Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PRAKTIKUM

PERANCANGAN SISTEM KERJA II


Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Studi Mata Kuliah Praktikum
Perancangan Sistem Kerja II
Dosen Pengampu : Asep Erik Nugraha, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
Kelompok 12
1. Lidya Laguna Silalahi (1910631140106)
2. Luthfia Egidya (1910631140108)
3. Muhammad Farhan Ramadhan (1910631140115)
4. Muhammad Faris Raffa Dzakiy (1910631140116)
5. Muhammad Yohan Maghriza F (1910631140118)
6. Nourma Lista Revanda (1910631140123)
7. Novita Sianipar (1910631140124)
8. Pandawa Prawira Jati (1910631140126)
9. Rafi Umar Waliyyu (1910631140129)
10. Rahman Yusuf Efendi (1910631140131)

LABORATORIUM REKAYASA TERPADU


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja II ini telah diperiksa dan disetujui
sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Praktikum Perancangan Sistem
Kerja II pada Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Singaperbangsa Karawang Semester Genap Tahun Akademik
2019/2020

Disusun Oleh :
Kelompok 12

1. Lidya Laguna Silalahi (1910631140106)


2. Luthfia Egidya (1910631140108)
3. Muhammad Farhan Ramadhan (1910631140115)
4. Muhammad Faris Raffa Dzakiy (1910631140116)
5. Muhammad Yohan Maghriza F (1910631140118)
6. Nourma Lista Revanda (1910631140123)
7. Novita Sianipar (1910631140124)
8. Pandawa Prawira Jati (1910631140126)
9. Rafi Umar Waliyyu (1910631140129)
10. Rahman Yusuf Efendi (1910631140131)

Karawang, 03 Juni 2021


Mengetahui, Menyetujui,
Dosen Pengampu Praktikum Asisten Praktikum
Perancangan Sistem Kerja II Perancangan Sistem Kerja II

Asep Erik Nugraha, S.T., M.T Zein Rizkie Nurfatha


NIDN. 0412047301 1810631140107

i
ABSTRAK

Perancangan Sistem Kerja dalah Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik
dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rangcangan terbaik dari sistem kerja yang
efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien (EASNE). Teknik-teknik dan prinsip ini
digunakan untuk mendapakan suatu sistem kerja yang efektif, aman, sehat,
nyaman, dan efisien (EASNE). Perancangan ini berhubungan dengan suatu proses
kerja, kerja merupakan aktivitas yang penting di dunia industri tujuannya dengan
adanya perancangan sistem kerja ini untuk mencapai efektivitas dan efisiensi kerja
dan menghindari terjadinya kecelakaan, penyakit yang disebabkan kerja, dan
kecelakaaan yang memiliki waktu jangka pendek maupun jangka panjang.
Suatu sistem kerja yang baik perlu adanya memperhatikan bidang ilmu
terkait dengan konsep Ergonomi. Ergonomi merupakan suatu disiplin ilmu yang
mengkaji mengenai keterbatasan manusia demi mencapai kinerja yang maksimal
tanpa mengabaikan aspek kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia.
Konsep Ergonomi ini bertujuan untuk memperbaiki hal yang tidak sesuai dengan
konsep tubuh, pengguna, dan lain sebagainya sehingga perlu adanya peningkatan,
perbaikan, dan perancangan kembali. Studi tentang ergonomi dalam perancangan
sistem kerja ini dalam dunia industri memiliki peranan yang sangat penting karena
dengan adanya konsep ini dapat membantu pekerja dalam melakukan
pekerjaannya dengan baik. Perlakuan dari perancangan ini harus disesuaikan
dengan kebutuhan serta disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar.
Adapun hasil kajian yang dituangkan dalam pembuatan Laporan Praktikum
Perancangan Sistem Kerja II ini berkaitan dengan konsep dari ergonomi yang
dikenal dengan EASNE (Efisien, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efektif) dengan
perancangan dan perbaikan pada konsep ergonomi dalam bidang antropometri,
biomekanika kerja, fisiologi kerja, dan tampilan display. Rancangan dan output
dari hasil praktikum ini dapat dilakukan dengan baik dan sesuai tujuan kegiatan
praktikum.

Kata Kunci: Sistem Kerja, Ergonomi, EASNE, Antropometri, Biomekanika Kerja,


Fisiologi Kerja, Display,

ii
KATA PEGANTAR

Puji dan syukur mendalami kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka Laporan Praktikum Perancangan
Sistem Informasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga
selalu tercurah pada Baginda Muhammad Rasulullah SAW. “Laporan Praktikum
Perancangan Sistem Kerja II” ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktikum Perancangan Sistem Kerja II Sarjana Strata-1 (S-1) pada Program Studi
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang. Kami
mengucapkan rasa terimakasih yang sebesarbesarnya atas semua bantuan yang
telah diberikan. Secara khusus rasa terima kasih tersebut kami sampaikan
kepada;
1. Allah SWT, yang telah memberikan kami kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Perancangan Sistem Informasi dengan
baik.
2. Kedua Orang Tua selalu mendukung kami secara moril dan materil.
3. Asep Erik Nugraha, S.T., M.T., selaku Dosen Praktikum Perancangan Sistem
Kerja II yang telah memberikan tugas Laporan Perancangan Sistem Kerja II.
4. Ir. H. Wahyudin S.T., M.T., IPM., selaku Koordinator Program Studi Teknik
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang.
5. Saudara dan Saudari seluruh Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Singaperbangsa Karawang yang juga ikut membantu.
Penulis menyadari bahwa Laporan Perancangan Sistem Kerja II ini belum
sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan Laporan Perancangan
Sistem Kerja II ini. Terakhir kami berharap, semoga Laporan Perancangan Sistem
Informasi ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan.

Karawang, 2 Juni 2021

iii
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Relasi antara Konsumsi Energi dengan Meningkatnya Stress dan


Detak Jantung Saat Bekerja...................................................................................33
Gambar 2. 2 Siklus Denyut Nadi...........................................................................34
Gambar 2. 3 Grafik Standar Energi.......................................................................38
Gambar 2. 4 Heart Rate Dari Dua Kondisi Kerja Yang Berbeda..........................39
Gambar 3. 1 Flowchart Antropometri...................................................................56
Gambar 3. 2 Flowchart Biomekanika....................................................................57
Gambar 3. 3 Flowchart Fisiologi...........................................................................58
Gambar 3. 4 Flowchart Display.............................................................................59

v
DAFTAR TABEL

YTabel 2. 1 Klasifikasi Beban Kerja Beserta Tingkatan Energi Yang Dikeluarkan. .


Tabel 2. 2 Tabel rumus ukuran angka dan huruf...................................................43

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perancangan Sistem Kerja ialah suatu ilmu yang mempelajari prinsip-
prinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja
yang terbaik. Ilmu ini merupakan salah satu ilmu di dalam disiplin teknik
industri. Dalam penerapannya, Perancangan Sistem Kerja akan berinteraksi
dengan berbagai ilmu lain dalam disiplin teknik industri untuk secara
bersamaan mencapai keadaan optimal dari suatu sistem produksi, yaitu
sistem yang terdiri dari komponen-komponen manusia, bahan, mesin,
peralatan, dan uang [ CITATION Sut06 \l 1057 ].
Seiring dengan berkembangnya zaman, perancangan sistem kerja
perlu diperhatikan untuk mendukung kebutuhan manusia saat bekerja.
Dalam merancang sistem kerja yang baik tentu sangat dibutuhkan juga
peran manusia dan teknologi dalam perancangannya agar sistem tersebut
dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan. Dengan kecanggihan teknologi,
dapat membantu dan mendukung pekerjaan manusia untuk memudahkan
pekerjaan serta meningkatkan produktivitas dalam bekerja.
Tingkat kenyamanan, rasa aman dan pengurangan risiko sakit atau
bahaya merupakan hal yang selalu manusia tingkatkan pada setiap
perbaikan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Posisi kerja yang tidak
sesuai dengan standar dapat menyebabkan pekerja tersebut merasa
kelelahan, dan membahayakan pekerja itu sendiri jika bekerja terlalu lama
dan tanpa ada istirahat. Terkadang kelelahan tidak dirasakan secara
langsung, namun dapat dirasakan setelah bekerja. Bahaya akibat kelelahan
bekerja dapat berdampak dalam jangka waktu lama.
Kenyamanan dalam bekerja dapat dirancang dengan menggunakan
ilmu ergonomi. Untuk mendalami ilmu ergonomi tersebut maka pada
praktikum Perancangan Sistem Kerja II kali ini membahas tentang
Antropometri, Biomekanika kerja, Fisiologi Kerja, dan Display.

1
2

Antropometri merupakan ilmu yang harus diperhatikan karena dapat


membantu dalam menyesuaikan ukuran atau postur tubuh manusia dengan
objek yang digunakan. Secara umum kemampuan, kebolehan dan
keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor yaitu: umur, jenis
kelamin, ras, antropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani,
pendidikan, keterampilan, budaya, tingkah laku, kebiasaan, dan kemampuan
beradaptasi [ CITATION Ida98 \l 1057 ].
Selain itu, beban kerja merupakan masalah yang dapat mempengaruhi
daya tahan tubuh manusia dalam bekerja yang akan berdampak pada kinerja
yang dihasilkan oleh manusia. Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari interaksi manusia dengan mesin, material, dan peralatan
dengan tujuan meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar
produktifitas kerja dapat meningkat [CITATION Her20 \l 1057 ].
Dalam melakukan pekerjaan, manusia memiliki keterbatasan
kemampuan saat bekerja baik dari fisik maupun mentalnya sehingga dapat
berdampak pada konsistensi manusia saat bekerja. Suatu cabang ilmu yang
mempelajari faktor-faktor fisik manusia pada saat aktivitas pekerjaannya
dilihat dari berbagai kriteria atau jenis pekerjaan yang sedang dilakukannya
disebut dengan fisiologi kerja [ CITATION Ase16 \l 1057 ].
Dan terakhir, Informasi dalam bekerja juga sangat dibutuhkan sebagai
petunjuk bagi manusia dalam melakukan aktivitas kerjanya agar tetap
berjalan sesuai dengan prosedur, seperti yang akan dibahas pada materi
display.

1.2 Maksud dan Tujuan


Dalam penulisan laporan ini terdapat beberapa maksud dan tujuan
yang ingin dicapai oleh praktikan, antara lain;
1. Praktikan dapat mengetahui pengertian ergonomi serta bidang-bidang
kajian yang ada di dalamnya,
2. Praktikan dapat mengetahui pengertian antropometri serta mampu
mengukur dimensi tubuh manusia dengan antropometri,
3

3. Praktikan dapat mengetahui pengertian biomekanika kerja serta mampu


mengukur pembebanan kerja dengan biomekanika,
4. Praktikan dapat mengetahui pengertian fisiologi kerja serta mampu
mengukur faktor-faktor fisik manusia dengan fisiologi,
5. Praktikan dapat mengetahui pengertian display serta mampu membuat
sebuah display yang baik juga ergonomis, dan
6. Praktikan mampu mengolah serta menganalisa data pada antropometri,
biomekanika kerja, fisiologi kerja, dan display.

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan pada penjelasan dalam latar belakang di atas, maka dapat
ditentukan beberapa perumusan masalah sebagai berikut;
1. Apa pengertian ergonomi serta bagaimana bidang-bidang kajian yang
ada di dalamnya?
2. Apa pengertian antropometri serta bagaimana cara mengukur dimensi
tubuh manusia dengan antropometri?
3. Apa pengertian biomekanika kerja serta bagaimana cara mengukur
pembebanan kerja dengan biomekanika?
4. Apa pengertian fisiologi kerja serta bagaimana cara mengukur faktor-
faktor fisik manusia dengan fisiologi?
5. Apa pengertian display serta bagaimana cara membuat sebuah display
yang baik juga ergonomis? dan
6. Bagaimana cara mengolah serta menganalisa data pada antropometri,
biomekanika kerja, fisiologi kerja, dan display?

