3
BAB I
PENDAHULUAN
4
dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan
mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan
kerja. Di dalam perencanaan dan perancangan sistem kerja
perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi lingkungan kerja seperti, kebisingan, pencahayaan,
suhu dan lain-lain. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan
baik apabila dalam kondisi tertentu manusia dapat
melaksanakan kegiatannya dengan optimal. Ketidaksesuaian
lingkungan kerja dengan manusia yang bekerja pada
lingkungan tersebut dapat terlihat dampaknya dalam jangka
waktu tertentu. Faktor lingkungan kerja, alat, dan cara sangat
berpengaruh terhadap produktivitas. Dalam usaha
mendapatkan produktivitas yang tinggi, maka faktor-faktor
tersebut harus serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia pekerja. Secara skemetis alurpikir tentang
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
produktivitas kerja dapat diilustrasikan pada gambar di bawah
ini. Digambarkan bahwa faktor lingkungan kerja sangat
berpengaruh terhadap performansi kerja yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap produktivitas pekerja. Dalam
suatu lingkungan kerja, manusia mempunyai peranan sentral
kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan
perancang suatu sistem kerja disamping manusia harus
berinteraksi dengan sistem untuk dapat mengendalikan proses
yang sedang berlangsung pada sistem kerja secara
5
keseluruhan. Manusia sebagai salah satu komponen dari suatu
sistem kerja merupakan bagian yang sangat kompleks dengan
berbagai macam sifat, keterbatasan dan kemampuan yang
dimilikinya. Namun demikian usaha untuk memahami
tingkah laku manusia, khususnya tingkah laku kerja manusia
tidak dapat dilakukan hanya dengan memahami kondisi fisik
manusia saja. Kelebihan dan keterbatasan kondisi fisik
manusia memang merupakan faktor yang harus
diperhitungkan, tetapi bukan satu-satunya faktor yang
menentukan produktivitas kerja. Lingkungan kerja yang baik
dan sesuai dengan kondisi manusia (pekerja) tentu saja akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap pekerja itu sendiri
dan tentu saja terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan.
Oleh karena itu perancangan lingkungan kerja yang baik dan
optimal sangat diperlukan. Berikut ini penjelasan mengenai
faktor-faktor fisik lingkungan kerja. Kondisi yang ergonomis,
yaitu lingkungan kerja yang memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi pekerja. Rasa nyaman sangat penting secara
biologis karena akan mempengaruhi kinerja pada organ tubuh
manusia ketika sedang bekerja. Penyimpangan dari batas
kenyamanan akan menyebabkan perubahan secara fungsional
yang pada akhirnya berpengaruh pada fisik maupun mental
pekerja. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya
dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila
lingkungan kerjanya mendukung. Kondisi kualitas
6
lingkungan yang baik akan memberikan rasa nyaman dan
sehat yang mendukung kinerja dan produktivitas manusia.
