BAB I
PENDAHULUAN
2. Mampu membuat grafik yang menghubungkan antara intensitas beban kerja dengan
denyut jantung (heart rate) dan lama waktu pemulihan (recovery period).
3. Mampu menghitung lama waktu istirahat total (total rest time).
4. Mampu menentukan hubungan antara konsumsi energi dengan banyaknya gula darah
yang digunakan dalam aktivitas.
5. Mampu menentukan komposisi makanan sebagai sumber energi manusia berdasarkan
kalori yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Kerja otot yang membutuhkan energi Expenditure karena otot yang digunakan lebih
sedikit.
3. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja mekanik
membutuhkan kontraksi sebagian otot.
Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar:
1. Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan.
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen.
Studi Pengukuran fisiologis ditujukan untuk mengatasi :
1. Pengetahuan baru tentang performans manusia
2. Lebih memantau perilaku / sifat para atlet juara
3. Membantu kendala fisik seseorang
Pengeluaran energi, kerja fisiologis dan biaya fisiologis berkaitan erat dengan konsumsi
oksigen. Hal ini dapat diukur secara langsung dalam liter/menit atau secara tidak langsung
dalam detak jantung/menit. Unit satuan dasar yang digunakan adalah pengeluaran kalori
dalam gerakan kalori/menit.
Astrand dan Christensend menyelidiki pengeluaran energi dari tingkat detak jantung dan
menentukan bahwa ada hubungan langsung antara keduanya. Tingkat pulsa dan detak
jantung/menit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran energi.
Energi Ekspenditur adalah energi yang dikonsumsi pada saat melakukan metabolisme,
tiga bagian utama dari energi ekspenditur adalah aktivitas ekspenditur untuk melakukan
gerakan, energi ekspenditur untuk menjaga fungsi dasar dari sel dan kehidupan, digestive,
absorptive ekspenditur untuk mencerna dan menyerap makanan. Jumlah dari tiga hal
tersebut adalah energi ekspenditur.
Unit satuan yang dipakai untuk pengukuran konsumsi energi adalah Kalorie
dankonversinya dengan satuan lain adalah 1 kilo kalorie (kcal) = 4,2 KiloJoule (KJ). Sedangkan
untuk konversi konsumsi energi diukur dalam satuan Watt, yaitu 1 Watt = 1 Joule/Sec.Untuk
mengkonversi satuan energi ini, maka1 liter oksigen (O2) akan menghasilkan 4,8 kcal energi
yang setara dengan 20 KJ.
b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya waktu
kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja,
musik kerja, pelimpahan dan wewenang kerja.
c. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah:
1) Lingkungan kerja fisik seperti : mikroklimat, intensitas kebisingan, intensitas
cahaya, vibrasi mekanis, dan tekanan udara.
2) Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara.
3) Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, parasit.
4) Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemilihan karyawan,
hubungan sesama pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan lingkungan
sosial.
2. Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal.Reaksi tersebut disebut strain,
besar-kecilnya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Secara obyektif
yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, secara subyektif dapat melalui perubahan
fisiologis dan perubahan perilaku. Secara singkat faktor internal meliputi:
a. Faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan).
b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan).
kerja, konsumsi energi, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh.Pada batas tertentu
ventilasi paru, denyut jantung, dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linier dengan
konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan.Kemudian Konz (1996) mengemukakan
bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam
keadaan emosi dan konsodilatasi. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada
metabolisme respirasi, suhu tubuh, dan denyut jantung menurut Christensen, dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1.Hubungan antara Metabolisme, Respirasi, Temperatur Badan dan Denyut Jantung sebagai
Media Pengukur Beban Kerja
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan
untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas kerjanya
sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Dimana semakin berat
beban kerja, maka akan semakin pendek waktu seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan
gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
yang dapat mengatasi pekerjaan berat. Seperti misalnya: pemindahan material pada
pembangunan gedung dengan alat-alat berat, alat penggali pada eksplorasi minyak, operasi
mesin berat pada wilayah area pertambangan, dan lain-lain. Tujuan menganalisa konsumsi
energi adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan frekuensi dan periode istirahat pada manajemen waktu kerja.
2. Perbandingan metode alternatif pemilihan peralatan untuk mengerjakan suatu jenis
pekerjaan.
Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk sebagai
berikut:
KE =Et + Ei (2-1)
Sumber: Sritomo (2008: 274)
Dimana:
KE = Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit)
Et = Pengeluaran energi pada saat kerja (kilokalori/menit)
Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit)
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi energi:
1. Berat / ringannya pekerjaan
2. Banyaknya otot yang bekerja
3. Jenis kelamin
4. Lama melakukan waktu pekerjaan
Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia dalam
hubungannya dengan:
a. Jenis kerja berat
b. Tingkat usaha kerjanya
c. Kebutuhan waktu istirahat
d. Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja, dan
e. Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja
3. Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain-lain di luar jam kerja.
