LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL I
RINDU MALAM
DANU RAGIL 1526201120
M. FARID HAFIZ 1426201182
OKA PUTRA ISKANDAR 1526201163
THIO PUJA KUSUSMA 1526201184
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL I (TIME WATCH STUDY DAN STUDI GERAKAN)
Dibuat oleh:
RINDU MALAM
DANU RAGIL 1526201120
M. FARID HAFIS 1426201082
OKA PUTRA ISKANDAR 1526201163
THIO PUJA KUSUMA 1526201184
Disahkan oleh,
Asisten Praktikum
Analisa Pengukuran Kerja dan Ergonomi
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
LEMBAR ASISTENSI
MODUL I
RINDU MALAM
DANU RAGIL 1526201120
M. FARID HAFIS 1426201082
OKA PUTRA ISKANDAR 1526201163
THIO PUJA KUSUMA 1526201184
iv
DAFTAR ISI
v
2.5.2. Konsep Tentang Bekerja Wajar ...................................................14
2.5.3. Cara Menentukan Faktor Penyesuaian ........................................15
2.5.4. Suatu Perbandingan .....................................................................24
2.6. Kelonggaran ...........................................................................................24
2.6.1. Kelonggararan untuk Kebutuhan Pribadi ....................................25
2.6.2. Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa Fatigue.......................25
2.6.3. Kelonggaran untuk Hambatan-Hambatan Tak Terhindarkan .....26
2.6.4. Menyertakan Kelonggaran dalam Perhitungan Waktu Baku ......27
2.7. Studi Gerakan .................................................................................28
2.8. Ekonomi Gerakan ...........................................................................28
BAB III PENGUMPULAN DATA .....................................................................30
3.1. Alat dan Bahan ......................................................................................30
3.2. Cara Pengumpulan Data ........................................................................30
3.3. Data Pengamatan ...................................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................34
4.1. Layout Perakitan ....................................................................................34
4.2. Uraian Gerakan ......................................................................................42
4.3. Pengukuran Pendahuluan.......................................................................43
4.4. Uji Tingkat Ketelitian dan Keyakinan Data ..........................................53
4.5. Uji Kesergaman Data .............................................................................53
4.6. Waktu Baku ...........................................................................................66
4.7. Analisa dan Evaluasi..............................................................................83
BAB V PENUTUP ................................................................................................89
5.1. Kesimpulan ............................................................................................89
5.2. Saran ......................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................92
LAMPIRAN ..........................................................................................................93
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR NOTASI DAN LAMBANG
Σ = Hasil jumlah
σ = Menghitung standar deviasi
ix
Jtd = Jangkauan tangan kedepan
Jts = Jangkauan tangan ke samping
Jpl = Jarak pinggul ke lipat lutut
k = Harga banyaknya subgrup yang terbentuk
K = Faktor pengali untuk persentil yang diinginkan
K = Jumlah hari pengamatan
K = Jangkauan tangan kedepan
Lbd = Lebar bahu duduk
Lpd = Lebar pinggul duduk
M = Tinggi siku duduk
MWR = Metabolic Work Rate (W)
Max HR = Maksimal Heart Rate (HRmaks)
N = Banyak data dalam satu subgrup
N = Tinggi popliteal duduk
N = Jumlah random observasi yang diperlukan
N = Banyaknya pengamatan yang dilakukan
n1 = Jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke-i
N’ = Jumlah pengukuran yang diperlukan
OP = Operator
P =1 = Bekerja wajar
P<1 = Bekerja terlalu lambat
P>1 = Bekerja terlalu cepat
Pi = Persentase produktif dihari ke-i
Pp = Pantat popliteal
P = Persentil
P = Nilai persentil yang dihitung
P = Persentase produktif (work) dari semua pengamata yang tidak di
lakukan
P = Faktor penyesuaian
r = Merupakan korelasi antara dua basis data, x dan y
R = Lama waktu istirahat (menit), untuk diberikan setelah kerja
x
RF = Rating Factor
RHR = Denyut jantung saat beristirahat
s = Batas atas energi yang boleh dikeluarkan (kkal/menit) untuk kerja 8
delapan jam berturut-turut.
S = Tingkat ketelitian yang diinginkan
S = Simpangan baku
Tbb = Tinggi bahu berdiri
Tbd = Tinggi bahu duduk
Tbt = Tinggi badan tegak
Tdd = Tinggi dada duduk
Tmb = Tinggi mata berdiri
Tlb = Tinggi lutut berdiri
Tlt = Tinggi lipat lutut
Tmd = Tinggi mata duduk
Tpb = Tinggi pinggang berdiri
Tpd = Tebal paha duduk
Tsb = Tinggi siku berdiri
Tsd = Tinggi siku duduk
Tsp = Tinggi sandaran punggung
VO2 = Konsumsi oksgen (liter/menit)
w = Lama waktu kerja yang dilakukan secara berturut-turut (menit)
W = Bobot badan (kg)
Wb = Waktu Baku
Wn = Waktu Normal
Ws = Waktu Siklus
X = Nilai rata-rata
X = Waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran
𝑋̅ = Menghitung rata-rata dari harga subgrup
𝑋𝑖 = Harga rata-rata dari subgrup
Xi = Jumlah waktu penyelesaian diamati
Xj = Waktu penyelesaian untuk sampel ke-j
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
kedalam dua bagian yaitu secara langsung yaitu pengukuran yang dilakukan
termasuk didalamnya adalah cara jam berhenti dan sampling pekerjaan. Secara
tidak langsung yaitu pengukuran yang dilakukan tanpa harus berada ditempat
termasuk dalam kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan.
penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang
dilakukan terhadap operator pria dalam melakukan perakitan kotak korek api
1
1.2. Tujuan Praktikum
dengan penentuan.
2
3
BAB II
DASAR TEORI
(stop watch) sebagai alat utamanya. Cara ini seringkali digunakan karena
merupakan cara yang paling banyak dikenal. Alasan lainnya yang menyebabkan
penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah peruntukan penggunaan hasil
pengukuran, tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil
waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam meyelesaikan suatu
pekerjaan. Tentu suatu sistem kerja dengan kondisi yang telah ada selama ini
termasuk di antara yang dapat dicarikan waktu yang pantas tersebut. Artinya akan
3
didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan, namun dengan
besarnya. Keuntungan demikian tidak akan diperoleh jika kondisi kerja dari
keteranggannya. Hal lain yang harus dilakukan dalam rangka ini, yaitu
membakukan secara tertulis sistem kerja yang baik. Disini semua kondisi dan cara
kerja dicatat dan dicamtumkan dengan jelas serta bila perlu dengan gambar-
gambar. Untuk tata letak peralatan dan wadah, misalnya pembakuan sistem kerja
yang dipilih adalah suatu hal yang penting baik dilihat untuk keperluan sebelum,
pada saat-saat proses, maupun sesudah pengukuran dilakukan dan waktu baku
pengukuran berlangsung. Jadi waktu penyesuaian pun berlaku hanya untuk sistem
yang baku tentang sistem kerja yang telah dipilih perlu ada dan dipelihara,
4
2.1.3. Memilih Operator
yang begitu saja diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi beberapa
persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan dapat
dapat diajak bekerja sama. Jika jumlah pekerja yang tersedia ditempat kerja yang
dkk, 2006).
ditunjukan tadi jelaslah orang yang dicari bukanlah orang yang berkemampuan
tinggi dan rendah, karena orang-orang yang demikian hanya meliputi sebagian
kecil saja dari seluruh jumlah pekrja yang ada. Jadi, yang dicari adalah waktu
penyelesaian pekerjaan secara wajar diperlukan oleh pekerja normal, dan ini
pengukur harus mencari operator yang memenuhi hal tersebut (Sutalaksana, dkk,
2006).
masiah perlu dilakukan bagi operator tersebut terutana jika kondisi dan cara kerja
yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. Hal ini terjadi
jika yang diukur adalah sistem kerja baru sehingga operator tidak berpengalaman
5
menjalankannya. Bahkan bila sistem kerjanya adalah yang sudah ada selama ini,
Dalam keadaan seperti ini operator harus dilatih terlebih dahulu, karena
sebelum diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang
telah ditetapkan (dan telah dibakukan) itu. Harap diingat bahwa yang dicari adalah
waktu penyelesaian pekerjaan yang didapat dari suatu penyelesaian wajar dan
bukan penyelesaian dari orang yang bekerja baku dengan berbagai kesalahan
diukur waktunya. Waktu siklusnya adalah jumlah dari waktu setiap elemen tadi.