1.4 Batasan Masalah


Dalam laporan ini memiliki batasan dalam mengkaji permasalahan
yang ada guna tercapai tujuan yang diharapkan. Masalah yang akan dibahas
dalam praktikum ini dibatasi pada;
1. Hanya membahas pengertian ergonomi serta bidang-bidang kajian yang
ada di dalamnya,
4

2. Hanya membahas pengertian antropometri serta mampu mengukur


dimensi tubuh manusia dengan antropometri,
3. Hanya membahas pengertian biomekanika kerja serta mampu
mengukur pembebanan kerja dengan biomekanika,
4. Hanya membahas pengertian fisiologi kerja serta mampu mengukur
faktor-faktor fisik manusia dengan fisiologi,
5. Hanya membahas pengertian display serta mampu membuat sebuah
display yang baik juga ergonomis, dan
6. Hanya membahas cara mengolah serta menganalisa data pada
antropometri, biomekanika kerja, fisiologi kerja, dan display.

1.5 Sistematika Penulisan


Adanya sistematika penulisan ini guna memudahkan dan memahami
pokok bahasan dalam pembuatan laporan praktikum. Urutan sistematika
laporannya adalah sebagai berikut;
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan
tujuan, perumusan masalah, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bagian ini menjelaskan tentang teori dasar dan ulasan
penelitian-penelitian yang ada dan kajian pustaka terkait dengan topik
perancangan sistem kerja.
BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH
Pada bagian ini menjelaskan tentang urutan proses yang dilakukan
oleh peneliti dalam bentuk flowchart atau usulan pemecahan masalah dari
setiap modul dan deskripsi pemecahan masalah, serta metode-metode yang
digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bagian ini data yang telah diperoleh dari praktikum
perancangan sistem kerja diolah hingga sesuai dengan kebutuhan laporan.
5

BAB V ANALISIS HASIL PRAKTIKUM


Pada bagian ini berisikan hasil dari pengolahan data yang diperoleh
melalui perhitungan yang telah dilakukan serta analisis-analisis lebih lanjut
terhadap hasil tersebut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini berisikan kesimpulan menyeluruh dari hasil analisis
pada bab sebelumnya, dan tujuan yang tercapai setelah penulisan laporan,
serta saran-saran untuk perbaikan atau aspek lain yang perlu dikaji lebih
lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi
2.1.1 Pengertian Ergonomi
Ergonomi merupakan kajian interaksi antara manusia dan mesin,
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan [ CITATION Bri09 \l
1033 ]. Ergonomi merupakan suatu ilmu antardisiplin, yang mengkaji
interaksi antara manusia dan objek yang mereka gunakan [ CITATION
Pul97 \l 1033 ].
B.W. Jastrzebowski adalah seorang ilmuan Polandia pada tahun
1857 memelopori penggunaan kata ergonomi, yang dalam bahasa
Yunani yaitu ergos berarti “kerja”, sedangkan nomos adalah “kajian
(atas)” atau “hukum-hukum” [ CITATION Kar06 \l 1033 ] . Pada akhir
tahun 1949, K.F.H. Murrel memperkenalkan kata ergonomics, yang
kemudian menjadi populer sebagai suatu disiplin. Ergonomi
merupakan aplikasi prinsip-prinsip ilmiah, metode, dan data yang
diperoleh dari beragam disiplin yang ditujukan dalam pengembangan
suatu sistem rekayasa, di mana manusia memiliki peran yang
signifikan[ CITATION Kro03 \l 1033 ].
Ergonomi adalah ilmu yang mengkaji keterbatasan, kelebihan,
dan karakteristik manusia, serta memanfaatkan informasi yang
berhubungan dengan konteks kerja tersebut dalam merancang produk,
mesin, fasilitas, lingkungan, dan sistem kerja, dengan tujuan utama
yaitu tercapainya kualitas kerja yang produktif dan terbaik tanpa
mengabaikan aspek kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia
sebagai penggunanya.
Ergonomi merupakan suatu pendekatan yang bersifat
multidisiplin. Beberapa bidang ilmu yang terkait erat antara lain
adalah rekayasa, matematika dan statistik, anatomi dan fisiologi,
psikologi terapan, serta sosiologi. Ergonomi diharapkan dapar

6
7

membantu menyelesaikan sejumlah masalah di tempat kerja. Beberapa


masalah berikut merupakan indikasi bahwa ergonomi dapat
berkontribusi positif di antaranya;
1. Rendahnya produktivitas kerja,
2. Kecelakaan kerja, insiden, serta keterbatasan medis,
3. Pelatihan, kualitas kerja, bottle neck, dan rework,
4. Absen, turnover pegawai, pekerja yang umumnya berusia muda,
5. Lembur, kurangnya fleksibilitas sistem produksi, dan
6. Keluhan pekerja, dan sebagainya.
Dapat diartikan bahwa potensi permasalahan ergonomi akan
dapat ditemui pada setiap sistem, manusia pengguna memiliki peran
dalam keberhasilan sistem untuk mencapai tujuannya.
2.1.2 Tujuan Ergonomi
Menurut Bridger (2009) dalam Dene Herwanto (2021) tujuan
dari studi mengenai ergonomi adalah untuk meningkatkan performa
sistem dengan cara meningkatkan hubungan antara manusia dengan
mesin. Dampak dari permasalahan sistem ini sangat luas, antara lain:
1. Inefficiency terjadi ketika pekerja menghasilkan output yang tidak
diharapkan.
2. Fatigue terjadi karena desain pekerjaan yang buruk sehingga
menyebabkan pekerja cepat mengalami kelelahan.
3. Accident, injuries, and errors disebabkan karena desain interface
yang buruk atau stress yang berlebihan baik itu secara mental atau
fisik.
4. User difficulties terjadi karena ketidaksesuaian dari kombinasi
pekerjaan.
5. Rendahnya moral dari user atau pekerja.
2.1.3 Bidang Kajian Ergonomi
Ergonomi adalah pemanfaatan dari sejumlah ilmu dasar yang
mempelajari manusia, seperti anatomi, fisiologi, kedokteran, ortopedi,
psikologi, serta sosiologi. Ergonomi kemudian tumbuh dan berubah
dengan pesat. Ergonomi dalam konteks perancangaan banyak
8

memanfaatkan ilmu-ilmu rekayasa. Berikut adalah beberapa sub-


disiplin ergonomi di antaranya:
1. Antropometri adalah bidang yang mengkaji dimensi fisik tubuh
manusia, termasuk usia, tinggi berdiri, bobot, panjang jangkauan
lengan, tinggi duduk, dan lain sebagainya. Data pada
antropometri banyak dimanfaatkan dalam perancangan produk,
peralatan, serta tempat kerja.
2. Biomekanika kerja adalah suatu bidang yang memfokuskan pada
proses mekanika (gaya, momen, kecepatan, percepatan, serta
tekanan) yang terjadi pada tubuh manusia, terkait dengan aktivitas
fisik yang dilakukan pekerja.
3. Fisiologi kerja adalah bidang ergonomi yang mengkaji respons
fungsi-fungsi tubuh (misalnya sistem kardiovaskular) yang terjadi
saat bekerja. Aplikasinya dapat berupa penentuan beban beban
kerja atau energi yang dikeluarkan bila dibandingkan dengan
kemampuan metabolik pekerja serta penentuan jadwal kerja
istirahat optimal yang dapat meminimalkan stress dan kelelahan.
4. Human information processing dan ergonomi kognitif adalah
bidang ergonomi yang mempelajari manusia memproses
informasi dari lingkungannya, dimulai dari tahap mengindea
adanya stimulus dan mempersepsikannya, sampai dengan
mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
Bidang ini mempelajari proses persepsi, mengingat, pemberian
perhatian, serta pengambilan keputusan.
5. Human-computer interaction (HCI) adalah bidang ergonomi yang
mengkaji dan merancang interaksi antara pengguna dan sistem
komputer, dengan salah satu tujuannya antara lain meminimalkan
kesalahan, meningkatkan kinerja sistem operasi, serta
meningkatkan kepuasan pengguna. Dalam penerapannya, pada
bidang ini dikaji rancangan perangkat keras ataupun lunak agar
sesuai dengan karakteristik (psikologis dan mental) dari para
penggunanya.
9

6. Displays dan controls adalah bidang ergonomi yang memiliki


fokus berupa kajian atas rancangan display maupun kontrol yang
cocok dengan karakteristik penggunanya.
7. Lingkungan kerja adalah bidang yang mencoba memahami
respons manusia terhadap lingkungan fisik kerja, termasuk
kebisingan, temperatur, pencahayaan, getaran, dan lain
sebagainya. Informasi yang diperoleh dari bidang kajian ini dapat
dimanfaatkan dalam menentukan penempatan lampu penerangan,
lama waktu istirahat, dampak rotasi kerja, serta efek penggunaan
alat pelindung diri.
8. Ergonomi makro adalah bidang ergonomi dengan suatu
pendekatan sistem dalam mengkaji kesesuaian antara individu,
organisasi, teknologi, serta proses interaksi yang terjadi.
Tujuannya yaitu tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan
berkelanjutan melalui evaluasi organisasi kerja. Oleh karena itu,
perbaikan tidak difokuskan pada operator dan pekerjaannya, tapi
lebih pada perancangan sistem secara keseluruhan sebagai upaya
yang efisien dalam mencapai tujjuan organisasi. Manfaat bidang
ini berupa perbaikan sistem kerja yang bersifat bottom-up,
peningkatan quality of work life, serta minimasi biaya yang terkait
dengan implementasi teknologi baru.

2.2 Antropometri
2.2.1 Pengertian Antropometri
Menurut [ CITATION Bri95 \l 1033 ], Istilah Anthropometri berasal
dari kata “anthropos (man)” yang berarti manusia dan “metron
(measure)” yang berarti ukuran. Secara definisi, antropometri dapat
dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia.
Menurut [ CITATION Roe95 \l 1033 ], yang mendefinisikan
antropometri sebagai “the science of measurement and the art of
10

esthablishes the pyshsical geometry, mass properties, and strength


capabilities of human body”.
Dari kedua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
antropometri adalah ilmu yang berkaitan dengan pangukuran dimensi
dan cara untuk mengaplikasikan karakteristik tertentu dari tubuh
manusia, seperti: volume, titik berat, perangkat inersia dan masa dari
bagian-bagian tubuh.
Antropometri secara umum akan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam interaksi suatu produk
dengan manusia yang menggunakannya. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam
hal:
a. Perancangan area kerja (work station, interior, mobil, dan lain
sebagainya).
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perlengkapan, dan
perkakas (tools).
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi,
meja komputer, dan lain sebagainya.
d. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Menurut [ CITATION Wic04 \l 1033 ] dan [ CITATION Kro04 \l 1033 ]
[ CITATION Pan79 \l 1033 ] ada banyak faktor yang harus diperhatikan
ketika data ukuran tubuh digunakan dalam perancangan, salah satunya
adalah adanya keragaman individu dalam ukuran dan dimensi tubuh.
Variasi atau keragaman ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya:
1. Usia
Tinggi tubuh manusia terus bertambah mulai dari lahir
hingga usia sekitar 20-25 tahun. Usia saat berhentinya
pertumbuhan pada perempuan lebih dini atau lebih lambat
daripada laki-laki. Berbeda dengan tinggi tubuh, dimensi tubuh
yang lain, seperti bobot badan dan lingkar perut mungkin tetap
bertambah hingga usia 60 tahun. Pada tahap usia lanjut, dapat
11

terjadi perubahan pada bentuk tulang seperti bungkuk pada tulang


punggung, terutama pada perempuan. Oleh karena itu, usia ini
dapat mempengaruhi pengukuran antropometri yang disebabkan
oleh keberagaman dimensi tubuh yang diukur dari usianya.
2. Jenis Kelamin
Pada usia dewasa, laki-laki pada umumnya lebih tinggi
daripada perempuan, dengan perbedaan sekitar 10%. Tapi
perbedaan ini tidak terlihat pada saat usia pertumbuhan. Tingkat
pertumbuhan maksimum perempuan terjadi pada usia sekitar 10-
12 tahun. Pada usia ini, perempuan cenderung lebih tinggi dan
lebih berat dibandingkan laki-laki seusianya. Sampel data dari
Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi Institut
Teknologi Bandung menunjukkan perbedaan sekitar 4% antara
laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, tingkat pertumbuhan
maksimum terjadi pada usia sekitar 13-15 tahun. Selain ukuran
tubuh yang lebih tinggi dan lebih berat, pada umumnya tubuh
laki-laki juga lebih besar dibandingkan perempuan. Tetapi pada
beberapa dimensi, perbedaan ini tidak berarti seperti pada paha
dan pinggul. Selain dalam hal ukuran, perbedaan juga terlihat
pada proporsi bagian-bagian tubuh dan postur tubuh sehingga
jenis kelamin dapat mempengaruhi data pengukuran antropometri
pada dimensi tubuh antara perempuan dan laki-laki.
3. Ras dan Etnis
Ukuran dan proporsi tubuh sangat beragam antar ras dan
etnis yang berbeda. Misalnya antara Negroid (Afrika), Kaukasoid
(Amerika Utara dan Eropa), Mongoloid atau Asia, dan Hispanik
(Amerika Selatan). Data yang diambil dari[ CITATION Kro03 \l
1033 ], tinggi rata-rata orang Cina (bagian selatan) adalah 166 cm
(laki-laki) dan 152 (perempuan). Bandingkan dengan rata-rata
orang Amerika Utara dengan tinggi badan sekitar 179 cm untuk
laki-laki dan 165 cm untuk perempuan. Orang Asia biasanya
mempunyai postur tubuh yang berbeda dengan Amerika dan
12

