LAPORAN PRAKTIKUM
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
MODUL 11
“PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL
MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX”
Disusun Oleh :
TI RP 20C – KELOMPOK 1
Disusun Oleh :
TI RP 20C – KELOMPOK 1
i
RINGKASAN
Kelompok 1 kelas TI RP 20C telah melakukan praktikum “Pengukuran
Beban Kerja Mental Mengunakan Metode NASA-TLX” pada tanggal 21 Juni
2022. Praktikum ini dilatar belakangi untuk melakukan percobaan (praktikum)
yang berkaitan dengan beban kerja mental.
Pengukuran beban kerja mental merupakan suatu pengukuran dalam
ergonomi yang digunakan untuk memperhitungkan beban kerja mental dari
pekerja. Beban kerja mental adalah beban kerja yang merupakan selisih antara
tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental
seseorang dalam kondisi termotivasi.
Beban kerja mental yang berlebihan akan mengakibatkan adanya stress
kerja. Stress kerja adalah kejadian-kejadian di sekitar kerja yang merupakan
bahaya atau ancaman seperti rasa takut, cemas, rasa bersalah, marah, sedih, putus
asa, bosan, dan timbulya stress kerja disebabkan beban kerja yang diterima
melampaui batas-batas kemampuan pekerja yang berlangsug dalam waktu yang
relatif lama pada situasi dan kondisi tertentu.
Oleh sebab itu, diperlukan metode NASA-TLX untuk menghitung beban
kerja mental dari pekerja sebagai tolak ukur dalam memperhitungkan beban kerja
yang dapat dilakukan oleh pekerja agar tidak mengalami stress kerja.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan praktikum perancangan sistem kerja yang berjudul
“Pengukuran Beban Kerja Mental Menggunakan Metode NASA-TLX” dengan
baik. Laporan praktikum perancangan sistem kerja ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas.
Selama pelaksanaan dan penulisan Laporan Praktikum ini tentunya tidak
lepas dari bantuan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
LAMPIRAN....................................................................................................L-1
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
I-2
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Perguruan Tinggi
2. Bagi Mahasiswa
3. Bagi Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan laporan praktikum.
I-4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
bukanlah hal yang bijaksana jika hanya mempertimbangkan beban kerja dari satu
aspek saja, selama faktor-faktor yang lain mempunyai inter-relasi pada cara-cara
yang komplek. Pada umumnya, tingkat intensitas pembebanan kerja optimum
akan dapat dicapai, apabila ada tekanan dan ketegangan yang berlebihan baik
secara fisik maupun mental. Yang dimaksud dengan tekanan disini adalah
berkenaan dengan beberapa aspek dari aktivitas manusia, tugas-tugas, organisasi,
dan dari lingkungannya yang terjadi akibat adanya reaksi individu pekerja karena
tidak mendapatkan keinginan yang sesuai. Sedangkan ketegangan adalah
konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu yang bersangkutan sebagai
tekanan yang diterima.
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar
tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu
sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai
stressor.
a. Tugas-tugas (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti, stasiun
kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan
kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkatangkut, alat
bantu kerja, sarana informasi termasuk display dan control, alur kerja, dll.
Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti; kompleksitas
pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat
emosi pekerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dll.
b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti; lamanya
waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem
pengupahan, sistem kerja, music kerja, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas, tanggung jawab dan wewenang, dll.
c. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja
adalah:
II
Faktor internal beban kerja adalahfaktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh
tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara
objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan
reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui
perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu strain secara
subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan, dan penilaian
subjektif lainnya. Secara lebih ringkas faktor beban kerja internal meliputi:
a. Faktor somatis terdiri dari jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi,
kondisi kesehatan.
b. Faktor psikis terdiri dari motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan
kepuasan.
II
tidak ada, lain halnya bila baru mengetahui tentang promosi jabatan tertentu, tentu
akan ada perasaan yang lebih intensif.
