LAPORAN PRAKTIKUM
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
MODUL 4
“BIOMEKANIKA METODE OCRA”
Disusun Oleh :
TI K 19B – KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
TI K 19B – KELOMPOK 1
i
RINGKASAN
Metode Occupational Repetitive Action (OCRA) untuk menganalisis
kemampuan pekerja terhadap tugas yang meliputi berbagai faktor risiko anggota
badan bagian atas (pengulangan, sikap dan pergerakan tubuh yang kaku, dan lain-
lain yang didefinisikan sebagai “tambahan”). Metode OCRA sebagian besar
berdasarkan dokumen persetujuan dari komite teknis International Ergonomics
Association (lEA) mengenai gangguan musculoskeletal (musculoskeletaldisorders)
dan mereka menghasilkan indikator sintetik yang juga mempertimbangkan
perputaran pekerja dalam tugas-tugas yang berbeda.
OCRA Index merupakan metode yang bersifat prediktif terhadap risiko
pekerjaan anggota tubuh bagian atas yang berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal. Metode ini merupakan metode pertama yang paling analitis dan
dapat dipercaya. OCRA Index secara umum digunakan untuk merancang,
merancang ulang, atau untuk menganalisis secara mendalam pada stasiun kerja dan
tugas-tugas. Berdasarkan OCRA Index, OCRA Checklist merupakan metode yang
lebih sederhana dan disarankan untuk digunakan dalam pemeriksaan awal pada
stasiun kerja meliputi tugas-tugas yang berulang. Aspek Umum OCRA Menurut
Neville Stanton (2005) Kedua metode penilaian mengevaluasi empat faktor risiko
utama, yaitu :
1. Pengulangan (repetitiveness)
2. Kekuatan (force)
3. Sikap dan pergerakan tubuh yang janggal (Awkward posture and movements)
4. Kekurangan waktu pemulihan (Lack of proper recovery periods)
Faktor tambahan lain juga dipertimbangkan, seperti faktor mekanis, faktor
lingkungan, dan faktor organisasi yang berkaitan dengan gangguan repetitive strain
injury pada alat gerak bagian atas. Setiap faktor risiko yang teridentifikasi
dijelaskan dengan baik dan diklasifikasikan untuk mempermudah
mengidentifikasikan tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan.
Dalam laporan praktikum ini membahas contoh analisa menggunakan
metode OCRA pada dua orang pekerja pengolah ubi. Setelah dilakukan analisa
menggunakan metode OCRA, pekerja pertama pengrajang ubi mendapatkan hasil
perhitungan OCRA Index untuk tangan kanan (5,0) dimana area Red-Medium
dengan keterangan keadaan yang beresiko menengah dan untuk tangan kiri (2,1)
dimana area Green dengan keadaan dapat diterima. Sedangkan pekerja kedua
pengupas ubi mendapatkan hasil perhitungan OCRA Index untuk tangan kanan
(3,1) dimana area Yellow dengan keterangan keadaan perlu diperiksa atau
ditingkatkan dan untuk tangan kiri (1,0) dimana area Green dengan keterangan
optimal. Dengan mempelajari ilmu metode analisis OCRA, di harapkan mahasiswa
bisa mengaplikasikan di dunia kerja. Ketika terbiasa melihat hal-hal yang di rasa
dan di anggap kurang baik, maka timbul sikap ingin memperbaiki hal-hal tersebut.
Sehingga bisa bekerja dengan nyaman dan dapat menghasilkan produk dengan
kualitas yang baik serta resiko rasa sakit yang ditimbulkan ketika bekerja bisa
dikurangi.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan
Praktikum Perancangan Sistem Kerja ini dengan lancar tanpa adanya hambatan
apapun. Laporan praktikum perancangan sistem kerja ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas.
Penyusun
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv
2.4.2 Faktor Kekuatan (Force) ................................................................... I-10
2.4.3 Faktor Postur dan Gerakan yang Janggal (Awkward Postures and
Movements)................................................................................................... II-12
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................V-1
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai di tempat kerja
khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam
melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan muskuloskeletal yang biasanya
diawali dengan postur kerja yang kurang ergonomis. Keluhan ini dirasakan
pada bagian-bagian otot skeletal yaitu meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,
jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon yang dikenal dengan
musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal.