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan baku
mulai diperoses ditempat kerja yang bersangkutan. Misalnya waktu siklus untuk
isi, dan bagian atasnya sehingga merupakan suatu pulpen yang lengkap. Gerakan-
6
cara kerja yang dibakukan. Kedua adalah untuk memungkinkan melakukan
mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan
waktu standar untuk tempat kerja yang bersangkutan (Sutalaksana, dkk, 2006).
1. Jam henti.
2. Lembaran-lembaran pengamatan.
4. Papan pengamatan.
sebelum pengukuran dengan kolom dan baris yang memudahkan pencatatan dan
dengan menggunakan jam henti digital. Selain kotak-kotak untuk mencatat waktu,
keterangannya yang juga diperlukan seperti nama pekerjaan yang diukur, mesin
7
yang dipakai, operator yang diukur, pengukur waktunya, dan lain-lain
alat-alat yang telah disiapkan. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran
tahap pertama dilakukan, ada 3 hal yang harus mengikutinya yaitu (Sutalaksana,
dkk, 2006):
Jika tahap kedua selesai maka dilakukan lagi ketiga hal pada tahap
8
1. Kelompokkan ke-40 yang telah diamati tersebut ke dalam subgrup-subgrup
2. Menghitung rata-rata dari harga rata-rata dari sub grup dengan rumus:
∑ xi
x̅ = ........................................................................................................... .......2.1
k
Dimana:
2
∑ (xi -x̅ )
σ=√ N-1 ........................................................................................................2.2
Dimana:
telah dilakukan
Catatan:
Jika data pengukuran < 30, maka rumus pembagi yang digunakan adalah N-1
Jika data pengukuran > 30, maka rumus pembagi yang digunakan adalah N
Dimana:
9
5. Menentukan Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah (BKA dan BKB)
6. Apabila semua rata-rata subgrup berada dalam batas kontrol maka semua
X
2
k/s N
2 2
X -
'
N x ...................................................................2.6
Dimana:
b. Apabila tingkat ketelitian 10% dan tingkat kepercayaan 95% maka nilai
3
0,05x3αx0,1 = 60....................................................................................................2.9
Seandainya jumlah pengukuran yang diperlukan ternyata masih lebih besar dari
jumlah pengukuran yang telah dilakukan N’>N, maka pengukuran tahap kedua
10
2.3. Tingkat Ketelitian, Keyakinan, dan Pengujian Keseragaman Data
hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi dan dinyatakan dalam
persen. Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti
10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan hasil mendapatkan hal ini adalah
11
menyimpang lebih dari 10% seharusnya, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan
Sekarang akan kita lihat beberapa hal yang berhubungan dengan pengujian
keseragaman data. Secara teoretis apa yang dilakukan dalam pengujian ini adalah
ketidakseragaman dapat datang tanpa disadari maka diperlu kan suatu alat yang
dapat “mendeteksinya” hal itu. Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data
merupakan batas seragam tidaknya data. Data yang dikatakan seragam yaitu
berasal dari sistem sebab yang sama, bila berada diantara kedua batas kontrol, dan
tidak seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang berbeda, jika berada diluar
Jika pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang di dapat memiliki
baku dari hasil pengamatan. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang
12
1. Hitung waktu siklus rata-rata dengan rumus:
Ws=
Xi ..........................................................................................................2.10
N
Dimana:
Wn = Ws x p.......................................................................................................2.11
Dimana:
mendapatkan siklus yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar maka
faktor penyesuaian p=l artinya waktu siklus rata-rata sudah normal (100%)
harus memberi harga p<l, dan sebaliknya p>1, jika dianggap bekerja cepat
(110%).
Wb= Wn + 1.......................................................................................................2.12
Dimana:
13
dapat dihindarkan oleh pekerja. Umumnya kelonggaran dinyatakan dalam
2.5. Penyesuaian
didapat, waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan waktu baku diperoleh dengan
Wn = Ws x P.......................................................................................................2.13
Wb = Wn (1 + All)..............................................................................................2.14
waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian.
Bila pengukur berpendapat bahwa operator pekerja diatas normal (telalu cepat)
maka harga p-nya akan lebih besar dari suatu (p>l) sebaliknya jika operator
dipandang pekerja dibawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p<l).
yang dianggap normal itu yaitu “Jika seorang operator yang dianggap
14
berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja,
penyesuaian westinghouse. Pada konsep ini mereka berpendapat ada empat faktor
Cara pertama adalah cara persentase yang merupakan cara yang paling
pengukuran. Jadi sesuai dengan yang terlihat selama pengukuran dia menetukan
harga p yang menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga
ini dikalikan dengan waktu siklus Ada beberapa cara yang digunakan untuk
menentukan factor penyesuaian. Disini kami akan menggunakan salah satu cara
usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas
15
enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini
1. Super Skill:
pekerja terbaik.
2. Excellent Skill:
pemeriksaan lagi.
16
8. Bekerjanya cepat tetapi halus.
3. Good Skill:
lebih rendah.
6. Tiada keragu-raguan.
7. Bekerjanya "stabil".
9. Gerakan-gerakannya cepat.
4. Average Skill:
17
5. Fair Skill:
6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu
yakin.
6. Poor Skill:
2. Gerakan-gerakannya kaku.
18
B. Usaha atau Effort.
1. Excessive Effort:
kerja.
2. Excellent Effort:
11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak
terlihat.
19
3. Good Effort:
1. Bekerja berirama.
4. Average Effort:
5. Fair Effort:
20
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
6. Poor Effort:
5. Melakukan gerakan gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan
bahan-bahan.
ruangan. Bila ketiga faktor lainnya, yaitu keterampilan, usaha, dan konsitensi
21
sesuatu diluar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak
kemampuan mengubahnya. Oleh karena itu, faktor kondisi sering disebut sebagai
faktor menajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang mengubah atau
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu ideal, excellent, good,
average, fair, dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap
Pada faktor ini yang perlu diperhatikan karena pada setiap pengukuran
waktu angka-angka yang dicatat tidak semuanya sama, waktu penyelesaian yang
ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari
jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Seseorang yang bekerja perfect adalah yang
dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang boleh dikatakan tetap dari saat ke
22
Tabel 2.1. Penyesuaian Menurut Westinghouse (lanjutan)
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Keterampilan Average D 0.00
(Skill) Fair E1 -0.05
E2 -0.10
Poor F1 -0.16
F2 -0.22
Usaha Superskill A1 + 0.13
(Effort) A2 + 0.12
Excellent B1 + 0.10
B2 + 0.08
Good C1 + 0.05
C2 + 0.02
Average D 0.00
Fair E1 -0.04
E2 -0.08
Poor F1 -0.12
F2 -0.17
Kondisi Kerja Ideal A + 0.06
(Condition) Excellenty B + 0.04
Good C + 0.02
Average D 0.00
Fair E -0.03
Poor F -0.07
Konsisten Perfect A + 0.04
(Consistency) Excellent B + 0.03
Good C + 0.01
Average D 0.00
Fair E -0.02
Poor F -0.04
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
dianggap wajar diberi harga p=1, sedangkan terhadap penyimpangan dari keadaan
ini harga p-nya ditambah dengan angka-angka yang sesuai dengan keempat faktor
23
2.5.4. Suatu Perbandingan
yang jelas sehingga jika dia memberi harga p=1,20, dan kepadanya dinyatakan
besarnya faktor kondisi yang telah diperhitungkan dalam angka tersebut, biasanya
kelas dari setiap faktor. Dengan cara ini mungkin saja diperoleh p=1,28 atau
2.6. Kelonggaran
ratanya. Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan
penyesuaian, satu hal lain yang kerap kali terlupakan adalah menambah
kelonggran atas waktu normal yang telah didapatkan (Sutalaksana, dkk, 2006).
dihindarkan. Ketiga ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
24
pekerja dan selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun terhitung.