Aktivitas harian juga mengkonsumsi energi. Rata-rata konsumsinya adalah 600 kcal
untuk pria dan 500-550 kcal untuk wanita. Sedangkan konsumsi energi total terbagi atas:
a. Metabolisme basal
b. Kalori untuk bersantai
c. Kalori untuk bekerja
Untuk memperjelas beberapa hal tersebut diatas diberikan empat kategori kerja
menurut Hettingen (1970) yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Adapun konsumsi energi pada berbagai pekerjaan lain diteliti oleh Lehmann dan
teman-temannya (1962), serta Durmin dan Passmore (1967). Hasil penelitian Lehmann
tersebut ditabulasikan pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 Kebutuhan Energi untuk Berbagai Macam Pekerjaan, Nilai Kalorinya adalah Merupakan
Kebutuhan Rata-rata Konsumsi Harian
Men Women
Type of work Example of occupation
kcal/day kcal/day
2400 2000 Light manual work, sitting Bookkeeper
stairs
Para fisiolog kerja (Lehmaan dan teman-temannya) telah meneliti konsumsi energi
yang dibutuhkan untuk berbagai macam jenis pekerjaan untuk aktivitas individu yang
ditabulasikan pada tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3 Konsumsi dalam Kalori Kerja Berbagai Macam Jenis Aktivitas Kerja
Activity Conditions of Work kcal/min
Walking, empty-handed Level,smooth surface 4km/h 2,1
Metailed road, heavy shoes 4km/h 3,1
Data khusus untuk basal metabolisme menurut Stevenson (1987) adalah sebagai
berikut:
Selain metode denyut jantung tersebut, dapat juga dilakuakan penghitungan denyut
nadi dengan menggunakan metode 15 atau 30 detik.
Kepekaan denyut nadi akan segera berubah dengan perubahan pembebanan, baik yang
berasal dari pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi.
Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja terdiri atas beberapa jenis, Muller
(1962) memberikan definisi sebagai berikut:
1. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut jantung
sebelum suatu pekerjaan dimulai.
2. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung pada
saat seseorang bekerja.
3. Denyut jantung untuk bekerja (work pulse) adalah selisish antara denyut jantung selama
bekerja dan selama istirahat.
4. Denyut jantung selama istirahat total (recovery cost or recovery cost) adalah jumlah
aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut pada suatu pekerjaan selesai
dikerjakannya sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
5. Denyut kerja total (total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut jantung dari
mulainya suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya
(resting level).
Denyut jantung pada berbagai macam kondisi kerja dapat dilihat dengan grafik antara
hubungan denyut jantung dengan waktu sebagai berikut :
Gambar 2.3 Denyut jantung dari dua kondisi kerja yang berbeda
Sumber: Nurmianto (2008:140)
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dalam “keadaan normal”
1. Waktu sebelum kerja (rest) kecepatan denyut jantung dalam keadaan konstan/stabil
walaupun ada perubahan kecepatan denyutnya tetapi tidak terlalu jauh perbedaannya.
2. Waktu selama bekerja (work) kecepatan denyut jantung dalam keadaan cenderung naik.
Semakin lama waktu kerja yang dilakukan maka makin banyak energi yang keluar
sehingga kecepatan denyut jantung bertambah cepat naik.
3. Waktu setelah bekerja/waktu pemulihan/recovery kecepatan denyut jantung dalam
keadaan cenderung turun. Kondisi kerja yang lama maka perlu dibutuhkan waktu
istirahat yang digunakan untuk memulihkan energi kita terkumpul kembali setelah
mencapai titik puncak kelelahan.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam peningkatan
cardio output dari istirahat sampai kerja maksimum, peningkatan tersebut oleh Rodahl (1989)
didefinikan sebagai heart rate reserve (HR reserve).
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi pada
ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness),
dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai maka
diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat
berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasai kerja,
dan lingkungan kerja) yang menyebabkan beban tugas tambahan.(Tarwaka, Solichul, H.A
Bakri, 2004).
Jika denyut jantung dipantau selama istirahat, maka waktu pemulihan untuk beristirahat
meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak
mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis.