Eropa, dengan proporsi kaki yang lebih pendek dan punggung


lebih panjang.
4. Pekerjaan dan aktivitas
Perbedaan dalam ukuran dan dimensi fisik manusia dapat
dengan mudah ditemukan pada kumpulan orang yang mempunyai
aktivitas kerja berbeda. Misalnya, petani di desa yang terbiasa
melakukan kerja fisik yang berat sehingga memiliki antropometri
yang berbeda dengan orang-orang yang tinggal di kota dengan
jenis pekerjaan kantoran yang hanya duduk di depan komputer.
Orang yang berolahraga secara terus-menerus juga mempunyai
postur tubuh yang berbeda dengan mereka yang jarang
berolahraga.
5. Kondisi Sosio-ekonomi
Faktor kondisi sosio-ekonomi berdampak pada pemberian
nutrisi dan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan badan. Selain
itu, faktor ini juga berhubungan dengan kemampuan umtuk
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Mahasiswa memiliki
tubuh yang lebih tinggi daripada teman seusianya yang bukan
mahasiswa. [ CITATION Pan79 \l 1033 ] menggambarkan hubungan
yang linear antara rata-rata tinggi badan dan bobot anak-anak di
Amerika Serikat dengan pendapatan keluarga dan tingkat
pendidikan terakhir orang tua. Berbagai penelitian menunjukkan
terjadinya peningkatan pada tinggi tubuh rata-rata manusia antar
generasi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya kemakmuran dan asupan gizi yang lebih baik
dibandingkan generasi sebelumnya.
2.2.2 Jenis-Jenis Antropometri
Secara umum pengukuran antropometri dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu pengukuran antropometri statis dan
antropometri dinamis. Pengukuran data antropometri dibedakan
menjadi dua jenis [ CITATION Wig95 \l 1033 ] yaitu:
1. Dimensi tubuh struktural (Antropometri statis)
13

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan


tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari
pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “static
anthropometry”. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil.
2. Dimensi tubuh fungsional (Antropometri dinamis)
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada
saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang
berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan.
2.2.3 Penerapan Antropometri
Menurut [ CITATION Sut06 \l 1057 ] seseorang dapat bekerja baik
bagi perusahaan bergantung pada seberapa baik rancangan tempat
kerjanya. Memperhatikan rancangan tempat kerja berarti berkontribusi
pada keamanan, kesehatan, dan kenyamanan kerja. Pada gilirannya
hal-hal ini akan meningkatkan kemampuan kerja yang bersangkutan.
Dua hal diantaranya adalah dimensi benda-benda yang berinteraksi
dengan pekerja dan lingkungan kerjanya. Karena dimensi objek mesti
bersesuaian dengan pemakainya, maka perlu dikenali antropometri,
suatu bidang kajian dari Ergonomi yang mempelajari karakter ukuran-
ukuran fisik tubuh manusia.
Antropometri dapat diaplikasikan atau diterapkan terdapat
sebagai berikut:
1. Antropometri Statis
Adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia
dalam posisi diam pada dimensi-dimensi dasar fisik, meliputi
panjang segmen atau bagian tubuh, lingkar bagian tubuh, massa
bagian tubuh, dan sebagainya. Contohnya dapat diterapkan untuk
mendesain meja, kursi, tinggi pintu, dan lain sebagainya.
2. Antropometri Dinamis
Adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri manusia ketika
melakukan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat bekerja,
berkaitaan erat dengan dimensi fungsional, misalnya tinggi
duduk, panjang jangkauan, dan lain-lain. Contohnya dapat
14

diterapkan untuk menentukan lebar gang untuk lewat atau hilir


mudik bagi pelayan rumah makan yang membawa barang-barang.
Terdapat tiga prinsip umum dalam menggunakan data
antropometri pada proses perancangan, yaitu:
1. Perancangan fasilitas yang disesuaikan
Prinsip ini digunakan untuk merancang objek agar objek
dapat menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman
oleh semua pengguna potensial. Untuk fasilitas yang dapat
disesuaikan, dirancang memiliki daerah ukuran minimal (persentil
5%), sampai dengan ukuran maksimal (persentil 95% atau 99%).
Perlu diperhatikan biasanya rancangan seperti itu membutuhkan
biaya yang cukup mahal, tetapi memiliki nilai fungsi yang tinggi..
2. Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim
Dalam perancangan ini dibagi menjadi dua, pertama
perancangan dengan data nilai persentil tinggi atau maksimal
(90%, 95%, atau 99%), misalnya untuk merancang tinggi pintu
diambil dari tinggi manusia persentil 99% ditambah dengan
kelonggaran. Kedua, perancangan dengan data nilai persentil kecil
atau minimal (10%, 5%, atau 1%), misalnya membuat tinggi
jemuran pakaian digunakan data tinggi jangkauan tangan dengan
nilai persentil rendah (5%). Inti dari prinisp perancangan ini
adalah bagaimana suatu produk atau sistem kerja yang dirancang
mampu mengakomodasi seluruh populasi.
3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata
Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan
berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak
layak jika menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa
disesuaikan. Biasanya perancangan dengan prinsip ini untuk
pemakai khusus seperti orang yang berukuran tubuh ekstrem;
amat gemuk, sangat tinggi, dan sebagainya. Sehingga ukuran
bagian-bagian objek dibuat tepat untuk tubuh pemesannya. Begitu
pula produk-produk bagi penderita cacat tubuh.
15

2.2.4 Metode Perhitungan Antropometri


Pengujian statistik merupakan salah satu tahapan dalam metode
perancangan antropometri untuk mencari atau mengetahui nilai-nilai
dari uji kenormalan data, uji keseragaman data, dan uji kecukupan
data. Adapun tahapan-tahapan pengujiannya sebagai berikut:
1. Uji Kenormalan Data
Uji kenormalan data bertujuan untuk mengetahui apakah
sebaran data pada sebuah populasi berdistribusi normal atau tidak.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji kenormalan data
yang dilakukan sebagai berikut:
a. Menghitung sebaran data (Range)
R = Data maksimum – Data minimum
b. Menghitung banyaknya interval kelas
K = 1 + (3,3 log n)
Keterangan:
K = Jumlah interval kelas
n = Banyaknya data
c. Menghitung panjang kelas
R
P=
K
Keterangan:
P = Panjang kelas
R = Range
K = Jumlah interval kelas
d. Menyusun data kedalam tabel frekuensi
e. Menghitung rata-rata
Σ Fi Xi
x́=
Σ Fi
f. Menghitung standar deviasi

2
nΣ Fi X 2i − ( Σ F i X i) 2
S=
n ( n−1 )
2. Uji Keseragaman Data
16

Uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah


data-data yang diperoleh sudah ada dalam keadaan terkendali atau
belum. Data yang berada dalam keadaan tidak terkendali akan
dibuang dan kemudian diuji kembali keseragamannya hingga
tidak ada lagi data yang berada di luar BKA dan BKB. Adapun
langkah-langkah untuk melakukan uji keseragaman data yaitu
sebagai berikut:
a. Batas Kontrol Atas (BKA)
BKA=x́ + z α σ x
b. Batas Kontrol Bawah (BKB)
BKB=x́−z α σ x
3. Uji Kecukupan Data
Pengujian ini bertujuan mengetahui jumlah data yang
diperoleh telah memenuhi jumlah pengamatan yang dibutuhkan
dalam pengukuran atau belum. Sedangkan data dan jumlah
pengukuran yang diperlukan dalam uji kecukupan data
merupakan data dan jumlah dari pengukuran yang seragam
[ CITATION Sut06 \l 1057 ]. Adapun rumus yang digunakan untuk
melakukan uji kecukupan data yaitu sebagai berikut:
2
zα ∕ 2

N=
( )
'
(
√ NΣ x −( Σ x )
β
2
i i
2

)
Σ xi

Keterangan:
𝑁’ = Jumlah data yang dibutuhkan
N = Jumlah data yang telah diambil
𝑋𝑖 = Data ke-i
Dengan ketentuan:
Jika N’ < N maka data telah cukup
Jika N’ > N maka data tidak cukup
4. Persentil
Menurut [ CITATION Nur04 \l 1057 ], persentil adalah suatu
nilai yang menyatakan persentase tertentu dari sekelompok orang
17

yang memiliki dimensi tubuh yang ukurannya sama atau lebih


kecil dari nilai tesebut. Persentil menunjukkan jumlah bagian per
seratus orang dari suatu populasi yang memiliki ukuran tubuh
tertentu (lebih kecil atau lebih besar). Terdapat tiga nilai persentil
yang biasanya digunakan dalam perancangan yakni persentil
kecil, persentil besar, dan persentil tengah.
Penggunaan konsep persentil dalam perancangan fasilitas
sebagai bberikut:
a. Perancangan untuk individu rata – rata yaitu menggunakan
persentil 50 (P50).
b. Perancangan untuk individu ekstrim yaitu persebtil 95 (P95)
atau persentil 5 (P5).
c. Perancangan untuk individu yang dapat disesuaikan yaitu dari
persentil 5 (P5) sampai dengan persentil 95 (P95).
Adapun langkah-langkah untuk menghitung persentil yaitu
sebagai berikut:
a. Menentukan letak persentil
ⅈ ( n+1 )
L P i=
100
Keterangan:
L P i = Letak persentil
ⅈ = Persentil ke-i
n = Banyaknya data
b. Menentukan nilai persentil
n ⋅ⅈ
Pi=L+
P ( 100 −Σ f )
p−1


Keterangan:
L = Batas bawah kelas persentil
n = Banyaknya data
i = Persentil ke-i
P = Panjang interval kelas
f p−1 = Frekuensi kumulatif kels dibawah kelas persentil
18

fρ = Frekuensi kelas persentil


c. Chi-Kuadrat ( X 2 )
Langkah-langkah untuk melakukan pengujian Chi-
Kuadrat yaitu sebagai berikut:
1.) Hipotesa
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data tidak berdistribusi normal
2.) Daerah penerimaan
H 0= X 2 hitung< X 2 ( α , ⅆf )
3.) Uji hipotesa
2
2 ( Oi−e i )
X =Σ P=P ( Z lcl< Z < Zucl )
ei