Pekerja yang melakukan kegiatan yang siklusnya berulang-ulang
sangat rentan mengalami gangguan muskuloskeletal. Kelelahan
muskuloskeletal merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat
dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan
gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan
efektif dan efisien.
Metode yang paling tepat untuk mengidentifikasi masalah dengan
kondisi seperti ini adalah metode Occupational Repetitive Action (OCRA).
Metode OCRA, yang ditemukan oleh Occhipinti dan Colombini (1996) ini
merupakan metode kuantitatif untuk mengidentifikasi cara kerja yang
digunakan dalam pekerjaan berulang khusus alat gerak tubuh bagian atas.
Kemudian dilakukan pengujian usulan cara kerja menggunakan metode OCRA
Index. Diharapkan dengan usulan ini operator dapat bekerja dengan lebih
nyaman dan sehat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami akan sedikit
membahas dalam laporan ini tentang “Metode Occupational Repetitive Action
(OCRA)”.
I-1
I-2
2.1 Ergonomi
Menurut Nurmianto (2004), International Ergonomics Association
menjelaskan ergonomi berasal dari kata ergon yang berarti kerja dan nomos
yang berarti hukum alam, dimana kedua kata tersebut berasal dari bahasa
Yunani dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen, dan desain atau perancangan.
II-1
II-2
2.2 Biomekanika
Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum hukum fisika dan
mekanika teknik untuk mendesktipsikan gerakan pada tubuh dan memahami
efek gaya dan momen yang terjdi pada tubuh kinetik (Chaffin dkk.2006).
Aplikasi keilmuan biomekanika sangat luas. Pengetahuan dan keterbatasan
sistem otot rangka manusia dalam bergerak dan bekerja dibutuhkan sebagai
dasar pertimbangan dalam perancangan alat dan tempat kerja. Pada bidang
transportasi, pertimbangan biomekanika dibutuhkan dalam perancangan alat
pelindung pengendara serta perancangan keselamatan berkendara, rekonstruksi
dan simulasi tabrakan.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka,
2004) yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap,
walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.
2.3 OCRA
Occhipinti and Colombini mengembangkan metode Occupational
Repetitive Action (OCRA) untuk menganalisis kemampuan pekerja terhadap
tugas yang meliputi berbagai faktor resiko anggota badan bagian atas
(pengulangan, sikap dan pergerakan tubuh yang kaku, dan lain-lain yang
didefinisikan sebagai “tambahan”). Metode OCRA sebagian besar berdasarkan
dokumen persetujuan dari komite teknis International Ergonomics Association
(lEA) mengenai gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) dan
II-4
𝑂𝐶𝑅𝐴
Keterangan:
Ff = Faktor kekuatan
Fp = Faktor postur
Fc = Faktor tambahan
Fd = Faktor durasi
1. Membawa (Move)
Mengangkut suatu objek ke tujuan yang ditentukan dengan
menggunakan tubuh bagian atas. Membawa suatu objek dinyatakan
sebagai tindakan teknis jika objek lebih dari 2 kg (dengan
mengenggam) atau 1 kg (dengan menjepit) dan tubuh bagian atas
bergerak melebar mencapai jarak lebih dari 1 m.
2. Menjangkau (Reach)
Menggerakkan/menggeserkan tangan ke arah yang ditetapkan.
Menjangkau suatu objek dinyatakan sebagai tindakan teknis jika
objek berada di luar jangkauan tangan operator dan tidak dapat
dicapai dengan berjalan. Kemudian operator harus menggerakkan
batang tubuh dan bahu untuk menjangkau objek.
3. Memegang/Mengambil (Grasp/Take)
II-8
yang digunakan, atau kerusakan atau salah memilih alat bantu. Permasalahan
seperti itu adalah masalah yang paling sering dan mudah dipecahkan. Untuk
mengubah skor skala Borg menjadi faktor kekuatan (Ff), dapat dilihat pada
Tabel.
