktur butir yang terdeformasi akan segera tergantikan
32
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
dengan struktur baru yang bebas regangan. Atau secara singkat pengerjaan panas dapat di
definisikan sebagai proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan (T proses: T cair > 0,5),
volume benda kerja tetap dan tak adanya geram (besi halus sisa proses).
Forging
Pipe welding
Hot drawing
33
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Ekstrusi
Hot spining
4. Forging atau penempaan adalah proses deformasi di mana benda kerja ditekan di antara dua die
(cetakan). Penekanan dapat dilakukan dengan tekanan kejut atau tekanan berangsur-angsur
(perlahan). Proses penekanan tersebut akan menghasilkan bentuk benda kerja yang sesuai dengan
apa yang diinginkan.
Proses penempaan merupakan salah satu dari beberapa jenis pengerjaan logam yang paling tua.
Proses penempaan sudah dikenal dan dilakukan sekitar 4000 tahun sebelum masehi. Ketika itu
penempaan dilakukan untuk membuat koin dan perhiasan.
Hot forging atau penempaan panas merupakan proses penempaan yang dilakukan pada logam
bersuhu tinggi (panas). Proses hot forging dilakukan bila logam yang ingin ditempa perlu
dikurangi kekuatannya dan ditingkatkan sifat mampu bentuknya. Karena logam yang akan
ditempa kekuatannya berkurang dan mampu bentuknya meningkat, hot forging relatif
memerlukan gaya yang lebih kecil dibanding cold forging. Tingginya sifat mampu bentuk
membuat produk hasil hot forging memiliki akurasi ukuran dan kualitas permukaan yang lebih
buruk dibandingkan dengan cold forging.
Cold forging
Cold forging atau penempaan dingin merupakan proses penempaan yang dilakukan pada logam
bersuhu ruang. Proses penempaan ini memerlukan gaya yang lebih besar dibandingkan dengan
hot forging. Hal tersebut dikarenakan logam yang dingin memiliki kekuatan yang lebih besar
daripada logam yang panas. Syarat dari logam atau material yang dapat dikerjakan dengan cold
forging yakni harus memiliki sifat mampu bentuk yang tinggi pada suhu ruang. Syarat tersebut
harus dipenuhi supaya perubahan bentuk dapat terjadi tanpa timbulnya retak atau patah.
Dibandingkan dengan hot forging, cold forging memiliki akurasi ukuran dan kualitas permukaan
yang lebih baik.
Jenis-jenis Penempaan
Berdasarkan derajat pembatasan arah aliran benda kerja oleh cetakan, penempaan dibagi menjadi
tiga jenis. Ketiga jenis penempaan tersebut antara lain:
(1) Open-die forging.
(2) Impression-die forging.
(3) Flashless forging.
Selain tiga jenis penempaan di atas, ada jenis penempaan lain yang mampu menghasilkan produk
yang lebih presisi. Jenis penempaan ini dikenal dengan sebutan precision forging.
35
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Aplikasi Penempaan
Penempaan biasanya digunakan untuk membuat komponen-komponen berkekuatan tinggi.
Komponen tersebut meliputi: poros engkol (crankshaft), connecting rod, gear, die, hand tool,
baut, rivet, struktur pesawat terbang, kereta, mesin, dan masih banyak lagi. Material yang dapat
ditempa biasanya adalah logam.
TUGAS 12
Jawaban :
1. Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam
dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada temperature
rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti
36
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
udara, air, air garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang
berbeda-beda.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur mikrologam
disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan mempunyai sifat mekanis
yang berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan
degnan kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan
strukturnya.
Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan dari suatu
logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat-sifat tertentu. Untuk
mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperature sangat menetukan.
2. Tujuan dari perlakuan panas adalah untuk mengurangi perubahan bentuk pada saat dikerjakan
atau setelah dikerjakan atau hasil suatu konstruksi, merubah sifat-sifat bahan dan menghilangkan
tegangan-tegangan sisa.
Sebelum benda dikerjakan dilakukan perlakuan panas maka disebut perlakuan panas awal
sedangkan setelah benda dikerjakan disebut perlakuan panas akhir.