Oleh karena itu, sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal,
kejemuan dalam kerja. Kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat sebagai suatu yang
mutlak, tidak bias misalnya seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa
dahaga atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang
jam-jam kerja. Berdasarkan penelitian besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria
kondisi kerja normal pria memerlukan 0% sampai 2,0% dan wanita 2,5% sampai
Rasa fatique tercermin antara lain dari penurunan hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan
25
disebabkan timbulnya rasa fatique, karena masih banyak kemungkinan lain yang
Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performansi normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila ini
berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan
yang berangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali
berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat
serendah mungkin. Hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan
26
3. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong
dari suatu pekerjaan kepekerjaan lain bahkan satu sistem ke sistem lain karena
suplai alat dan bahan, dan sebagainya. Catatan-catatan pabrik tentang lamanya
hal diatas yaitu untuk keutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan
dengan pekerjaan yang bersangkutan. Untuk yang ketiga dapat diperoleh melalui
waktu normal yang telah dihitung sebelumnya. Jika dari samping pekerjaan
didapat bahwa kelonggaran untuk hambatan yang terhindarkan adalah 5%, maka
27
2.7. Studi Gerakan
yang tidak efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan
atau gerakan mana yang sebetulnya tidak diperlukan oleh pekerja tapi masih
kerja yang baik pula. Para perancang kerja dapat menyusun suatu sistem kerja
yang antara lain terdiri gerakan-gerakan yang baik yaitu gerakan yang
memberikan hasil kerja yang baik, misalnya gerakan yang dapat mengakibatkan
28
Misalnya gerakan yang dapat mengakibatkan waktu penyelesaian kerja
yang singkat. Prinsip ekonomi gerakan terdiri dari atas 3 bagian yaitu
gerakannya.
tempat kerja.
Ketiga prinsip diatas berkaitan cukup erat satu sama lain dan
mudah dan cepat jika dikerjakan sekaligus oleh tangan kanan dan tangan kiri. Hal
ini juga sesuai dengan analisis therblig pada studi gerakan. Gerakan yang simetris
diperlukan agar kedua tangan mencapai keseimbangan antara satu dan lainnyat
29
30
BAB III
PENGUMPULAN DATA
1. Stopwatch.
2. Korek api.
3. 4 buah wadah.
4. Meteran.
5. Alat tulis.
7. Kamera handphone.
operator tersebut mengambil korek api yang telah disiapkan dimeja kerja operator
tersebut. Dimana untuk operator pertama yang dilakukan oleh Oka Putra Iskandar,
operator kedua dilakukan oleh Danu Ragil, operator ketiga dilakukan oleh Thio
Puja Kusuma serta operator keempat dilakukan oleh Muhammad Farid Hafiz.
Untuk gambar keempat operator dapat dilihat pada lampiran halaman akhir
laporan ini.
30
3.3. Data Hasil Pengamatan
masing operator dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Untuk data pengamatan
yang dilakukan oleh setiap operator dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
31
Tabel 3.1. Data Pengamatan Layout 1 yang Dilakukan Oleh 4 Operator (lanjutan)
Waktu (detik)
No
Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4
32 19,2 16,2 16,8 16,7
33 17,9 18,9 16,9 15,8
34 18,2 19,6 16,5 16,6
35 16 17,4 15,8 18,4
36 17,3 17 16,8 19,8
37 19 10,2 19,7 16,3
38 18,1 18,1 16,4 17,7
39 16,3 18,9 17,8 16,7
40 17,2 10,5 16,4 16,1
Jumlah 709,7 649,2 692,1 684,4
Rata-rata 17,74 16,23 17,32 17,11
Sumber: Data praktikum, 2017
Dari Tabel 3.1 total waktu yang diperoleh oleh operator 1 berjumlah 709,7
detik dengan rata-rata 17,74 detik, operator 2 memperoleh jumlah waktu sebesar
649,2 detik dengan rata-rata bernilai 16,23 detik, operator 3 memperoleh total
waktu sebesar 692,1 detik dengan rata-rata 17,23 detik, sedangkan untuk operator
32
Tabel 3.2. Data Pengamatan Layout 2 Yang Dilakukan Oleh 4 Operator (lanjutan)
Waktu (detik)
No Operator
Operator 2 Operator 3 Operator 4
1
11 12,4 17,7 19,4 16,8
12 16,1 18,6 18,9 16
13 15,7 18,6 10 16,8
14 14,3 16,9 17,5 14,3
15 13,9 16,8 18 16,3
16 15,2 17,1 19 14,6
17 15,9 16,3 17,8 16
18 14,61 16 18,9 16,8
19 15,7 15,3 19,6 19,4
20 15,9 16,3 10,5 16,7
21 18,5 16,3 17,4 17,8
22 13,9 16,3 16,8 16,4
23 15,1 16,9 18,9 19,8
24 14,3 17,1 19,4 16,6
25 13,4 17,5 10,4 15,9
26 15,1 17,1 11,5 17,8
27 18,9 17,4 16,7 18,3
28 18,8 18 18,9 19,2
29 18,6 16,5 18,8 17,2
30 17,6 15,6 11,2 15,7
31 17,7 14,8 19,7 14,2
32 17,1 17,5 10,5 15,8
33 15,4 19,1 11,5 17,7
34 17,6 17,6 16,8 18,2
35 17,1 18 19,1 19
36 10,2 17,9 18,8 16
37 17,5 16,5 18,3 18,2
38 18,9 17 10,6 15,3
39 19,5 16,2 10,8 19,4
40 19,8 16,7 14,8 19,1
Jumlah 638,8 667,6 631,1 676,4
Rata-rata 15,97 16,69 15,78 16,91
Sumber: Data Praktikum, 2017
Dari Tabel 3.2 untuk total waktu operator 1, 2, 3, 4 berjumlah 638,8 detik
33
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Adapun posisi yang dilakukan pada keempat operator dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Untuk layout operator 1 yang dilakukan oleh Oka Putra Iskandar
86 cm
9 cm 11 cm
17 cm
14 cm
Pusat
Dari Gambar 4.1 didapatkan bahwa untuk titik pusat operator berada
ditengah meja kerja dengan jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi anak
korek sejauh 9 cm, jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi tempat korek
sejauh 14 cm, jarak pusat operator ke wadah yang berisi penutup korek sejauh 11
cm, dan jarak pusat operator ke wadah sejauh 17 cm. Panjang setiap wadah yang
digunakan berukuran 26.5 cm dan lebar pada setiap wadah berukuran 21.5 cm.
34
Untuk wadah yang berisikan anak korek berada dibagian kiri operator, wadah
yang berisi tempat korek berada di bagian kiri, wadah yang berisi tutup korek
berada di bagian kanan operator dan wadah kosong berada di bagian kanan
operator.
Untuk layout operator 2 yang dilakukan oleh Danu Ragil dapat dilihat
86 cm
40 cm 25 cm 25 cm
40 cm
Pusat
Dari Gambar 4.2 didapatkan bahwa untuk titik pusat operator berada
ditengah meja kerja dengan jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi anak
korek sejauh 25 cm, jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi tempat korek
sejauh 40 cm, jarak pusat operator ke wadah yang berisi penutup korek sejauh 25
cm, dan jarak pusat operator ke wadah sejauh 40 cm. Panjang setiap wadah yang
digunakan berukuran 26.5 cm dan lebar pada setiap wadah berukuran 21.5 cm.