( X lcl−μ )
Zlcl =
σ
( X ucl−μ )
Zucl =
σ
Keterangan:
Zlcl = Nilai batas bawah kelas interval ke-i
Zucl = Nilai batas atas kelas interval ke-i
P(Z lcl) = Peluang nilai batas bawah kelas interval ke-i
P(Z ucl) = Peluang nilai batas atas kelas interval ke-i
𝑃 = Peluang Zucl −Z lcl
Oi = Frekuensi
ei = P x n2

2.3 Biomekanika Kerja


2.3.1 Pengertian Biomekanika Kerja
Biomekanika merupakan aplikasi mekanika pada sistem biologi
dan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi,
yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup
kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari
bagaimana cara kerja serta peralatan yang harus dirancang agar sesuai
19

dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja


tersebut [ CITATION Sut791 \l 1057 ].
Menurut [ CITATION Cha91 \l 1057 ] , biomekanika kerja
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi fisik
pekerja dengan peralatan, mesin maupun material dimana disiplin
ilmu ini bertujuan untuk meningkatkan performasi pekerja dengan
cara meminimalkan resiko keluhan kerangka otot (musculoskeletal
system disorders).
Biomekanika kerja menjadi salah satu ujung tombak ergonomi
di Indonesia khususnya sektor industri karena didukung oleh beberapa
fakta diantaranya efisiensi dan produktivitas kerja merupakan isu
utama di industri.
2.3.2 Aspek-aspek Biomekanika
Biomekanika di dalam dunia pekerjaan yang menjadi bidang-
bidang perhatian atau hal yang harus diperhatikan yaitu berhubungan
dengan kajian dari kecepatan dan ketelitian gerak anggota-anggota
badan, kekuatan kerja otot dan daya tahan jaringan-jaringan tubuh
terhadap beban. Adapun penjelasan mengenai aspek-aspek yang
berhubungan dengan biomekanika adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan dan Ketelitian
Kecepatan gerak bergantung pada banyak faktor,
diantaranya anggota badan mana yang bekerja. Namun secara
biomekanika dapa dilihat dari kebebasan gerak otot yang
bersangkutan. Kecepatan dapat maksimum apabila dalam
melaksanakan gerakannya otot bekerja sepenuh tenaga searah
dengan jalur gerak. Ketelitian adalah keahlianlain yang
dipentingkan dari gerakangerakan anggota badan dalam bekerja.
Disamping kenyataan bahwa setiap anggota badan berketelitian
sendiri-sendiri besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk bergerak
menentukan seberapa teliti hal itu dapat berlangsung. Demikian
pula apa yang disebut dengan control response ratio.
2. Kekuatan Kerja Otot
20

Kekuatan kerja otot ini adalah kekuatan yang diberikan otot


untuk merespons kerja yang digunakan untuk menyesuaikan
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja tersebut. Beberapa berat
beban yang dapat disesuaikan dengan seseorang pada suatu saat
dapat menggambarkan kekuatannya, sementara berapa lama
pekerjaan yang mengangkut itu dapat berlangsung pada tubuh
yang merespons kegiatan kerja tersebut. Tetapi ada perbedaan
yang mendasar terutama pada sesuatu yang berhubungan dengan
pembahasan tersebut adanya kekuatan, proses lebih dibahas
dalam hubungan dengan energi tubuh yang dilakukan seperti
sesuai kegiatannya, dan lain sebagainya.
Untuk tubuh manusia pada umumnya berlaku hal-hal
berikut ini tentang kekuatan:
a. Kekuatan bergantung pada posisi anggota tubuh yang
bekerja.
b. Kekuatan bergantung pada arah gerakan kerja.
c. Setiap anggota tubuh memiliki kekuatan yang berbeda,
perbedaan antar jari, antara lengan kiri dan kanan, antara
lengandan kaki dan lain sebagainya.
d. Pengaruh usia, semakin tua seseorang, maka semakin rendah
pula kekuatannya (kecenderungan umum).
3. Daya Tahan Jaringan Tubuh Terhadap Beban
Daya tahan jaringan tubuh yang memiliki respons untuk
melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan beban kerja ini
perlu diadakan sesuatu kegiatan dalam menentukan kegiatan
untuk melakukan kerjanya. Setiap anggota tubuh memiliki daya
tahan yang berbeda-beda terhadap melakukan pekerjaannya yang
dihubungkan dengan beban. Misalnya saja bila seseorang harus
terus menerus berdiri maka orang tersebut akan melakukan
pekerjaan yang berdiri akan tetapi apabila terus menerus dan
dilakukan selama waktu yang lama maka orang tersebut akan
kelelahan pada kaki otot orang tersebut.
21

Karena itu kesalahan lebih tepat bila dinyatakan dengan


kelelahan dapat dikurangi dengan cara:
a. Menghindarkan beban statis yaitu beban yang secara
berkesinambungan bekerja pada jaringan tanpa bergerak.
b. Menghindarkan konsentrasi beban yaitu terpusatnya beban
pada satu bagian sempit jaringan.
c. Menghindarkan beban yang terlalu berat, yang tak mampu
ditahan jaringan
2.3.3 Penerapan Biomekanika Kerja
Biomekanik merupakan bagian dari disiplin ilmu yang
meminjam prinsip dasar mekanik untuk menjelaskan sistem kinerja
pada tubuh manusia (makhluk hidup). Dalam biomekanika, prinsip-
prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, desain,
dan pengembangan peralatan yang merefleksikan sistem kinerja otot
pada tubuh manusia. Pendekatan biomekanik dapat dilihat pada
penerapan biomekanik olahraga atau latihan kebugaran tubuh.
Biomekanik di bidang olahraga dan latihan memerlukan pendekatan
penelitian berdasarkan campuran eksperimen dan pemodelan
teoritis[ CITATION Pay08 \l 1033 ].
NIOSH (National For Occupational Safety and Health) adalah
suatu lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan
kerja di Amerika, telah melakukan analisis terhadap faktor-faktor
yang bepengaruh terhadap biomekanika yaitu:
1. Berat dari benda yang dipindahkan, hal ini ditentukan oleh
pembebanan langsung.
2. Posisi pembebanan dengan mengacu pada tubuh, dipengaruhi
oleh:
a. Jarak horisontal beban yang dipindahkan dari titik berat
tubuh.
b. Jarak vertikal beban yang dipindahkan dari lantai.
c. Sudut pemindahan beban dari posisi sagital (posisi
pengangkatan tepat didepan tubuh).
22

3. Frekuensi pemindahan dicatat sebagai rata-rata


pemindahan/menit untuk pemindahan berfrekuensi tinggi.
4. Periode (durasi) total waktu yang diberlakukan dalam
pemindahan pada suatu pencatatan.
Recommended Weight Limit (RWL) merupakan rekomendasi
batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan
cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitive dan
dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL ini ditetapkan oleh
NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat. Persamaan NIOSH
berlaku pada keadaan;[ CITATION Wat94 \l 1033 ].
Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk
diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH
adalah sebagai berikut [CITATION TRW93 \t \l 1033 ].
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan
ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2. Beban diangkat dengan kedua tangan.
3. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu
maksimal 8 jam.
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat
duduk atau berlutut.
5. Tempat kerja tidak sempit.

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Keterangan;
LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H
VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 – 0,003 [V – 75]
DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 – 0,0032
A(0)
FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
Catatan;
23

H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik


pusat tubuh.
V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai
tujuan
A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
Kriteria:
1. Frequency Multiplier (FM) adalah;
a. Durasi pendek : 1 jam atau kurang.
b. Durasi sedang : antara 1 – 2 jam.
c. Durasi panjang : 2 – 8 jam.
2. Coupling Multiplier (CM) adalah;
a. Kriteria Good
1) Kontainer atau Box merupakan design optimal, pegangan
bahannya tidak licin.
2) Benda yang didalamnya tidak mudah tumpah.
3) Tangan dapat dengan nyaman meraih box tersebut.
b. Kriteria Fair, adalah;
1) Kontainer atau Box tidak mempunyai pegangan.
2) Tangan tidak dapat meraih dengan mudah.
c. Kriteria Poor, adalah:
1) Box tidak mempunyai Handle/pegangan.
2) Sulit dipegang (Licin, Tajam, dll).
3) Berisi barang yang tidak stabil, (Pecah, Jatuh, Tumpah,
dll).
4) Memerlukan sarung tangan untuk mengangkatnya.
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting
Index, untuk mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung
resiko cidera tulang belakang, dengan persamaan :
LI = RWL/BeratBeban ... (4)
Jika LI > 1, berat beban yang diangkat melebihi batas
pengangkatan yang direkomendasikan maka aktivitas tersebut
24

mengandung resiko cidera tulang belakang. Jika LI < 1, berat beban


yang diangkat tidak melebihi batas pengangkatan yang
direkomendasikan maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko
cidera tulang belakang [CITATION TRW93 \t \l 1033 ].
2.3.4 Manfaat Studi Biomekanika
Manfaat studi biomekanika terhadap pekerjaan-pekerjaan yang
dijadikan acuan ialah;
1. Perancangan kembali suatu pekerjaan yang sudah ada.
2. Mengevaluasi suatu pekerjaan yang dilakukan.
3. Pelaksanaan kegiatan penyaringan terhadap pegawai/karyawan.
4. Tugas-tugas penanganan kerja yang dilakukan secara manual.
5. Pembebanan statis.
6. Penentuan sistem waktu.
Agar dalam suatu aktivitas pekerjaan tidak menimbulkan suatu
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan, maka perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut;
1. Sesuaikan berat dengan kemampuan pekerja/operator, dengan
mempertimbangkan frekuensi pemindahan barang/beban.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang
yang berat.
3. Ubah aktivitas jika memungkinkan sehingga lebih mudah, ringan,
dan tidak berbahaya.
4. Minimalkan jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir
pada pemindahan barang.
5. Material tidak boleh lebih tinggi dari bahu.
6. Kurangi frekuensi pemindahan.
7. Berikan waktu istirahat yang cukup kepada pekerja atau operator,
untuk melepaskan rasa lelah.
25

2.4 Fisiologi kerja


2.4.1 Pengertian Fisiologi Kerja
Fisiologi Kerja merupakan salah satu cabang ilmu ergonomi
yang fokus terhadap pengukuran energi yang dikeluarkan atau energi
yang dikonsumsi oleh manusia dalam menjalankan aktivitasnya.
Energi yang dikeluarkan/dikonsumsi terjadi karena adanya proses
metabolisme yang terjadi didalam otot yang ditunjang oleh sistem
cardiovascular dan sistem pernafasan yang terdapat di dalam tubuh.
Fisiologi kerja adalah ilmu untuk mempelajari fungsi organ
tubuh manusia yang dipengaruhi oleh otot. Fungsi utama pada
fisiologi adalah sistem yang mengizinkan setiap individu untuk
bekerja tanpa dipengaruhi kelelahan yang berlebihan sehingga saat
pekerjaan berakhir setiap individu tidak hanya dapat memulihkan diri
dari kelelahan fisik tetapi dapat juga menikmati kegiatan saat setiap
individu tidak bekerja [ CITATION Kim11 \l 1033 ].
Dalam ilmu fisiologi terdapat batasan metabolic stress dan
fatigue yang berhubungan dengan beban pekerjaan angkat yang
berulang-ulang. Jenis pekerjaan angkat yang berulang-ulang
membutuhkan lebih banyak energy expenditure yang tidak boleh
melebihi kapasitas energi pekerja. Batas maksimum energy
expenditure untuk pekerjaan angkat adalah 2,2-4,7 kkal/menit
[ CITATION Kim11 \l 1033 ].
Pengukuran konsumsi energi untuk energy expenditure dapat
dihitung dengan menggunakan konsumsi oksigen dan detak jantung.
Mengkonsumsi 1 liter oksigen (1000 cc) sama dengan 4,8 kkal energi.
Konsumsi oksigen akan meningkat secara linier sesuai dengan beban
kerja yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat beban
kerja yang dialami maka akan semakin meningkat penyerapan
oksigen. Dalam pekerjaan ringan detak jantung lebih cepat naik dan
menjadi konstan selama pekerjaan berlangsung. Ketika pekerjaan
berhenti, detak jantung kembali normal dalam beberapa menit.
26

Semakin berat pekerjaan maka akan semakin besar energi yang


dikonsumsi [ CITATION MNK11 \l 1033 ].