Proses Normalizing adalah proses perlakuan panas terhadap baja dengan tujuan
mendapatkan struktur, butiran yang halus dan seragam untuk menghilangkan tegangan
dalam akibat pengerjaan dengan mesin. Normalizing juga dapat meningkatkan atau
menurunkan kekuatan dan kekerasan dari baja. Normalizing juga mampu menrubah sifat
mampu mesin, atau sifat bahan yang dikaitkan dengan kemampuan dibentuk melalui proses
pemesinan seperti pembubutan, pengefraisan, pengeboran pengrindaan dan lain-lain.
Normalizing juga bertujuan untuk menghasilkan baja yang lebih kuat dan keras
diibandingkan dengan baja hasil proses full anneling, jadi aplikasi penerapan dari proses
normalizing sering digunakan sebagai final treatment.
Proses Quenching adalah proses perlakuan panas dimana prosesnya dilakukan dengan
pendinginan yang relatif cepat dari temperatur austenisasi (umumnya pada jarak temperatur
815oC – 870oC) pada baja. Keberhasilan proses quenching ditentukan oleh media
quenching (quenchant medium) yang digunakan. Untuk menentukan media quenching,
sangat bergantung pada mampu keras (hardenability) dari logam, ketebalan dan bentuk dari
37
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
benda uji yang akan quenching. Serta struktur mikro yang diinginkan dari hasil proses
quenching. Adapun media quenching yang sering digunakan adalah media cair (liquid) dan
gas. Media quenching cair adalah oli, air, larutan polimer (aquos polymer solution), Larutan
garam. Sedangkan media quenching gas adalah helium, argon, dan nitrogen.
Tujuan dari proses quenching secara umum pada baja (baja carbon, low alloy steel, dan tool
steel) adalah untuk proses hardening, yaitu menghasilkan struktur mikro martensit pada baja
tersebut. Proses hardening yang baik adalah bila mendapatkan harga kekerasan, kekuatan,
dan toughness yang besar tetapi dengan residual stress, distorsi, dan cracking yang minimal.
Pada stainless steel dan high alloy steels tujuan proses quenching adalah untuk
meminimalisasi keberadaan batas butir karbida atau untuk meningkatkan distribusi ferit.
Proses Tempering adalah proses perlakuan panas dimana sebelumnya sudah dilakukan
proses hardening atau normalizing pada baja. Baja di panaskan pada temperatur dibawaah
temperatur eutectoid (temperatur kritis) dan dilakukan pendinginan. Adapun hal – hal yang
perlu diperhatikan pada proses tempering adalah temperatur tempering, waktu tempering,
laju pendinginan, dan komposisi baja yang akan ditempering.
Tujuan dari dilakukannya proses tempering adalah untuk meningkatkan keuletan, toughness,
dan ukuran butir dari matriks. Secara umum baja dilakukan tempering (pemanasan kembali)
setelah dilakukan proses hardening, supaya mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan,
selain itu juga untuk mengurangi tegangan hasil proses quenching, pengelasan, dan
pemesinan.
Proses Hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan
suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur tinggi yaitu pada
temperatur austenisasi yang digunakan untuk melarutkan sementit dalam austenit yang
kemudian di quench. Pada tahap ini akan menghasilkan terperangkapnya karbon yang akan
menyebabkan bergesernya atom-atom sehingga terbentuk struktur body center tetragonal
atau struktur yang tidak setimbang yang disebut martensit yang bersifat keras dan getas.
Proses Karburising adalah proses dimana benda akan dikeraskan pada kulitnya dengan cara
penambahan karbon ke permukaan benda, karburising dilakukan dengan cara memanaskan
benda kerja dalam lingkungan yang banyak mengandung karboin aktif, sehingga karbon
berdifusi masuk ke permukaan baja (Wahid Suherman, 1998: 147).
Pada temperature karburising, media karbon terurai menjadi CO yang selanjutnya terurai
menjadi karbon aktif yang dapat berdifusi masuk ke dalam baja dan menaikkan kadar karbon
pada permukaan kulit baja.