Untuk wadah yang berisikan anak korek berada dibagian kiri operator, wadah
35
yang berisi tempat korek berada di bagian kiri, wadah yang berisi tutup korek
berada di bagian kanan operator dan wadah kosong berada di bagian kanan
operator.
Untuk layout operator 3 yang dilakukan oleh Thio Puja Kesuma dapat
86 cm
21.5 cm 21.5 cm 21.5 cm 21.5 cm
22 cm 22 cm
37 cm
37 cm
Pusat
Gambar 4.3 Layout Perakitan Operator 3
Sumber: Data Pengamatan, 2017
Dari Gambar 4.3 didapatkan bahwa untuk titik pusat operator berada
ditengah meja kerja dengan jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi anak
korek sejauh 22 cm, jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi tempat korek
sejauh 37 cm, jarak pusat operator ke wadah yang berisi penutup korek sejauh 22
cm, dan jarak pusat operator ke wadah sejauh 37 cm. Panjang setiap wadah yang
digunakan berukuran 26.5 cm dan lebar pada setiap wadah berukuran 21.5 cm.
Untuk wadah yang berisikan anak korek berada dibagian kiri operator, wadah
yang berisi tempat korek berada di bagian kiri, wadah yang berisi tutup korek
36
berada di bagian kanan operator dan wadah kosong berada di bagian kanan
operator.
Untuk layout operator 4 yang dilakukan oleh M.Hafiz dapat dilihat pada
86 cm
24 cm
26 cm
35 cm 39 cm
Pusat
Dari Gambar 4.4 didapatkan bahwa untuk titik pusat operator berada
ditengah meja kerja dengan jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi anak
korek sejauh 24 cm, jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi tempat korek
sejauh 35 cm, jarak pusat operator ke wadah yang berisi penutup korek sejauh 26
cm, dan jarak pusat operator ke wadah sejauh 39 cm. Panjang setiap wadah yang
digunakan berukuran 26.5 cm dan lebar pada setiap wadah berukuran 21.5 cm.
Untuk wadah yang berisikan anak korek berada dibagian kiri operator, wadah
yang berisi tempat korek berada di bagian kiri, wadah yang berisi tutup korek
37
berada di bagian kanan operator dan wadah kosong berada di bagian kanan
operator.
Layout Perakitan II
Adapun posisi yang dilakukan pada keempat operator dapat dilihat pada
Gambar 4.5. Untuk layout operator 1 yang dilakukan oleh Oka Putra iskandar
43 cm
21.5 cm 21.5 cm
Penutup
Selesai
korek
26,5 cm
53 cm
Tempat Anak
korek korek 26.5 cm
33 cm 34 cm
26 cm 25 cm
Pusat
Gambar 4.5 Layout Perakitan Operator 1
Sumber: Data Pengamatan, 2017
Dari Gambar 4.5 didapatkan bahwa untuk titik pusat operator berada di
tengah meja kerja dengan jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi anak
korek sejauh 25 cm, jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi tempat korek
sejauh 26 cm, jarak pusat operator ke wadah yang berisi penutup korek sejauh 33
cm, dan jarak pusat operator ke wadah sejauh 34 cm. Panjang setiap wadah yang
digunakan berukuran 26.5 cm dan lebar pada setiap wadah berukuran 21.5 cm.
38
Sementara untuk panjang kedua wadah yang digunakan sepanjang 53 cm dan
untuk lebar kedua wadah yang digunakan selebar 43 cm. Untuk wadah yang
berisikan anak korek dan wadah kosong berada dibagian kanan operator, wadah
yang berisikan penutup korek dan tempat korek berada di bagian kiri operator.
Untuk layout operator 2 yang dilakukan oleh Danu Ragil dapat dilihat
43 cm
21.5 cm 21.5 cm
Penutup
Selesai 26,5 cm
korek
53 cm
Tempat Anak
korek korek 26.5 cm
43 cm 43 cm
23 cm 23 cm
Pusat
Gambar 4.6 Layout Perakitan Operator 2
Sumber: Data Pengamatan, 2017
Dari Gambar 4.6 didapatkan bahwa untuk titik pusat operator berada
ditengah meja kerja dengan jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi anak
korek sejauh 23 cm, jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi tempat korek
sejauh 23 cm, jarak pusat operator ke wadah yang berisi penutup korek sejauh 43
cm, dan jarak pusat operator ke wadah sejauh 43 cm. Panjang setiap wadah yang
digunakan berukuran 26.5 cm dan lebar pada setiap wadah berukuran 21.5 cm.
39
Sementara untuk panjang kedua wadah yang digunakan sepanjang 53 cm dan
untuk lebar kedua wadah yang digunakan selebar 43 cm. Untuk wadah yang
berisikan anak korek dan wadah kosong berada di bagian kanan operator, wadah
yang berisikan penutup korek dan tempat korek berada di bagian kiri operator.
Untuk layout operator 3 yang dilakukan oleh Thio Puja Kesuma dapat
43 cm
21.5 cm 21.5 cm
Penutup
Selesai 26,5 cm
korek
53 cm
Tempat Anak
korek korek 26.5 cm
28 cm 27 cm
14 cm 15 cm
Pusat
Gambar 4.7. Layout Perakitan Operator 3
Sumber: Data Pengamatan, 2017
Dari Gambar 4.7 didapatkan bahwa untuk titik pusat operator berada
ditengah meja kerja dengan jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi anak
korek sejauh 15 cm, jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi tempat korek
sejauh 14 cm, jarak pusat operator ke wadah yang berisi penutup korek sejauh 28
cm, dan jarak pusat operator ke wadah sejauh 27 cm. Panjang setiap wadah yang
digunakan berukuran 26.5 cm dan lebar pada setiap wadah berukuran 21.5 cm.
40
Sementara untuk panjang kedua wadah yang digunakan sepanjang 53 cm dan
untuk lebar kedua wadah yang digunakan selebar 43 cm. Sementara untuk
panjang kedua wadah yang digunakan sepanjang 53 cm dan untuk lebar kedua
wadah yang digunakan selebar 43 cm. Untuk wadah yang berisikan anak korek
dan wadah kosong berada dibagian kanan operator, wadah yang berisikan penutup
Untuk Layout operator 4 yang dilakukan oleh M.Hafiz dapat dilihat pada
Gambar 4.8.
43 cm
21.5 cm 21.5 cm
Penutup
Selesai 26,5 cm
korek
53 cm
Tempat Anak
korek korek 26.5 cm
34 cm 34cm
26 cm 26 cm
Pusat
Gambar 4.8. Layout Perakitan Operator 4
Sumber: Data Pengamatan, 2017
Dari Gambar 4.8 didapatkan bahwa untuk titik pusat operator berada
ditengah meja kerja dengan jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi anak
korek sejauh 26 cm, jarak dari pusat operator ke wadah yang berisi tempat korek
sejauh 26 cm, jarak pusat operator ke wadah yang berisi penutup korek sejauh 34
41
cm, dan jarak pusat operator ke wadah sejauh 34 cm. Panjang setiap wadah yang
digunakan berukuran 26.5 cm dan lebar pada setiap wadah berukuran 21.5 cm.
untuk lebar kedua wadah yang digunakan selebar 43 cm. pada pratikum ini untuk
wadah yang berisikan anak korek dan wadah kosong berada dibagian kanan
operator, wadah yang berisikan penutup korek dan tempat korek berada di bagian
kiri operator.
4. Rakitlah sebuah korek api, hasilnya kemudian diletakan di wadah yang telah
disediakan.
sebanyak 40 sampel.
6. Catat setiap waktu untuk perakitan setiap satu set korek api sebanyak 40
sampel.
42
4.3. Pengukuran Pendahuluan
pada keempat operator tersebut. Berikut adalah tabel untuk keempat operator dan
pengukuran pendahuluan layout 1 operator 1 dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bab
sebelumnya.
berjumlah 409,5 detik. Kemudian hasil rata-rata yang dilakukan oleh operator 1
operator 1 dapat dilihat pada Tabel 4.1 dengan mengelompokkan ke-40 harga
diperoleh kemudian dihitung rata-ratanya dan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
43
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat disimpulkan untuk jumlah nilai subgrup-
subgrup pengamatan operator 1 berjumlah 161,32 detik. Dari data subgrup diatas
selanjutnya mencari nilai rata-rata dari harga rata-rata subgrup dengan merujuk
pada rumus 2.1 halaman 23 pada bab 2 dengan perhitungan sebagai berikut.