Gambar 2. 1 Relasi antara Konsumsi Energi dengan Meningkatnya Stress


dan Detak Jantung Saat Bekerja
Sumber:[ CITATION MNK11 \l 1033 ]

2.4.2 Pengukuran Kerja dengan Metode Fisiologi


Untuk menentukan Kapasitas angkat beban maksimum secara
fisiologis kita harus mengetahui konsumsi energi yang dibutuhkan
pada saat bekerja. Pengukuran konsumsi energi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu cara langsung dengan mengetahui konsumsi
oksigen serta cara tidak langsung dengan mengetahui kecepatan
denyut jantung.
a. Konsumsi Energi berdasarkan Konsumsi Oksigen
Oksigen merupakan salah satu zat yang paling dibutuhkan
manusia untuk bertahan hidup. Konsumsi oksigen merupakan
faktor dari proses metabolisme yang berhubungan langsung
dengan konsumsi energi. Konsumsi oksigen akan terus
berlangsung walaupun seseorang tidak melakukan pekerjaan
sekalipun. Untuk itu dalam perhitungan konsumsi energi dibagi
dalam beberapa keadaan yaitu konsumsi energi pada saat 51
istirahat (metabolisme basal) dan pada saat bekerja.
Metabolisme basal atau Basal metabolic Rate (BMR)
merupakan jumlah minimal energi yang dibutuhkan untuk
27

melakukan berbagai proses vital ketika tubuh dalam keadaan


beristirahat. BMR dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya :
luas permukaan tubuh, jenis kelamin, usia, keaktifan kelenjar
penghasil hormon, dan massa tubuh tak berlemak[ CITATION
Ari04 \l 1033 ].
Konsumsi energi pada saat pekerjaan fisik dimulai dan akan
bertambah atau berkurang sesuai dengan beban kerja yang
diberikan. Jadi konsumsi energi untuk melakukan kerja tertentu
adalah selisih antara pengeluaran energi setelah kerja dengan
pengeluaran energi pada saat istirahat.
b. Konsumsi Energi berdasarkan Denyut Jantung
Dalam kondisi normal atau sedang beristirahat, laju detak
jantung manusia berkisar diantara 70 bit/menit. Ketika sedang
dalam kondisi bekerja, rata-rata laju detak jantung mengalami
kenaikan menjadi sekitar 110 bit/menit.

Gambar 2. 2 Siklus Denyut Nadi


Sumber:[CITATION EGrhn \t \l 1033 ]

Perhitungan konsumsi energi dengan denyut jantung


digunakan persamaan regresi untuk mengestimasi energi
berdasarkan kecepatan denyut jantung[ CITATION Asn09 \l 1033 ].
2.4.3 Kerja Fisik dan Mental
Kerja fisik, adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot
manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik akan
mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh yang dapat
dideteksi melalui konsumsi oksigen, denyut jantung, peredaran udara
28

dalam paru-paru, temperatur tubuh, konsentrasi asam laktat dalam


darah, komposisi kimia dalam darah dan air seni, tingkat penguapan,
dll.
Kerja mental, adalah kerja yang melibatkan proses berpikir
dari otak kita. Pekerjaan ini akan mengakibatkan kelelahan mental bila
kerja tersebut dalam kondisi yang lama, bukan diakibatkan oleh
aktivitas fisik secara langsung melainkan akibat kerja otak kita.
2.4.4 Energi yang Dikeluarkan (Energy Expanditure)
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan perubahan yang
penting dan pokok, baik dalam penelitian lapangan maupun
laboratorium. Untuk merumuskan hubungan antara energy
expenditure dengan kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan
kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan
denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk regresi
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum
adalah regresi kuadratis dengan persamaan berikut ini:
Y = 1.80411 – 0.0229038X + 4.71733 x 10-4 X2
Keterangan:
Y = Energy expenditure (kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (detak/menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk
energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat
dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut:
KE = Et = Ei
Keterangan;
KE = Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kkal/menit)
Et = Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kkal/menit)
Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kkal/menit)
Dengan demikian konsumsi energi pada waktu kerja tertentu
merupakan selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja tersebut
dengan pengeluaran energi energi pada saat istirahat.
29

2.4.5 Unit Kerja Fisiologis


Pengeluaran energi, kerja fisiologis dan biaya fisiologis
berkaitan erat dengan konsumsi oksigen. Hal ini dapat diukur secara
langsung dalam liter/menit atau secara tidak langsung dalam detak
jantung/menit. Unit satuan dasar yang digunakan adalah pengeluaran
kalori dalam gram kalori/menit. Astrand dan Cristensen menyelidiki
pengeluan energi dari tingkat detak jantung dan menemukan bahwa
ada hubungan langsung antara keduanya. Tingkat pulsa dan detak
jantung per menit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran
energi.
2.4.6 Penentuan Panjang Periode Kerja dan Istirahat
Ketika seseorang bekerja pada tingkat energi lebih dari 5,2 Kkal
per menit, maka pada saat itu akan timbul rasa lelah (fatigue).
Manusia masih memiliki cadangan energi sebesar 25 kkal sebelum
munculnya asam laktat yang merupakan tanda saat dimulainya waktu
istirahat. Cadangan energi akan hilang jika kita bekerja lebih dari 5
kkal per menit. Selama periode istirahat, cadangan energi tersebut
akan dibentuk kembali
1. Lamanya Waktu Kerja
Untuk menghitung panjang periode kerja dilakukan
perhitungan dengan persamaan sebagai berikut:
14
T w= (menit )
E−5
dimana:
Tw = Waktu kerja (working-time) (menit)
E = Energy expenditure selama pekerjaan berlangsung
(Kkal/menit)
E – 5 = habisnya cadangan energi (Kkal/menit)
2. Lamanya Waktu Istirahat
Lamanya waktu istirahat (Resting Time) dapat diukur
dengan menggunakan persamaan Murrel :
RT =0 , untuk KE<S
30

KE T (KE−S )

R
( S ) x 100+
KE BM
, untuk S ≤ KE ≤ 2 S
T
2
T (KE−S)
x 1,11 , untuk KE ≥ 2 S
KE−BM
Dimana:
RT= Waktu istirahat yang diizinkan (menit)
KE= Energi yang dikelurkan saat bekerja (kkal/min),
S = Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan (kkal
/menit)(4kkal/min untuk wanita dan 5 kkal/min untuk pria)
T = Total durasi kerja expected (menit)
BM= Metabolisme Basal (kkal/menit).
Adapun persamaan lain untuk menghitung lamanya waktu
istirahat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut;
25
TR= =7,143
5−1,5
1. Lamanya waktu istirahat diharapkan cukup untuk menghasilkan
cadangan energi.
2. Diasumsikan bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1,5
kkal/menit.
3. Tingkat energi dimana cadangan energi akan dapat dibangun
kembali adalah (5,0 – 1,5) kkal/menit.
4. Waktu istirahat ini adalah tetap (konstan) dan diasumsikan
berdasarkan pada 25 Kkal.
2.4.7 Kurva Pemulihan
Untuk menghindari kerugian pengukuran pekerja ketika bekerja,
dapat digunakan perubahan tingkat denyut selama pemulihan. Kurva
pemulihan tingkat denyut jantung menunjukkan :
1. Tekanan fisiologis
2. Aptitude fisik dari subjek
3. Keberadaan kelelahan fisiologis
4. Kelelahan fisiologis saat rangkaian periode kerja diamati
Dengan melakukan pengukuran pada titik dapat ditunjukkan bahwa:
31

1. Untuk pemulihan normal


Pengukuran dari denyut pertama ke denyut ketiga sama atau
lebih besar dari 10 denyut/menit. Ketiga denyut nadi sama atau
lebih kecil dari 90 denyut/menit.
2. Tanpa pemulihan:
Penurunan dari denyut pertama ke denyut ketiga atau lebih
kecil dari 10 denyut/menit. Denyut nadi ketiga diatas 90
denyut/menit.
2.4.8 Tingkat Energi
Terdapat tiga tingkat kerja fisiologis yang umum :
1. Istirahat.
2. Limit kerja aerobik.
3. Kerja anaerobik.
Pada tahap isitirahat pengeluaran energi diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut Tingkat Metabolisme
Basal. Hal tersebut mengukur perbandingan oksigen yang masuk
dalam paru-paru dengan karbondioksida yang keluar.
Kerja disebut aerobik bila suplai oksigen pada otot sempurna,
sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerob. Hal ini
dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis yang dapat ditingkatkan melalui
latihan.

Gambar 2. 3 Grafik Standar Energi


Sumber: [ CITATION Leh62 \l 1033 ]
32

Gambar 2. 4 Heart Rate Dari Dua Kondisi Kerja Yang Berbeda


Sumber: [ CITATION Leh62 \l 1033 ]

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lehman pada tahun 962,


beban kerja diklasifikasikan pada beberapa tingkatan seperti yang tertera
pada Tabel 2.1

Tabel 2. 1 Klasifikasi Beban Kerja Beserta Tingkatan Energi Yang


Dikeluarkan
Detak Konsumsi
Energy Expenditure
Tingkat Jantung Oksigen
Pekerjaan Kkal/meni Kkal/8
Detak/menit Liter/menit
t jam
Undully
>12.5 >6000 >175 >2.5
Heavy
Very Heavy 10-12.5 4800-6000 150-175 2.0-2.5
Heavy 7.5-10 3600-4800 125-150 1.5-2.0
Moderate 5 2400-3600 100-125 1.0-1.5
Light 2.5-5.0 1200-2400 60-100 0.5-1.0
Very Light <2.5 <1200 <60 <0.5
Sumber: [ CITATION Leh62 \l 1033 ]

2.4.9 Fatigue (Kelelahan Fisik)


Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan
otot-otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana
33

mestinya. Makin berat beban yang dikerjakan dan semakin tidak


teraturnya pergerakan, maka timbulnya Fatigue akan lebih cepat.
Timbulnya Fatigue ini perlu dipelajari untuk menentukan tingkat
kekuatan otot manusia, sehingga kerja yang akan dilakukan atau
dibebankan dapat disesuaikan dengan kemampuan otot tersebut.
Menurut [ CITATION Bar80 \l 1033 ] menggolongkan kelelahan
dalam 3 hal tergantung dari mana hal ini dilihat, yaitu:
1. Merasa lelah.
2. Kelelahan karena perubahan fisiologis dalam tubuh.
3. Menurunnya kemampuan kerja.
Ketiga hal tersebut pada dasarnya berkesimpulan sama, yaitu
kelelahan terjadi jika kemampuan otot telah berkurang dan lebih lanjut
lagi memahami puncaknya bila otot tersebut sudah tidak mampu lagi
bergerak (kelelahan sempurna).