Formulasi untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik :
𝑇(𝑊−𝑆)
𝑅= 𝑊−1,5
(2-5)
Sumber: Nurmianto (2005:131)
Dimana :
R : Waktu istirahat yang dibutuhkan dalam menit
T : Total waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata–rata untuk bekerja dalam kilokalori / menit
S : Pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan dalam kilokalori / menit
(biasanya 4 atau 5 kkal / menit)
a. Beban tubuh
Menggunakan tubuh sendiri sebagai beban baik secara sebagian maupun beban
tubuh secara keseluruhan
b. Beban bebas
Menggunakan pemberat bebas seperti barbell ataupun dumbbell
c. Beban alat
Menggunakan alat mekanik ataupun elektronik yang dihubungkan dengan
pemberat. Tujuan penggunaan alat ini umumnya sebagai penyokong yang
memudahkan pengguna dalam mengontrol pemberat tersebut.
Latihan beban juga dapat dibedakan berdasarkan otot yang akan dilatih, yaitu :
a. Otot Dada
Secara medis dikenal sebagai otot pectoral. Jenis latihan beban yang digunakan
yaitu push up dan bench press.
b. Otot Punggung
Secara medis dikenal sebagai otot lattismus. Jenis latihan beban yang digunakan
yaitu pull up, chin up, bench row, deadlift
c. Otot Perut
Secara medis dikenal sebagai otot abdomen. Jenis latihan beban yang digunakan
yaitu sit up dan crunch.
Latihan Kardio Kardio berarti adalah jantung. Latihan ini lebih untuk meningkatkan
detak jantung tanpa penggunaan beban. Pada umumnya, latihan ini digunakan untuk
menurunkan berat badan ataupun sekedar menjaga kesehatan. Jenis latihan kardio
sangat bervariasi mulai dari jogging, renang, bersepeda hingga aerobik.
Fitness index telah didefinisikan sebagai berikut:
(𝑉𝑂2 )𝑚𝑎𝑥
𝐹= (2-6)
𝑊
Sumber : Nurmianto (2003 : 135)
Pengukuran langsung untuk (VO2)max membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi
perkiraannya didapat menggunakan pngukuran denyut jantung daripada menggunakan
konsumsi oksigen.
Dimana:
Y = Energi (kilocal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Dengan demikian konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara
pengeluaran energi pada waktu kerja tersebut dengan pengeluaran energi pada saat
istirahat.
tiga jenis sistem peredaran darah: tanpa sistem peredaran darah, sistem peredaran darah
terbuka, dan sistem peredaran darah tertutup. Cardiovascular = %CVL yang dihitung
berdasarkan rumus di bawah ini:
𝐷𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎−𝐷𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡
% 𝐶𝑉𝐿 = 𝐷𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝐷𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡 × 100% (2-8)
Sumber: Modul Praktikum PK dan Ergonomi (2011:20)
Dimana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk
wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
1. < 30% = Tidak terjadi kelelahan
2. 30%-<60% = Diperlukan perbaikan
3. 60%-<80% = Kerja dalam waktu singkat
4. 80%-<100% = Diperlukan tindakan segera
5. >100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas
2.5 Metabolisme
Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu menggunakan
katalisator enzim. Sumber energi metabolisme otot:
1. ATP dalam sel
2. Creatine Phosphate dalam sel
3. Energi anaerob dari proses glikolisis dalam sel
4. Energi aerob dari proses oksidasi dalam sel
Beberapa detik pertama, Atp menghasilkan energi untuk konstraksi otot, 10 detik
pertama PO4 (creatine phosphate) bereaksi dengan ADP membentuk ATP. Sehingga
membentuk siklus ATP – ADP setelah 10 detik. Glukosa terurai untuk menghasilkan energi.
Proses aerobik dengan menggunakan oksigen setiap molekul glukosa menghasilkan 36 ATP,
sedangkan untuk proses anaerobik akan berlangsung jika oksigen tidak mencukupi, sehingga
setiap molekul glukosa hanya menghasilkan 2 ATP.
3. Transfer Elektron
Atom hydrogen berenergi tinggi hasil sikus kreb akan berpisah menjadi proton
berupa ion hydrogen (H+) dan electron berenergi tinggi. Ion hydrogen akan menangkap
elektron dari oksigen bebas membentuk senyawa air (H2O). Sedangkan elektron
berenergi tinggi akan berpindah ke dalam molekul pembawa electron, yaitu NAD dan
FAD. Selanjutnya NAD dan FAD akan masuk ke dalam rantai transfer electron dan
fosforilasi oksidatif yang akhirnya menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Keseluruhan
proses tersebut dibantu oleh enzim sitokrom oksidase.