Pada proses perlakuan panas, termasuk karburising selalu mengacu pada diagram fase yang
berdasarkan pada karbon dari baja. Baja pada dasarnya adalah paduan besi dan karbon (Fe-
C), besi dan karbon selain dapat membentuk larutan padat juga dapat membentuk senyawa
karbid besi (sementit, Fe3C). kita ketahui bahwa carbon memiliki sifat keras tapi getas,
sedangkan besi mempunyai sifat ulet.
4. Proses Hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan
suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur tinggi yaitu pada temperatur
austenisasi yang digunakan untuk melarutkan sementit dalam austenit yang kemudian di quench.
38
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Pada tahap ini akan menghasilkan terperangkapnya karbon yang akan menyebabkan bergesernya
atom-atom sehingga terbentuk struktur body center tetragonal atau struktur yang tidak setimbang
yang disebut martensit yang bersifat keras dan getas.
5.
TUGAS 13
Jawaban :
1. Proses pengerjaan dingin adalah proses pembentukan secara plastis terhadap logam atau paduan
yang dilakukan dibawah temperatur rekritalisasi. Proses pembentukan dingin ini disamping untuk
memperbaiki kwalitas hasil dan ketelitian dari ukuran, proses ini khusus digunakan untuk
beberapa operasi yang tidak dapat dikerjakan secara panas, terutama pengerjaan “drawing” ,
karena ductilitynya biasanya akan berkurang pada suhu yang tinggi sehingga tegangan tariknya
berkurang, maka dari itu bahan dengan mudah akan lebih cepat putus . Jadi malliabilitinya
meningkat dengan naiknya suhu, akan tetapi ductilitynya umumnya berkurang. Adapun
39
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
pembentukan baja dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu misalnya dengan pengerollan
(Rolling), tempa (Forging), penekanan (Extruding), penarikan (Drawing), dan pembengkokan
(Bending).
2. Tujuan dari proses pengerjaan dingin adalah untuk memperbaiki kualitas hasil dan ketelitian dari
ukuran, proses ini khusus digunakan untuk beberapa operasi yang tidak dapat dikerjakan dengan
proses perlakuan panas.
40
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Pada mulanya cold extrusion digunakan untuk logam-logam yang kekuatannya rendah, seperti
timah putih, timah hitam, seng dan aluminium sehingga menghasilkan produk, misalnya tube
yang bisa dilipat : pasta gigi, obat maupun cream.
Cold extrusion memungkinkan untuk mengekstruksi logam yang bersifat brittle, seperti halnya
molybdenum.
7. ROLL EXTRUSION
Digunakan untuk membentuk dinding silinder yang tipis dari dinding silinder tebal dengan
menggunakan rol.
Prinsip : memaksakan logam mengalir keluar dari daerah antara rol dan die akibat penekanan dari
rol yang berputar.
8. SHEARING
SHEARINGadalah proses pemotongan bahan tanpa pembentukan chip atau tanpa menggunakan
burning atau melting.
Jika cutting blade lurus dinamakan shearing sedangkan jika cutting blade berbentuk lengkungan,
bisa dinamakan blanding, piercing, notching dan trimming
Proses shearing dapat dibagi 2 kelompok besar, yaitu shear forming dan shearing
9. SHEAR FORMING
Bentuk-bentuk seperti kerucut, setengah bola sering kali dibentuk dengan shear forming atau
flow turning, yaitu merupakan modifikasi dari proses spinning dimana tool formernya berputar
dan bergerak maju.
10. SHEARING
Sewaktu punch turun mengenai benda kerja, logam terdeformasi plastis didalam die. Karena
kelonggaran diantara punch dan die hanya 5-10% dari tebal benda kerja maka deformasi
terlokalisir di daerah itu saja
11. SLITTING
41
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Proses shearing yang menggunakan rol pemotong asepanjang benda kerja dengan lebar
pemotongan sama dengan jarak antar rol.
Proses slitting ini merupakan proses kontinu dan dapat melakukan operasi secara cepat dan
ekonomis
12. PIERCING AND BLANKING
Piercing dan blanking adalah operasi shearing dimana benatuk pisau merupakan lengkungan
yang tertutup.
Perbedaan blanking dan piercing dapat ditinjau dari benda kerja dan skrapnya.
Bila hasil yang dipunch adalah benda kerja sedangkan bentuk yang tidak diinginkan tertinggal
pada plat sisa adalah skrapny, ini dinamakan proses blanking.