2.5 Display
2.5.1 Pengertian Display
Display adalah bagian dari lingkungan yang memberi informasi
kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar [ CITATION Sut791 \l
1033 ]. Informasi tersebut memiliki arti bahwa alat peraga tersebut
dapat di rangsang oleh indera manusia, baik langsung maupun tidak
langsung agar memberi kemudahan bagi para pekerja dalam
menjalankan tugasnya.
Display berfungsi sebagai “Sistem Komunikasi” yang
menghbungkan fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia
[ CITATION Nur96 \l 1033 ]. Didalam display tersebut disajikan berbagai
informasi yang dbutuhkan mausia dalam melakukan pekerjaannya.
Dalam perancangan display kita harus merancang dan membuat
display tersebut dengan baik. Dalam merancang pun hal yang utama
adalah jangan sampai informasi yang terkandung di dalam display
tersebut terdapat kesalahan dan dapat menyampaikan suatu informasi
dengan lengkap.
34

2.5.2 Tipe-tipe Display


Ada beberapa display yang dimana disesuaikan berdasarkan
tujuannya.
1. Display Umum
Display umum adalah display yang informasinya
disampaikan untuk orang banyak, yang biasanya mengenai
kepentingan umum. Contoh: display untuk kesehatan sekaligus
polusi “Dilarang Merokok”.
2. Display Khusus
Display khusus adalah display yang informasinya diberikan
atau disampaikan secara khusus atau hanya kelompok tertentu
saja. Contoh: “Area Wajib Pelindung Telinga dan Masker”.
Display dan informasi yang di sampaikan terbagi atas tiga tipe
sebagai berikut : [CITATION Gal89 \l 1033 ].
1. Display Kualitatif.
Merupakan penyederhanaan suati informasi yang pada
awalnya berbentuk data numerik, dan untuk menunjukan
informasi dari kondidi yang berbeda dari suatu sistem.
2. Display Kuantitatif.
Merupakan display yang memperlihatkan informasi
numerik dan biasanya juga d terapkan dalam bentuk digital
ataupun analog.
3. Display Representatif
Merupakan display yang menyediakan pemakai dan tenaga
kerja dengan model pekerjaan “Working Model” atau “mimic
diagram” dari mesin atau sebuah proses.
Display terdiri dari dua bagian yang berhubungan dengan
lingkungan terdiri dari sebagai berikut :
1. Display Statis
Display Statis adalah display yang memberikan suatu
informasi yang tidak bergantung terhadap waktu. Contoh : peta
(informasi yang menggambarkan suatu tata letak kota).
35

2. Display Dinamis
Display dinamis adalah display yang memberikan informasi
dengan menggambarkan perubahan menurut waktu. Contoh :
Jarum pada Speedometer dan mikroskop.
Display terdiri dari beberapa bagian berdasarkan panca indera
yang menerima informasi yang diberikan, yaitu:
1. Visual Display
Visual diplay adalah adalah display yang dapat dilihat
dengan menggunakan indera penglihatan (mata). Dalam
merancang visual display harus memenuhi beberapa aspek
diantaranya; Legability, dan Reability.
2. Auditory Display
Auditory Display adalah display yang dapat didengar
dengan menggunakan indera pendengaran (Telinga). Dalam
merancang auditory display harus memperhatikan beberapa
konsep diantaranya; detectability, discriminability, dan
identification.
3. Tactual Display
Tactual Display adalah display yang dapat diraba dengan
indera peraba (kulit). Display ini dapat ditujukan agar bisa
ditangkap atau diraba dengan kulit.
4. Taste Display
Taste display adalah display yang dapat dirasakan dengan
menggunakan indera pengecap (lidah). Seperti menggunakan
termometer yang di kecap dengan lidah.
5. Olfactory Display
Olfactory display adalah display yang dapat dicium dengan
menggunakan indera penciuman (hidung). Seperti mencium suatu
bau tidak sedap dalam suatu proyek pabrik.
2.5.3 Ciri-ciri Display dan Poster yang Baik
1. Dapat menyampaikan pesan.
2. Bentuk gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
36

3. Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian


4. Proporsi gambar dan huruf memungkinkan untuk dapat dilihat
atau dibaca.
5. Menggunakan kalimat-kalimat pendek
6. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7. Realistis sesuai dengan permasalahan.
8. Tidak membosankan.
2.5.4 Pengukuran Huruf dan Angka
Dalam pengukuran huruf dan angka disesuaikan dengan jarak
yang diperkirakan akan terjadi antara pembaca dengan peraga
informasi display.
Dalam pengukuran huruf dan angka juga memiliki rumus,
sebagai berikut:
Jarak visual(mm)
Tinggi Huruf dan Angka(mm) =
200
Atau dengan menggunakan rumus ukuran Angka dan Huruf

Tabel 2. 2 Tabel rumus ukuran angka dan huruf


Uraian Rumus
Tinggi huruf besar (H) H
Tinggi huruf kesil (h) 2/3H
Lebar huruf besar 2/3 H
Lebar huruf kecil 2/3 h
Tebal huruf besar 1/6 H
Tebal huruf kecil 1/6 h
Jarak antara dua huruf 1/4 H
Jarak antara huruf dan angka 1/5 H
Jarak antara dua kata 2/3 H
Sumber: [ CITATION Nug211 \l 1033 ]

2.5.5 Penggunaan warna dalam Display


Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dala suatu
cahaya sempurna berwarna putih. Yang identitas dari warna tersebut
ditentukan dari panjang gelombang cahaya tersebut. Setiap warna
37

memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh warna tersebut.


[ CITATION San09 \l 1033 ].
Terdapat beberap arti penggunaan warna pada sebuah display.
Berikut adalah arti penggunaan warnanya:
1. Merah menunjukan larangan.
2. Kuning menunjukan perhatian.
3. Biru menunjukan petunjuk.
Ketentuan warna pada display, antara lain sebagai berikut:
1. Huruf merah dengan latar belakang putih atau kebalikannya,
artinya larangan atau peringatan keras.
2. Huruf putih dengan latar belakang hitam atau huruf putih dengan
latar belakang biru, serta hutuf putih dengan latar belakang hijau
atau sebaliknya, artinya penunjuk atau pemberitahuan.
3. Huruf kuning dengan latar belakang hitam atau sebaliknya,
artinya perhatian atau peringatan
Kelebihan dan kekurangan dan kekurangan dalam penggunaan
warna pada pembuatan display. Kelebihan penggunaan warna:
memberi tanda untuk data yang spesifik, informasi dapat lebih cepat
diterima, dan dapat terlihat lebih natural. Kekurangan penggunaan
warna: dapat menyebabkan “fatigue”, membingungkan dan mungkin
dapat memberikan reaksi yang salah, dan tidak bermanfaat bagi orang
yang buta warna [ CITATION Bri95 \l 1033 ].
2.5.6 Kriteria dalam pembuatan Display
Ada tiga kriteria dalam pembuatan display yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
1. Pendeteksian
Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui
keberadaannya atau fungsinya, untuk visual display harus dapat
dibaca, contohnya adalah petunjuk umum penggunaan roda setir
pada mobil dan untuk auditory display harus bisa didengar,
contohnya adalah bel pada rumah.
2. Pengenalan.
38

Setelah display dideteksi, pesan dari display tersebut harus


bisa dibaca atau didengar dan dapat dipahami bagi setiap
pembacanya.
3. Pemahaman
Display harus dapat dipahami sebaik mungkin sesuai
dengan pesan yang disampaikan. Menurut Barrier pemahaman
dapat dibagi menjadi dua level yaitu sebagai berikut diantaranya:
a. Kata-kata atau simbol yang digunakan didalam display 33
mungkin terlalu sulit untuk dipahami oleh pengguna atau
pekerja, contohnya adalah VELOCITY dan COOLANT
mungkin kurang cepat dipahami daripada SPEED dan
WATER;
b. Pemahaman mungkin menjadi lebih sulit apabila pengguna
memiliki kesulitan dalam memahami kata-kata dasar.
2.5.7 Informasi yang dibutuhkan sebelum display dibuat
1. Tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi.
2. Rentang total dari variabel mengenai informasi mana yang akan
ditampilkan.
3. Ketetapan dan sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam
pengiriman informasi.
4. Kecepatan yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi.
5. Minimasi kesalahan dalam pembacaan display.
6. Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna display.
7. Lingkungan dimana display tersebut diperlukan.
2.5.8 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan display
1. Perancang harus memahami terlebih dahulu 3 kriteria dasar dalam
pembuatan display.
2. Harus memahami informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan
display.
3. Mengklasifikasikan display berdasarkan tipe-tipe display yang
ada.
39

4. Mendesain sebuah display berdasarkan prinsip prinsip pembuatan


display yang ada.
5. Memahami benar arti serta penggunaan warna pada sebuah
display.
6. Display yang dibuat harus informatif.
7. Pesan pada display harus sampai pada pengguna dengan baik.
BAB III
USULAN PEMECAHAN MASALAH

3.1 Kerangka Berpikir


Masalah utama dan utama yang akan dibahas dalam laporan ini
memerlukan perhatian pada faktor ergonomis. Dalam merancang atau
merancang ulang diperlukan perancangan ergonomi. Ergonomi dibutuhkan
untuk setiap perancangan produk untuk mengurangi faktor-faktor seperti
ketidakefisienan kerja, kelelahan, insiden, cedera, error, dan kesulitan kerja.
Antropometri adalah salah satu peran dari ergonomi. Ilmu
antropometri membahas tentang pengukuran dimensi tubuh manusia
(ukuran, berat, volume, dan lain-lain) dan karakteristik khusus tubuh
manusia (seperti ruang). Data antropometri digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti mendesain workstation, tempat kerja, dan desain produk
sehingga diperoleh ukuran yang sesuai dengan ukuran anggota tubuh
manusia yang akan menggunakannya. Biomekanika merupakan ilmu yang
mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan
peralatan yang bertujuan untuk meminimalkan ketidaknyamanan pada
sistem otot dan meningkatkan efisiensi kerja. Ergonomi juga
memperhatikan aspek fisiologi. Fisiologi kerja membahas mengenai fungsi
atau faal tubuh manusia dalam bekerja, dan merupakan dasar dari
perkembangan ilmu ergonomi. Pemahaman fisiologi kerja diharapkan dapat
mengurangi beban kerja pekerja dan meningkatkan efisiensi kerja. Untuk
semua aktivitas manusia, tubuh membutuhkan energi, besarnya energi
bergantung pada tingkat pekerjaan yang dilakukan dan akan berpengaruh
pada kelelahan kerja dan kelelahan otot. Dalam hal ini faktor yang dikur
adalah kecepatan denyut jantung manusia ketika di berikan beban ringan,
sedang dan berat.
Selain ketiga aspek di atas, peraga atau display ergonomi merupakan
hal yang penting. Display merupakan bagian dari lingkungan yang
memberikan informasi kepada pekerja agar tugasnya dapat berjalan dengan
lancar, dan berguna untuk menghubungkan fasilitas kerja dan mesin dengan

40
41

manusia. Display menyajikan informasi tentang kondisi lingkungan, dan


dapat berkomunikasi dengan manusia dalam bentuk simbol, tanda-tanda,
angka, dan sebagainya.
Dalam sistem kerja, manusia memainkan peran yang penting yaitu
sebagai perencana, perancang, pelaksana, dan penilai sistem kerja. Ilmu
ergonomi menggunakan informasi tentang karakteristik, kemampuan, dan
keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja yang baik. Oleh karena
itu, ergonomi diharapkan dapat merancang sistem kerja yang baik dengan
memberikan kenyamanan, efektivitas, keselamatan, kesehatan dan efisiensi
bagi pengguna sistem kerja. Ilmu ergonomi dapat meningkatkan prestasi
kerja melalui faktor-faktor seperti efektivitas, efisiensi, kualitas, ketepatan
waktu, produktivitas, dan keselamatan kerja.
3.1.1 Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mencari, menemukan dan
memahami bagaimana merancang alat, fasilitas, dan lingkungan kerja
berdasarkan data antropometri, kemudian membandingkannya dengan
desain alat, fasilitas, dan lingkungan kerja sejenis yang ada di
kenyataannya.
Kemudian dalam pekerjaan pengerjaannya pun perlu dilakukan
analisis pada biomekanika untuk menentukan apakah pekerjaan itu
aman atau berbahaya. Apabila hasil analisis menunjukkan bahwa
pekerjaan tersebut berisiko, maka pekerjaan tersebut dapat diperbaiki
dan datanya diolah kembali, sehingga dapat dikatakan pekerjaan
tersebut aman. Tubuh manusia memiliki batas untuk melakukan suatu
pekerjaan. Untuk mengetahui batas tubuh manusia dalam melakukan
kerja maka dilakukan pengukuran fisiologi kerja.
3.1.2 Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan[ CITATION MNa88 \l 1057 ].
42