5. Keseimbangan nitrogen:
a. Positif pertumbuhan, rekonvalensi, hamil
b. Negatif kelaparan, sakit
c. Seimbang dewasa sehat dan normal
Absorbsi asam amino secara aktif
7. Iklim
Orang yang hidup pada iklim dingin memiliki kecepatan metabolisme 10-20% lebih
tinggi daripada orang yang hidup di daerah tropis. Hal ini diyakini karena perbedaan
hormon tiroksin, suatu hormon yang paling bertanggung jawab untuk pengaturan
kecepatan metabolisme. Dalam iklim dingin, kebutuhan untuk produksi panas yang lebih
banyak menyebabkan peningkatan sekresi tiroksin sehingga kecepatan metabolisme
tinggi.
3. Elastisitas
Kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali
pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi.
Jenis otot antara lain:
1. Otot lurik
a. Nama lain
Otot rangka, otot serat lintang (musculus striated) atau otot involunter,
b. Struktur
Serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti dalam
jumlah banyak dan terletak dipinggir,
c. Kontraksi
Menurut kehendak kita (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan
cepat,kuat,mudah lelah dan tidak beraturan,
d. Struktur anatomi dari otot rangka.
2. Otot Polos
a. Nama lain
Otot alat-alat dalam/visceral/musculus nonstriated/otot involunter,
b. Struktur
Bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan inti
berjumlah satu terletak dibagiann tengah,
c. Kontraksi
Tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis
dan tidak mudah lelah.
3. Otot jantung
a. Nama lain
Myocardium atau musculus cardiata atau otot involunter.
b. Struktur
Bentuk serabutnya memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis terang dan
gelap. memiliki satu inti yang terletak di tengah,
c. Kontraksi
Tdak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Agar penggunaan tenaga otot bisa optimal maka pengaturan cara kerja otot harus
diperhatikan dengan benar. Kegiatan otot terdiri atas 2, sebagai berikut:
1. Kerja otot dinamik (berirama),
Otot mengencang dan mengerut secara bergantian atau berirama. Sirkulasi darah dan
O2serta metabolis akan berlangsung secara lancar.
2. Kerja otot statik (kerja tetap),
Otot berada dalam posisi mengencang dalam waktu yang cukup lama. Mengencangnya
otot dalam waktu lama akan menyebabkan aliran darah dan O2 terganggu. Kondisi
tersebut mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada otot.
Gambar 2.5 Kerja otot dinamik (a) dan kerja otot statik (b)
Sumber: Sritomo (2008:278)
2.7 Kelelahan
Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Makin berat beban yang dikerjakan dan
gerakan semakin tidak teratur, maka fatigue akan timbul lebih cepat. Menurut Murrel (1965)
kita masih mempunyai cadangan sebesar 25 kcal sebelum munculnya asam laktat sebagai
tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan energi akan hilang jika kita bekerja lebih dari
5,0 kcal per menit. Selama periode istirahat, cadangan energi tersebut dibentuk kembali.
Timbulnya fatigue perlu dipelajari untuk menentukan tingkat kekuatan otot manusia,
sehingga kerja yang akan dilakukan atau dibebankan dapat disesuaikan dengan kemampuan
otot .
Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari 3 hal, yaitu:
1. Perasaan lelah
2. Perubahan fisiologis dalam tubuh
3. Menurunnya kemampuan kerja
Ketiga hal tersebut, pada dasarnya berkesimpulan sama yaitu bahwa kelelahan terjadi
jika kemampuan otot telah berkurang dan lebih lanjut lagi mengalami puncaknya bila otot
tersebut tidak mampu lagi bergerak (kelelahan sempurna).
4. Status gizi
Konsumsi makanan setiap hari merupakan dasar yang menentukan keadaan gizi
seseorang. Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan pekerja sehingga
pada akhirnya akan empengaruhi produktivitas.
5. Masa kerja
Masa kerja dapat berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kerja kronik
(bekerja minimal 13 tahun). Semakin lama tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja
yang kurang nyaman dan tidak menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut
akan menumpuk terus dari waktu ke waktu.
6. Tingkat pendidikan
Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya langsung berhubungan dengan
pelaksanaan tugas, akan tetapi juga berdasarkan unit pengembangan diri serta
kemampuan untuk memanfaatkan semua sarana yang ada untuk kelancaran tugasnya.
Pendidikan merupakan kekuatan dinamis dalam mempengaruhi semua aspek
kepribadian dan atau kehidupan individu. Lamanya mengenyam pendidikan formal
berpengaruh terhadap status kesehatan maupun kelelahan kerja.
yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Pengukuran kelelahan kerja terbagi atas
2 macam yaitu pengukuran secara objektif dan pengukuran secara subyektif. Secara obyektif
dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur untuk mengukur kelelahan kerja, antara
lain:
1. Pengukuran waktu reaksi
Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsangan
tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi adalah
jangka waktu pemberian suatu rangsangan sampai pada suatu saat kesadaran atau
dilaksanakannya kegiatan tertentu misalnya :
a. Nyala lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangkauan waktu tertentu.
b. Denting suara dan injak pedal.
c. Sentuhan badan dan pemutaran setir.