Bila hasil yang dipunch adalah skrapnya sedangkan bentuk yang tertinggal pada plat sisa adalah
benda kerja, ini dinamakan proses piercing.
SKEMATIK PERBEDAAN BLANKING & PIERCING
Piercing dan blanking biasanya dikerjakan dengan menggunakan mesin press mekanis.
Secara teoritis, punch seharusnya dapat masuk dengan tepat ke dalam die dengan kelonggaran
merata hampir mendekati nol dan punch tidak perlu masuk ke dalam die.
Pada prakteknya kelonggaran ini diperlukan berkisar antara 5-12% dari ketebalan bahan, sedang
yang umum dipakai sekitar 5-7% dan punch masuk sedikit ke dalam die.
Syarat-syarat piercing dan blanking :
1. Sudut benda kerja pada blanking harus merupakan radius yang tepat
2. Lebar dari slot yang dibentuk >= 1.5 tebal
3. Diameter piercing >= tebal sheet dan minimum 0.025 inch.
4. Jarak kedua lubang atau lubang dengan tepi >= tebal logam
Dalam pengertian piercing dapat dijumpai istilah seperti lancing, perforating, nibbling, dinking,
dan notching.
13. DRAWING
Cold drawing merupakan proses pembentukan dingin secara plastis dari metal sepanjang
sumbunya.
Proses ini dapat dibagi 5 kelompok besar
1. BAR AND TUBE DRAWING
2. WIRE DRAWING
42
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
3. STRETCH FORMING
4. DEEP DRAWING
5. FORMING WITH RUBBER
BAR AND TUBE DRAWING
Hasil dari bar drawing adalah pengecilan penampang melintang dan pemanjangan batang dengan
konsekuensinya timbul strain.
Hardening pada umumnya proses ini dilakukan secara bertahap
Proses bar drawing ini biasanya diikuti dengan proses annealing jika reduksi penampangnya
melebihi 30-50 %
Proses tube drawing digunakan untuk membuat pipa tanpa sambungan.
Bahan dasar yang digunakan berbentuk pipa sehingga kualitas pipa yang dihasilkan memiliki
permukaan yang halus, berdinding tipis dan keakuratannya tinggi serta kekuatannya naik.
Mandrel dipergunakan dalam proses ini untuk diameter tube 1/2″-10″
WIRE DRAWING
Prinsipnya sama dengan bar drawing. Hanya saja diameternya lebih kecil, dan dikerjakan secara
kontinu melalui beberapa die.
Jika diperlukan kawat yang lunak, annealing dilakukan didalam dapur dengan mengontrol
temperaturnya setelah proses drawing terakhir.
Pada proses penarikan kontinu, kawat ditarik melalui beberapa die dan rol penarik yang disusun
seri.
STRETCH FORMING
Pada proses ini, die (form block) hanya dikenai tegangan kompresi, benda kerja yang diikat
dengan grip dan ditarik ke arah horisontal. Die umumnya terbuat/dapat dibuat dari kayu atay
plastik.
Stretch forming merupakan proses yang dikembangkan dari aerospace dalam pembuatan
penampang yang lebar dari sheet dan ditarik untuk membentuk lengkungan penampang.
DEEP DRAWING
Proses ini ditujukan untuk membuat tangki dengan berbagai bentuk dimana kedalamannya lebih
besar dibandingkan dengan ukuran diameter, dan disamping itu dikenal juga istilah shallow
drawing.
Pada dasarnya proses ini ada dua, yaitu:
SHRINK FORMING
43
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Pada proses ini terjadi kompresi melingkar selama proses dengan pengurangan diameter dan
logam cenderung tipis. Karena material cukup tebal maka pada dinding produk akan berakibat
terjadi kerutan.
STRETCH FORMING
Pada proses ini terjadi pengecilan benda kerja sebagi akibat tarikan melingkar yang digunakan
untuk memperbesar diameter.
Guna mencegah kerutan dna ketebalan dinding yang tidak merata, aliran logam harus dikontrol.
Hal ini dapat diatasi dengan memberikan ring penakan. Perhatikan gambar dibawah ini.