X
xi
161,32
20,165
k 8
merujuk pada Rumus 2.2 halaman 23 pada bab 2 dari waktu penyelesaian dengan
415,0108
3,2210 detik
40
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
3,2210
X
n
5
1,4405 detik
Tabel 3.1 dibab sebelumnya untuk operator 2. Berdasarkan Tabel 3.1 tersebut
dilakukan oleh operator 2 berjumlah 161,092 detik. Kemudian hasil rata-rata yang
operator 2 dapat dilihat pada tabel dibawah dengan mengelompokkan ke-40 harga
44
pengukuran yang diperoleh secara berturut-turut dan kemudian dihitung rata-
subgrup pengamatan operator 2 berjumlah 161,092 detik. Dari data subgrup diatas
selanjutnya mencari nilai rata-rata dari harga rata-rata subgrup dengan merujuk
X
xi
161,092
20,1365 detik
k 8
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada rumus
284,1821
2,665 detik
40
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
45
2,665
X
n
5
1,192002 detik
Tabel 3.1 untuk operator 3. Berdasarkan Tabel 3.1. diatas didapat bahwa untuk
berjumlah 170,574 detik. Kemudian hasil rata-rata yang dilakukan oleh operator 3
operator 3 dapat dilihat pada tabel dibawah dengan mengelompokkan ke-40 harga
46
subgrup diatas selanjutnya mencari nilai rata-rata dari harga rata-rata subgrup
X
xi
170,574
21,32175 detik
k 8
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
665,311
4,0783 detik
40
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
4,0783
X
n
5
1,8238 detik
pada Tabel 3.1 pada bab 3. Berdasarkan Tabel 3.1 tersebut didapat bahwa untuk
berjumlah 852,87 detik. Kemudian hasil rata-rata yang dilakukan oleh operator 3
operator 4 dapat dilihat pada tabel dibawah dengan mengelompokkan ke-40 harga
47
Tabel 4.4. Data Subgrup-Subgrup Pengamatan Operator 4
Sub Harga
Waktu penyelesaian berturut-turut(detik)
grub rata-rata
1 12,46 18,78 16,8 19,4 18,7 17,228
2 12,78 18,9 21,44 16,25 16,02 17,078
3 14,11 20,27 20,1 16,8 17,8 17,816
4 11,61 20,4 24,22 15,08 16,61 17,584
5 15,52 19,1 16,7 27,3 16,7 19,064
6 11,53 18,2 21,6 21,93 18,29 18,31
7 16,64 18,56 19,4 12,2 15,4 16,44
8 13,05 21,22 19,89 25,55 14,62 18,866
JUMLAH 711,93 142,386
Sumber: Data Pengolahan Pratikum, 2017
subgrup pengamatan operator 4 berjumlah 142,386 detik. Dari data subgrup diatas
selanjutnya mencari nilai rata-rata dari harga rata-rata subgrup dengan merujuk
X
xi
142,386
17,79825 detik
k 8
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
521,3692
3,6102 detik
40
Kemudian menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
3,6102
X
n
5
1,614542 detik
48
Selanjutnya untuk pengukuran pendahuluan layout 2 operator 1 dapat
dilihat pada Tabel 3.2 dibab sebelumnya untuk operator 1. Untuk data
kemudian dihitung rata-ratanya dan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
subgrup pengamatan layout 2 pada operator 1 berjumlah 138,164 detik. Dari data
subgrup diatas selanjutnya mencari nilai rata-rata dari harga rata-rata subgrup
X
xi
138,164
17,2705 detik
k 8
berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus 2.2.
228,2644
2,388 detik
40
49
Kemudian menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada rumus
2,3888
X
n
5
1,068311detik
Tabel 3.1 dibab sebelumnya untuk operator 2.Berdasarkan Tabel 3.1. tersebut
dilakukan oleh operator 2 berjumlah 734,49 detik. Kemudian hasil rata-rata yang
operator 2 dapat dilihat pada tabel dibawah dengan mengelompokkan ke-40 harga
50
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan untuk jumlah nilai subgrup-
subgrup pengamatan layout 2 pada operator 2 berjumlah 146,898 detik. Dari data
subgrup diatas selanjutnya mencari nilai rata-rata dari harga rata-rata subgrup
dengan merujuk pada Rumus 2.1 halaman 23 pada bab 2 dengan perhitungan
sebagai berikut.
X
xi
146,898
18,36228 detik
k 8
subgrup berdasarkan data yang telah diamati dengan merujuk pada Rumus 2.2.
196,35
2,22 detik
40
subgrup berdasarkan data yang telah diamati dengan merujuk pada Rumus 2.3.
3,176604
X
n
5
3,176603 detik
Tabel 3.2 untuk operator 3. Berdasarkan Tabel 3.2 di atas didapat bahwa untuk
berjumlah 154,022 detik. Kemudian hasil rata-rata yang dilakukan oleh operator 3
operator 3 dapat dilihat pada tabel dibawah dengan mengelompokkan ke-40 harga
51
pengukuran yang diperoleh secara berturut-turut dan kemudian dihitung rata-
subgrup pengamatan layout 2 pada operator 3 berjumlah 68,30 detik. Dari data
subgrup diatas selanjutnya mencari nilai rata-rata dari harga rata-rata subgrup
dengan merujuk pada Rumus 2.1 halaman 23 pada bab 2 dengan perhitungan
sebagai berikut.
X
xi
154,022
19,2527 detik
k 8
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
289,8532
2,691901 detik
40
52
Kemudian menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
2,91901
X
n
5
1,203837 detik
pada Tabel 3.2 pada bab 3. Berdasarkan Tabel 3.2 tersebut didapat bahwa untuk
berjumlah 139,206 detik. Kemudian hasil rata-rata yang dilakukan oleh operator 3
operator 4 dapat dilihat pada tabel dibawah dengan mengelompokkan ke-40 harga
53
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan untuk jumlah nilai subgrup-
subgrup pengamatan layout 2 pada operator 4 berjumlah 139,206 detik. Dari data
subgrup diatas selanjutnya mencari nilai rata-rata dari harga rata-rata subgrup
dengan merujuk pada Rumus 2.1 halaman 23 pada bab 2 dengan perhitungan
sebagai berikut.
X
xi
139,206
17,40075 detik
k 8
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas dengan merujuk pada Rumus
417,6583
3,231324 detik
40
subgrup berdasarkan data yang telah diamati diatas merujuk pada Rumus 2.3.
3,231324
X
n
5
1,445071 detik
54
keyakinan pengukur, bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi
dan dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat untuk keempat operator tersebut kami
mengambil ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa
dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan hasil mendapatkan hal ini adalah
95%.
Untuk uji keseragaman data untuk setiap operator akan dijelaskan dibawah
ini. Setelah itu kita akan menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol
bawah (BKB) dari data diatas dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat
pada interval harga rata-rata yang sebenarnya dikurangi 10% dari rata-rata ini, dan
dibawah ini. Setelah itu kita akan menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB) dari data diatas dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat
pada interval harga rata-rata yang sebenarnya dikurangi 10% dari rata-rata ini, dan
harga rata-rata sebenarnya ditambah 10% dari rata-rata ini. Untuk keseragaman
data operator 1 dapat dilihat dibawah ini berdasarkan Rumus 2.4 dan 2.5 halaman
10.