2. Uji hilangnya kelipan (Flicker Fusion Test)
Dengan kelelahan-kelelahan kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan
berkurang. Semakin lelah, semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara
dua kelipan.Salah satu alat uji kelip adalah buatan sibata.Uji kelipan menunjukkan pula
keadaan kewaspadaan tenaga kerja.
3. Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi gerakan fisik.
Aneka ragam kegiatan tubuh dan efisiensinya dapat dinilai seperti :
a. Keseimbangan badan ketika berdiri.
b. Koordinasi mata dan tangan.
c. Uji akomodasi mata dan tangan.
d. Kemampuan tangan dan jari.
Kelelahan kerja akan menurunkan koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik.
4. Pendekatan dengan kemampuan konsentrasi
Kecepatan dan ketelitian untuk menyelesaikan suatu atau serangkaian tugas yang
diberikan merupakan pencerminan dari konsentrasi atau daya piker yang baik.
Pengukuran secara subyektif dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur
Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). KAUPK2 merupakan parameter untuk mengukur
perasaan kelelahan kerja sebagai gejala subyektif yang dialami pekerja dengan perasaan
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
START
Alat
dan bahan
Identifikasi Masalah
MODUL 4 FISIOLOGI KERJA
1. Sepeda statis
2. Alalt tulis
3. Stopwatch
4. Timbangan berat badan
5. Glucotest
6. Pulse meter
7. Termometer badan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Vica 103 98 95 99
Erika 100 114 109 105
Sumber: Pengolahan Data
Suhu Badan
No Nama Jenis Kelamin
Sebelum Sesudah
1 NK L 37 36,9
2 Allan L 37,4 36,8
3 Agus L 37,4 37
4 Audy L 37,2 37,5
5 Chikititha P 37,4 37,4
6 Nindyta P 38,2 38,5
7 Vica P 37,6 37,3
8 Erika P 38,1 38,3
Sumber: Pengolahan Data
80
60
40 denyut Jantung
20 Pria
0
57.4 80.7 67.91 66.7
Berat Badan
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa berat badan tidak mempengaruhi jumlah
denyut jantung seseorang. Seseorang dengan berat badan 67,91 kg bisa memiliki denyut
jantung normal sebanyak 92 denyut/menit, lebih tinggi dari seseorang dengan berat badan
80,7 kg yang memiliki denyut jantung normal sebanyak 75.
Berikut ini adalah grafik hubungan berat badan dan denyut jantung pada praktikan
wanita :
Denyut Jantung
100
50 Denyut jantung
wanita
0
44.2 66.7 45.1 43.4
Berat Badan
Pada grafik hubungan berat badan dan denyut jantung wanita menunjukkan bahwa
berat badan tidak mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang. Seseorang dengan berat
badan 44,2 kg bisa memiliki denyut jantung , lebih rendah dari seseorang dengan berat
badan 45,1 kg yang memiliki denyut jantung sebanyak 103. Pada umumnya hubungan
antara berat badan dan denyut jantung wanita adalah berbanding lurus, yaitu semakin besar
berat badan maka semakin tinggi jumlah denyut jantungnya. Bisa diartikan bahwa terdapat
faktor-faktor lain yang mempengaruhi denyut jantung normal seseorang, seperti aktivitas
kesehariannya dan kebugaran jasmaninya.
Berikut ini adalah grafik hubungan berat badan dan denyut jantung pada praktikan pria
dan wanita:
Denyut jantung
80 Pria
60 Denyut Jantung
40 Wanita
20
0
57.4 80.7 67.91 66.7
Berat Badan
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara denyut jantung dan berat badan
Sumber: Pengolahan Data
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa denyut jantung normal seseorang tidak
berhubungan dengan jenis kelamin ataupun berat badan. Dilihat dari grafik bahwa denyut
jantung pria tidak selalu lebih banyak dari perempuan. Juga berat badan tidak
mempengaruhi banyaknya denyut jantung. Jumlah denyut jantung akan dipengaruhi oleh
aktivitas yang biasa dilakukan seseorang.
4.2.2 Perhitungan dan Analisis Data Denyut Jantung pada Pria dan Wanita
Perhitungan yang dilakukan pada perhitungan dan analisis data denyut jantung pada
pria dan wanita, yaitu perhitungan energy ekspenditur, konsumsi energi, %CVL, dan time
recovery.