FORMING WITH RUBBER
Pada proses ini karet dipakai sebagai penekan, ditujukan untuk mengeliminir salah satu die aas
atau bawah.
Proses guerin forming didasarkan pada kenyataan bahwa sifat konsisten dari karet dapat
mentransfer seluruh tekanan yang diberikannya secara uniform ke segala arah.
Proses bulging didasarkan bahwa fluida atau karet dimanfaatkan untuk memindahkan tekanan
yang dibutuhkan untuk mengembangkan bahan baku ke arah luar sehingga menempel pada die.
13. BENDING
Bending adalah proses deformasi secara plastik dari logam terhadap sumbu linier dengan hanya
sedikit atau hampir tidak mengalami perubahan perubahan luas permukaan.
Bending menyebabkan logam pada sisi luar sumbu netral mengalami tarikan, sedangkan pada sisi
lainnya mengalami tekanan.
44
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Biasanya digunakan untuk membentuk silinder. Bentuk-bentuk lengkung atau lingkaran dari
pelat logam.
ROLL FORMING
Proses ini digunakan untuk membuat bentuk-bentuk kompleks dengan bahan dasar lembaran
logam . tebal bahan sebelum maupun sesudah proses pembenatukan tidak mengalami perubahan
posisi roll dipasang sejajar dan prosesnya berjalan continu.
SEAMING
Seaming adalah operasi bending yang digunakan untuk menyambung ujung lembaran logam
sehingga membentuk benda kerja seperti kaleng, drum, ember, dsb.
sambungan dibentuk dengan rol-rol kecil yang disusun secara berurutan.
14. STRAIGHTENING
STRAIGHTENING merupakan proses yang berlawanan dengan bending , digunakan untuk
meluruskan lembaran logam .
Pada umumnya straightening dilaksanakan sebelum benda kerja dibending.
Proses ini menggunakan rol-rol yang dipasang sejajar dengan ketinggian sumbu rol yang
berbeda.
15. FLANGING
Proses Flanging sama dengan seaming hanya saja ditunjukkan untuk melipat dan membentuk
suatu permukaan yang lebih besar.
45
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
TUGAS 14
Jawaban :
1. Die adalah bagian dari presstool digunakan dalam industri manufaktur untuk memotong atau
membentuk material yang sebagian besar menggunakan press. Seperti cetakan, cetakan
umumnya disesuaikan dengan item yang digunakan untuk membuat sebuah produk. Karena
fungsinya sebagai alat pemotong atau pembentuk maka die harus kuat dan keras.
46
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
2.
3. Jenis-jenis dies:
Progresive dies
Progresif dies adalah dies yang berjalan secara continue/progresif yang setiap langkah atau
pitch nya sama dan dapat mengerjakan beberapa proses dalam satu dies seperti melubangi,
memotong, membengkokkan sampai dengan produk finish yang didukung beberapa peralatan
penunjangnya seperti uncoiler, leveler, roll feeder dan scrap cutter..
Keunggulan dari dies progresif :
Ketepatan langkah/pitch presisi
Kecepatan produksi yang tinggi
SPM/ Slide per Minute tinggi
Mampu mengerjakan beberapa proses
Hanya butuh satu operator untuk setting dies dan pengecekan produk.
47
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Multistation dies
Dimana untuk menghasikan satu produk harus melewati beberapa langkah proses , di bagi
2 yaitu:
- Progressive Press Dies :
Dies yang mana dalam satu langkah menghasilkan lebih dari satu proses secara berurutan.
Atau untuk menghasilkan satu produk harus melewati beberapa langkah proses.
- Transfer Dies:
Hampir sama dengan proses progressive hanya sanya jika pada progressive proses blank
produk terjadi di akhir langkah, sedangkan untuk proses ini blank produk terjadi di awal
proses, untuk kemudian hasil blank tersebut ditransfer ke proses berikutnya dengan
mekanisme transfer.
Combination dies
Combination Dies atau istilah yang lazim disebut Group Tool, Gang Process atau Family
Dies yang artinya adalah gabungan dari dua atau lebih proses pada satu die set yang tidak
sejajar pemakaiannya. Ini mengandung arti bahwa pada satu die set terdapat dua atau lebih
proses. Dalam sekali stroke dihasilkan jumlah part sesuai dengan jumlah proses yang ada
pada satu die set.
