0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
100 tayangan13 halaman
Laporan ini membahas analisis kesenjangan kualitas pelayanan pada industri jasa kafe In My Mind Cafe. Laporan meninjau literatur tentang kualitas pelayanan dan model SERVQUAL untuk mengukur lima dimensi kualitas pelayanan, serta lima kesenjangan yang dapat terjadi antara harapan dan kinerja pelayanan. Metodologi yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan dan rekomendasi perbaikan kualitas pelayanan kafe juga dibahas
Laporan ini membahas analisis kesenjangan kualitas pelayanan pada industri jasa kafe In My Mind Cafe. Laporan meninjau literatur tentang kualitas pelayanan dan model SERVQUAL untuk mengukur lima dimensi kualitas pelayanan, serta lima kesenjangan yang dapat terjadi antara harapan dan kinerja pelayanan. Metodologi yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan dan rekomendasi perbaikan kualitas pelayanan kafe juga dibahas
Laporan ini membahas analisis kesenjangan kualitas pelayanan pada industri jasa kafe In My Mind Cafe. Laporan meninjau literatur tentang kualitas pelayanan dan model SERVQUAL untuk mengukur lima dimensi kualitas pelayanan, serta lima kesenjangan yang dapat terjadi antara harapan dan kinerja pelayanan. Metodologi yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan dan rekomendasi perbaikan kualitas pelayanan kafe juga dibahas
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2021 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal tahun 2019 perkembangan Industri kafe di Indonesia salah satunya adalah fenomena menjamurnya kafe di kota Pontianak, di kota ini eksistensi kafe mulai diperhitungkan bagi anak-anak muda. Tidak dipungkiri, pembuktian ini kian berpengaruh terhadap kehidupan malam anak-anak muda di kota ini seperti nongkrong dan hangout. Hal ini dipahami sebagai bentuk tuntutan globalisasi yang berdampak signifikan terhadap cara hidup masyarakat. Salah satunya adalah kebutuhan untuk ajang sosialisasi dengan komunitasnya. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan masyarakat perkotaan pun mulai mengalami perubahan gaya hidup. Salah satunya, manifestasi gaya hidup saat ini adalah kebiasaan nongkrong di kafe bagi kelompok masyarakat tertentu. Gaya hidup yang mengalir melalui secangkir kopi menjadikan kafe sebagai pilihan gaya hidup yang bisa didapatkan, diisi ulang, atau bahkan ditingkatkan (Tucker, 2011). Jumlah penduduk yang cukup banyak di Pontianak membuat usaha pada sektor kafe dan restoran menjadi usaha yang cukup diminati oleh pengusaha sesuai dengan maraknya peningkatan konsumen pada industri jasa kafe perbulannya. Hal tersebut kian membuktikan animo masyarakat yang tinggi terhadap keberadaan kafe. Sebuah perusahaan dikatakan bijaksana kalau mengukur kepuasan pelanggannya secara teratur, karena kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan. Pelanggan yang sangat puas umumnya lebih lama setia, membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan meningkatkan produksi yang ada, membicarakan hal-hal yang menyenangkan tentang perusahaan dan produk-produknya, tidak banyak memberi perhatian pada merek pesaing dan tidak terlalu peka terhadap harga. Menawarkan ide produk atau layanan kepada perusahaan, dan lebih sedikit biaya untuk melayani pelanggan ini dibandingkan pelanggan baru karena transaksinya bersifat rutin (Kotler, 2009). Ada beberapa dimensi kepuasan yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk mempergunakan jasa kafe In My Mind antara lain dimensi tangible, meliputi penampilan fisik kafe, interior bangunan kafe dan penampilan karyawan kafe, dimensi reliability, meliputi kemampuan kafe untuk memberikan pelayanan-pelayanan yang terbaik, dimensi responsiveness, meliputi kesediaan karyawan kafe untuk membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat, dimensi assurance, meliputi sopan santun para karyawan dan kemampuan mereka untuk membangkitkan rasa kepercayaan dan rasa percaya konsumen, serta dimensi emphaty, yang meliputi rasa peduli dan perhatian secara pribadi yang diberikan pada konsumen. Kelima dimensi diatas dikembangkan oleh Pasuraman yang disebut SERVQUAL (Service Quality) yang merupakan suatu alat ukur terhadap kualitas pelayanan (Tjiptono, 2005). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat Service Quality menurut konsumen terhadap In My Mind Cafe? 2. Bagaimana cara penerapan Quality Improvement untuk mencapai manajemen mutu yang efektif hingga berpengaruh besar terhadap In My Mind Cafe? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui sudut pandang konsumen terhadap kualitas pelayanan terhadap In My Mind Cafe? 2. Mengetahui cara penerapan Quality Improvement untuk mencapai manajemen mutu yang efektif hingga berpengaruh besar terhadap In My Mind Cafe. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Service Quality Kualitas adalah kesesuaian dibandingkan dengan tujuan atau manfaatnya. Kualitas merupakan sesuatu yang berbeda untuk setiap orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat sesuai dengan tujuan. Kualitas adalah sebuah kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau sudah melebihi apa yang diharapkan. Service Quality merupakan suatu bentuk sikap, terkait namun tidak sama dengan kepuasan yang dihasilkan dari perbandingan harapan dan performa. Service Quality pada dasarnya dicatat sebagai syarat penting dan juga sebagai penentu daya saing sebuah layanan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dengan pelanggan (Felix, 2017). Service Quality berkontribusi secara signifiksn untuk penciptaan, diferesiansi, positioning, hingga strategi bersaing setiap perusahaan atau organisasi baik manufaktur maupun penyedia jasa (Tjiptono & Chandra, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada 5 dimensi yang telah di sederhanakan untuk mengukur service quality, berikut ini merupakan 5 dimensi dari service quality (Tjiptono & Chandra, 2016). Berikut ini merupakan dimensi dan atribut dari model Service Quality. Tabel 2.1 Dimensi Service Quality
Sumber: (Tjiptono & Chandra, 2016)
2.1.1 Reliabilitas (Reliability) Berkaitan pada kemampuan penyedia layanan untuk memberikan layanan yang akurat dan menyampaikan jasa sesuai dengan waktu yang telah disepakati atau yang telah dijanjikan. 2.1.2 Daya Tanggap (Responsiveness) Berkaitan pada kesediaan dan juga kemampuan karyawan dalam membantu pelanggan yang ada dan memberikan respon atas permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa diberikan dan memberikannya secara cepat. 2.1.3 Jaminan (Assurance) Berkaitan dengan perilaku karyawan yang mampu menumbuhkan rasa kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan sehingga bisa menciptakan rasa aman untuk para pelanggan. Jaminan juga meliputi kesopanan dari karyawan dan menguasai pengetahuan tentang pelayanan yang diberikan. 2.1.4 Empati (Emphaty) Berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memahami masalah para pelanggan dan bertindak untuk kepentingan pelanggan dan memberikan perhatian khusus kepada pelanggan serta mempunyai jam operasional yang nyaman bagi pelanggan. 2.1.5 Bukti Fisik (Tangiability) Berkaitan dengan daya tarik pelanggan dari segi fisik fasilitas, perlengkapan hingga material yang digunakan perusahaan serta penampilan dari karyawan perusahaan. 2.2 Gap Analysis Service Quality (Servqual) merupakan model kualitas jasa yang banyak menjadi acuan dalam riset manajemen dan pemasaran jasa. Model ini juga dikenal dengan istilah Gap Analysis Model yang berkaitan erat dengan model kepuasan pelanggan. Model ini menegaskan bahwa apabila kinerja pada sebuah atribut (attribute performance) meningkat lebih besar dari harapan (expectation) atas atribut bersangkutan, maka persepsi kepada jasa yang diberikan akan positif dan begitu pula sebaliknya. Berikut ini merupakan 5 gap utama dalam servqual (Tjiptono & Chandra, 2016): 2.2.1 Gap 1 Merupakan antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen (Knowledge Gap). 2.2.2 Gap 2 Merupakan gap antara spesifikasi kualitas jasa dengan penyampaian jasa (Delivery Gap). 2.2.3 Gap 3 Merupakan gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi pada kualitas jasa (Standards Gap). 2.2.4 Gap 4 Merupakan gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal (Communications Gap). 2.2.5 Gap 5 Merupakan gap antara jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan (Service Gap). BAB III METODOLOGI BAB IV PEMBAHASAN BAB V PENUTUP