_
BKA x 2 X-
55
= 20,165 +(2 x 1,4405)
= 23,04 detik
_
BKB x 2 X-
= 20,165 – (2 x 1,4405)
= 17,28 detik
operator 1 tidak keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, dapat
30
20 bka
x bar
10
bkn
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.9. Grafik Rata-Rata Pengamatan Layout 1 Operator 1
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
Pada Gambar 4.9 grafik diatas ternyata semua rata-rata subgrup berada
dalam batas-batas tersebut dapat dikatakan seragam. Ini berarti, karena semua
rata-rata subgrup berada dalam batas kendali maka semua harga yang ada dapat
2
20 (128,84226
N’ 3,1947102 = 10,2061 detik
2
409,5
Dari hasil perhitungan diatas N’ < 40 maka data cukup, ini berarti untuk
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut sudah memenuhi dan pengukuran
56
telah selesai. Untuk menentukan keseragaman data operator 2 dapat dilihat
_
BKA x 2 X-
= 20,1365 + (2 x 1,192002)
= 22,52 detik
_
BKB x 2 X-
= 20,1365 – (2 x 1,192002)
= 17,75 detik
operator 2 tidak keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, dapat
25
20
15 bka
10 x bar
5 bkb
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.10. Grafik Rata-Rata Pengamatan Layout 1 Operator 2
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
Pada Gambar 4.10 grafik diatas ternyata semua rata-rata subgrup berada
dalam batas-batas tersebut dapat dikatakan seragam. Ini berarti, karena semua
rata-rata subgrup berada dalam batas kendali maka semua harga yang ada dapat
57
2
20 (106,6175)
N’
805,46
Dari hasil perhitungan diatas N’ < 40 maka data cukup, ini berarti untuk
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut sudah memenuhi dan pengukuran
telah selesai.
_
BKA x 2 X-
= 21,32175 + (2 x 1,8238)
= 24,97 detik
_
BKB x 2 X-
= 21,32175 – (2 x 1,8238)
= 17,67detik
operator 3 tidak keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, dapat
30
20 bka
10 x bar
bkb
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.11. Grafik rata-rata pengamatan layout 1 operator 3
Sumber: Pengolahan data praktikum, 2017
58
Pada Gambar 4.11 grafik diatas ternyata semua rata-rata subgrup berada
dalam batas-batas tersebut dapat dikatakan seragam. Ini berarti, karena semua
rata-rata subgrup berada dalam batas kendali maka semua harga yang ada dapat
2
20 (163,1332
N' 3,825511
2
852,87
= 14,63454 detik
Dari hasil perhitungan diatas N’ < 40 maka data cukup, ini berarti untuk
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut sudah memenuhi dan pengukuran
telah selesai.
_
BKA x 2 X-
= 17,79825 + (2 x 1,614542)
= 21,03 detik
_
BKB x 2 X-
= 14,57 detik
operator 4 tidak keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, dapat
59
25
20
15 bka
10 x bar
5 bkb
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.12. Grafik Rata-Rata Pengamatan Layout 1 Operator 4
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
Pada Gambar 4.12 grafik diatas ternyata semua rata-rata subgrup berada
dalam batas-batas tersebut dapat dikatakan seragam. Ini berarti, karena semua
rata-rata subgrup berada dalam batas kendali maka semua harga yang ada dapat
2
2/10% 40(13192,47) - 711,932 20 (144,41)
2
N’
711,93 711,93
Dari hasil perhitungan diatas N’ < 40 maka data cukup, ini berarti untuk
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut sudah memenuhi dan pengukuran
telah selesai.
_
BKA x 2 X-
= 17,2705 + (2 X 1,068311)
= 19,41 detik
60
_
BKB x 2 X-
= 17.2705 – (2 X 1,068311)
= 15,13 detik
operator 1 tidak keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, dapat
30
20 bka
10 x bar
bkb
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.13. Grafik Rata-Rata Pengamatan Layout 2 Operator 1
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
Pada Gambar 4.13 grafik diatas ternyata semua rata-rata subgrup berada
dalam batas-batas tersebut dapat dikatakan seragam. Ini berarti, karena semua
rata-rata subgrup berada dalam batas kendali maka semua harga yang ada dapat
2 2 2
20 577,898 107676 1626,8
N’
770,11 770,11 770,49
2,796381 =7,819744detik
2
Dari hasil perhitungan diatas N’ < 40 maka data cukup, ini berarti untuk
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut sudah memenuhi dan pengukuran
telah selesai.
61
Untuk menentukan keseragaman data operator 2 dapat dilihat dibawah ini
_
BKA x 2 X-
= 18,36228 + (2 X 1,4206)
= 21,20 detik
_
BKB x 2 X-
= 18,36278 – (2 X 1,4206)
= 15,52 detik
operator 2 tidak keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, dapat
30
20 bka
10 x bar
bkb
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.13. Grafik Rata-Rata Pengamatan Layout 2 Operator 2
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
Pada Gambar 4.13 grafik diatas ternyata semua rata-rata subgrup berada
dalam batas-batas tersebut dapat dikatakan seragam. Ini berarti, karena semua
rata-rata subgrup berada dalam batas kendali maka semua harga yang ada dapat
62
2
2541282
N
734,49
Dari hasil perhitungan diatas N’ < 40 maka data cukup, ini berarti untuk
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut sudah memenuhi dan pengukuran
telah selesai.
_
BKA x 2 X-
= 19,2527 + (2 X 1,203837)
= 21,66 detik
_
BKB x 2 X-
= 19,2527 – (2 X 1,203837)
= 16,84 detik
operator 3 tidak keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, dapat
30
20 bka
10 x bar
bkb
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.14. Grafik Rata-Rata Pengamatan Layout 2 Operator 3
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
63
Pada Gambar 4.14 grafik diatas ternyata semua rata-rata subgrup berada
dalam batas-batas tersebut dapat dikatakan seragam. Ini berarti, karena semua
rata-rata subgrup berada dalam batas kendali maka semua harga yang ada dapat
2 2 2
20 4421,3 20 (66,49 20 x107,676
N’
770,11 770,11 770,11
Dari hasil perhitungan diatas N’ < 40 maka data cukup, ini berarti untuk
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut sudah memenuhi dan pengukuran
telah selesai.
_
BKA x 2 X-
= 17,40075 + (2 X 1,445071)
= 20,29 detik
_
BKB x 2 X-
= 17,40075 – (2 X 1,445071)
= 14,51detik
operator 4 tidak keluar dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah, dapat
64
25
20
15 bka
10 x bar
5 bkb
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 4.15. Grafik Rata-Rata Pengamatan Layout 2 Operator 4
Sumber: Pengolahan Data Praktikum, 2017
Pada Gambar 4.15 grafik diatas ternyata semua rata-rata subgrup berada
dalam batas-batas tersebut dapat dikatakan seragam. Ini berarti, karena semua
rata-rata subgrup berada dalam batas kendali maka semua harga yang ada dapat
2 2 2
20 19.378.261 20 (129,253 2,585,06
N’
696,03 696,03 696,03
Dari hasil perhitungan diatas N’ < 40 maka data cukup, ini berarti untuk
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut sudah memenuhi dan pengukuran
telah selesai.
65
sehingga memberikan waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku untuk
a. Hitung waktu siklus dengan merujuk pada Rumus 2.8 yang tidak lain adalah
806,6
Ws 20,165 detik
40
b. Hitung waktu normal dengan merujuk pada Rumus 2.9.
Wn = Ws x p
yang dilakukan oleh Oka Putra Iskandar memiliki ciri-ciri pada kelas Fair skill
gerakan.
66
f. Mengetahui apa-apa yang dilakukan dan harus dilakukan tapi tampak tidak
selalu yakin.
