Disusun Oleh :
TI RP 17 C – KELOMPOK 1
Feni Eka Krisnawidyawati 17113036
Hafidz N Ariyanto 17113043
Revanda Alfarel 17113078
Sandi Riyanto 17113088
Yuniar Dita A 17113101
Disusun Oleh :
TI RP 17 C – KELOMPOK 1
Feni Eka Krisnawidyawati 17113036
Hafidz N Ariyanto 17113043
Revanda Alfarel 17113078
Sandi Riyanto 17113088
Yuniar Dita A 17113101
i
RINGKASAN
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat
di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat
dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di
tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor –
factor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.Masalah lingkungan
kerja dalam suatu organisasi sangat penting, dalam hal ini diperlukan adanya
pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam
penyelenggaraan aktivitas organisasi. Adapun praktikum ini bertujuan untuk :
1. Memahami kondisi pencahayaan, kebisingan dan temperatur dari
lingkungan kerja fisik.
2. Mampu menghitung Rata – rata dan Standar Deviasi dari kondisi
lingkungan kerja fisik.
ii
KATA PENGANTAR
2. Asisten Laboratorium
Saran dan kritik yang bersifat membangun selalu kami harapkan, agar
dapat menjadi koreksi dan menyempurnakan laporan ini kedepannya. Billahi taufik
wal hidayah .
Penyusun
iii
I-3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..…….i
RINGKASAN ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... I-1
1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................................ I-1
1.4 Batasan Praktikum .......................................................................................... I-2
1.5 Tujuan Praktikum ............................................................................................ I-2
1.6 Manfaat Praktikum .......................................................................................... I-2
1.7 Sistematika Penulisan ..................................................................................... I-2
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... II-4
2.1 Lingkungan Kerja Fisik ..…………………………………………………...II-4
2.2 Pencahayaan…………………………...……………………………………II-4
2.3 Kebisingan……...……..…………………………………………………….II-4
2.4 Temperatur….....……..……………………………………………………..II-4
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ............................. III-6
3.1 Pengumpulan Data ....................................................................................... III-6
3.1.1 Algoritma ............................................................................................ III-6
3.1.2 Flowchart ............................................................................................ III-6
3.1.3 Alat dan Bahan .................................................................................... III-7
3.1.4 Langkah Kerja Praktikum ................................................................... III-7
3.1.5 Pelaksanaan Praktikum.…………………...………………................III-8
3.1.6 Layout Praktikum ................................................................................ III-7
3.1.7 Data Hasil Pengamatan ....................................................................... III-7
3.1.7.1 Data Hasil Pengamatan Tes Pencahayaan............................... III-7
3.1.7.2 Data Hasil Pengamatan Tes Kebisingan ................................. III-7
3.1.7.3 Data Hasil Pengamatan Tes Temperatur ................................. III-7
iii
I-3
iii
I-3
DAFTAR TABEL
iii
I-3
DAFTAR GAMBAR
iii
I-3
DAFTAR LAMPIRAN
iii
I-3
BAB I
PENDAHULUAN
iii
I-3
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan
laporan praktikum.
iii
I-3
iii
BAB III PENGUMPULAN PENGOLAHAN DATA
Berisi tentang alat dan bahan praktikum,prosedur praktikum, data
pengamatan dan pengolahan data pada objek.
iii
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Pencahayaan
Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja
dapat melihat objek - objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya -
upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 1984). Penerangan yang cukup dan diatur
secara baik juga akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja. Telah kita ketahui
iii
hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata, di mana sering kita
temui jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat penerangan tertentu agar tenaga
kerja dapat dengan jelas mengamati objek yang sedang dikerjakan. Intensitas
penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya jelas akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja. Sanders & McCormick (1987) menyimpulkan dari hasil
penelitian pada 15 perusahaan, di mana seluruh perusahaan yang diteliti
menunjukkan kenaikan hasil kerja antara 4-35%. Selanjutnya Armstrong (1992)
menyatakan bahwa intensitas penerangan yang kurang dapat menyebabkan
gangguan visibilitas dan eyestrain. Sebaliknya intensitas penerangan yang
berlebihan juga dapat menyababkan glare; reflections; excessive shadows;
visibility & eyestrain.
Tenaga kerja di samping harus dengan jelas dapat melihat objek-objek yang
sedang dikerjakan juga harus dapat melihat dengan jelas pula benda / alat dan
tempat di sekitarnya yang mungkin mengakibatkan kecelakaan. Maka penerangan
umum harus memadai. Dalam suatu pabrik di mana banyak terdapat mesin - mesin
dan proses pekerjaan yang berbahaya maka penerangan harus didesain sedemikian
rupa sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja. Pekerjaan yang berbahaya harus
dapat diamati dengan jelas dan cepat, karena banyak kecelakaan terjadi akibat
penerangan yang kurang memadai.
Standar Penerangan di Tempat Kerja
a) Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan harus
mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20 lux.
b) Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar
dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 lux.
c) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil
secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 100 lux.
d) Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang kecil agak teliti
paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 lux.
e) Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dari barang-barang
yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 300 lux.
f) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus dengan
kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai
intensitas penerangan paling sedikit 500 - 1.000 lux.
iii
g) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang yang sangat
halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama, harus mempunyai
intensitas penerangan paling sedikit 2.000 lux.