2.4.3 Faktor Postur dan Gerakan yang Janggal (Awkward Postures and
Movements)
Postur dan pergerakan tubuh bagian atas merupakan faktor penting
yang dapat menyebabkan berbagai gangguan muskuloskeletal. Telah banyak
literatur yang menyatakan bahwa postur dan gerakan yang janggal, postur
tubuh statis dalam jangka waktu lama (walaupun tidak ekstrim), dan dari
gerakan berulang berbagai segmen berpotensi menyebabkan cedera. Analisis
postur dan gerakan dikonsentrasikan pada masing-masing segmen tunggal
tubuh bagian atas (genggaman, pergelangan tangan, siku, bahu) dan
dihubungkan dengan waktu (frekuensi dan jangka waktu) postur statis dan
gerakan dinamis. Penilaian postur dan gerakan harus dilakukan pada empat
segmen utama tangan kanan dan kiri:
- gengaman tangan
Berikut ini adalah tabel untuk menentukan skor faktor postur dan gerakan,
pekerja perlu diijinkan untuk berhenti atau meregangkan otot sedikitnya satu
kali per jam.
3.4.2 Bahan :
a. Kuesioner
b. Pentunjuk pelaksana (juklak)
c. Modul 3
III-1
III-2
3.5 Flowchart
Mulai
atau pengukuran langsung pada lantai produksi dengan bantuan alat kamera
rekaman kegiatan operator, data waktu istirahat operator dan data tingkat
4.2 Responden
Pa Asep, Seorang Pengrajang ubi
IV-1
IV-2
Waktu Waktu
Tindakan Teknis Jumlah Tindakan Teknis Jumlah
(detik) (detik)
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
(detik) (detik)
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
mesin perajang 1 0,3
IV-4
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Waktu Waktu
Tindakan Teknis Jumlah Tindakan Teknis Jumlah
(detik) (detik)
Mengarahkan ke 1 0,3
IV-5
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Mengarahkan ke
1 0,3
mesin perajang
Merapikan hasil
Merapikan hasil rajangan 3 4,5 3 4,5
Rajangan
Memindahkan
Memindahkan keranjang 1 2,2 1 2,2
Keranjang
Mengambil keranjang
1 1,8
Kosong
Mengarahkan ke
Mengangkat goni 1 0,7 1 1
4.2.1.2 Frekuensi
FrekuensiTangan
Kanan = (66 x 60) / 114 = 34,737 tindakan / menit
FrekuensiTangan
Kiri = (48 x 60) / 114 = 25,263 tindakan / menit
1. Faktor Kekuatan
Kekuatan yang dikeluarkan diperkirakan dengan skala yang
diusulkan oleh Borg (skala CR-10 Borg). Contoh perhitungan tindakan
mengambil ubi:
0.8
Proporsi waktu dalam 1 siklus = Waktu mengambil ubi = = 0,0070
Waktu Siklus 114
Total skor rata-rata skala Borg tangan kanan adalah 1,7553, maka faktor
2,0 1,7553
Ff = 0,65
Skala Borg = 1,7553 + 2,0−1,5 x (0,75-0,65) = 0,6989
Proporsi
Skor Skor
Tindakan Teknis Waktu Waktu
Borg Rata-
Tangan Kanan (detik) Dalam
Scale 1 Siklus rata
IV-8
Total 83 1,7553
= 3 x 0,0132 = 0,0395
Total skor rata-rata skala Borg tangan kanan adalah 0,9526, maka
faktor
kekuatan (Ff) dapat dihitung dengan cara:
Proporsi
Skor Skor
Tindakan Teknis Waktu Waktu
Borg Rata-
Tangan Kiri (detik) Dalam
Scale rata
1 Siklus
Goni
2. Faktor Postur
Contoh perhitungan skor resiko segmen bahu, pada bagian abduction 45°-
80°
waktu abduction 45 - 80
waktu siklus
3,2
= x 100% = 2,8%
114
Contoh perhitungan skor resiko segmen siku, pada bagian supination ≥60°:
waktu siklus
3,8
= x 100% = 3,3%
114
diperhitungkan tetapi faktor ini tidak selalu ada. Faktor resiko tambahan
yang ada pada saat tangan kanan bekerja adalah getaran dari mesin.