2. Usaha atau effort adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau yang diberikan
siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari kehari. Pada paktor
67
Kondisi : excellent (B) = +0,04
Jumlah : 0,09
berikut:
2.10:
Wb = Wn + (wn x all )
Wb = 26,16 detik
Sikap kerja (berdiri diatas dua kaki) :Badan tegak, ditumpu dua kaki = 1,5
Jumlah : 16,5
68
Jadi besar nilai allowance yang didapat dengan operator pria, maka
allowance nya adalah (16,5 + 2,5)% = 19%. Jadi waktu baku yang didapat untuk
operator 1 adalah 26,16 detik. Jadi dapat disimpulkan untuk operator 1 dalam
pemasangan korek api atau satu produk dibutuhkan waktu selama 26,16 detik.
a. Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata
805,46
Ws 20,1365 detik
40
Jumlah : 0,18
berikut:
2.10:
69
Wb = Wn + (wn x all)
Wb = 28,75 detik
Sikap kerja (berdiri diatas dua kaki) : Badan tegak, ditumpu dua kaki =2
Jumlah : 18,5
Jadi besar nilai allowance yang didapat dengan operator pria, maka
allowance nya adalah (18,5 + 2,5)% = 21%. Jadi waktu baku yang didapat untuk
operator 2 adalah 28,75 detik. Jadi dapat disimpulkan untuk operator 2 dalam
perakitan korek api atau satu produk dibutuhkan waktu selama 28,75 detik
a. Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata
852,87
Ws 21,32175 detik
40
70
Dalam faktor penyesuaian kami mengambil data menurut Westinghouse
Jumlah : 0,06
berikut:
Wb = Wn (wn x all)
Wb = 27,12 detik
Sikap kerja (berdiri diatas dua kaki) : Badan tegak, ditumpu dua kaki = 1,5
71
Keadaan atmosfer (cukup) : Ventilasi kurang baik =0
Jumlah : 18
Jadi besar nilai allowance yang didapat dengan operator pria, maka
allowance nya adalah (18 + 2,)% = 20%. Jadi waktu baku yang didapat untuk
operator 3 adalah 27,12 detik. Jadi dapat disimpulkan untuk operator 3 dalam
perakitan korek api atau satu produk dibutuhkan waktu selama 27,12 detik.
a. Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata
711,93
Ws 17,79825 detik
40
Wn = Ws x p
Jumlah : 0,18
berikut:
72
Wn = 17,79825 x 1,18 = 21,001935 detik
Wb = Wn +(wn x all)
Wb = 24,88 detik
Sikap kerja (berdiri diatas dua kaki) : Badan tegak, ditumpu dua kaki = 1,0
Jumlah : 16
Jadi besar nilai allowance yang didapat dengan operator pria, maka
allowance nya adalah (16 + 2,5)% = 18,5%. Jadi waktu baku yang didapat untuk
operator 4 adalah 24,88 detik. Jadi dapat disimpulkan untuk operator 4 dalam
perakitan korek api atau satu produk dibutuhkan waktu selama 24,88 detik.
73
a. Hitung waktu siklus dengan merujuk pada Rumus 2.8 yang tidak lain adalah
409,5
Ws 10,24 detik
40
yang dilakukan memiliki ciri-ciri pada kelas Fair skill dengan lambang E2
gerakan.
o. Mengetahui apa-apa yang dilakukan dan harus dilakukan tapi tampak tidak
selalu yakin.
74
r. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.
6. Usaha atau effort adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau yang diberikan
termasuk dalam kelas Average effort dengan lambang D yang meiliki ciri-
ciri:
layout 2 yaitu semua data yang didapat memiliki keserangaman yang dikehendaki
adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Cara untuk
mendapatkan waktu baku untuk operator 1 dari data yang terkumpul itu adalah
sebagai berikut.
a. Hitung waktu siklus dengan merujuk pada Rumus 2.8. yang tidak lain adalah
690,82
Ws 17,2705 detik
40
75
b. Hitung waktu normal dengan merujuk pada Rumus 2.9.
Jumlah : 0,09
berikut:
2.10:
Wb = Wn + (wn x all)
Wb = 22,49 detik
Sikap kerja (berdiri diatas dua kaki) : Badan tegak, ditumpu dua kaki = 1,5
76
Gerakan kerja (normal) : Ayunan bebas dari palu =0
Jumlah : 17,0
Jadi besar nilai allowance yang didapat dengan operator pria, maka
allowance nya adalah (17 + 2,5)% = 19,5%. Jadi waktu baku yang didapat untuk
dalam pemasangan korek api atau satu produk dibutuhkan waktu selama
22,495689775 detik.
a. Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata
Jumlah : 0,18
77
Jadi p = (1 +0,18) atau p = 1,18 sehingga waktu normalnya adalah sebagai
berikut:
2.10:
Wb = Wn + (wn x all)
Wb = 25,67detik
Sikap kerja (berdiri diatas dua kaki) : Badan tegak, ditumpu dua kaki =1
Jumlah : 16
Jadi besar nilai allowance yang didapat dengan operator pria, maka
allowance nya adalah (16 + 2,5)% = 18,5%. Jadi waktu baku yang didapat untuk
78
operator 2 adalah 25,675976 detik. Jadi dapat disimpulkan untuk operator 2 dalam
perakitan korek api atau satu produk dibutuhkan waktu selama 25,675976 detik
a. Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata
770,11
Ws 19.2527 detik
40
Jumlah : 0,06
berikut:
Wb = Wn + (wn x all)
79
Wb = 24,70 detik
Sikap kerja (berdiri diatas dua kaki) : Badan tegak, ditumpu dua kaki = 2,0
Jumlah : 18,5
Jadi besar nilai allowance yang didapat dengan operator pria, maka
allowance nya adalah 18,5 + 2,5% = 21%. Jadi waktu baku yang didapat untuk
operator 3 adalah 24,70 detik. Jadi dapat disimpulkan untuk operator 3 dalam
pemasangan satu pasang baut-mur atau satu produk dibutuhkan waktu selama
24,70 detik.
a. Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata
696,03
Ws 17,40075 detik
40
80
b. Hitung waktu normal dengan rujukan Rumus 2.9:
Jumlah : 0,09
berikut:
Wb = Wn + (wn x all)
Wb = 24,33 detik
Sikap kerja (berdiri diatas dua kaki) : Badan tegak, ditumpu dua kaki = 1,0
81
Keadaan suhu (normal) : Kelelahan normal = 3,0
Jumlah : 16
Jadi besar nilai allowance yang didapat dengan operator pria, maka
allowance nya adalah (16 + 2,5)% = 18,5%. Jadi waktu baku yang didapat untuk
operator 4 adalah 24,33 detik. Jadi dapat disimpulkan untuk operator 4 dalam
pemasangan satu pasang baut-mur atau satu produk dibutuhkan waktu selama
24,33 detik.
82
Tabel 4.9 Reakpitulasi Waktu yang Dihasilkan Setiap Operator Layout 1 (lanjutan)
Operator ke- (dalam detik)
NO Jenis data 1 2 3 4
11 WB 26,156 28,7509 27,1213 24,8873
Sumber: Data Pengolahan Pratikum, 2017
21,32175 detik dan terkecil yaitu operator 4 dengan nilai 17,79825 detik. Untuk
simpangan baku nilai terbesar didapatkan operator 3 dengan nilai 4,0783 dan
dengan nilai 1,8238 dan nilai terendah didapat oleh operator 2 dengan nilai
1,192002. Untuk waktu siklus dengan nilai tertinggi adalah operator 3 dengan
nilai 21,32175 detik dan nilai terkecil yaitu operator 3 dengan waktu siklus
17,79825 detik. Sedangkan untuk waktu normal yang didapat waktu tertinggi
diperoleh operator 2 dengan nilai 9,52 detik dan nilai terkecil diperoleh operator 2
dengan nilai 8,73 detik. Selanjutnya nilai waktu baku yang dihitung didapatkan
bahwa nilai tertinggi dididapat oleh operator 2 dengan nilai 23,76107 detik dan
Evaluasi akan dilakukan untuk perbaikan sistem kerja yang dilakukan oleh
keempat operator tersebut. Untuk operator pertama berdasarkan Tabel 4.5 data-
data sugrup pengamatan diatas didapatkan bahwa waktu rata-rata terkecil operator
tersebut dalam menyelesaikan pekerjaan adalah 17,854 detik dan waktu rata-rata
terbesar yang didapat adalah 22,824 detik dapat dinyatakan bahwa operator satu
83
tersebut dilihat pada faktor konsitensi termasuk kelas average dikarenakan waktu-
menyelesaikan pekerjaan adalah 18,596 detik dan waktu rata-rata terbesar yang
didapat adalah 21,35 detik dapat dinyatakan bahwa operator kedua tersebut dilihat
penyelesaiannya dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua yang
letaknya jauh.