Kualitas lingkungan kerja yang baik dan sesuai dengan
kondisi manusia sebagai pekerja akan mendukung kinerja dan
produktivitas kerja yang dihasilkan. Pengendalian dan
penanganan faktor-faktor lingkungan kerja seperti kebisingan,
temperatur, getaran dan pencahayaan merupakan suatu
masalah yang harus ditangani secara serius dan
berkesinambungan. Suara yang bising, temperatur yang panas
getaran dan pencahayaan yang kurang di dalam tempat kerja
merupakan salah satu sumber yang mengakibatkan tekanan
kerja dan penurunan produktivitas kerja. Kebisingan
Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki
manusia. Dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka
panjang, bunyi-bunyian tersebut akan dapat mengganggu
ketenangan kerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi bahkan kebisingan yang serius dapat
mengakibatkan kematian. Semakin lama telinga mendengar
kebisingan, makin buruk pula dampak yang diakibatkannya,
diantaranya adalah pendengaran dapat semakin berkurang
Seseorang cenderung mengabaikan bising yang dihasilkannya
sendiri apabila bising yang ditimbulkan tersebut secara wajar
menyertai pekerjaan, seperti bising mesin ketik atau mesin
kerja. Sebagai patokan, bising yang hakekatnya mekanik atau
elektrik, yang disebabkan kipas angin, transformator, motor,
7
selalu lebih mengganggu daripada bising yang hakekatnya
alami (angin, hujan, air terjun dan lain-lain). Pengukuran
kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level
meter. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur tingkat
tekanan bunyi. Tekanan bunyi adalah penyimpangan dalam
tekanan atmosfir yang disebabkan oleh getaran partikel udara
karena adanya gelombang yang dinyatakan sebagai amplitudo
dari fluktuasi tekanan. Jika kita mengukur bunyi dengan
satuan Pa ini, maka kita akan memperoleh angka-angka yang
sangat besar dan susah digunakan. Skala decibell ini hampir
sesuai dengan tanggapan manusia terhadap perubahan
kekerasan bunyi, yang secara kasar sebanding dengan
logaritma energi bunyi. Ini berarti bahwa energi bunyi yang
sebanding dengan 10, 100, dan 1000 akan menghasilkan
ditelinga pengaruh yang subyektif sebanding dengan
logaritmanya, yaitu masing-masing 1, 2, dan 3. Bila skala
logaritma ini dikalikan dengan 10 maka diperoleh skala
decibell. Skala decibell ini menggunakan referensi ambang
batas kemampuan dengar 20 mPa. Tingkat tekanan bunyi dari
berbagai bunyi yang sering kita jumpai dinyatakan dalam
skala Pa dan dB. Hal-hal yang terkait dengan kebisingan
mengenai sumber bising, pengukuran, dan pengaruhnya, serta
pengendalian kebisingan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Sumber-sumber bising, Sumber bising dalam pengendalian
kebisingan lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi dua,
8
yaitu: a. Bising interior, Bising yang berasal dari manusia,
alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara
lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga
bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung
tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin,
pencuci piring dan lain-lain. b. Bising eksterior, Bising yang
dihasilkan oleh kendaraan transportasi darat, laut, maupun
udara, dan alat-alat konstruksi.
10
BAB IV ANALISA PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi tentang penjelasan dari data-data yang telah dibahas
di bab sebelumnya.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
kegiatan praktikum faktor kerja.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
12
4. Tersedianya tempat-tempat ibadah keagamaan
a. Pewarnaan
b. Penerangan
c. Udara
d. Suara bising
e. Ruang gerak
f. Keamanan
g. Kebersihan
1. Struktur kerja
5. Kelancaran komunikasi
13
Menurut (Suwatno dan Priansa, 2011:163)secara umum
lingkunga kerja terdiri dari lingkungan kerja fisik dan
lingkungan kerja psikis.
b. Rancangan Pekerjaan
14
Dalam tingkat pekerjaan tertentu membutuhkan tempat
kerja yang dapat mdemberi privasi bagi karyawannya. Yang
dimaksud privasi disini adalah sebagai “ keleluasan pribadi
“ terhadapa hal-hal yang menyangkut dirinya dan
kelompoknya. Sedangkan acoustical privasi berhubungan
dengan pendengaran.
c. Frustasi
15
d. Perubahan-Perubahan Dalam Segala Bentuk
16
1. Pelayanan kerja
b. Pelayanan kesehatan .
2. Kondisi Kerja
3. Hubungan karyawan
17
kegairahan kerja dengan hubungan yang kondusif antar
sesama karyawan dalam bekerja, ketidak serasian hubungan
antara karyawan dapat menurunkan motivasi dan kegairahan
yang akibatnya akan dapat menurunkan produktivitas kerja.
1. Cahaya
18
Cahaya penerangan yang cukup memancarkan dengan
tepat akan menambah efisiensi kerja para karyawan/pegawai,
karna mereka dapat bekerja dengan lebih cepat lebih sedikit
membuat kesalahan dan matanya tak lekas menjadi lelah.
2. Warna
3. Udara
4. Suara
19
manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang
yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan
tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang
benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya
akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak
akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta
semangat juangnya akan tinggi.
20
BAB IV
5.1 kesimpulan
5.2 Saran
21