1. Catecolamine Measurement
2. Eye Blink Measurement
3. Iscan Measurement
4. Heart Rate Measurement, dll
1. NASA – TLX
2. Harper Qoorper Ratting (HQR)
3. Task Difficulty Scale
4. Subjective Workload Assessment Techinique (SWAT)
yang tinggi tapi tidak memberi kontribusi yang signifikan terhadap beban
kerja semuanya.
c. Faktor usaha mental merupakan contributor penting pada beban kerja pada
saat jumlah tugas operasional menungkat karena tanggung jawab pekerja
berpindah-pindah dari pengendalian fisik langsung menjadi pengawasan.
Peringkat usaha mental berkorelasi dengan peringkat beban kerja keseluruhan
dalam setiap kategori eksperimen dan merupakan faktor kedua yang paling
tinggi korelasinya dengan beban kerja keseluruhan.
d. Skala yang berhubungan dengan subjek frustasi merupakan beban kerja ketiga
yang paling relevan. Peringkat frustasi berkorelasi dengan peringkat beban
kerja keseluruhan secara signifikan pada semua kategori eksperimen.
Peringkat stress mewakili manipulasi yang mempengaruhi peringkat beban
kerja keseluruhan dan merupakan skala yang paling independen. Hart dan
Staveland (1988) menjelaskan langkah-langkah dalam pengukuran beban
kerja mental dengan menggunakan metode NASA-TLX, yaitu:
- Penjelasan dimensi beban kerja mental yang akan diukur.
Adapun dimensi beban kerja mental pada NASA-TLX adalah sebagai berikut:
Tingkat stress (Frustation Level): rasa tidak aman, putus asa, tersinggung,
stress, dan terganggu dibanding dengan perasaan aman, puas, cocok, nyaman,
dan kepuasan diri yang dirasakan selama mengerjakan pekerjaan tersebut.
- Pembobotan
Pada bagian ini responden diminta untuk memilih salah satu dari dua
dimensi yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap
pekerjaan tersebut. Kuesioner yang diberikan berupa perbandingan berpasangan
yang berjumlah 15 perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah
tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally ini
kemudian akan menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental.
- Pemberian Rating
Nilai skor > 60, menyatakan beban pekerjaan berat berlebihan (overload).
Nilai skor 40 – 60 menyatakan beban pekerjaan optimal (optimal load).
Nilai skor < 40 menyatakan beban pekerjaan rendah (underload).
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.2 Algoritma
Berikut merupakan Algoritma yang diterapkan ketika melakukan
praktikum:
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini.
2. Identifikasi masalah dan tentukan 4 responden berbeda.
3. Berikan informasi mengenai penjelasan dari cara pengisian kuesioner
kepada 4 responden tersebut agar didapat data yang sesuai.
4. Selanjutnya, responden dapat mulai mengisi kuesioner.
5. Setelah didapatkan data dari kuesioner, lakukan pengolahan data yang
meliputi:
a. Akumulasi rating
b. Akumulasi pembobotan
c. Perhitungan nilai produk
d. Perhitungan nilai Weighted Workload
e. Perhitungan nilai rata-rata Weighted Workload dan tentukan skornya
III-1
III-2
3.3 Flowchart
Mulai
Identifikasi Masalah
Ya
Analisa Hasil Pengolahan Data
Buat rekomendasi perbaikan jika ditemukan beban kerja mental yang berlebih
Kesimpulan
Selesai
IV-1
IV-
2. Responden 2
3. Responden 3
4. Responden 4
No Faktor P1 P2 P3 P4
1. Mental Demand (MD) 90 60 80 90
6. Effort (EF) 80 70 80 80
Dapat diketahui dari tabel di atas bahwa rating tertinggi terdapat pada
responden 1 dengan total 500.
IV-
No Faktor P1 P2 P3 P4
1. Mental Demand (MD) 5 2 4 5
2. Physical Demand (PD) 4 5 3 0
3. Temporal Demand (TD) 2 1 0 2
4. Own Performance (OP) 3 4 5 4
5. Frustration Level (FR) 0 0 1 1
6. Effort (EF) 1 3 2 3
Total 15 15 15 15
Dapat diketahui dari data tabel bahwa keempat responden memiliki total
pembobotan sama, yaitu 15.