2.3 Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
menggangu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang
yang terpapar (WHS, 1993). Sedangkan definisi kebisingan menurut Kepmennaker
(1999) adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendengaran akibat adanya
rangsangan getaran yang datang melalui media yang berasal dari benda yang
bergetar. Menurut Suma’mur (1984) dan WHS (1993) bahwa dari segi kualitas
bunyi, terdapat dua hal yang menentukan yaitu frekuensi suara dan intensitas suara.
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau Herz (Hz) yaitu jumlah
getaran yang sampai ke telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas atau arus
enegi lazimnya dinyatakan dalam desibel (dB) yaitu perbandingan antara kekuatan
dasar bunyi (0,0002 dyne/cm2) dengan frekuensi (1.000 Hz) yang tepat dapat
didengar oleh telinga normal. Mengingat desibel yang diterima oleh telinga
merupakan skala logaritmis, maka tingkat kebisingan 3 dB di atas 60 dB
pengaruhnya akan berbeda dengan 3 dB di atas 90 dB.
Sumber Kebisingan dan Cara Penilaiannya.
Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin untuk proses
produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh
sumber-sumber kebisingan di perusahaan baik dari dalam maupun dari luar
perusahaan seperti:
Generator, mesin diesel untuk pembangkit listrik
Mesin-mesin produksi
Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu
Ketel uap atau boiler untuk pemanas air
Alat-alat lain yang menimbulkan suara dan getaran seperti alat pertukangan
Kendaraan bermotor dari lalu lintas dll.
iii
Sumber-sumber suara tersebut harus selalu diidentifikasi dan dinilai kehadirannya
agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan
pengaruh pemaparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar.
Pengaruh Kebisingan
Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua
yang didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu
pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas
NAB) dan kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di
bawah NAB) (Sanders & McCormick, 1987; Pulat, 1992 dan WHS, 1993).
a) Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi
Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) adalah terjadinya
kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya
dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian.
Sebelum terjadi kerusakan pendengaran yang permanen, biasanya didahului dengan
pendengaran yang bersifat sementara yang dapat mengganggu
b) Pengaruh Kebisingan Intensitas Rendah.
Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB banyak ditemukan di
lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan dll. Intensitas
kebisingan yang masih di bawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan
kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadiranya sering dapat menyebabkan
penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stress dan gangguan
kesehatan lainnya. Stress yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat
menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik
stress karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain:
a) Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur
b) Gangguan reaksi psikomotor
c) Kehilangan konsentrasi
d) Gangguan komunikasi antara lawan bicara
e) Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada
kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja
iii
2.4 Temperatur
Dalam kondisi normal, setiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperature yang berbeda-beda. Pada dasarnya suu anggota tubuh manusia konstan
dengan sedikit fluktuasi di sekitar 37o C. Suhu tersebut terdapat dibagian dalam dari
otak, jantung, dan organ dalam tubuh (suhu inti = core temperature). Suhu inti yang
konstan diperlukan agar alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan normal,
sedangkan perubahan yang signifikan tidak baik karena tidak kompatibel dengan
kehidupan dari makhluk yang berdarah panas. Menurut penyelidikan untuk
berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti
berikut :
iii
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan data pada praktikum modul ke-5 tentang Lingkungan Kerja Fisik
3.1.1 Algortima
3.1.2 Flowchart
iii
3.1.3 Alat dan Bahan
a. Alat :
iii
Alat untuk
6 Obeng mengencangkan atau
mengendurkan baut
b. Bahan :
iii
3.1.6 Layout Praktikum
Operator
Jarak = 37 cm
Cahaya : Gelap
Lux 1 : 0 Lux
Jumlah lampu : 0
Data pada tes pencahayaan dengan pencahayaan yang gelap dari urutan 1 hingga
10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya 0 Lux.