Berikut ini adalah tabel denyut jantung pada praktikan pria dan wanita saat melakukan
aktivitas:
Tabel 4.5 Denyut Jantung Pria dan Wanita
Heart Rate
Aktivitas Replikasi
Pria Wanita
1 104 101
(W) Ringan 2 127 72
3 151 102
1 90 86
(R) Ringan 2 89 82
3 90 84
Sumber: Pengolahan Data
Lanjutan Tabel 4.5 Denyut Jantung Pria dan Wanita
Heart Rate
Aktivitas Replikasi
Pria Wanita
1 130 104
(W) Sedang 2 128 81
3 72 92
1 89 91
(R) Sedang 2 92 83
3 88 101
1 77 96
(W) Berat 2 129 115
3 111 140
1 91 99
(R) Berat 2 90 77
3 99 92
Sumber: Pengolahan Data
Berikut ini adalah grafik denyut jantung pada praktikan pria saat melakukan aktivitas:
Pada grafik denyut jantung pratikan pria yang melakukan aktivitas olah raga dengan
berat tarikan ringan, sedang, berat dapat dilihat bahwa denyut jantung terendah 72
denyut/menit dan tertinggi adalah 151 denyut/menit.
Berikut ini adalah grafik denyut jantung pada praktikan wanita saat melakukan aktivitas:
160
Heart Rate Wanita
140
120
Heart Rate
100
80
60
40
20 Heart Rate
0
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
(W) (R) (W) (R) (W) (R)
Ringan Ringan Sedang Sedang Berat Berat
Aktivitas
Pada grafik denyut jantung pratikan wanita yang melakukan aktivitas olah raga dengan
berat tarikan ringan, sedang, berat dapat dilihat bahwa denyut jantung terendah 72
denyut/menit dan tertinggi adalah 140 denyut/menit.
Berikut ini adalah grafik denyut jantung pada praktikan pria dan wanita saat melakukan
aktivitas:
160
Heart Rate Pria dan Wanita
140
120
Heart Rate
100
80
60
Heart Rate Pria
40
20 Heart Rate Wanita
0
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
(W) (R) (W) (R) (W) (R) Berat
Ringan Ringan Sedang Sedang Berat
Aktivitas
Pada grafik denyut jantung pratikan pria yang melakukan aktivitas olah raga dengan
berat tarikan ringan, sedang, berat dapat dilihat bahwa denyut jantung terendah pada pria 72
denyut/menit dan tertinggi 151 denyut/menit sedangkan pada wanita denyut jantung
terendah 72 denyut/menit dan tertinggi adalah 140 denyut/menit.
Dimana
y : Energi Ekspenditur
x : Heart rate
Keterangan
x : Heart Rate
y : Energi Ekspenditur
X1 : Operator Pria
X2 : Operator Wanita
Berdasarkan hasil perhitungan energi ekspenditur pada tabel 4.6 dapat dibuat grafik
energi ekspenditur pada praktikan pria sebagai berikut:
7
6
5
4
3
2 Energi Ekspenditur
1
0
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
(W) (R) (W) (R) (W) (R)
Ringan Ringan Sedang Sedang Berat Berat
Aktivitas
Grafik di atas menunjukkan perubahan energi ekspenditur per menitnya pada saat
aktivitas dan recovery. Nilai ekspendetur tertinggi terjadi pada aktivitas dengan aktivitas
sedang menit ke-3 sebesar 9,10162 kkal/menit.
6
5
4
3
2
1 Energi Ekspenditur
0
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
(W) (R) (W) (R) (W) (R)
Ringan Ringan Sedang Sedang Berat Berat
Aktivitas
Grafik di atas menunjukkan perubahan energi ekspenditur per menitnya pada saat
aktivitas dan saat recovery. Sama halnya pada grafik pada pria, energi ekspenditur pada
wanita pun memiliki nilai yang lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas. Nilai ekspenditur
tertinggi juga sama, terjadi pada saat aktivitas berat menit ke-3 sebesar 7,843545.