No Faktor P1 P2 P3 P4
1 Mental demand (MD) 270 120 320 450
2 Physical demand (PD) 360 450 240 0
3 Temporal demand (TD) 160 30 0 140
4 Performance demand (OP) 270 360 450 320
5 Frustation level (FR) 0 0 50 50
6 Effort (EF) 80 210 160 240
TOTAL WWL 1140 1170 1220 1200
IV-
No Faktor P1 P2 P3 P4
1 Mental demand (MD) 270 120 320 450
2 Physical demand (PD) 360 450 240 0
3 Temporal demand (TD) 160 30 0 140
4 Performance demand (OP) 270 360 450 320
5 Frustation level (FR) 0 0 50 50
6 Effort (EF) 80 210 160 240
TOTAL WWL 1140 1170 1220 1200
No Faktor P1 P2 P3 P4
1 Mental demand (MD) 270 120 320 450
2 Physical demand (PD) 360 450 240 0
3 Temporal demand (TD) 160 30 0 140
4 Performance demand (OP) 270 360 450 320
5 Frustation level (FR) 0 0 50 50
6 Effort (EF) 80 210 160 240
TOTAL WWL 1140 1170 1220 1200
Skor rata - rata WWL 76 78 81,333 80
IV-
Nama Beban
Pekerja Pekerjaan Kategori
Narasumber Kerja
Pekerja
Dedi usnadi P1 76 50 ≤ beban kerja ≥ 79 Tinggi
Bangunan
Pekerja
Tata Sunarta P2 78 50 ≤ beban kerja ≥ 79 Tinggi
Bengkel
Sangat
Feri P3 Pedagang 81,33 80 ≤ beban kerja ≥ 100
Tinggi
Sangat
Devia Sri M P4 Data Entry 80 80 ≤ beban kerja ≥ 100
Tinggi
Pada hasil pengolahan data kuesioner yang diisi oleh 4 orang responden
ternyata dapat diketahui bahwa keempat responden tersebut mengalami beban
kerja mental yang berlebih.
hal tak mungkin, jika stres kerja ini dibiarkan., maka akan menimbulkan
dampak yang jauh lebih fatal seperti timbulnya kecelakaan kerja. Oleh
sebab itu, dengan menambah waktu istirahat kerja, diharapkan beban kerja
mental dari responden 1 dapat berkurang dan fokus serta kehati-hatian
dalam bekerja pun akan meningkat.
2. Pada responden 2 atas nama Tata Sunarta didapat pekerjaan sebagai
pekerja bengkel ternyata memiliki beban kerja mental dengan skor 78 dan
termasuk dalam kategori tinggi. Sebagai rekomendasi perbaikan, yaitu:
a. Responden 2 memilih lingkungan kerja yang nyaman. Karena, tempat
kerja Pak Tata tergolong pengap dan panas. Tidak bisa dipungkiri, kondisi
tersebut memang sangat berpengaruh buruk terhadap psikologi pekerja.
Dalam kajian analisis perancangan kerja, lingkungan merupakan faktor
yang dapat memengaruhi nyaman tidaknya sesorang saat bekerja. Jika
lingkungan bekerja dirasa kurang nyaman, maka sangat wajar jika
responden 2 mengalami beban kerja mental yang berlebih. Oleh sebab itu
disarankan kepada responden 2 agar memilih lingkungan kerja yang lebih
nyaman
b. Membuat lingkungan kerja tempat Pak Tata saat ini bekerja menjadi lebih
nyaman agar dapat mengurangi beban kerja mental yang dirasakan. Seperti
memperluas area kerja atau menambah ventilasi udara agar tidak pengap.