51,5
𝑥 100% = 45,18%
114
Karena proporsi dari waktu siklus diantara 25% sampai 50%, maka skor
faktor tambahan (Fc) adalah 0,95
Getaran
Merajang 4 4
Total 83 51,5
Faktor resiko tambahan yang ada pada saat tangan kiri bekerja adalah
getaran dari mesin.
28,5
Proporsi waktu dalam 1 siklus = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑥 100% = 𝑥 100 = 25%
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑆𝑖𝑘𝑙𝑠 144
Makan
Siang
30 31 31 31 31 0 28 31 31 27 29 Jumlah
Siklus
Keterangan
Kerja
Istirahat /
Sholat
Tabel 4.6 Jadwal Kerja dan Istirahat Makro dalam 1 Hari Responden 1
Waktu Istirahat Mikro = Waktu siklus - Waktu total melakukan tindakan teknis
Waktu Istirahat MikroTangan Kiri = 114 detik – 47,2 detik = 66,8 detik
IV-16
Dibawah ini adalah contoh cara penentuan waktu kerja dan istirahat
aktual untuk jam ke I:
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
=
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑥 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡 𝑀𝑖𝑘𝑟𝑜
𝑆𝑖𝑘𝑙𝑢𝑠
55 menit
55 menit
Waktu Istirahat Aktual = Waktu Istirahat Makro + Total Waktu Istirahat Mikro
5. Faktor Durasi
RTATangan
Kanan = 30 tindakan/menit x 0,6989 x 0,7 x 0,95 x 570 menit x 1 x 0,5
= 3973,77 tindakan
RTATangan
Kiri = 30 tindakan/menit x 0,8642 x 1 x 0,95 x 570 menit x 1 x 0,5
= 7019,46 tindakan
19800 tindakan
OCRA Index Tangan Kanan = = 4,98 ≈ 5,0
3973,77 tindakan
14400 tindakan
OCRA Index Tangan Kiri = = 2,05 ≈ 2,1
7019,46 tindakan
maka klasifikasi OCRA Index tangan kanan termasuk ke dalam area Red-
Medium yang menandakan keadaan pada tangan kanan beresiko menengah
mengalami gangguan muskuloskeletal. OCRA Index tangan kiri bernilai 2,1
(diantara 1,6 sampai 2,2), maka klasifikasi OCRA Index tangan kiri
termasuk ke dalam area Green yang menandakan keadaan pada tangan kiri
telah optimal
Alat Gerak OCRA Index Area Keterangan
Dari data diatas kesimpulan yang kami dapat adalah sebagai berikut :
1. Biomekanika adalah ilmu yang menggunakan hukum hukum fisika dan
mekanika teknik untuk mendesktipsikan gerakan pada tubuh dan
memahami efek gaya dan momen yang terjdi pada tubuh kinetik.
Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan gangguan yang disebabkan
ketika seseorang melakukan aktivitas kerja dan pekerjaan yang signifikan
sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem
Musculoskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot
2. Manual Material Handling (MMH) merupakan Bentuk kegiatan manual
yang dominan dalam industri.
3. Metode Occupational Repetitive Action (OCRA) untuk menganalisis
kemampuan pekerja terhadap tugas yang meliputi berbagai faktor resiko
anggota badan bagian atas (pengulangan, sikap dan pergerakan tubuh yang
kaku, dan lain-lain
4. Metode ORCA yang kami terapkan pada ke 1 responden , Dari hasil
klasifikasi hasil perhitungan OCRA Index, dapat disimpulkan bahwa pada
alat gerak tubuh bagian kanan responden 1 (tangan kanan) perlu dilakukan
perancangan metode kerja yang ergonomis karena ada pada tingkat resiko
menengah.
5.2 Saran
Ketika sedang menganalisis video yang sedang direkam hendaknya harus
teliti karena agar data yang didapat lebih akurat dan hasil analisa sesuai dengan
apa yang responden rasakan sehinggan dapat dilakukan perbaikan.
V-1
V-2
DAFTAR PUSTAKA
(OCRA) Methods: OCRA Index and OCRA Checklist. In: Stanton, Neville,
1
LAMPIRAN