Cahaya : Normal
Lux 2 : 15,38 Lux
Jumlah lampu : 1 buah
iii
Tabel 3.2 Tes pencahayaan dengan cahaya normal
Jumlah Intensitas
Waktu
No Produk Cahaya
(s)
(buah) (lux)
1 60 4 11,7
2 60 3 10,9
3 60 4 13
4 60 5 15,5
5 60 5 19,2
6 60 5 18,5
7 60 5 18,5
8 60 3 17,3
9 60 5 10,8
10 60 4 18,4
Rata-rata 4,3 15,38
Standar Deviasi 0,78102 3,273164
Data pada tes pencahayaan dengan pencahayaan yang normal dari urutan 1 hingga
10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya sebesar15,38 Lux
iii
3.1.7.2 Data Hasil Pengamatan Tes Kebisingan
Keadaan : Hening
Suara : 64,76 Db
Data pada tes kebisingan dengan kebisingan yang hening dari urutan 1 hingga 10
dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya sebesar 64,76 Db
Keadaan : Normal
Suara : 77,4 Db
iii
10 60 7 83,3
Rata-rata 6,1 77,4
Keadaan : Bising
Suara : 81,13 Db
Keadaan : Dingin
Temperatur : 23,88 ̊ C
iii
1 60 3 23,6
2 60 3 23,7
3 60 4 24,1
4 60 4 24,2
5 60 4 23,7
6 60 5 23,6
7 60 4 24
8 60 4 23,7
9 60 5 24,4
10 60 4 23,8
Rata-rata 4 23,88
Keadaan : Normal
Temperatur : 25,85 ̊ C
iii
Keadaan : Panas
Temperatur : 26,88 ̊ C
Ex LxW
N=
x LLF x Cu x n
6,775.88
=
1620
= 4.18
iii
3.2.2 Data Hasil Perhitungan pada Tes Kebisingan
= 10 log (2.349.563.494)
= 93.71 dBA
iii
BAB IV
4.2 Pembahasan
Untuk jumlah produk tes pencahayaan dengan 10 kali percobaan dalam
kondisi gelap, normal dan terang sekali. Rata-rata dari kondisi gelap mendapatkan
jumlah produk sebesar 3,1 kemudian rata-rata dari kondisi normal mendapatkan
jumlah produk sebesar 4,3 dan rata-rata dari kondisi terang sekali mendapatkan
jumlah produk sebesar 5,2. Hasil dari produk yang didapat pada 3 kondisi tersebut
berbeda karena dari kondisi cahaya mempengaruhi aktivitas kerja atau perakitan
produk, sehingga pada kondisi gelap produk yang dihasilkan lebih sedikit dari
kondisi cahaya yang normal maka kecepatan dalam merakit semakin lama. Untuk
kondisi normal yang dihasilakan lebih banyak dari kondisi gelap dan kurang dari
kondisi terang sekali, sehingga hasil yang didapatkan meningkat dari kondisi gelap
akibat dari faktor kondisi operator yang mulai terbiasa mencoba perakitan obyek
tersebut. Kemudian untuk kondisi terang sekali mendapatkan hasil yang sangat
tinggi diantara 3 kondisi tersebut, diakibatkan faktor cahaya yang terang sekali dan
kondisi operator yang sudah terbiasa melakukan perakitan obyek tersebut sehingga
hasil yang didapat lebih besar.
Pada kondisi kebisingan jumlah produk pada tes kebisingan dengan 10 kali
percobaan dalam kondisi hening, normal dan bising. Rata-rata dari kondisi yang
hening mendapatkan jumlah produk sebesar 4 kemudian rata-rata dari kondisi
normal mendapatkan jumlah produk sebesar 6,1 dan rata-rata dari kondisi bising
mendapatkan jumlah produk sebesar 6,6. Maka hasil dari produk yang didapat pada
iii
3 kondisi tersebut berbeda karena dari kondisi kebisingan mempengaruhi aktivitas
kerja atau perakitan produk tersebut, sehingga pada kondisi hening produk yang
dihasilkan lebih sedikit dari kondisi normal, maka kecepatan dalam merakit
semakin lama juga dari faktor operator tersebut yang tidak menyukai keheningan.
Untuk kondisi normal yang dihasilakan lebih banyak dari kondisi hening dan
kondisi bising, sehingga hasil yang didapatkan meningkat dari kondisi hening juga
akibat dari faktor kondisi operator yang mulai terbiasa mencoba perakitan obyek
tersebut. Lalu untuk kondisi bising mendapatkan hasil kurang dari kondisi normal,
karena faktor kebisingan dalam ruangan tersebut membuat operator tidak fokus
dalam proses perakitan.
Pada temperatur jumlah produk pada tes temperatur dengan 10 kali
percobaan dalam kondisi dingin, normal dan panas. Rata-rata dari kondisi yang
dingin mendapatkan jumlah produk sebesar 4 kemudian rata-rata dari kondisi
normal mendapatkan jumlah produk sebesar 5,6 dan rata-rata dari kondisi panas
mendapatkan jumlah produk sebesar 4,8. Maka hasil dari produk yang didapat pada
3 kondisi tersebut berbeda karena dari kondisi dingin mempengaruhi aktivitas kerja
atau perakitan produk tersebut, sehingga pada kondisi dingin produk yang
dihasilkan lebih sedikit dari kondisi normal, maka kecepatan dalam merakit
semakin lama juga dari faktor operator tersebut yang kurang menyukai kondisi
dingin membuat proses perakitan tidak fokus. Untuk kondisi normal yang
dihasilakan lebih banyak dari kondisi dingin dan kondisi panas, sehingga hasil yang
didapatkan meningkat dari dua kondisi tersebut yaitu kondisi dingin dan panas, juga
akibat dari faktor kondisi operator yang mulai terbiasa mencoba perakitan obyek
tersebut membuat hasil yang didapat meningkat. Kemudian untuk kondisi panas
mendapatkan hasil kurang dari kondisi normal, karena faktor dari kondisi ruangan
yang panas didalam ruangan tersebut membuat operator tidak fokus dalam proses
perakitan yang membuat hasil produk menjadi kurang efektif.
iii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ex LxW
N=
x LLF x Cu x n
5.2 Saran
iii
LAMPIRAN
iii
LEMBAR REVISI
iii