3. Pada responden 3 atas nama Feri didapat pekerjaan sebagai pekerja
pedagang ternyata memiliki beban kerja mental dengan skor 81,33 dan
termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sebagai rekomendasi perbaikan,
yaitu:
a. Responden 3 memilih lingkungan kerja yang nyaman atau membuat
lingkungan kerja tempat saat ini bekerja menjadi lebih nyaman agar dapat
mengurangi beban kerja mental yang dirasakan. Karena, responden 3
berdagang di malam hari di pinggir jalan yang sangat rawan debu dan
diperparah dengan tekanan udara yang rendah sehingga beban kerja
mental pun bertambah. Ada baiknya jika tempat bekerja nya dibuat lebih
hangat atau tidak terlalu kena debu dengan memasang sedikit terpal atau
penutup agar melindungi dari paparan debu berlebih.
IV-
dengan skor 80 dan termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sebagai rekomendasi
perbaikan, sebaiknya responden 4 memilih lingkungan kerja yang nyaman atau
membuat lingkungan kerja tempat saat ini bekerja menjadi lebih nyaman agar
dapat mengurangi beban kerja mental yang dirasakan. Karena, responden 4
bekerja dalam situasi yang membosankan dengan tingkat kejenuhan kerja yang
sangat tinggi. Bekerja di depan laptop dalam waktu yang lama selain membuat
jenuh, juga membuat beban kerja mental akan bertambah. Untuk menguranginya,
responden 4 dapat membuat lingkungan kerja menjadi lebih nyaman dengan
sedikit merelaks an badan saat bekerja dan mengurangi penumpukkan barang
kerja serta merapihkan meja kerja dan area kerja responden.
Karena, pada dasarnya, kerja manusia bersifat fisik dan mental yang
masing-masing mempunyai instensitas yang berbeda-beda. Tingkat instensitas
beban kerja fisik yang terlampau tinggi memungkinkan pemakaian energi yang
berlebihan. Sebaliknya, tingkat intensitas beban psikis yang terlampau tinggi akan
menimbulkan kebosanan dan kejenuhan yang disebut denagn kelelahan psikis
(boredom), yaitu suatu keadaan yang komplek yang ditandai oleh menurunnya
penggiatan pusat syaraf, yang disertai dengan munculnya perasaan-perasaan
kelelahan, keletihan, kelesuan dan berkurangnya kewaspadaan. Oleh sebab itu,
sangat penting untuk melakukan studi kasus lebih jauh tentang beban kerja mental
agar permasalahan terkait kondisi psikis dan beban kerja mental pekerja dapat
diatasi.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Kondisi beban kerja mental yang dialami oleh pekerja berdasarkan metode
NASA-TLX berada pada kategori tinggi bahkan sampai sangat tinggi. Pada
pekerja 1 dan 2 didapat kategori yang tinggi, sedangkan pada pekerja 3 dan 4
didapat kategori yang sangat tinggi.
2. Tingkat beban kerja mental yang dialami oleh pekerja berdasarkan
perhitungan nilai skor dengan metode NASA-TLX dengan cara bobot dan
rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan 15 (jumlah perbandingan berpasangan) didapatkan hasil pengumpulan
data dan pengolahan data, diperoleh responden 1 memiliki total akumulasi 6
rating sebesar 500 dengan akumulasi pembobotan mendapatkan total 15
sehingga mendapatkan nilai total WWL sebesar 1140 dengan skor rata-rata
WWL sebesar 76 dan berada dalam kategori tinggi. Kemudian, responden 2
memiliki total akumulasi 6 rating sebesar 360 dengan akumulasi pembobotan
mendapatkan total 15 sehingga mendapatkan nilai total WWL sebesar 1170
dengan skor rata-rata WWL sebesar 78 dan berada dalam kategori tinggi.
Lalu, responden 3 memiliki total akumulasi 6 rating sebesar 420 dengan
akumulasi pembobotan mendapatkan total 15 sehingga mendapatkan nilai
total WWL sebesar 1220 dengan skor rata-rata WWL sebesar 81,333 dan
berada dalam kategori sangat tinggi. Selain itu, responden 4 memiliki total
akumulasi 6 rating sebesar 390 dengan akumulasi pembobotan mendapatkan
total 15 sehingga mendapatkan nilai total WWL sebesar 1200 dengan skor
rata-rata WWL sebesar 80 dan berada dalam kategori sangat tinggi.