Peningkatan dan penurunan energi ekspenditur dipengaruhi oleh peningkatan dan
penurunan denyut jantung sehingga trend pada grafik ini hampir sama dengan grafik heart
rate/menit. Berikut ini adalah grafik energi ekspenditur pada praktikan pria dan wanita:
6
5
4
Energi Ekspenditur Pria
3
2
1
0
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
(W) (R) (W) (R) (W) (R) Berat
Ringan Ringan Sedang Sedang Berat
Aktivitas
2. Aktivitas sedang
KE = Et − Ei = 5,333567015 − 3,544551119 = 1,789015896 kkal/menit
3. Aktivitas berat
KE = Et − Ei = 4,870353834 − 3,783393135 = 1,086960699 kkal/menit
Berdasarkan perhitungan konsumsi energi pada tabel 4.7, dapat dibuat grafik
konsumsi energi pada praktikan pria sebagai berikut:
Konsumsi Energi
2.5
2
1.5
1 Konsumsi Energi
0.5
0
Ringan Sedang Berat
Aktivitas
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dari konsumsi energi yang
dibutuhkan dari aktivitas ringan sebesar 3,16 kkal/menit, aktivitas rendah 1,78 kkal/menit,
aktivitas berat 1,08 kkal/menit.
2
Konsumsi Energi
1.5
Konsumsi Energi
1
0.5
0
Ringan Sedang Berat
Aktivitas
Gambar 4.11 Grafik konsumsi energi wanita
Sumber: Pengolahan Data
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan dari konsumsi energi yang
dibutuhkan dari ringan sebesar 0,54 kkal/menit menjadi 0,05 kkal/menit, namun terjadi
kenaikan konsumsi energi pada saat aktivitas berat yakni sebesar 2,17 kkal/menit. Terjadi
kenaikan pula pada konsumsi energi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sehingga
konsumsi energi yang dibutuhkan tidak stabil. Berikut ini adalah grafik konsumsi energi pada
praktikan pria dan wanita:
2.5
2 Konsumsi Energi Pria
1.5
Konsumsi Energi
1 Wanita
0.5
0
Ringan Sedang Berat
Aktivitas
Dari grafik diatas terlihat bahwa konsumsi energi wanita lebih besar dari konsumsi
energi pria. Pada grafik wanita terlihat terjadi kenaikan konsumsi energi namun pada pria
justru sebaliknya yaitu terjadi penurunan konsumsi energi hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan tidak stabil.
3. Aktivitas berat
100 × (HR aktivitas − HR 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦) 100 × (106,16 − 92,58)
% CVL = = = 12,64 %
HR max cow − HR 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 200 − 92,56
Berdasarkan hasil perhitungan % CVL pada tabel 4.7, dapat dibuat grafik % CVL
praktikan pria sebagai berikut:
CVL Pria
0.3
0.2
% CVL
0.1
CVL Pria
0
Ringan Sedang Berat
Aktivitas
CVL Wanita
0.25
0.2
% CVL
0.15
0.1
0.05 CVL Wanita
0
Ringan Sedang Berat
Aktivitas
CVL GABUNGAN
0.3
0.25
0.2
CVL Pria
% CVL
0.15
CVL Wanita
0.1
0.05
0
Ringan Sedang Berat
Aktivitas
Berdasarkan dari grafik % CVL pria maupun wanita, terlihat berbeda dikarenakan
dari pria bukan disebabkan oleh faktor aktivitas, berbeda dengan wanita yang dipengaruhi
faktor aktivitas.
Hasil perhitungan time recovery untuk pria dan wanita pada setiap jenis aktivitas
disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.11 Perhitungan Time Recovery
Rata-rata Energi Ekspenditur
Aktivitas Jenis Kelamin Nama Konsumsi Energi Time Recovery
Aktivitas Recovery
Ringan 6,709969406 3,543293164 3,166676242 -52,43330221
Sedang L NK 5,333567015 3,544551119 1,789015896 -77,59624982
Berat 4,870353834 3,783393135 1,086960699 -26,20687916
Ringan 3,759769112 3,209996803 0,54977231 -38,23670345
Sedang P Nindyta 3,752676618 3,694040981 0,058635637 -41,42349932
Berat 5,735074418 3,562406601 2,172667817 -60,29063962
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan hasil time recovery dapat diketahui hasil yang negative menunjukkan
bahwa kegiatan tersebut tidak membutuhkan waktu istirahat, sedangkan hasil positif
menunjukkan bahwa aktivitas tersebut membutuhkan waktu istirahat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua aktivitas tidak membutuhkan waktu istirahat ditunjukkan dengan
hasil time recovery yang negatif.