Compound dies
Compound Dies merupakan gabungan dua atau lebih proses yang berhubungan menjadi
satu artinya adalah dua atau lebih proses dirancang terdapat pada satu dies. Waktu
prosesnya dilakukan serentak. Pilihan untuk membuat compound dies tergantung pada
beberapa pertimbangan antara lain:
a) Cost produksi
b) Cycle time yang pendek
c) Akurasi part
d) Penghematan pemakaian mesin
Single Operation Dies atau biasa disebut single dies adalah konstruksi dies yang
mempunyai sebuah proses pada die set-nya dan hanya menghasilkan sebuah part dalam
sekali stroke. Part yang dihasilkan dapat berupa hasil blank, part setengah jadi atau finish
goods part.
Macam – macam single operation dies antara lain:
49
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Jawaban
1. Las gas atau las oksi-asetilen adalah proses penyambugan material khususnya logam dengan
logam (pengelasan) yang menggunakan gas asetilen (C2H2) sebagai bahan bakarnya,
Prosesnya adalah membakar bahan bakay yang telah di bakar dengan oksigen (O2) sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu sekitar 3.500'C yang dapat mencarikan logam induk dan
logam pengisi. Sebagian gas-gas yang di gunakan yaitu asetilen,propana atau hidrogen. Dari
50
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
ketiga bahan bakar ini yang paling banyak di gunakan adalah gas asetilen,sehngga las gas
pada umumnya diartikan atau di sebut las gas oksi-asetilen. Karena tidak menggunakan
listrik,las oksi-asetilen banyak digunakan di lapangan.
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan.
Umumnya tabung gas terbuat dari baja. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena di sesuaikan
dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang di tampung. Untuk membedakan
antara gas oksigen dan gas asetilen atau gas lainya dapat di bedakan dari kode warna yang
terdapat pada tabung gas.
2) Katup tabung
Berfungsi untuk mengatur keluarnya gas dari tabung. Katup ini di tempatkan tepat di bagian
atas tabung. Untuk tabung gas oksigen bisanya terbuat dari material kuningan sementara gas
asetilen terbuat dari baja.
3) Regulator
Regulator atau lebih tepat di sebut katup penutup tekan. Berfungsi untuk mengurangi atau
menurunkan tekan hingga mencapai tekanan kerja. Lebih jelasnya untuk mempertahankan
besarnya tekanan kerja pada selama proses pengelasan atau pemotongan. Pada regulator
51
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabumg ke torch (pembakar) digunakan selang gas.
Untuk memenuhi persyaratan keamanan selang harus mampu menahan tekanan kerja dan
tidak bocor. Untuk membedakan antara selang oksigen dan asetilen maka cukup
memperhatikan kode warna pada selangnya.
5) Torch (pembakar)
Gas yang di alirkan dari selang selanjutnya diteruskan dengan torch. Fungi dari torch ini
adalah
a. sebagai pecampur oksigen dan bahan bakar
b. sebagai pembentuk nyala api dari ujungnya.
6) Pemantik api las
Alat ini berfungsi untuk menyalakan api untuk memulainya suatu pengelasn. Bisa juga di
sebut korek api las.
Merupakan sambungan dimana kedua benda kerja berada pada bidang yang sama dan
disambung pada ujun kedua benda kerja yang saling berdekataan
b) Edge joint
Merupakan sambungan dimana kedua benda kerja sejajar satu sama lain dengan catatan salah
satu ujung dari kedua benda tersebut berada pada tingkat yang sama.
c) Lap joint
Merupakan sambungan yang terdiri dari dua benda kera yang saling bertumpukan atau di
tumpukan.
d) Corner joint
Merupaan sambungan dimana kedua benda tersebut terbentuk sudut. Yang bisa disambung
ddari sudut benda tersebut.
e) T-joint
53
Mata Kuliah : Proses Produksi 2
Dosen : Ir. CEEPTADI KW, MT
Nama : RISNO RIFAI
Nim : 181561079
Prodi : Teknik Mesin
Merupakan sambungan dimana salah satu benda kerja tegak lurus dengan benda lainya
sehingga berbentuk seperti huruf T
54