Dalam melakukan studi pustaka, peneliti dapat menggunakan


semua informasi sebagai dasar untuk berpikir tentang merancang alat
kerja atau memperbaiki sistem kerja. Melalui studi pustaka ini dapat
memecahkan masalah-masalah yang ditemukan, dan dapat digunakan
sebagai landasan teori yang kuat untuk mempertanggungjawabkan
penelitian tersebut.
3.1.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada Praktikum Perancangan Sistem Kerja 2
dilakukan setelah melakukan pengukuran Antropometri,
Biomekanika, Fisiologi Kerja, dan Display. Adapun tahapannya
adalah sebagai berikut:
1. Antropometri
a. Alat dan Bahan
1) Alat ukur tinggi badan,
2) Kursi antropometri,
3) Meteran plastik dan logam,
4) Alat ukur putaran tangan,
5) Jangka sorong (vernier calliper),
6) Timbangan,
7) Flexion Goniometer,
8) Pensil, dan
9) Lembar pengamatan.
b. Prosedur Pengumpulan Data
Beberapa bagian tubuh diukur sesuai dengan kriteria
pengukuran data antropometri. Gunakan alat yang disediakan
untuk mengukur. Adapun pengukuran tubuh saat berdiri
adalah sebagai berikut:
1) Tinggi badan, ukur jarak vertikal dari telapak kaki
hingga ke atas kepala.
2) Tinggi mata, ukur jarak vertikal dari lantai hingga ujung
mata bagian dalam (dekat pangkal hidung).
3) Tinggi bahu, mengukur jarak vertikal dari lantai ke bahu.
43

4) Tinggi siku, mengukur jarak vertikal dari lantai ke


persimpangan antara lengan atas dan bawah.
5) Tinggi pinggang, mengukur jarak vertikal dari lantai ke
lutut.
6) Tinggi lutut, mengukur jarak vertikal dari lantai ke titik
mata kaki.
7) Tinggi pergelangan kaki, ukur jarak vertikal dari lantai
ke titik mata kaki.
8) Jangkauan tangan ke atas, angkat tangan setinggi
mungkin, dan ukur jarak vertikal dari lantai ke ujung jari
tengah.
9) Jangkauan ke depan, ukur jarak horizontal dari punggung
ke ujung jari tengah.
10) Rantang tangan, ukur jarak horizontal dari ujung jari
terpanjang di tangan kiri hingga ujung jari terpanjang di
tangan kanan.
11) Untuk panjang lengan bawah, ukur jarak dari siku ke
pergelangan tangan.
12) Rentang siku, ukur jarak horizontal dari siku kanan ke
siku kiri.
13) Berat, timbang pada posisi normal pada timbangan.
Adapun pengukuran dimensi tubuh pada saat duduk
adalah sebagai berikut:
1) Duduk tegak dan ukur jarak vertikal dari permukaan
tempat duduk ke atas kepala.
2) Untuk ketinggian tempat duduk normal, ukur jarak
vertikal dari permukaan tempat duduk ke kepala bagian
atas.
3) Tinggi mata, ukur jarak vertikal dari permukaan tempat
duduk ke sudut mata bagian dalam.
4) Tinggi bahu, ukur jarak vertikal dari permukaan tempat
duduk ke ujung tulang belikat yang menonjol.
44

5) Tinggi siku, ukur jarak vertikal dari permukaan tempat


duduk ke bagian bawah siku kanan.
6) Tinggi sandaran mengukur jarak vertikal dari permukaan
dudukan ke bagian bawah tulang belikat.
7) Tinggi pinggang, ukur jarak vertikal dari permukaan
tempat duduk ke pinggang.
8) Tinggi tulang ringan, ukur jarak vertikal dari lantai ke
paha bagian bawah.
9) Tinggi lutut, ukur jarak vertikal dari lantai ke tengah
lutut.
10) Ketebalan dada, mengukur jarak lateral dari punggung
atau punggung ke permukaan dada.
11) Ketebalan perut, mengukur jarak lateral dari pinggang ke
permukaan perut.
12) Ketebalan paha, ukur jarak dari permukaan bantalan
kursi ke permukaan atas selangkangan.
13) Tulang pantan lite, mengukur jarak horizontal dari luar
pinggul ke dalam lutut.
14) Pantan ke lutut, ukur jarak horizontal dari luar pinggul ke
lutut.
15) Lebar kepala, ukur jarak horizontal dari ujung kanan
kepala ke ujung kiri kepala.
16) Lebar bahu, ukur jarak horizontal antara lengan atas.
17) Lebar pinggul, ukur jarak horizontal dari bokong kiri
bagian luar hingga bokong kanan bagian luar.
18) Lebar sandaran mengukur jarak horizontal antara kedua
tulang bahu.
19) Lebar pinggang, ukur jarak horizontal dari luar pada
pinggang sisi kanan sampai ke luar pada pinggang sisi
kiri.
20) Siku ke siku, ukur jarak horizontal dari luar siku kanan
ke luar siku kiri.
45

Adapun pengukuran dimensi tubuh pada bagian telapak


tangan adalah sebagai berikut:
1) Panjang jari, dari pangkal setiap buku jari hingga ujung
jari.
2) Ukur dari pangkal pergelangan tangan hingga ke
pangkal ruas jari.
3) Lebar jari, dari bagian luar jari telunjuk hingga bagian
luar jari kelingking.
4) Lebar tangan, dari bagian luar ibu jari hingga jari
kelingking bagian luar.
5) Panjang telapak tangan, dari tengah hingga pangkal
pergelangan tangan.
6) Ketebalan jari diukur dari permukaan atas hingga
permukaan bawah jari.
7) Ketebalan telapak tangan diukur dari permukaan atas
hingga permukaan bawah telapak tangan.
8) Rentang jari, dari ujung ibu jari hingga ujung jari
kelingking.
9) Diameter pegangan jari, ukur diameter lingkaran tempat
ibu jari dan jari tengah berpotongan.
Adapun pengukuran dimensi tubuh pada bagian telapak
kaki adalah sebagai berikut:
1) Panjang telapak kaki maksimal, dari tumit hingga ujung
jari kaki terpanjang.
2) Panjang telapak kaki minimum, dari tumit hingga ujung
jari kaki terpendek.
3) Panjang lengan kaki, dari ujung tumit hingga panjang
lengan bawah kaki.
4) Lebar kaki, ukur ujung lengan kaki dari kanan ke kiri.
46

5) Lebar tungkai kaki, dari ujung tungkai kaki dari kaki


kanan ke kaki kiri.
6) Ketebalan telapak kaki, diukur dari permukaan bawah
hingga permukaan atas kaki.
2. Biomekanika Kerja
a. Alat dan Bahan
1) Back Muscle Dynamometer,
2) Hand Dynamometer,
3) Push and Pull Dynamometer,
4) Mistar dan pengukur sudut,
5) Meja,
6) Kontainer atau tempat membawa beban, dan
7) Material atau beban.
b. Prosedur pengumpulan data
1) Data pengaruh postur tubuh terhadap kekuatan, lakukan
penarikan Black Muscle Dynamometer pada tiga keadaan
postur tubuh yang berbeda, yaitu badan dibungkukan
kurang lebih 45° dengan kaki lurus (usaha dilakukan
oleh otot punggung) dan badan lurus sedangkan kaki
ditekut (usahakan dilakukan oleh otot paha).
2) Data pengaruh sudut dan arah terhadap kekuatan,
lakukan pengukuran kekuatan tangan kiri dan tangan
kanan dengan menggunakan Hand Dynamometer untuk
posisi 0°, 45°, 90°, 135°, dan 180°. Posisi 0° adalah pada
saat tangan lurus ke atas (vertikal) sejajar kaki,
sedangkan posisi 180° adalah pada saat tangan lurus ke
atas (vertikal).
3) Data pengaruh posisi penarikan atau penekenan terhadap
kekuatan, lakukan pengukuran kekuatan penarikan dan
penekanan dengan menggunakan Push and Pull
Dynamometer untuk posisi di depan perut, di depan
dada, dan di depan mata.
47

4) Data pengangkatan beban secara manual, dilakukan


simulasi pengangkata beban secara manual, untuk studi
kasus yang ditentukan oleh asisten praktikum.
3. Fisiologi Kerja
a. Alat dan Bahan
1) Pulse oxymeter,
2) Stopwatch,
3) Treadmill, dan
4) Alat tulis.
b. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data Fisiologi Kerja berupa pengukuran
denyut jantung dan pengukuran konsumsi oksigen akibat
perubahan beban fisiologis. Proses pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1) Memilih satu orang praktikan sebagai objek pengukuran,
2) Kenakan pulse oxymeter untuk mengukur denyut nadi,
3) Ukur denyut nadi saat mulai bekerja,
4) Berlari di atas treadmill selama 30 menit, dan dibagi
menjadi 3 tingkatan, yaitu lari ringan, lari sedang dan lari
cepat. Kemudian ukur kecepatan denyut nadi tiap
tingkatan, dan
5) Setelah 30 menit, istirahat dan ukur denyut nadi selama
pemulihan atau istirahat.
4. Display
Pengumpulan data pada Display berupa studi kasus, dimana
Display akan dibuat dan diolah menggunakan data yang diperoleh
melalui perhitungan berdasarkan rumus dari Display itu sendiri.
3.1.4 Pengolahan Data
Pengolahan data adalah manipulasi dari data ke dalam bentuk
yang lebih berguna dan lebih berarti, berupa suatu informasi
[ CITATION Jog05 \l 1057 ]. Setelah data di ambil dan dikumpulkan data
48

tersebut akan di olah pada tahap selanjutnya. Adapun pengolahan data


pada Praktikum Perancangan Sistem Keja 2 adalah sebagai berikut:
1. Antropometri
a. Menghitung range,
b. Menghitung banyaknya kelas interval,
c. Menghitung panjang kelas interval,
d. Nilai rata-rata tabel frekuensi,
e. Menghitung standar deviasi sub-grup,
f. Uji kernormalan data,
g. Uji keseragaman data,
h. Uji kecukupan data,
i. Letak persentil, dan
j. Nilai persentil.
2. Biomekanika Kerja
a. RWL (Recommended Weight Limit), dan
b. Lefting Index.
3. Fisiologi Kerja
a. Konsumsi energi,
b. Lamanya waktu kerja, dan
c. Lamanya waktu istirahat.
4. Display
a. Tinggi huruf,
b. Lebar huruf,
c. Tebal huruf,
d. Jarak antar huruf,
e. Jarak antar kata, dan
f. Warna latar dan huruf.
49

3.2 Flowchart Pemecahan Masalah


3.2.1 Flowchart Antropometri

Mulai

Studi Literatur

Menentukan Rumusan, Batasan,


dan Tujuan Masalah

Menentukan Sumber Data

Menyiapkan Alat Ukur


Antropometri

Pengambilan Data

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

1. Uji Kenormalan Data


2. Uji Keseragaman Data
3. Uji Kecukupan Data

Apakah Uji Statistik Tidak


Sudah Sesuai?

Ya

Menentukan Letak Presentil

A
50

Perancangan Alat

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. 1 Flowchart Antropometri


Sumber: [ CITATION Kel21 \l 1033 ]
51

3.2.2 Flowchart Biomekanika

Mulai

Studi Literatur Studi Lapangan

Menentukan Rumusan, Batasan,


dan Tujuan Masalah

Menentukan Pekerjaan
(Mengangkat dus buku)

Menyiapkan Alat Ukur

Pengambilan Data

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

1. RWL (Recommended
Weight Labor)
2. LI (Lifting Index)

Apakah Uji Statistik Tidak


Sudah Sesuai?

Ya

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3. 2 Flowchart Biomekanika


Sumber: [CITATION Kel211 \t \l 1033 ]
52

3.2.3 Flowchart Fisiologi

Mulai

Studi Lapangan
Studi Literatur

Menentukan Rumusan, Batasan,


dan Tujuan Masalah

3.2.1
Menentukan Sistem Kerja

Menyiapkan Alat Ukur

Pengambilan Data

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

1. KE (Konsumsi Energi)
2. RT (Waktu Istirahat)

Apakah Uji Statistik Tidak


Sudah Sesuai?