menyelesaikan pekerjaan adalah 19,854 detik dan waktu rata-rata terbesar yang
didapat adalah 23,028 detik dapat dinyatakan bahwa operator ketiga tersebut
penyelesaiannya dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua yang
letaknya jauh.
dalam menyelesaikan pekerjaan adalah 16,44 detik dan waktu rata-rata terbesar
yang didapat adalah 19,064 detik dapat dinyatakan bahwa operator keempat
tersebut dilihat pada faktor konsitensi termasuk kelas average dikarenakan waktu-
waktu penyelesaiannya dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua
84
Analisa terhadap percobaan layout 2 dilakukan untuk mengevaluasi hasil
Tabel 4.10. Reakpitulasi Waktu yang Dihasilkan Setiap Operator pada Layout 2
Jenis Operator ke- (dalam detik)
No data 1 2 3 4
1 x bar 17,2705 18,3623 19,2527 17,4008
2 2,388 3,1766 2,6919 3,2313
3
X
1,06831 1,4206 1,20384 1,445
4 BKA 19,41 21,2 21,66 20,29
5 BKB 15,13 15,52 16,84 14,51
6 N’ 19,0269 11,9711 7,82 13,79
7 WS 17,2705 18,36 19,25 17,4
8 P 1,09 1,18 1,06 1,18
9 WN 18,82 21,67 20,41 20,53
10 All 0,195 0,185 0,21 0,185
11 WB 26,16 28,75 27,12 24,88
Sumber: Data pengolahan pratikum, 2017
19,2527 detik dan terkecil yaitu operator 4 dengan nilai 17,2705 detik. Untuk
simpangan baku nilai terbesar didapatkan operator 4 dengan nilai 3,2313 dan
dengan nilai 1,445071 dan nilai terendah didapat oleh operator 2 dengan nilai
1,068311 Untuk waktu siklus dengan nilai tertinggi adalah operator 3 dengan nilai
19,2527 detik dan nilai terkecil yaitu operator 1 dengan waktu siklus 17,2705
85
detik. Sedangkan untuk waktu normal yang didapat waktu tertinggi diperoleh
operator 2 dengan nilai 21,67 detik dan nilai terkecil diperoleh operator 1 dengan
nilai 18,82 detik. Selanjutnya nilai waktu baku yang dihitung didapatkan bahwa
nilai tertinggi dididapat oleh operator 2 dengan nilai 25,68 detik dan nilai terkecil
Evaluasi akan dilakukan untuk perbaikan sistem kerja yang dilakukan oleh
keempat operator tersebut. Untuk operator pertama berdasarkan Tabel 4.5 data-
data sugrup pengamatan diatas didapatkan bahwa waktu rata-rata terkecil operator
tersebut dalam menyelesaikan pekerjaan adalah 16,216 detik dan waktu rata-rata
terbesar yang didapat adalah 19,696 detik dapat dinyatakan bahwa operator satu
tersebut dilihat pada faktor konsitensi termasuk kelas average dikarenakan waktu-
menyelesaikan pekerjaan adalah 16,52 detik dan waktu rata-rata terbesar yang
didapat adalah 20,52 detik dapat dinyatakan bahwa operator kedua tersebut dilihat
penyelesaiannya dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua yang
letaknya jauh.
dalam menyelesaikan pekerjaan adalah 18,03 detik dan waktu rata-rata terbesar
yang didapat adalah 20,34 detik dapat dinyatakan bahwa operator ketiga tersebut
86
dilihat pada faktor konsitensi termasuk kelas average dikarenakan waktu-waktu
penyelesaiannya dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua yang
letaknya jauh.
dalam menyelesaikan pekerjaan adalah 16,02 detik dan waktu rata-rata terbesar
yang didapat adalah 19,95 detik dapat dinyatakan bahwa operator keempat
tersebut dilihat pada faktor konsitensi termasuk kelas average dikarenakan waktu-
waktu penyelesaiannya dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu dua
87
88
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
study dan studi gerakan dapat disimpulkan untuk waktu siklus operator 1 pada
layout 1 adalah 17,74 detik dan lay out 2 adalah 15,97 detik dengan selisih 1,77
detik, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain seperti jangkauan tangan ke
objek dan ukuran wadah yang terlalu jauh. Untuk waktu normal operator 1 pada
layout 1 adalah 17,39 detik dan layout 2 adalah 16,13 detik dengan selisih 1,26
detik, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti faktor penyesuaian yang
meliputi skill operator, usaha, serta konsitensi pada layout tersebut. Untuk waktu
baku operator 1 pada layout 1 adalah 21,39 detik dan layout 2 adalah 19,84 detik
dengan selisih 1,55 detik, hal ini disebabkan oleh nilai kelonggaran yang
Untuk operator 2 waktu siklus pada layout 1 adalah 16,23 detik dan layout
2 adalah 16,69 detik dengan selisih 0,46 detik, hal ini disebabkan oleh faktor-
faktor antara lain seperti jangkauan tangan ke objek dan ukuran wadah yang
terlalu jauh. Untuk waktu normal operator 2 pada layout 1 adalah 15,91 detik dan
layout 2 adalah 16,13 detik dengan selisih 1,26 detik, hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor seperti faktor penyesuaian yang meliputi skill operator, usaha, serta
konsitensi pada layout tersebut. Untuk waktu baku operator 2 pada layout 1
adalah 19,89 detik dan layout 2 adalah 21,08 detik dengan selisih 1,19 detik, hal
88
ini disebabkan oleh nilai kelonggaran yang diberikan operator serta faktor-faktor
penyesuaian.
Untuk operator 3 waktu siklus pada layout 1 adalah 17,30 detik dan layout
2 adalah 15,78 detik dengan selisih 1,52 detik, hal ini disebabkan oleh faktor-
faktor antara lain seperti jangkauan tangan ke objek dan ukuran wadah yang
terlalu jauh. Untuk waktu normal operator 3 pada layout 1 adalah 17,13 detik dan
layout 2 adalah 15,46 detik dengan selisih 1,67 detik, hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor seperti faktor penyesuaian yang meliputi skill operator, usaha, serta
konsitensi pada layout tersebut. Untuk waktu baku operator 3 pada layout 1
adalah 20,90 detik dan layout 2 adalah 19,02 detik dengan selisih 1,88 detik, hal
ini disebabkan oleh nilai kelonggaran yang diberikan operator serta faktor-faktor
penyesuaian.
Untuk operator 4 waktu siklus pada layout 1 adalah 17,11 detik dan layout
2 adalah 16,91 detik dengan selisih 0,2 detik, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
antara lain seperti jangkauan tangan ke objek dan ukuran wadah yang terlalu jauh.
Untuk waktu normal operator 4 pada layout 1 adalah 16,77 detik dan layout 2
adalah 15,22 detik dengan selisih 1,55 detik, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
seperti faktor penyesuaian yang meliputi skill operator, usaha, serta konsitensi
pada layout tersebut. Untuk waktu baku operator 4 pada layout 1 adalah 20,29
detik dan layout 2 adalah 18,72 detik dengan selisih 1,57 detik, hal ini disebabkan
89
5.2. Saran
maka saran yang dapat diberikan adalah untuk ke empat operator ketika
terampil lagi dan teliti dalam melakukan gerakan gerakan agar hasil yang
dihasilkan cukup dan memuaskan. Serta pada penentuan faktor penyesuaian dan
90
DAFTAR PUSTAKA
Nurmianto, E., 2008, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Prima Printing,
Surabaya.
91
LAMPIRAN
92
Lampiran 1. Foto Pengambilan Data Pratikum Ke Empat Operator pada Layout 2
93
94
1