3. Rekomendasi perbaikan yang dibutuhkan untuk mengurangi beban kerja yang
V-1
V-2
5.2 Saran
1. Astuti, Miranti Siti, dkk. 2013. “Tingkat Beban Kerja Mental Masinis
Berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) Di PT KAI Daop.II
Bandung”. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional.
2. Budiman, Jerry, dkk. 2013. “Analisis Beban Kerja Operator Air Traffic
Control Bandara XYZ Dengan Menggunakan Metode NASA-TLX”. E-
Jurnal Teknik Industri FT USU Volume 3 No. 3.
3. Damayanti, Kristiana Asih, dkk. 2012. “Pengukuran Beban Mental
Masinis Kereta Api Rute Jarak Jauh (Studi Kasus Pada PT KAI DAOP
2)”. Simposium Nasional RAPI XI FT UMS.
4. Hancock, P.A & Meshkati, N. 1988. “Human Mental Workload”. Elsevier
Science Publisher B.V: Netherlands.
5. Hubdat.dephub.go.id/Petunjuk Teknis Pemilihan Awak Kendaraan Umum
Teladan Tingkat Nasional Tahun 2013. Diunduh 5 April 2014
6. Huey, Beverly Messick & Christopher D. Wickens. 1993. “Workload
Transition: Implications for Individual and Team Performance”. National
Academy of Sciences: United States of America.
7. Kurniawan, Budi, dkk. 2010. “Studi Pengaruh Musik Terhadap Beban
Kerja Fisik dan Mental Pekerja pada Pabrik Krupuk Sala”. Tugas Akhir
Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta.
1
LAMPIRA
L-1
L-
No Faktor P1 P2 P3 P4
1. Mental Demand (MD) 90 60 80 90
6. Effort (EF) 80 70 80 80
No Faktor P1 P2 P3 P4
1. Mental Demand (MD) 5 2 4 5
2. Physical Demand (PD) 4 5 3 0
3. Temporal Demand (TD) 2 1 0 2
4. Own Performance (OP) 3 4 5 4
5. Frustration Level (FR) 0 0 1 1
6. Effort (EF) 1 3 2 3
Total 15 15 15 15
L-
No Faktor P1 P2 P3 P4
1 Mental demand (MD) 270 120 320 450
2 Physical demand (PD) 360 450 240 0
3 Temporal demand (TD) 160 30 0 140
4 Performance demand (OP) 270 360 450 320
5 Frustation level (FR) 0 0 50 50
6 Effort (EF) 80 210 160 240
TOTAL WWL 1140 1170 1220 1200
Perhitungan Data
Dari data hasil perhitugan diatas, dapat dilihat bahwa nilai produk tertinggi
terdapat pada responden 3 dengan nilai produk 1220.
No Faktor P1 P2 P3 P4
1 Mental demand (MD) 270 120 320 450
2 Physical demand (PD) 360 450 240 0
3 Temporal demand (TD) 160 30 0 140
4 Performance demand (OP) 270 360 450 320
5 Frustation level (FR) 0 0 50 50
6 Effort (EF) 80 210 160 240
TOTAL WWL 1140 1170 1220 1200
Skor rata - rata WWL 76 78 81,333 80
L-5
Perhitungan Data
....................................................................................................
Skor = ∑ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (L.2)
15
Nama Beban
Pekerja Pekerjaan Kategori
Narasumber Kerja
Pekerja
Dedi usnadi P1 76 50 ≤ beban kerja ≥ 79 Tinggi
Bangunan
Pekerja
Tata Sunarta P2 78 50 ≤ beban kerja ≥ 79 Tinggi
Bengkel
Sangat
Feri P3 Pedagang 81,33 80 ≤ beban kerja ≥ 100
Tinggi
Sangat
Devia Sri M P4 Data Entry 80 80 ≤ beban kerja ≥ 100
Tinggi