Perhitungan nilai rata-rata energi ekspenditur dan konsumsi energi disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 4.13 Rata-rata energi ekspenditur dan konsumsi energi
Jenis Rata-rata Energi Ekspenditur Konsumsi
Aktivitas Nama
Kelamin Aktivitas Recovery Energi
Ringan 4,862040758 2,973529951 1,888510807
L Allan
Sedang 7,125868542 3,210940269 3,914928273
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI 267
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 4 FISIOLOGI KERJA
Berikut ini adalah tabel hubungan antara konsumsi energi dan GAP kadar glukosa:
Tabel 4.14 Hubungan antara konsumsi Energi dengan GAP Kadar Glukosa
Jenis Kadar Glukosa
Nama KE GAP
Kelamin sebelum sesudah
Erika P -1,4656885 58 69 11
Erika P -0,8157681 58 69 11
Erika P -0,0158652 58 69 11
Allan L 0,0319041 73 88 15
Nindyta P 0,05863564 88 65 23
Chikititha P 0,31082692 116 121 5
Nindyta P 0,54977231 88 65 23
Audy L 0,7087672 93 77 16
Vica P 0,78400037 86 107 21
Vica P 0,84585126 86 107 21
Audy L 0,93562128 93 77 16
Vica P 1,05736577 86 107 21
NK L 1,0869607 77 81 4
Agus L 1,48735089 53 77 24
Audy L 1,6036787 93 77 16
NK L 1,7890159 77 81 4
Allan L 1,88851081 73 88 15
Nindyta P 2,17266782 88 65 23
Agus L 2,3610839 53 77 24
Lanjutan Tabel 4.14 Hubungan antara konsumsi Energi dengan GAP Kadar Glukosa
Jenis Kadar Glukosa
Nama KE GAP
Kelamin sebelum sesudah
Chikititha P 2,64423582 116 121 5
Agus L 2,72289536 53 77 24
NK L 3,16667624 77 81 4
Chikititha P 3,5408605 116 121 5
Allan L 3,91492827 73 88 15
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan rekap perhitungan pada tabel, maka diperoleh grafik hubungan antara
konsumsi energi dan GAP kadar glukosa sebagai berikut:
GAP
30
25
20
GAP
15
y = 0,591x + 13,27 Linear (GAP)
Linear (GAP)
10
0
-2 -1 0 1 2 3 4 5
Gambar 4.16 Grafik hubungan antara konsumsi energi dan GAP kadar glukosa
Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan grafik diatas didapatkan persamaan yaitu y= 0,591x + 13,27. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan 0,591x akan menyebabkan kenaikan sebesar 1 y.
Hubungan antara x (konsumsi energi) dengan y (GAP kadar glukosa) adalah berbanding
lurus.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum fisiologi kerja ini antara lain:
1. Dari grafik hubungan berat badan dengan denyut jantung dapat disimpulkan bahwa
denyut jantung normal seseorang tidak berhubungan dengan jenis kelamin ataupun
berat badan. Dilihat dari grafik bahwa denyut jantung pria tidak selalu lebih banyak dari
perempuan. Juga berat badan tidak mempengaruhi banyaknya denyut jantung. Jumlah
denyut jantung akan dipengaruhi oleh aktivitas yang biasa dilakukan seseorang.
2. Pada grafik denyut jantung pratikan pria yang melakukan aktivitas olah raga dengan
berat tarikan ringan, sedang, berat dapat dilihat bahwa denyut jantung terendah pada
pria 72 denyut/menit dan tertinggi 151 denyut/menit sedangkan pada wanita denyut
jantung terendah 72 denyut/menit dan tertinggi adalah 140 denyut/menit.
3. Dari grafik energi ekspenditur dapat dilihat bahwa grafik energi ekspenditur untuk pria
rata-rata memiliki nilai energi ekspenditur yang lebih tinggi daripada wanita baik pada
saat melakukan aktivitas atau pada saat recovery.
4. Dari grafik konsumsi energi terlihat bahwa konsumsi energi wanita lebih besar dari
konsumsi energi pria. Pada grafik wanita terlihat terjadi kenaikan konsumsi energi namun
pada pria justru sebaliknya yaitu terjadi penurunan konsumsi energi hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan tidak stabil.
5. Berdasarkan dari grafik % CVL pria maupun wanita, terlihat berbeda dikarenakan dari
pria bukan disebabkan oleh faktor aktivitas, berbeda dengan wanita yang dipengaruhi
faktor aktivitas.
6. Berdasarkan hasil time recovery dapat diketahui hasil yang negative menunjukkan
bahwa kegiatan tersebut tidak membutuhkan waktu istirahat, sedangkan hasil positif
menunjukkan bahwa aktivitas tersebut membutuhkan waktu istirahat. Sehingga dapat
LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI 270
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI – UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MODUL 4 FISIOLOGI KERJA
5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, praktikan sebaiknya mempelajari modul terlebih dahulu.
2. Praktikan seharusnya lebih fokus dan tidak bercanda pada saat pengambilan data.
3. Sebaiknya operator pada saat praktikum, tidak makan sebelum melakukan praktikum.