Ya

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3. 3 Flowchart Fisiologi


Sumber: [CITATION Kel211 \t \l 1033 ]
53

3.2.4 Flowchart Display

Mulai

Studi Literatur

Menentukan Rumusan, Batasan,


dan Tujuan Masalah

3.2.4Mengidentifikasi Kondisi
Lingkungan

Pengambilan Data

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Perancangan Display

Pembuatan Display

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3. 4 Flowchart Display


Sumber: [CITATION Kel211 \t \l 1033 ]
54

3.3 Deskripsi Pemecahan Masalah Antropometri


3.3.1 Deskripsi Pemecahan Masalah Antropometri
1. Mulai
Praktikum Perancangan Sistem Kerta II dimuai pada
tanggal 18 Maret 2021.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan oleh peneliti atau dalam hal ini
oleh praktikan dengan mengumpulkan sejumlah buku, jurnal,
artikel, tugas akhir, ataupun beberapa bacaan yang relevan.
3. Menentukan Rumusan, Tujuan, dan Batasan Masalah
a. Rumusan Masalah Antropometri
1) Apa pengertian antropometri serta bagaimana cara
mengukur dimensi tubuh manusia dengan antropometri?
2) Bagaimana cara mengolah serta menganalisa data pada
antropometri?
b. Tujuan Masalah Antropometri
1) Praktikan dapat mengetahui pengertian antropometri
serta mampu mengukur dimensi tubuh manusia dengan
antropometri.
2) Praktikan mampu mengolah serta menganalisa data pada
antropometri.
c. Batasan Masalah Antropometri.
1) Hanya membahas pengertian antropometri serta mampu
mengukur dimensi tubuh manusia dengan antropometri.
2) Hanya membahas cara mengolah serta menganalisa data
pada antropometri.
4. Menentukan Sumber Data
Menentukan sumber data yang akan digunakan dalam
pengambilan dan pengukuran data antropometri
5. Menyiapkan Alat Ukur Antropometri
Praktikan perlu mempersiapkan peralatan yang digunakan
dalam pengukuran data antropometri.
55

6. Pengambilan Data
Setelah menyiapkan alat ukur, praktikan akan mengambil
data pengukuran yang nanti akan diolah menggunakan alat ukur
yang telah tersedia.
7. Pengumpulan Data Antropometri
Data antropometri dilakukan dengan cara mengukur
dimensi tubuh manusia dengan alat kemudian diambil rata-rata
ukuran dimensi tubuhnya.
8. Pengolahan Data (Perhitungan)
Setelah didapat data yang diperlukan kemudian data
tersebut akan diolah dan dihitung menggunakan rumus yang ada.
Perhitungan yang akan dilakukan yaitu:
a. Uji Kenormalan
Data uji normalitas berguna untuk menentukan data yang
telah dikumpulkan.
b. Uji Keseragaman
Data pengujian keseragaman data digunakan agar tidak ada
data yang keluar dari batas atas dan batas bawah.
c. Uji Kecukupan
Data uji kecukupan digunakan untuk memastikan bahwa
data yang kita perlukan cukup untuk memenuhi data yang
dibutuhkan.
9. Apakah Uji Statistik Sudah Sesuai?
Hasil perhitungan akan dianalisa apakah sudah sesuai
dengan uji statistik atau belum. Jika sudah maka akan
dilanjutnkan ke tahapan berikutnya.
10. Penentuan Persentil
Persentil digunakan untuk menetapkan persentase populasi
pengguna yang akan diakomodasi oleh produk yang dirancang
dan untuk mengevaluasi produk dalam menguji apakah rancangan
suatu produk dapat digunakan oleh populasi yang menjadi target.
Adapun perhitungan persentil yaitu:
56

a. Perhitungan persentil sebelum uji statistik.


b. Perhitungan persentil setelah uji statistik.
11. Perancangan Alat
Melakukan peracangan desain alat yang akan dibuat.
12. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran dapat diambil setelah hasil
perhitungan pengolahan data didapatkan.
13. Selesai
Setelah melakukan tahapan-tahapan diatas dengan benar
maka dapat dikatakan selesai.
3.3.2 Deskripsi Pemecahan Masalah Biomekanika Kerja
1. Mulai
Praktikum Perancangan Sistem Kerja II dimulai pada
tanggal 18 Maret 2021.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan oleh peneliti atau dalam hal ini
oleh praktikan dengan mengumpulkan sejumlah buku, jurnal,
artikel, tugas akhir, ataupun beberapa bacaan yang relevan.
3. Studi Lapangan
Untuk melakukan perhitungan biomekanika kerja
diperlukan studi lapangan untuk mendapatkan data perngukuran.
4. Menentukan Rumusan, Tujuan, dan Batasan Masalah
a. Rumusan Masalah Biomekanika Kerja
1) Apa pengertian biomekanika kerja serta bagaimana cara
mengukur pembebanan kerja dengan biomekanika
2) Bagaimana cara mengolah serta menganalisa data pada
biomekanika kerja?
b. Tujuan Masalah Biomekanika Kerja
1) Praktikan dapat mengetahui pengertian biomekanika
kerja serta mampu mengukur pembebanan kerja dengan
biomekanika.
2) Praktikan mampu mengolah serta menganalisa data pada
57

biomekanika kerja.
c. Batasan Masalah Biomekanika Kerja
1) Hanya membahas pengertian biomekanika kerja serta mampu
mengukur pembebanan kerja dengan biomekanika
2) Hanya membahas cara mengolah serta menganalisa data pada
biomekanika kerja.
5. Menentukan Pekerjaan
Sumber data yang diambil adalah jenis kegiatan yang
menggunakan biomekanika kerja adalah pengangkatan dus berisi
buku.
6. Menyiapkan Alat Ukur
Praktikan perlu mempersiapkan peralatan yang digunakan
dalam pengukuran data biomekanika.
7. Pengambilan Data
Setelah menyiapkan alat ukur, praktikan akan mengambil
data pengukuran hasil kerja yang nanti akan diolah menggunakan
alat ukur yang telah tersedia.
8. Pengumpulan Data Biomekanika
Pengumpulan data didapat dari dari hasil pengukuran kerja
yang telah dilakukan.
9. Pengolahan Data (Perhitungan)
Data yang telah diperoleh kemudian diilakukan
perhitungan dengan cara menghitung RWL dan Lifting Index.
10. Apakah Uji Statistik Sudah Sesuai?
Hasil perhitungan akan dianalisa apakah sudah sesuai
dengan uji statistik atau belum. Jika sudah maka akan
dilanjutnkan ke tahapan berikutnya.
11. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran dapat diambil setelah hasil
perhitungan pengolahan data didapatkan.
12. Selesai
Setelah melakukan tahapan-tahapan diatas dengan benar
58

maka dapat dikatakan selesai.


3.3.3 Deskripsi Pemecahan Masalah Fisiologi Kerja
1. Mulai
Praktikum Perancangan Sistem Kerja II dimulai pada
tanggal 18 Maret 2021.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan oleh peneliti atau dalam hal ini
oleh praktikan dengan mengumpulkan sejumlah buku, jurnal,
artikel, tugas akhir, ataupun beberapa bacaan yang relevan.
3. Studi Lapangan
Untuk melakukan perhitungan fisiologi kerja diperlukan
studi lapangan untuk mendapatkan data perngukuran.
4. Menentukan Rumusan, Tujuan, dan Batasan Masalah
a. Rumusan Masalah Fisiologi Kerja
1) Apa pengertian fisiologi kerja serta bagaimana cara
mengukur faktor-faktor fisik manusia dengan fisiologi?
2) Bagaimana cara mengolah serta menganalisa data pada
fisiologi kerja?
b. Tujuan Masalah Fisiologi Kerja
1) Praktikan dapat mengetahui pengertian fisiologi kerja
serta mampu mengukur faktor-faktor fisik manusia
dengan fisiologi.
2) Praktikan mampu mengolah serta menganalisa data pada
fisiologi kerja.
c. Batasan Masalah Fisiologi Kerja
1) Hanya membahas pengertian fisiologi kerja serta mampu
mengukur faktor-faktor fisik manusia dengan fisiologi.
2) Hanya membahas cara mengolah serta menganalisa data
pada fisiologi kerja.
5. Menentukan Sistem Kerja
Sistem kerja seperti menghitung detak jantung/waktu
menggunakan Tredmill.
59

6. Menyiapkan Alat Ukur


Pengukuran pada fisiologi dilakukan dengan
menggunakan Treadmill dengan pengaturan kecepatan yang
berbeda untuk mengetahui denyut jantung saar lari ringan dan
lari kencang dengan menggunakan alat pengukur denyut
jantung.
7. Pengambilan Data
Setelah menyiapkan alat ukur, praktikan akan
mengambil data pengukuran yang nanti akan diolah
menggunakan alat ukur yang telah tersedia.
8. Pengumpulan Data Fisiologi
Pengumpulan data dididapatkan dari pengukuran detak
jantung yang telah didapatkan.
9. Pengolahan Data (Perhitungan)
Pengolahan data Fisiologi Kerja dilakukan dengan
melakukan perhitungan:
a. Mencari konsumsi energi (KE)
b. Mencari waktu kerja (WT)
c. Mencari waktu istirahat (RT)
10. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran diperoleh setelah hasil
perhitungan pengolahan data didapatkan.
11. Selesai
Setelah melakukan tahapan-tahapan diatas dengan benar
maka dapat dikatakan selesai.
3.3.2 Deskripsi Pemecahan Masalah Display
1. Mulai
Praktikum Perancangan Sistem Kerja II dimulai pada
tanggal 18 Maret 2021.
2. Studi Pendahuluan
Display (alat peraga) adalah bagian dari lingkungan
yang memberikan informasi kepada pekerja agar tugas-
60

tugasnya menjadi lancer.


3. Menentukan Rumusan, Tujuan, dan Batasan Masalah
a. Rumusan Masalah Display
1) Apa pengertian display serta bagaimana cara membuat
sebuah display yang baik juga ergonomis?
2) Bagaimana cara mengolah serta menganalisa data pada
display?
b. Tujuan Masalah Display
1) Praktikan dapat mengetahui pengertian display serta
mampu membuat sebuah display yang baik juga
ergonomis.
2) Praktikan mampu mengolah serta menganalisa data pada
display.
c. Batasan Masalah Display
1) Hanya membahas pengertian display serta mampu
membuat sebuah display yang baik juga ergonomis.
2) Hanya membahas cara mengolah serta menganalisa data
pada display.
4. Mengidentifikasi Kondisi Lingkungan
Mengamati kondisi lingkungan yang digunakan untuk
pengambilan data yang diperlukan.
5. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan mengindentifikasi
kondisi lingkungan.
6. Pengumpulan Data
Melakukan pengumpulan dan perekapan data-data yang
dibutuhkan untuk pembuatan display tersebut.
7. Pengolahan Data
Melakukan pengolahan data dari hasil peninjauan
lingkungan yang sesuai dengan display. Adapun rumus untuk
membuat sebuah display antara lain:
a. Jumlah Lebar Huruf = Jumlah kata pada tulisan x Lebar huruf
61

b. Jumlah Tebal Huruf = Jumlah huruf I x Tebal huruf


c. Jumlah Jarak antar Huruf = Jumlah kata pada tulisan x Jarak
d. Jumlah Jarak antar Kata= Jumlah huruf I x Jarak antar kata
e. Allowance Panjang & Allowance Tinggi
f. Tinggi Display = Tinggi (T) + Allowance tinggi
g. Panjang Display = Jumlah Lebar Huruf + Jumlah
Tebal Huruf + Jumlah Jarak antar Huruf + Jumlah Jarak
antar Kata + Allowance Panjang
8. Perancangan Display
Melakukan perancangan desain display yang akan dibuat
9. Pembuatan Display
Setelah melakukan perancangan desain display yang
akan dibuat, selanjutnya pembuatan display sesuai dengan
desain dan ukuran yang telah ditentukan.
10. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran diperoleh setelah hasil
perhitungan pengolahan data didapatkan.
11. Selesai
Setelah melakukan tahapan-tahapan diatas dengan benar
maka dapat dikatakan selesai.

Anda mungkin juga menyukai